You are on page 1of 112

PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

LAPORAN AKHIR
(PROGRAM DOCUMENT)

PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI,


PERALATAN DAN SISTEM ENERGI
3864.002.001

BALAI BESAR TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI


KEDEPUTIAN TEKNOLOGI
INFORMASI, ENERGI DAN MATERIAL
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
2016
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Pemerintah, melalui DJEBTKE telah merencanakan konservasi energi melalui Energi
standar dan pelabelan terhadap 11 (sebelas) pemanfaat listrik rumah tangga. Untuk
tahap pertama DJEBTKE mengadakan program ES&L energi (ES&L) pada 7 (tujuh)
pemanfaat listik rumah tangga yaitu; Lampu CFL, Lampu LED, Pendingin Ruangan (AC),
Kulkas, Kipas Angin, Penanak Nasi, Balast Elektronik dan motor Listrik. Program ini
dirancang untuk pengelolaan penggunaan energi yang efektif dengan tujuan membantu
masyarakat dalam penghematan energi, menurunkan pemakaian listrik, serta membantu
masyarakat dalam pemilihan peralatan listrik melalui standarisasi dan pelabelan.
Konservasi energi melalui program ES&L mempunyai potensi untuk menurunkan
konsumsi energi pada kategori peralatan rumah tangga hingga 36%. Agar BPPT dapat
memberikan konstribusinya dalam program konservasi dan penghematan energi, maka
pada tahun 2016yang merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun 2015, Pengembangan
Testing Protokol dan Pengujian Peralatan Listrik.Kegiatan ini direncanakan hingga tahun
2019.
Kegiatan ini merupakan bagian dari gabungankegiatan Perekayasaan Teknologi
Konservasi Energi, Peralatan dan Sistem Efisiensi Energi pada Gedung Komersial dan
Industri.
Agar kegiatan ini bisa berjalan efektif dan sistimatis, maka kegiatan ini disesuakan
dengan sistem kerekayasaan BPPT, dengan 2 WBS yaitu :
WBS100 : Audit dan Energi Potensial Scan serta Pengujian Peralatan Listrik
WBS200 : Smart Energy Management System
Namun pada laporan ini akan membahas lebih jauh dari kegiatan di WBS 100. Yang
mana WBS 100 terbagi atas 3 WP yaitu :
WP 110 : Audit dan Energi Potential Scan pada Bangunan Gedung
WP 120 : Benchmarking dan Kajian Teknologi Peralatan Listrik Hemat Energi
WP 130 : Pengembangan Testing Protokol dan Pengujian Peralatan listrik RT

Teknologi efisiensi energi saat ini menjadi salah satu fokus kegiatan pemerintah untuk
mengurangi gap antara suplai dan demand. Salah satu cara untuk mengidentifikasi
potensi penghematan adalah dengan audit energi. Audit energi merupakan suatu
proses investigasi dalam rangka mengevaluasi pola penggunaan energi suatu sistem
energi, untuk dicari potensi/peluang-peluang penghematan yang mungkin dilakukan.
Studi potensi penghematan energi diperoleh dengan melakukan audit energi di
bangunan gedung serta melakukan benchmarking terhadap indeks konsumsi energinya,
yang dinyatakan dengan konsumsi energi per luas area baik yang dikondisikan maupun
yang tidak dikondisikan udaranya (kWh/m2/tahun, atau kWh/m2/bulan). Benchmarking
merupakan metoda yang umum digunakan untuk melihat secara cepat, apakah
penggunaan energi di suatu industri/bangunan termasuk ke dalam kriteria hemat atau
boros. Dalam praktiknya, penerapan benchmarking tidak sederhana karena terdapat
perbedaan-perbedaan dalam sistem energi yang dibenchmark, baik itu mencakup
perbedaan dari aspek disain gedung, jenis gedung, luasan dan peruntukan gedung,
perbedaan dalam proses pengumpulan data dan formula penghitungannya. Sebagai
standar pembanding, nilai benchmark suatu sistem energi harus selalu diupdate seiring
dengan perkembangan teknologi dan variasi gedung yang terus berkembang.
Pengendalian konsumsi energi di sektor rumah tangga dapat dilakukan dengan
menerapkan standar efisiensi untuk peralatan rumah tangga.Melalui labelisasi peralatan
rumah tangga tersebut, pengguna diarahkan untuk lebih menggunakan peralatan yang
lebih efisien penggunaan energinya, sehingga secara nasional penggunaan energi dapat

i
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

ditekan.Di sisi produsen, dengan labelisasi tersebut dapat mendorong produsen untuk
memproduksi produk-produk yang lebih efisien penggunaan energinya.
Pengembangan standarisasi efisiensi energi paralatan listrik rumah tangga yang
dilakukan oleh B2TKE BPPT sejalan dengan road map pemberlakuan label tingkat
hemat energi yang telah dicanangkan oleh kementerian ESDM. Konstribusi yang dapat
diberikan adalah kajian standar (nasional maupun international), pengembangan
testing protocol, pengembangan lab uji, pengujian awal dan kajian untuk mapping
tingkat penggunaan energi peralatan listrik Rumah Tangga(RT), serta explore hasil
pengujian pada forum-forum resmi nasional.

ii
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... I


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... III
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ IV
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................. VI
ABSTRAK ..................................................................................................................................... VIII
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
I.1 INTI KEGIATAN, KAUNIKAN DAN KEUNGGULAN ................................................................. 1
I.2 URGENSI KEGIATAN .............................................................................................................. 1
I.3 KETERKAITAN KEGIATAN DENGAN RENSTRA BPPT 2015-2019 ...................................... 2
I.4 TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN ........................................................................................... 2
II. TUJUAN DAN SASARAN ....................................................................................................... 3
II.1 TUJUAN ................................................................................................................................... 3
II.2 SASARAN ................................................................................................................................ 3
III. PELAKSANAAN KEGIATAN .................................................................................................. 3
IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 13
IV.1 HASIL CAPAIAN KEGIATAN SAMPAI AKHIR TAHUN BERJALAN (TAHUN 2016) ............. 13
IV.2 AUDIT ENERGI DI GEDUNG PEMERINTAH KOTA DEPOK, JAWA BARAT ....................... 14
IV.3 AUDIT ENERGI DI GEDUNG PEMERINTAH BATAM, RIAU KEPULAUAN .......................... 25
IV.4 AUDIT ENERGI DI GEDUNG PEMERINTAH GUBERNUR SUMATERA BARAT ................. 37
IV.5 AUDIT ENERGI DI GEDUNG BAPPEDA PEMERINTAH DI YOGYAKARTA ........................ 45
IV.6 AUDIT ENERGI DI GEDUNG REKTORAT UNM MAKASSAR .............................................. 53
IV.7 PENGEMBANGAN TESTING PROTOKOL DAN HASIL PENGUJIAN LAMPU JALAN
LED DAN LAMPU TUBULAR LAMP LED .............................................................................. 70
IV.8 PENGEMBANGAN TESTING PROTOKOL DAN HASIL PENGUJIAN SETRIKA
LISTRIK .................................................................................................................................. 81
IV.9 PEMETAAN KEGIATAN......................................................................................................... 97
IV.10 HASIL CAPAIAN KEGIATAN TAHUN BERJALAN TERHADAP TINGKAT KESIAPAN
TEKNOLOGI .......................................................................................................................... 98
IV.11 MITRA KERJA ........................................................................................................................ 98
IV.12 KENDALA YANG DIALAMI .................................................................................................... 99
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................. 99
VI. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 100
VII. ISIAN FORM A DAN FORM B ............................................................................................. 102

iii
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Pelaksana Kegiatan................................................................. 5
Gambar 2. Gedung Dibaleka II Balaikota Depok .................................................................... 14
Gambar 3. Peta Lokasi Kantor Walikota Depok ..................................................................... 15
Gambar 4. Panel Distribusi Utama Sistem Kelistrikan Gedung ............................................... 16
Gambar 5. Pengkondisi udara (AC) type split duct yang terpasang di tiap-tiap lantai ............. 17
Gambar 6. Pengkondisi udara (AC) type split duct yang terpasang di tiap-tiap lantai ............. 17
Gambar 7. Ruang kontrol BAS dan tampilan menu untuk kontrol lampu per lantai ................. 18
Gambar 8. Pengukuran kelistrikan secara online di panel utama ........................................... 18
Gambar 9. Pengukuran kelistrikan secara sesaat di panel setiap lantai ................................. 18
Gambar 10. Pemakaian energi listrik bulanan ........................................................................ 19
Gambar 11. Biaya pemakaian listrik bulanan.......................................................................... 20
Gambar 12 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) per bulan Gedung Dibaleka II.......................... 21
Gambar 13. Distribusi pemakaian beban per lantai ................................................................ 22
Gambar 14. Distribusi jenis pemakaian beban per lantai ........................................................ 22
Gambar 15. Profil daya dan Faktor Daya ............................................................................... 23
Gambar 16. Profil Arus dan Ketidakseimbangan Arus ............................................................ 23
Gambar 17. Pengukuran Temperatur dan kelembaban secara online selama 1 hari kerja ..... 24
Gambar 18. Gedung Kantor WalikotaBatam........................................................................... 26
Gambar 19. Peta Lokasi Kantor Walikota Batam .................................................................... 26
Gambar 20. Single Line Diagram Sistem Kelistrikan Gedung Kantor Walikota Batam. ........... 27
Gambar 21. Pengukuran kelistrikan secara on-line di Panel Utama Gedung Kantor
Walikota Batam .................................................................................................... 28
Gambar 22. Pengukuran kelistrikan secara sesaat di panel setiap lantai. .............................. 28
Gambar 23. Profil penggunaan energi selama dua tahun terakhir. ......................................... 29
Gambar 24. Profil Intensitas Konsumsi Energi selama dua tahun terakhir. ............................. 29
Gambar 25 Distribusi beban kelistrikan Gedung Kantor Walikota Batam................................ 30
Gambar 26. Distribusi beban kelistrikan Gedung Kantor Walikota Batam............................... 31
Gambar 27. Profil Daya dan Faktor Daya pada trafo 1. .......................................................... 31
Gambar 28. Profil Daya dan Faktor Daya pada trafo 2. .......................................................... 32
Gambar 29. Profil Daya dan Faktor Daya gabungan kedua trafo............................................ 32
Gambar 30. Pengambilan data (sampel) temperatur dan kelembaban udara. ........................ 33
Gambar 31. T & D Recorder TR-72-Ui untuk pengambilan data temperatur dan
kelembaban ruangan secara on-line. ................................................................... 33
Gambar 32. Grafik temperatur dan kelembaban dalam satu ruang kerja selama 2 hari. ......... 34
Gambar 33 Gedung Escape Komplek Kantor Gubernur Sumbar............................................ 38
Gambar 34. Single Line Diagram kelistrikan Kantor Gubernur Sumatera Barat ...................... 38
Gambar 35. Single Line Diagram kelistrikan Gedung Escape ................................................ 39
Gambar 36. Pengukuran Kelistrikan secara On-line Panel LVMDP Keluaran Trafo PLN ........ 39
Gambar 37. Pengukuran Kelistrikan secara On-line Panel Utama Gedung Escape ............... 40
Gambar 38 Profil Penggunaan listrik Kantor Gubernur Sumatera Barat,bulan Juli 2015
sampai dengan Juni 2016. ................................................................................... 41
Gambar 39. Profil biaya penggunaan listrik Kantor Gubernur Sumatera Barat,bulan Juli
2015 sampai dengan Juni 2016. .......................................................................... 42
Gambar 40. Profil Intensitas Konsumsi Energi Kantor Gubernur Selama Setahun. ................ 42
Gambar 41. Profil Intensitas Konsumsi Energi Kantor Gubernur Selama Setahun. ................ 43
Gambar 42. Profil Daya Kantor Gubernur ............................................................................... 43
Gambar 43. Profil Suhu dan Kelembaban Ruang Biro Hukum I Lantai 3 ................................ 44
Gambar 44. Gedung Kantor Bappeda PropinsiDIY................................................................. 46
Gambar 45. Peta Lokasi Kantor Bappeda DIY ....................................................................... 46
Gambar 46. Single Line Diagram Sistem Kelistrikan Gedung Kantor Bappeda DIY................ 47
Gambar 47. Pengukuran kelistrikan secara on-line di Panel Utama gedung Bappeda ........... 47
Gambar 48. Profil Daya dan Faktor Daya gedung Bappeda DIY. ........................................... 51

iv
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 49. Grafik temperatur dan kelembaban dalam satu ruang kerja selama 2 hari .......... 52
Gambar 50. Gedung Phinsi UNM ........................................................................................... 53
Gambar 51. Peta Lokasi Gedung Phinisi ................................................................................ 54
Gambar 52. Single Line Diagram Sistem Kelistrikan Gedung Phinisi UNM. ........................... 55
Gambar 53. Sistem Tata Udara Gedung Phinisi UNM. ........................................................... 56
Gambar 54. Sistem BAS Gedung Phinisi UNM. ..................................................................... 56
Gambar 55. Sistem BAS Gedung Phinisi UNM. ..................................................................... 56
Gambar 56. Pengukuran kelistrikan secara on-line di Panel Utama gedung Phinisi ............... 57
Gambar 57. Profil penggunaan energi 19 bulan terakhir. ....................................................... 58
Gambar 58. Profil Intensitas Konsumsi Energi Gedung Phinisi UNM ..................................... 59
Gambar 59. Profil Daya dan Faktor Daya gedung Phinisi UNM. ............................................. 61
Gambar 60. Profil Tegangan dan Ketidakseimbangan Tegangan Listrik Gedung Phinisi
UNM..................................................................................................................... 62
Gambar 61. Profil Harmonisa Tegangan gedung Phinisi UNM. .............................................. 63
Gambar 62. Pengambilan data (sampel) temperatur dan kelembaban udara. ........................ 64
Gambar 63. Pengambilan data temperatur dan kelembaban ruangan dengan secara on-
line. ...................................................................................................................... 64
Gambar 64. Grafik temperatur dan kelembaban dalam satu ruang kerja selama 2 hari . ........ 65
Gambar 65. Jenis lampu yang digunakan untuk penerangan di dalam ruangan. .................... 66
Gambar 66. SiklusManajemenEnergi. .................................................................................... 68
Gambar 67. Penyusutan fluks cahaya terhadap waktu uji ...................................................... 71
Gambar 68. Diagram Alur Pengujian Lampu Jalan ................................................................. 73
Gambar 69. Pengujian Lampu di dalam Integrator ................................................................. 74
Gambar 70. Pelaksanaan Pengujian Lampu .......................................................................... 74
Gambar 71 Pengujian-Pengujian Lampu LED ........................................................................ 74
Gambar 72 Gelombang Spektrum Cahaya pada Lampu Jalan LED ....................................... 79
Gambar 73. Gelombang Spektrum Cahaya pada Lampu Tube LED 6500 K .......................... 80
Gambar 74. Gelombang Spektrum Cahaya pada Lampu Tube LED 3000 K .......................... 80
Gambar 75. Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Niko 300 Watt ........................................ 91
Gambar 76. Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Philips 350 Watt .................................... 92
Gambar 77 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Electrolux 300 Watt ................................ 92
Gambar 78 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Sanken 300 Watt .................................... 93
Gambar 79 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Trisonic 450 Watt.................................... 93
Gambar 80 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Miyako 410 Watt ..................................... 94
Gambar 81 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Tecstar 400 Watt .................................... 94
Gambar 82 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Panasonic 300 Watt ............................... 95
Gambar 83 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Quantum 350 Watt ................................. 95
Gambar 84 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Maspion 350 Watt................................... 96
Gambar 85 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Cosmos 400 Watt ................................... 96

v
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

DAFTAR TABEL
Tabel 1.Tabel Tim Pelaksana Kegiatan Perekayasaan Teknologi Konservasi Energi,
Peralatan dan Sistem Efisiensi Energi pada Gedung Komersial dan Industri. .......... 5
Tabel 2 Jadwal Kegiatan ......................................................................................................... 7
Tabel 3. Pengguna Gedung Dibaleka II .................................................................................. 15
Tabel 4. Pemakaian Energi Listrik Bulanan tahum 2015-2016 ............................................... 19
Tabel 5. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Dibaleka II .............................................. 20
Tabel 6. Kriteria IKE untuk gedung ber-AC............................................................................. 21
Tabel 7. Kriteria IKE untuk gedung tanpa AC ......................................................................... 21
Tabel 8. Hasil Pengukuran Daya Listrik .................................................................................. 22
Tabel 9. Pengukuran temperatur sesaat rata-rata pada jam 10.00-11.00 ............................... 23
Tabel 10. Pengukuran kelembaban sesaat rata-rata pada jam 10.00-11.00 ........................... 24
Tabel 11 Kriteria IKE untuk gedung ber-AC ........................................................................... 30
Tabel 12 Kriteria IKE untuk gedung tanpa AC ....................................................................... 30
Tabel 13 Kondisi Aktual Kualitas Daya .................................................................................. 32
Tabel 14 Data pengukuran sesaat temperaturpada beberapa ruangan. ................................ 33
Tabel 15 Data hasil pengukuran intensitas cahaya di beberapa ruangan .............................. 34
Tabel 16 Data hasil pengukuran intensitas cahaya yang melebihi standar ............................ 35
Tabel 17 Simulasi perbandingan lampu LED dan Lampu TL ................................................. 35
Tabel 18 Simulasi penghematan energi dan penghematan tagihan listrik dengan
penggunaan lampu LED ......................................................................................... 35
Tabel 19 Simulasi penghematan energi dan penghematan tagihan listrik dengan
penggunaan lampu LED ......................................................................................... 36
Tabel 20 Pengunaan energi listrik Kantor Gubernur Sumatera Barat, bulan Juli 2015
sampai dengan Juni 2016 ...................................................................................... 40
Tabel 21 Biaya Penggunaan listrik Kantor Gubernur Sumatera Barat, bulan Juli 2015
sampai dengan Juni 2016 ...................................................................................... 41
Tabel 22 Intensitas Konsumsi Energi Kantor Gubernur Sumatera Barat Selama Setahun .... 42
Tabel 23 Intensitas Konsumsi Energi Kantor Gubernur Sumatera Barat Selama Setahun .... 43
Tabel 24 Suhu dan Kelembaban di Ruang Biro Hukum I (Ruang Biro 3 di peta) Lantai 3 ...... 44
Tabel 25 Suhu dan Kelembaban di Ruang Biro Hukum I (Ruang Biro 3 di denah) Lantai
3 ............................................................................................................................. 44
Tabel 26 Suhu dan Kelembaban di Ruang Biro Hukum 2 (Ruang Biro 9 di peta) Lantai 3 ..... 44
Tabel 27 Suhu dan Kelembaban di Ruang Biro Hukum 2 (Ruang Biro 9 di denah) Lantai
3 ............................................................................................................................. 44
Tabel 28 Suhu dan Kelembaban di Ruang Biro 5 di denah Lantai 3 ...................................... 45
Tabel 29 Suhu dan Kelembaban di Ruang Biro 7 di denah Lantai 3 ...................................... 45
Tabel 30 Suhu dan Kelembaban di Ruang Rapat di denah Lantai 3 ...................................... 45
Tabel 31 Suhu dan Kelembaban di Koridor Lantai 3.............................................................. 45
Tabel 32 Penggunaan listrik Bappeda D I Y tahun 2015 sampai dengan 2016 ( 17 bulan) .... 48
Tabel 33 Konsumsi Energi Listrik Gedung BAPPEDA DIY Tahun 2016 ................................ 48
Tabel 34 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Bappeda tahun 2015 ............................ 48
Tabel 35 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Bappeda tahun 2016 ............................ 49
Tabel 36 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Radyo Suyoso tahun 2015 ................... 49
Tabel 37 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Bappeda tahun 2016 ............................ 50
Tabel 38 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Pengendalian tahun 2015..................... 50
Tabel 39 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Pengendalian tahun 2016..................... 50
Tabel 40 Kriteria IKE untuk gedung ber-AC ........................................................................... 51
Tabel 41 Resume pengukuran listrik gedung Bappeda DIY secara on-line ........................... 51
Tabel 42 Data pengukuran sesaat temperatur pada beberapa ruangan. ............................... 52
Tabel 43 Penggunaan listrik Phinisi UNM tahun 2015 sampai dengan 2016 ( 19 bulan) ........ 57
Tabel 44 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Phinisi tahun 2015 ................................. 58
Tabel 45 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Phinisi tahun 2016 ................................. 59

vi
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 46 Kriteria IKE untuk gedung ber-AC............................................................................ 59


Tabel 47 Resume pengukuran listrik gedung Phinisi secara on-line ....................................... 60
Tabel 48 Resume Pengukuran Tegangan listrik gedung Phinisi secara on-line. ..................... 61
Tabel 49 Resume Pengukuran harmonisa tegangan gedung Phinisi UNM ............................. 62
Tabel 50 Kondisi Aktual Kualitas Daya gedung Phinisi UNM .................................................. 63
Tabel 51 Data pengukuran sesaat temperatur pada beberapa ruangan. ................................ 65
Tabel 52 Kebutuhan penerangan gedung Phinisi UNM .......................................................... 67
Tabel 53 Hasil Pengujian Lampu Jalan Spesifikasi 60 Watt .................................................. 75
Tabel 54 Hasil Pengujian Lampu Jalan Spesifikasi 150 Watt ................................................ 75
Tabel 55 Hasil Pengujian Sampel 1,2 dan 3 Lampu Tube Merek Philips 8 Watt .................... 75
Tabel 56 Hasil Pengujian Sampel 1 dan 2 Lampu Tube Merek Miyalux 9 Watt ..................... 76
Tabel 57 Hasil Pengujian Sampel 1,2 dan 3 Lampu Tube Merek Miyalux 9 Watt .................. 76
Tabel 58 Hasil Pengujian Sampel 1,2 dan 3 Lampu Tube Merek Philips 16 Watt .................. 77
Tabel 59 Hasil Pengujian Sampel 1,2 dan 3 Lampu Tube Merek Miyalux 18 Watt ................ 78
Tabel 60 Hasil Pengujian Sampel 1,2 dan 3 Lampu Tube Merek Kingled 18 Watt ................ 78
Tabel 61 Hasil Pengujian Lampu Tube .................................................................................. 80
Tabel 62 Pengukuran yang relevan untuk berbagai jenis setrika ........................................... 83
Tabel 63 Pengukur suhu pelat dasar ..................................................................................... 85
Tabel 64 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Niko 300 Watt ............................................ 91
Tabel 65 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Philips 350 Watt ........................................ 92
Tabel 66 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Sanken 300 Watt ....................................... 93
Tabel 67 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Trisonic 450 Watt ...................................... 93
Tabel 68 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Miyako 410 Watt ........................................ 94
Tabel 69 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Tecstar 400 Watt ....................................... 94
Tabel 70 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Panasonic 300 Watt .................................. 95
Tabel 71 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Quantum 350 Watt .................................... 95
Tabel 72 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Maspion 350 Watt ..................................... 96
Tabel 73 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Cosmos 400 Watt ...................................... 96
Tabel 74 TRL kegiatan Perekayasaan Teknologi Efisiensi Energi, Peralatan dan Sistem
Energi..................................................................................................................... 98
Tabel 75 No Mitra Kerja Pekerjaan Anggaran Kontak Alamat ............................................... 98

vii
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

ABSTRAK
Program konservasi energi menjadi focus pemerintah untuk mengoptimalkan
penggunaan energi pada sisi penggunaan. Agar ini berjalan baik, maka pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi
Energi. Untuk itu BPPT tahun 2015 hingga tahun 2019, telah mencanangkan kegiatan
prekayasaan teknologi efisiensi energi, peralatan dan sistem energi. Kegiatan ini
terbagi atas dua sub kegiatan yaitu kegiatanAudit Energi dan Benchmark serta
Energy Potential Scan pada Gedung Perkantoran danPengembangan Testing
Protokol dan Pengujian Peralatan Listrik. Tujuan dari kegiatan ini adalah diharapkan
pengelola gedung pemerintah mengambil manfaat serta keuntungan dalam usaha
meningkatkan efisiensi dan optimasi penggunaan energi guna menurunkan biaya
energi.Beberapa bangunan gedung telah melakukan upaya peningkatan efisiensi
energi terutama berkaitan dengan penggantian peralatan dan pengoperasian
peralatan.Pada tahun 2016 ini BPPT telah melakukan kegiatan audit dan konservasi
energi untuk Bangunan Pemerintah sebanyak 5 gedung pada 5 propinsi di Indonesia.
Kegiatan Perekayasaan Teknologi Efisiesi, Peralatan dan Sistem energi ini untuk
melakukan penghematan penggunaan energi melalui Audit Energi dan Benchmark
serta Energi Potential Scan pada Gedung Perkantoran terutama didaerah-daerah
atau PEMDA. Kegiatan ini merupakan forum sharing kepada Pemda tentang
pentingnya konservasi energi. Disamping itu secara tidak langsung saat melakukan
audit dengan penanggung jawab gedung terutama penggunaan energi, akan ada
transfer teknologi. Sedangkan pengembangan Testing Protokol dan Pengujian
Peralatan Listrik serta penerapan teknologi peralatan hemat energi.Langkah ini sangat
bermanfaat terutama dalam usaha membantu pemerintah dalam mempercepat
program labelisasi tingkat hemat energi pada peralatan listrik rumah tangga, yang pada
akhirnya bermuara pada penghematan energi listrik pada pengguna sektor rumah
tangga. Disamping itu sebagai bahan masukan bagi produsen maupun konsumen
untuk mengetahui nilai efisiensi produk peralatan listrik rumah tangga yang diproduksi
dan/atau dipasarkan di indonesia. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengetahui
kesiapan kesiapan serta mempersiapkan produsen dalam negeri dalam program
Labelisasi Hemat Energi.
Hasil kegiatan menujukkan bahwa optimasi dapat dilakukan dengan perbaikan faktor
daya. Hasil audit pada beberapa bangunan gedung menunjukkan bahwa faktor daya
masih berada pada kisaran 0,82 s.d 0.89. Untuk meningkatkan kapasitas tanpa harus
menambah kontrak daya, maka perlu pemasangan kapasitor bank.Perlu pembentukan
penanggung jawab masalah penggunaan energi pada setiap gedung yang kami
kunjungi, bisa dirangkap dari Sub bagian umum, Rumah tangga dan perlengkapan.
Diperlukan peningkatan kemampuan SDM yang bertanggung jawab penggunaan
energi melalui pelatihan teknik dan tata cara penghematan energi. Beberapa gedung
yang dilakukan penggunaan energinya pada waktu kerja, menunjukan bahwa hampir
semua gedung tidak ditemukan perbedaan jumlah konsumsi daya pada waktu kerja
dan waktu istirahat, oleh karena itu perlu mematikan peralatan listrik yang tidak
digunakan pada jam istirahat. Hal ini akan menghemat energi setidaknya 2-5 % dari
total penggunaan energi. Efisiensi lampu jalan cukup bervariasi antar merek yang satu
dengan yang lainnya, demikian pula halnya lampu Tubular Lamp LED.

viii
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN
I.1 INTI KEGIATAN, KAUNIKAN DANKEUNGGULAN

Inti kegiatan ini adalah melakukan Audit Energi dan Benchmark serta Energy
Potential Scan pada Gedung Perkantoran. Sehingga dengan aktivitas ini
diharapkan pengelola gedung pemerintah mengambil manfaat serta keuntungan dalam
usaha meningkatkan efisiensi dan optimasi penggunaan energi guna menurunkan biaya
energi.Beberapa bangunan gedung telah melakukan upaya peningkatan efisiensi energi
terutama berkaitan dengan penggantian peralatan dan pengoperasian peralatan. Namun
demikian dalam penerapannya masih banyak dijumpai hambatan karena belum
dilakukannya audit energi sehingga potensi penghematan energi belum teridentifikasi
dengan benar dan penerapan efisiensi energi dilakukan berdasarkan perkiraan saja.
Disamping itu masalah pendanaan merupakan hambatan yang cukup besar dalam
melakukan upaya efisiensi energi.Keunikan dari kegiatan ini adalah dilakukan secara
sistematis sesuai guide line ISO 50001 dan Draft ISO 50002. Sedangkan untuk
mengembangkan testing protocol, sangatlah unik, karena standard SNI maupun standar
international tidak dapat serta merta dijadikan menjadi sebuah dokumen untuk siap
digunakan dalam pengujian.Sehingga perlu usaha yang sungguh-sungguh dan
pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pengujian yang berbasis standar.
Sedangkan keunggulannya adalah Audit Energi dan Benchmark serta Energy
Potential Scan pada Gedung Perkantoran khususnya untukbangunan perkantoran 1
sampai 3 lantai tidak ada yang melakukan, padahal bila diamati bangunan inilah yang
paling banyak di ibukota Propinsi, dan Ibukota Kabupaten yang tersebar di seluruh
Indonesia. Hasil rekomendasinya dapat diaplikasi langsung oleh pengguna dan
pengelola gedung.Oleh karena itu mulai tahun 2015 ini BPPT ingin melakukan kegiatan
audit dan konservasi energi untuk Bangunan Pemerintah sebanyak 5 gedung yang
tersebar pada 5 propinsi di Indonesia.Laporan hasil audit energi telah disampaikan
kepada kepada 5 Pemda yang telah diaudit. Beberapa Pemerintah daerah telah
menyatakan untuk mengimplementasikan rekomendasi audit energi.

I.2 URGENSI KEGIATAN


Kegiatan ini urgen untuk dilakukan karena Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini sedang mengembangkan dan
menerapkan Standar Energi & Pelabelan ES&L) untuk produk rumah tangga hemat
energi seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 2009.
Dalam penerapan ES&L diperlukan lembaga kesesuaian yang mampu melakukan
pengujian energi efisiensi, oleh karena itu beberapa laboratorium pengujian baik
laboratorium milik pemerintah, BUMN/swasta dan manufaktur untuk melakukan
persiapan dan meningkatkan kapasitas pengujian peralatan listrik rumah tangga, salah
satunya Laborotarorium Pengujian B2TkE BPPT sesuai dengan SK DIREKTORAT
JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGINOMOR : 899
K/05/DJE/2013 TENTANG PENUNJUKAN LEMBAGA PENlLAIAN KESESUAIAN
DALAM RANGKA PEMBUBUHAN LABELTANDA HEMAT ENERGI UNTUK LAMPU
SWABALAST.
Dalam rangka penyelarasan program kegiatan dan pengembangan diantara
laboratorium pengujian maka dibentuk Forum Komunikasi Laboratorium Pengujian
khusus untuk lingkup kelistrikan dan pengujian energi efisiensi, atau disingkat LPKEE
yang dikoordinasikan oleh laboratorium pengujian P3TKEBTKE - Kementerian
ESDM.Forum Komunikasi LPKEE saat ini beranggotakan 7 (tujuh) laboratorium
pemerintah, 7 (tujuh) laboratorium manufaktur dan 2 (dua) laboratorium BUMN/swasta.
Forum Komunikasi LPKEE ini adalah penyusunan Roadmap rencana kegiatan dan

1
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

pengembangan pengujian peralatan listrik rumah tangga sampai dengan tahun 2017
yang difokuskan pada aktifitas pengujian efisiensi energi untuk peralatan listrik RT.
Roadmap LPKEE merupakan panduan bagi seluruh laboratorium pengujian kelistrikan
dan Efisiensi Energi dalam merencanakan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan
kapasitas dan kompetensi laboratorium pengujian, harmonisasi antar laboratorium
pengujian, penelitian, pengembangan dan pengujian efisiensi energi produk pemanfaat
listrik, khusus untuk keperluan rumah tangga.
Pemerintah, melalui DJEBTKE telah merencanakan konservasi energi melalui Energi
standar dan pelabelan terhadap 11 (sebelas) pemanfaat listrik rumah tangga. Untuk
tahap pertama DJEBTKE mengadakan program ES&L energi (ES&L) pada 7 (tujuh)
pemanfaat listik rumah tangga yaitu; Lampu CFL, Lampu LED, Pendingin Ruangan (AC),
Kulkas, Kipas Angin, Penanak Nasi, Balast Elektronik dan motor Listrik. Program ini
dirancang untuk pengelolaan penggunaan energi yang efektif dengan tujuan membantu
masyarakat dalam penghematan energi, menurunkan pemakaian listrik, serta membantu
masyarakat dalam pemilihan peralatan listrik melalui standarisasi dan pelabelan.
Konservasi energi melalui program ES&L mempunyai potensi untuk menurunkan
konsumsi energi pada kategori peralatan rumah tangga hingga 36%.

I.3 KETERKAITAN KEGIATAN DENGAN RENSTRA BPPT 2015-2019


Kegiatan ini sudah sesuai dengan Rencana strategi BPPT tahun 2015 – 2019 seperti
yang termaktub dalam Bab III poin 3.1 mengatakan bahwaArah kebijakan dan strategi
nasional khususnya mengenai peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi. Dalam
rangka peningkatan dukungan iptek bagi daya saing sektor produksi, maka perlu
Penyelenggaraan riset difokuskan pada bidang-bidang yang diamanatkanRPJPN 2005-
2025 yaitu pada point (ii) energi, dan energi baru. Kegiatan ini akan mendukung program
pemerintah dalam usaha mengurangi gap antara suplai (Pembangkit) dan demand
(beban).

I.4 TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN


Teknologi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi sebenarnya adalah
merupakan pengembangan dan perbaikan dari system yang ada. Selama ini
penggunaan energi hanya berdasarkan data sekunder, sedangkan pada kegiatan ini
disamping memanfaatkan data sekunder, juga menggunakan data-data primer yang
diukur secara langsung dalam durasi yang cukup.
Teknologi pengujian performance peralatan listrik untuk mengetahui unjuk kerja
peralatan listrik rumah tangga juga relatif baru dan belum banyak dikembangkan orang.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pengembangan teknologi pengujian peralatan
listrik khususnya untuk rumah tangga merupakan teknologi baru yang perlu
dikembangkan.Pengujian performance peralatan listrik semua didasarkan kepada
Standar SNI maupun standar insternasional yang relevan. Kegiatan pengujian unjuk
kerja peralatan listrik rumah tangga untuk pemberian label tingkat hemat energi
dilakukan di Laboratoium Peralatan listrik Rumah Tangga B2TKE. Sudah ada beberapa
yang sudah terakreditasi berdasarkan SNI ISO 17025 oleh KAN. Diharapkan pada tahun
tahun yang akan datang, ada penambahan ruang lingkup pengujian yang terakreditasi
oleh KAN mengikuti regulasi pemerintah pemberlakuan label tingkat hemat energi pada
peralatan listrik rumah tangga.

2
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

II. TUJUAN DAN SASARAN


II.1 TUJUAN
Tujuandari kegiatan ini adalah :
 Penghematan penggunaan energi melalui Audit Energi dan Benchmark serta Energy
Potential Scan pada Gedung Perkantoran serta penerapan teknologi peralatan
hemat energi pada sektor rumah tangga.
 Mengembangan testing protokol berdasarkan SNI maupun Standar International.
 Membantu pemerintah dalam mempercepat program labelisasi tingkat hemat energi
pada peralatan listrik rumah tangga.
 Mengetahui nilai efisiensi produk peralatan listrik rumah tangga yang diproduksi
dan/atau dipasarkan di indonesia.
 Mengetahui kemampuan dan mengidentifikasi critical point pada saat laboratorium
melakukan pengujian.
 Mengetahui kesiapan serta mempersiapkan Produsen dalam negeri dalam program
Labelisasi Hemat Energi.
 Memberikan data yang terkini dan akurat kepada pemangku kebijakan.

II.2 SASARAN
Sasaran kegitan hingga akhir program adalah :
 Meningkatkan efisiensi penggunaan energi di bangunan pemerintah sehingga
penggunaan dan biaya energi dapat diturunkan tanpa mengurangi kenyamanan dan
produktivitas, sehingga dapat meningkatkan daya saing di pasar global.
 Tersedianya laboratorium pengujian peralatan listrik rumah tangga yang terakreditasi
sesuai dengan standar SNI ISO 17025

III. PELAKSANAANKEGIATAN
Seperti tadi di jelaskan di depan bahwa ini terdiri dari dua kegiatan utama yaitu Kegiatan
Perekayasaan Teknologi Efisiesi, Peralatan dan Sistem energi ini untuk melakukan
penghematan penggunaan energi melalui Audit Energi dan Benchmark serta Energi
Potential Scan pada Gedung Perkantoran terutama didaerah-daerah atau PEMDA.
Kegiatan ini merupakan forum sharing kepada Pemda tentang pentingnya konservasi
energi. Disamping itu secara tidak langsung saat melakukan audit dengan penanggung
jawab gedung terutama penggunaan energi,akanada transfer teknologi.
Kegiatan lainnya adalah pengembangan Testing Protokol dan Pengujian Peralatan
Listrik serta penerapan teknologi peralatan hemat energi.Langkah ini sangat bermanfaat
terutama dalam usaha membantu pemerintah dalam mempercepat program labelisasi
tingkat hemat energi pada peralatan listrik rumah tangga, yang pada akhirnya bermuara
pada penghematan energi listrik pada pengguna sektor rumah tangga.
Disamping itu sebagai bahan masukan bagi produsen maupun konsumen untuk
mengetahui nilai efisiensi produk peralatan listrik rumah tangga yang diproduksi dan/atau
dipasarkan di indonesia. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengetahui kesiapan-
kesiapan serta mempersiapkan produsen dalam negeri dalam program Labelisasi Hemat
Energi. Kegiatan dibagi sesuai dengan sistem kerekayasaan BPPT. Sistem
perekayasaan Type B yang terdiri dari personil 1 orang Kepala Program, 1 orang Chief
Engineer, 1 orang Program Manager. Agar dapat lebih focus, maka dibagi kedalam 2
komponen atau WBS yang dilaksanakan oleh masing-masing seorang Group
Leader.Setiap Group Leader mempunyai masing-masing 3 leader.Dan selanjutnya

3
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

anggota leader terdiri dari Enginering staf dan Technical Staf seperti diperlihatkan pada
struktur organisasi berikut ini.

4
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

ADVISOR
KEPALA PROGRAM
- Dr. Ir. Marzan A. Iskandar
- Drs.Agus Salim Dasuki, M,Eng SUDIRMAN

Asisten PM : PROJECT MANAGER CHIEF ENGINEER


- Lily Sapinah JOKO SANTOSA Asisten CE:
R. SOFYAN AGUS SAFARI
- Wulan Erna K - Edi Hilmawan

WBS-100 WBS-200
Audit dan Energi Potensial Scan serta Smart Energy Management System
Pengujian Peralatan Listrik
GL : AGUS NURROHIM
GL : RIDHA YASSER

WP 110 WP 120 WP 130 WP 210 WP 220 WP 230


Audit dan Energi Benchmarking dan Kajian Pengembangan Testing Pemodelan dan Sistem Kontrol dan Sistem Informasi dan
Potential Scan pada Teknologi Peralatan Listrik Protokol dan Pengujian Simulasi Akusisi Data Jaringan
Bangunan Gedung Hemat Energi Peralatan listrik RT
L : Prasetyo Aji L : Budi Ismoyo L : Dionysius AR
L : Rohi A Wenyi L : Fariz Maulana L : Zul Ramadhanie

ES : ES : ES : ES : ES: ES:
111 M. Akbar H 121 Suhraeni Syafei 131 Louis 211 Danang Y 221 Yusuf M 231 Setya Sunarna
112 Toha Zaky 122 Sundari 132 Diding F 212 Agustina PM 222 Yuli Astriani 232 Khotimatul Fauziah
113 Eka Nurdiana 124 Harthadi 133 Heru E Prawoto 213 Imam Suhairi 223 Sarwo Turinno 233 Asih Kurniasari
114 Abd Azis B 125 Tarno 134 Asih Kurniasari 214 Noor Fachrizal 224 Rohi AW 234 Yusuf Ahda
115 Khotimatul Fauziah 135 Nuraida Tarigan
136 Anita Faradilla

Gambar 1. Struktur Organisasi Pelaksana Kegiatan

Tabel 1. Tabel Tim Pelaksana Kegiatan Perekayasaan Teknologi Konservasi


Energi, Peralatan dan Sistem Efisiensi Energi pada Gedung Komersial dan Industri.

Jabatan Unit
Nama NIP Peran WBS/WP Deputi
Fungsional Kerja
0 1 2 6 7 8 10 11
196580518 198512
Dr.
1 Ir. Marzan A. Iskandar ADV. WBS 00 Peneliti Madya B2TKE TIEM
1001
Drs.
2 Agus SalimDasuki, M,Eng 19550110 198110 1001 ADV. WBS 00 Peneliti Madya B2TKE TIEM

Ir.
3 Sudirman, MT 19670617 199211 1 001 KP WBS 00 Peneliti Madya B2TKE TIEM

Ir.
4 Joko Santosa, M.Sc 19660212 199301 1 001 CE WBS 00 Fungsional Umum B2TKE TIEM

Edi
5 Hilmawan 195208081979122001 Ass. CE WBS 00 Fungsional Umum PRDST TIEM

Drs.
6 R. Sofyan Agus Safari 19610803 198103 1 003 PM WBS 00 Fungsional Umum B2TKE TIEM

Lily
7 Sapinah, SE 19770602 200910 2 001 Ass. PM WBS 00 Perekayasa Pertama B2TKE TIEM

Wulan
8 Erna Komariah, ST,MT 198410112008012007 Ass PM WBS 00 Perekayasa Muda B2TKE TIEM

Ridha
9 Yasser, Ph.D 19710812 200801 1 008 GL WBS 100 Fungsional Umum B2TKE TIEM
1
Dr. Ir. Agus Nurrohim, M. Eng 19630801 199003 1 002 GL WBS 200 Peneliti Madya B2TKE TIEM
0
1 WP 110, Teknisi Litkayasa
Rohi Adu Wenyi, ST 19630626 198503 1 004 L, ES 224 B2TKE TIEM
1 WP 220 Penyelia
1
Fariz Maulana Rizanulhaq, ST 19881023 201212 1 001 L WP 120 Perekayasa Pertama B2TKE TIEM
2
1
Zulramadhanie, ST 19860526 201012 1 002 L WP 130 Perekayasa Pertama B2TKE TIEM
3
1
Prasetyo Aji, S.Si. 19900731 201402 1 003 L WP 210 Fungsional Umum B2TKE TIEM
4
1
Budi Ismoyo, ST 19830822 200912 1 001 L WP 220 Perekayasa Pertama B2TKE TIEM
5

5
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Jabatan Unit
Nama NIP Peran WBS/WP Deputi
Fungsional Kerja
0 1 2 6 7 8 10 11
1
Dionysius Aldion Renata, S.Kom 19891211 201402 1 004 L WP 230 Fungsional Umum B2TKE TIEM
6
1
Muhammad Akbar Hipi, ST 19870411 201402 1 003 ES 111 WP 110 Fungsional Umum B2TKE TIEM
7
1
Toha Zaky, ST, MT 19850806 200901 1 001 ES 112 WP 110 Perekayasa Pertama B2TKE TIEM
8
1
Eka Nurdiana, S.Si 19900818 201402 2 002 ES 113 WP 110 Fungsional Umum B2TKE TIEM
9
2
Abduh Aziz Basharah, S.T 19910708 201503 1 001 ES 114 WP 110 Fungsional Umum B2TKE TIEM
0
2
Tarno, SE, MM 19670911 199612 1 001 ES 125 WBS 120 Perekayasa Muda B2TKE TIEM
1
2
Suhraeni Syafei, ST 19840719 200901 2 004 ES 121 WP 120 Perekayasa Pertama B2TKE TIEM
2
2 ES 122, WP 120,
Khotimatul Fauziah, ST 19830330 201402 2 003 Fungsional Umum B2TKE TIEM
3 ES 232 WP 230
2 ES 123, WP 120,
Yuli Astriani, ST 19820404 201402 2 001 Fungsional Umum B2TKE TIEM
4 ES 233 WP 230
2
Hartadhi, ST 19861126 201503 1 002 ES 124 WP 120 Fungsional Umum B2TKE TIEM
5
2 Teknisi Litkayasa
Louis 19610403 198510 1 001 Es 131 WP 130 B2TKE TIEM
6 Penyelia
2 Tek. Litkayasa
Diding Fachrudin 19581107 198503 1 003 ES 132 WP 130 B2TKE TIEM
7 Penyelia
2 Teknisi Litkayasa
Heru Eka Prawoto 19810101 200810 1 001 ES 133 WP 130 B2TKE TIEM
8 Pelaksana Pemula
2 ES 134, WP 130,
Asih Kurniasari, ST 19880114 201402 2 003 Fungsional Umum B2TKE TIEM
9 ES 222 WP 220
3 Teknisi Litkayasa
Nuraida Tarigan, A.Md 19680728 199903 2 001 Es 135 WP 130 B2TKE TIEM
0 Penyelia
3
Anita Faradilla, ST 19890303 201212 2 002 ES 136 WP 130 Perekayasa Pertama B2TKE TIEM
1
3
Danang Yogisworo, ST., M. Eng. 19801103 200901 1 003 ES 211 WP 210 Perekayasa Muda B2TKE TIEM
2
3 Teknisi Litkayasa
Agustina Putri Mayasari, A.Md 19860802 200912 2 002 ES 212 WP 210 B2TKE TIEM
3 Pelaksana
3
Imam Suhairi, ST 19591222 198203 1 004 ES 213 WP 210 Fungsional Umum B2TKE TIEM
4
3
Ir. Noor Fachrizal, MT 19681017 199403 1 006 ES 214 WP 210 Perekayasa Madya B2TKE TIEM
5
3
Yusuf Margowadi, S.Si 19890604 201402 1 002 ES 221 WP 210 Fungsional Umum B2TKE TIEM
6
3 Teknisi Litkayasa
Sarwo Turinno, A.Md 19840214 200901 1 004 ES 223 WP 220 B2TKE TIEM
7 Pelaksana
3 Teknisi Litkayasa
Setya Sunarna, S.Kom 19750821 200901 1 005 ES 231 WP 230 B2TKE TIEM
8 Pelaksana Lanjutan
3 19870902 201012 1 005
Yusuf Ahda ES 234 WP 230 Perkayasa Pertama B2TKE TIEM
9

Pelaksanaan WBS100 dibagi ke dalam 3 WP untuk melaksanakan program :

WBS 110.Audit Energi dan Benchmark serta energy Potential Scan Pada Gedung
Perkantoran

WP 110 ini melakukan kegiatan persiapan audit, komunikasi kerjasama


dengan pengelola gedung yang diaudit, pelaksanaan survei dan audit
energi dengan melakukan opening meeting, presentasi awal pentingnya
audit, pengukuran data promer, pengambilan data sekunder, perfikasi data
dan validasi data. Kemudian analisis dan rekomendasi dalam bentuk
energy potensial scan. Data-data yang nantinya terkumpul apabila jumlah

6
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

yang diaudit sudah mencukupi, maka akan dilakukan benchmarking


intensitas komsumsi energinya.

WP120 Benchmarking dan Kajian Teknologi Peralatan Listrik Hemat Energi


WP120 ini melakukan kajian dan benchmarking Peralatan Listrik Hemat
Energi untuk mengetahui teknologi peralatan listrik rumah tangga yang
berkembangan di Indonesia.

WP130 Pengembangan testing Protokol dan Pengujian Peralatan Listrik Rumah


Tangga.
WP130 ini memberikan konstribusi dalam hal kajian standar uji baik SNI
maupun standar International, Pengembangan testing protocol (protocol uji)
berbasis standar SNI atau IEC atau ISO, desain lab pengujian, pengadaan
peralatan ukur pengujian dan fasilitasnya, pengadaan sampel uji, uji coba,
evaluasi dan analisis data hasil pengujian.

Tabel 2Jadwal Kegiatan

TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN IV Ket.


No KEGIATAN
Jan. Feb. Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept. Okt. Nop. Des.
1 Persiapan survei Energy Potential Scan √ √ Selesai
2 Pengadaan peralatan Pengukuran Audit √ √ √ Selesai
3 Survei ke 5 lokasi 5 propinsi √ √ √ √ √ √ √ √ √ Selesai
4 Pembuatan laporan dan Rekonendasi √ √ √ √ √ √ √ √ Selesai
Pengembangan testing protokol pengujian
5 √ √ √ √ √ √ Selesai
Lampu jalan
Pengembangan testing protokol pengujian
6 √ √ √ √ √ √ Selesai
lampu TL
7 Pengembangan testing protokol Setrika √ √ √ √ √ √ Selesai
9 Pengadaan alat dan bahan Lab Pengujian √ √ √ √ Selesai
10 Pengujian Lampu Jalan LED √ √ √ √ √ √ Selesai
11 Pengujian Tubular Lamp √ √ √ √ √ √ Selesai
12 Pengujian Setrika √ √ √ Selesai
13 Pembuatan Laporan Hasil Pengujian √ √ √ √ √ √ √ Selesai
14 Ikut serta dalam tim Labeling (EBTKE) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Selesai
15 Pembuatan Laporan Tahunan √ √ Selesai

Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pembentukan Stuktur kerekayasaan.Kemudian


diadakan rapat pleno untuk menyusun dan mendiskusikan Judul dan penanggung jawab
Group Leader, Leader, Engineering staf dan Technic Staff. Setelah tersusun, maka
diajukan kepada Kepala Balai sebagai Penganggung jawab kegiatan.
Selanjutnya adalah melakukan persiapan survei energi potensial scan berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pada kegiatan ini dilakukan pembentukan
tim audit yang berbasis pada keahlian, pengalaman, dan latar belakang pendidikan.
Setiap tim setidaknya terdiri dari engineer yang berlatar belakang electrical, thermal,
mechanical ataupun teknik fisika. Kemudian selanjutnya ditentukan PIC pada masing-
masing lokasi. Tadinya ada 8 lokasi yang direncanakan, tapi karena adanya beberapa
pemotongan anggaran tahun 2016 ini, maka ditetapkanlah 5 lokasi yang dapat mewakili
jenis bangunan dan letak lokasi bangunan tersebut berada.
Untuk mengoptimalkan dan meningkatkan kemampuan personil pelaksana dan tim,
maka dilakukan pelatihan internal Audit energi.Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan
perbekalan kepada tim hal-hal yang perlu dilakukan selama survei dan melakukan audit.
Beberapa topik yang disajikan pada pelatihan ini antara lain, persiapan audit, yang

7
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

mencakup persiapan tim, persiapan alat, komunikasi penanggung jawab energi di


gedung, pembuatan jadwal dan metode yang digunakan.
Kemudian selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data primer dan sekunder dapat
dipandang sebagai tahap terpenting dari rangkaian tahapan audit energi. Pada tahap ini
pengalaman atau “jam terbang” para auditor energi sangat menentukan. Semakin tinggi
“jam terbang”-nya maka kualitas di samping kuantitas data yang dihasilkan akan
semakin baik. Di samping itu, semakin tinggi “jam terbang” seorang auditor energi maka
kemampuannya dalam “mengendus” adanya potensi penghematan energi semakin
tinggi pula. Hal ini akan sangat bermaanfaat pada saat dituangkan dalam laporan,
khususnya pada subbab analisis.
Tahap pengumpulan data primer dan sekunder sering pula disebut dengan tahap
pengukuran.Hal ini dikarenakan pada tahap ini dilakukan pengukuran untuk
mendapatkan data primer.Misalnya, untuk mendapatkan data laju alir air umpan boiler
(dalam satuan ton air per jam atau meter kubik air per jam) maka auditor perlu
melakukan pengukuran secara langsung.
Pengukuran dilaksanakan tanpa mengganggu operasional boiler.Artinya, selama
dilakukan pengukuran laju alir air umpan boiler, maka boiler tetap beroperasi
sebagaimana mestinya.Aliran air umpan ke boiler juga tidak terganggu.Dengan demikian
kualitas dan kuantitas uap (steam) yang dihasilkan boiler juga tidak berkurang.
Auditor dapat memasang alat ukur aliran (flowmeter) air jenis ultrasonik dengan cara
“menempelkan” flowmeter tersebut pada bagian luar pipa air umpan boiler. Selanjutnya
auditor mencatat hasil pengukuran tersebut.Data yang diperoleh dapat dibandingkan
dengan data hasil pengukuran industri/pabrik yang tertera di ruang kontrol boiler. Apabila
kedua alat ukur – milik industri dan auditor – dalam keadaan baik dan telah dikalibrasi
maka kedua data hasil pengukuran tersebut akan sama atau mendekati sama.
Sebelum kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder dilaksanakan, tim auditor
disarankan untuk melakukan prosesi pembukaan kepada pemilik atau pengelola industri
– lazim disebut dengan auditee atau pihak yang akan diaudit - sebagaimana layaknya
seorang tamu. Langkah pembukaan ini merupakan langkah awal yang akan
mengantarkan auditor melaksanakan langkah kegiatan selanjutnya.
Pada langkah pembukaan ini dilakukan pertemuan secara tatap muka antara segenap
atau perwakilan tim auditor dengan pihak pemilik atau pengelola industri sebagai pihak
yang akan diaudit energinya atau auditee. Dalam pertemuan pembukaan ini sedapat
mungkin pihak auditee diwakili oleh perwakilan manajemen yang memiliki kewenangan
dan otoritas yang memadai untuk memberikan semua data yang dibutuhkan selama
pelaksanaan pengumpulan data berlangsung.
Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan pengumpulan data, sebaiknya sudah didahului
dengan komunikasi dengan pihak auditee mengenai sasaran, tujuan, dan ruang lingkup
audit sekaligus memastikan kesiapan dari pihak auditee mengenai data-data yang
diperlukan.
Agenda pembukaan setidaknya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pengenalan tim auditor energi;
2. Pemaparan latar belakang, maksud, tujuan, dan lingkup kegiatan;
3. Pemaparan tim auditee tentang sistem dan/atau peralatan di industri;
4. Pemaparan agenda kegiatan pengumpulan data;
5. Diperlukan Verifikasi/klarifikasi data yang telah dikumpukan; dan
6. Akan Dilaksanakan Pemaparan Hasil Awal.

8
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Pengenalan tim dimaksudkan agar masing-masing pihak dapat mengetahui siapa saja
yang akan melakukan kegiatan pengukuran di lapangan. Dalam pengenalan ini, Manajer
Tim Audit Energi memperkenalkan nama-nama anggota tim, posisi, serta tugasnya di
dalam kegiatan pengumpulan data. Bila diperlukan, dapat ditambahkan latar belakang
dan kompetensi anggota tim agar komunikasi dengan pihak auditee dapat lebih mudah.
Pihak auditee juga memperkenalkan siapa yang bertangggung jawab secara
keseluruhan mewakili perusahaan selaku auditee dan person in charge (PIC) untuk
masing-masing lingkup kegiatan.

Pemaparan Latar Belakang, Maksud, Tujuan, dan Lingkup Kegiatan


Sekalipun di dalam naskah proposal penawaran kegiatan yang telah dikirimkan dan
diterima pihak pemilik atau pengelola industri sudah dituliskan latar belakang, maksud,
tujuan, dan lingkup kegiatan audit energi yang akan dilaksanakan, namun pada
kesempatan tatap muka ini perlu dijelaskan (kembali) mengenai hal-hal tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa penjelasan secara lisan dan langsung akan lebih dapat
dipahami dibandingkan dengan penjelasan tertulis.
Penjelasan sedapat mungkin dilakukan secara singkat namun dapat dipahami, disertai
dengan dokumen-dokumen pendukung yang diperlukan. Latar belakang kegiatan audit
energi, khususnya kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder, kontrak kerjasama,
surat penugasan auditor, dan lain sebagainya yang menunjukkan bahwa ada landasan
legal yang menjadi dasar dilakukannya kegiatan lapangan tersebut.
Di dalam pertemuan pembukaan ini dilakukan juga proses klarifikasi dan tanggapan
auditee mengenai paparan tersebut di atas.Setiap kesepakatan yang diambil sebaiknya
dicatat dan dimasukkan ke dalam berita acara pelaksanaan kegiatan lapangan.Jika ada
keberatan-keberatan dari pihak auditee harus dijadikan catatan keberatan disertai
alasannya, untuk nantinya dijadikan sebagai lampiran dalam laporan.

Pemaparan Tim Auditee Tentang Sistem dan/atau Peralatan di Gedung yang akan
Diaudit
Setelah usai penjelasan dari tim auditor mengenai latar belakang, maksud, tujuan, dan
disepakati lingkup kegiatannya, dilanjutkan dengan paparan dari tim auditee secara
ringkas mengenai sistem di gedung yang menjadi obyek kegiatan.
Pihak auditee diharapkan dapat menjelaskan urut-urutan proses produksi dimulai dari
bahan baku hingga produk yang dihasilkan. Dengan penjelasan ini pihak auditor akan
menjadi lebih lengkap informasinya menyangkut jenis dan jumlah peralatan proses dan
utilitas.Selain itu pada kesempatan ini pihak auditee juga menjelaskan tentang ketentuan
atau prosedur standar K-3 atau safety yang harus dipatuhi oleh setiap anggota tim
auditor.
Pada kesempatan ini pihak pengelola pabrik atau auditee akan menyampaikan kepada
tim auditor tentang personil-personil pabrik yang ditugaskan untuk mendampingi para
auditor. Biasanya akan ditugaskan beberapa personil pabrik sesuai dengan bidang atau
tugasnya. Dengan demikian terbentuk semacam rekan atau partner kerja. Misalnya,
untuk Subtim Sistem Kelistrikan akan didampingi oleh personil A yang kesehariannya
memang bertugas pada sistem kelistrikan.Tugas pendampingan ini mutlak diperlukan
agar setiap kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing Subtim atau auditor dapat
dilaksanakan secara efektif dan aman. Untuk itu kepada setiap anggota tim auditor
disarankan senantiasa berkoordinasi dengan masing-masing pendampingnya.
Selanjutnya dilakukan pemaparan Agenda Kegiatan Pengumpulan Data.Paparan
rencana agenda survei dilakukan oleh Manajer Tim untuk mendapatkan masukan dari
auditee sebelum pelaksanaan di lapangan.Agenda survei lapangan disusun sesuai

9
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

kesepakatan antara auditor dan auditee. Agenda survei yang disusun setidaknya
mencakup: lokasi objek survei, data yang diperlukan, metoda pengumpulan data,
surveyor/auditor, dan jangka waktu pelaksanaan kegiatan.
Pihak auditee dapat menambahkan PIC (person in charge) sebagai pendamping untuk
setiap lokasi objek survei. Jika ada kegiatan survei yang tidak memungkinkan untuk
dilaksanakan dapat dicatat dan disesuaikan selama tidak keluar dari maksud dan tujuan
audit di awal.
Kepada pihak Auditee disampaikan bahwa setiap anggota Tim diharapkan dapat
melakukan verifikasi atau klarifikasi kepada pihak Auditee atas setiap data – baik data
primer maupun data sekunder - yang dihasilkan sekiranya dianggap terdapat
kejanggalan.Hal ini penting dilakukan untuk menjaga agar jangan sampai terjadi bahwa
data yang dihasilkan atau dikumpulkan ternyata terdapat kesalahan. Dengan dilakukan
klarifikasi maka diharapkan dapat terhindar dari pengukuran ulang sementara segenap
tim sudah kembali ke kantor asal auditor.

Pemaparan Hasil Awal


Di hari terakhir kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder, tim auditor dapat
menyampaikan hasil awal atas temuan-temuan potensi penghematan energi di lapangan
kepada pihak industri. Temuan ini dapat diperoleh melalui pengukuran maupun
pengamatan.Tim auditor dapat menyampaikannya melalui presentasi singkat namun
mengenai sasaran. Adakalanya pada penyampaian hasil awal ini tim auditor juga
sekaligus dapat menyampaikan pula saran-saran, meskipun masih bersifat awal dan
sementara. Acara ini sekaligus mengakhiri kegiatan di pabrik dan berpamitan.
Selanjutnya adalah Pelaksanaan Pengumpulan Data Primer dan Sekunder.Pelaksanaan
pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan sesuai dengan jadwal/agenda yang
telah disepakati pada saat pertemuan pembukaan.Perlu dipastikan kesiapan auditee
untuk menyediakan data sekunder yang diperlukan selama survei/tinjauan lapangan
berlangsung.Untuk menjamin kerahasiaan data yang diperoleh, pihak auditor dapat
menandatangani perjanjian kerahasiaan (Non Disclosure Agreement) dengan pihak
auditee jika diperlukan.
Selama pelaksanaan pengumpulan data primer dan sekunder, auditor wajib
menggunakan alat bantu keselamatan, seperti pakaian keselamatan, helm, penutup
telinga (ear plug), sepatu keselamatan (safety shoes), masker, dan lain-lain sesuai
dengan yang dipersyaratkan oleh auditee dalam melakukan aktivitas di lingkungan kerja
perusahaan. Selain itu setiap subtim yang beraktivitas juga harus didampingi oleh pihak
industri atau pabrik.
Pengumpulan Data Primer merupakan pengumpulan data yang dilakukan oleh auditor
secara langsung di lapangan dari hasil pengukuran, pengamatan, dan/atau wawancara
dengan operator atau pihak manajemen.Salah satu yang termasuk kegiatan ini adalah
melakukan pengukuran. Pada tahap ini setiap subtim audit energi bekerja untuk
mendapatkan data primer sesuai dengan jenis dan jumlah yang tertera di dalam Lembar
Isian-nya masing-masing. Untuk Subtim Sistem Kelistrikan, misalnya, pengumpulan data
primer mengacu atau berpedoman kepada Lembar Isian Sistem Kelistrikan. Di dalam
Lembar Isian ini setiap anggota Subtim Sistem Kelistrikan dapat melihat jenis data
kelistrikan apa saja yang harus diperoleh. Selain itu, dapat juga dilihat peralatan ukur
dan pendukung yang harus digunakan.
Berdasarkan Lembar Isian tersebut di atas Subtim Sistem Kelistrikan mulai memasang
peralatan ukur dan pendukungnya. Lembar Isian tersebut juga menjelaskan cara
pengukurannya, yaitu secara terus-menerus/sinambung (on-line) atau sesaat. Demikian
halnya yang diukur secara sinambung juga dijelaskan periode waktunya, misalnya 5 x 24
jam.

10
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Adakalanya pekerjaan pengukuran ini menjadi dipermudah.Data primer diperoleh tanpa


pemasangan peralatan ukur oleh auditor.Hal ini dapat terjadi pada pabrik atau industri
yang telah memasang alat ukur secara lengkap dan disiplin dalam
pengkalibrasiannya.Pabrik tipe ini kesehariannya memang sudah peduli dengan akurasi
data.Sehingga semua data parameter operasi peralatannya selalu akurat dan valid.Bila
menjumpai pabrik tipe ini maka pihak auditor cukup mencatat atau merekam data yang
dihasilkan oleh alat ukur pabrik tersebut.
Namun sebaliknya, terkadang pekerjaan pengukuran menjadi sulit.Hal ini misalnya alat
ukur pada pabrik tersebut sedang mengalami gangguan.Atau pabrik tidak memasang
alat ukur.Kesulitan yang dialami misalnya tidak tersedia ruang yang memadai untuk
pemasangan alat ukur. Dalam kondisi seperti ini, koordinasi dan diskusi dengan tim
pendamping dari pabrik sangat diperlukan agar maksud untuk memperoleh data primer
tetap dapat terwujud.
Pengamatan/Observasi. Selain dengan cara pengukuran, di dalam Lembar Isian juga
dituliskan jenis-jenis data primer yang harus diperoleh dengan cara pengamatan.
Dengan demikian anggota Subtim atau Koordinator Subtim harus melakukan
pengamatan dengan operator dan/atau pihak manajemen yang berkaitan dengan sistem
atau alat yang sedang diaudit energinya.
Pengamatan atau observasi dilakukan terhadap kondisi dan operasional peralatan.Pada
saat melakukan observasi secara visual ini jika diperbolehkan oleh auditee sekaligus
juga dilakukan perekaman data dalam bentuk foto dan/atau video. Hal ini akan sangat
berguna sebagai data pendukung pada saat tahap analisis.
Di samping analisis berdasarkan data hasil pengukuran, analisis berdasarkan observasi
visual juga dilakukan, yaitu meliputi:
a. Kondisi peralatan
b. Kewajaran operasi peralatan
c. Ketersediaan Standard Operating Procedure (SOP) dan kepatuhan operator
d. Indikator-indikator pemborosan energi
e. Aliran proses dan setting operasi
f. Penerapan kaidah-kaidah efisiensi energi
g. Keberadaan dan kondisi alat ukur yang terpasang

Wawancara
Selain itu data primer juga diperoleh melalui metode wawancara (interview).Cara ini
dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai status manajemen, pengoperasian, dan
pemeliharaan peralatan.
Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak terkait yang dianggap perlu dan memiliki
peran signifikan terhadap penggunaan energi maupun implementasi sistem manajemen
energi.
Hal-hal yang dapat digali melalui wawancara, antara lain:
a. Cara pengoperasian peralatan
b. Permasalahan dalam pengoperasian
c. Pembinaan kompetensi pegawai
d. Temuan-temuan di lapangan

Pengumpulan Data Sekunder


Pengertian data sekunder adalah data yang diperoleh dari operator atau pihak
manajemen yang sudah diolah. Contohnya, seperti data primer di atas, yaitu: laju alir air

11
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

umpan boiler, temperatur uap (steam), laju alir uap dari boiler, komposisi gas buang
boiler, namun yang telah ditabulasikan atau dibukukan oleh pabrik tersebut, misal
selama 1 tahun terakhir. Termasuk data sekunder adalah data spesifikasi peralatan
(misalnya boiler) serta peralatan pendukungnya. Data sekunder diperoleh dengan
meminta salinan (copy) dokumen kepada pihak pabrik atau industri. Selain itu sering
digunakan cara memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner.
Lazimnya kuesioner memang diberikan kepada pihak industri atau pabrik untuk diisi.
Namun akan lebih efektif bila dapat diisi sendiri oleh auditor. Untuk itu kegiatannya dapat
digabung pada saat wawancara.Jadi, sambil melakukan wawancara sekaligus mengisi
kuesioner.Cara seperti ini di samping lebih efektif, juga tidak merepotkan pihak pabrik
yang sudah sibuk dengan aktivitas hariannya. Apabila pertanyaan di dalam kuesioner
tersebut menyangkut pengisian data konsumsi energi secara serial, misal konsumsi
minyak residu per bulan selama 3 tahun terakhir, maka auditor dapat meminta salinan
(copy) tabulasi data tersebut kepada pihak pabrik.
Dengan mengingat waktu yang dialokasikan untuk pengukuran data primer dan
sekunder relatif singkat maka setiap koordinator subtim audit energi harus mampu
memperkirakan waktu yang diperlukan untuk pengisian kuesioner ini. Dapat juga
kuesioner dikirimkan kepada pihak industri sebelum waktu pelaksanaan pengumpulan
data primer dan sekunder. Atau, pada hari pertama di pabrik – saat akan memulai
pelaksanaan pengumpulan data primer dan sekunder – kuesioner tersebut diserahkan
kepada pihak industri.
Hal yang perlu diperhatikan adalah setiap data sekunder yang didapatkan harus
dikonfirmasi kepada auditee bahwa data tersebut merupakan data dengan sumber data
yang dapat dipertanggungjawabkan.Seperti halnya pada saat pengumpulan data primer,
maka untuk pengumpulan data sekunder pun masing-masing subtim audit energi agar
berpedoman kepada Lembar-lembar isian yang bersesuaian. Misalnya, untuk Subtim
Sistem Kelistrikan berpedoman kepada Lembar Isian Sistem Kelistrikan (Lampiran 1-3),
Subtim Sistem Boiler berpedoman kepada Lembar Isian Sistem Boiler (Lampiran 1-4),
demikian seterusnya.

Verifikasi Hasil Pengumpulan Data Primer dan Sekunder


Pada prinsipnya pelaksanaan verifikasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa data yang
diperoleh – baik data primer maupun sekunder – adalah data yang valid, lengkap, dan
dapat dipertanggungjawabkan.Dengan demikian data tersebut layak untuk digunakan
pada tahap analisis.
Masing-masing subtim audit energi harus melaksanakan tahapan ini. Verifikasi data
meliputi pula kuantitasnya di samping kualitas.Sehingga pada saat dilakukan analisis
atau perhitungan tidak mengalami kekurangan data.
Sebagaimana diketahui bahwa setelah menyelesaikan kegiatan pengumpulan data
primer dan sekunder, umumnya atau pada prinsipnya segenap anggota Tim Audit Energi
meninggalkan lokasi pabrik dan kembali ke kantor atau institusi asalnya. Di kantor inilah
tahap analisis dilakukan. Hal seperti ini berisiko terjadi kekurangan data atau terdapat
data yang kurang jelas.Bila hal tersebut sampai terjadi maka hal yang harus dilakukan
adalah datang kembali ke pabrik untuk menanyakan data yang kurang jelas itu, atau
bahkan melakukan pengukuran ulang.
Guna menghindari kejadian harus datang kembali ke pabrik maka perlu ditempuh satu
langkah penting, yaitu verifikasi data.Dengan dilakukannya tahap verifikasi data ini maka
tim auditor akan terhindar dari kemungkinan dilakukannya pengukuran atau pengamatan
ulang di lapangan.

12
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Pelaksanaan verifikasi data dapat dilakukan langsung pada saat di lapangan. Setiap
data hasil pengukuran dan/atau pengamatan yang meragukan segera dapat diverifikasi
dengan tim pendamping dari pabrik. Apabila diketahui bahwa data tersebut meragukan
atau tidak layak maka dapat segera dilakukan pengukuran dan/atau pengamatan
ulang.Verifikasi juga dapat dilakukan pada saat acara pemaparan hasil awal sekaligus

Pemaparan Hasil Awal


Tahap pengumpulan data primer dan sekunder diakhiri dengan pertemuan
penutupan.Pada pertemuan di ujung kegiatan ini Tim Auditor sebaiknya juga
menyampaikan hasil-hasil awal meskipun masih bersifat sementara.
Misalnya, dari data hasil pengukuran (=data primer), Subtim Kelistrikan memperoleh
fakta awal bahwa faktor daya (Cos Φ) di pabrik tersebut masih di bawah batas yang
ditentukan oleh PT PLN (Persero). Fakta awal tersebut ternyata berkorelasi dengan data
di rekening listrik (=data sekunder) yang menunjukkan bahwa pabrik membayar (denda)
pemakaian kVARh. Berdasarkan fakta awal ini Subtim Sistem Kelistrikan dapat
memberikan rekomendasi awal kepada pihak industri agar melakukan upaya
peningkatan faktor daya, umpamanya dengan pemasangan 1 set capacitor bank.
Sedangkan menyangkut kapasitas capacitor bank yang dianjurkan dipasang belum
dapat disampaikan pada kesempatan itu.Subtim Sistem Kelistrikan perlu melakukan
analisis lebih lanjut sekaligus perhitungannya.
Rekomendasi yang disampaikan pada pemaparan hasil awal ini sering segera
ditindaklanjuti oleh pihak pabrik.Karena pada prinsipnya setiap temuan adalah sebuah
potensi penghematan, baik energi maupun biaya. Oleh karena itu pihak pabrik tidak
akan membiarkan sebuah potensi itu berlalu. Pada pertemuan penutup ini sekaligus
dapat dimanfaatkan untuk dilakukan klarifikasi data kepada auditee.Sekiranya sempat
terjadi hal yang tidak dapat dihindari, yakni kekurangan data primer karena adanya
gangguan operasi pada peralatan yang sedang diukur, maka pada kesempatan ini dapat
dikonfirmasikan waktu untuk melakukan pengukuran susulan.
Kegiatan pengembangan testing protocol telah dilakukan beberapa pertemuan baik
internal maupun ikut kegiatan yang dilakukan di kementerian ESDM.

IV. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN


IV.1 HASIL CAPAIAN KEGIATAN SAMPAI AKHIR TAHUN BERJALAN (TAHUN
2016)
Telah dilakukan Audit Energi dan Benchmark serta Energy Potential Scan pada 5
Gedung Perkantoran/Kampus di 5 propinsi :
• Audit Energi Kantor Pemda Depok, Propinsi Jawa Barat
• Audit Energi Kantor Walikota Batam, Propinsi Riau Kepulauan
• Audit Energi Kantor Gubernur, Propinsi Sumatera Barat
• Audit energi Kantor Bappeda, DI Yokyakarta
• Audit energi Universitas Negeri Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan

Telah dilakukan Pembahasan Draft Testing Protokol untuk Peralatan listrik rumah tangga
seperti :
• Draft testing protocol Pengujian Lampu Jalan berdasarkan LED SNI IEC 62612:2016 :
Lampu LED Swa-Balast Untuk Layanan Penerangan Umum Dengan Tegangan
Suplai > 50V- Persyaratan Kinerja

13
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

• Draft testing protocol Pengujian Setrika listrik berdasarkan SNI IEC 60311:2019 :
Setrika listrik untuk rumah tangga atau penggunaan serupa- Pengukuran Kinerja.
• Draft testing protocol Pengujian Lampu Tubular Lamp LED berdasarkan SNI IEC
62612:2016 : Lampu LED Swa-Balast Untuk Layanan Penerangan Umum Dengan
Tegangan Suplai > 50V- Persyaratan Kinerja.

Hasil pengujian beberapa peralatan listrik rumah tangga seperti lampu jalan LED, Setrika
listrik, Lampu tubular lamp LED.

IV.2 AUDIT ENERGI DI GEDUNG PEMERINTAH KOTA DEPOK, JAWA BARAT


Komplek gedung Pemerintah Kota Depok terletak di jalan Margonda Raya No. 54,
Depok. Komplek ini terdiri dari beberapa bangunan antara lain: Gedung Dibaleka I,
Gedung Dibaleka II, Gedung Sekretariat Daerah, Gedung Satpol PP, Gedung
Perpustakaan, Masjid Balikota, dll. Gedung yang akan disurvei konsumsi energinya
adalah Gedung Dibaleka II. Data lengkap dari gedung Dibaleka II akan dijelaskan
sebagai berikut.

a. Nama Gedung : Dibaleka II


b. Alamat/Lokasi : Jl. Margonda Raya No. 54 Depok
(Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas,
Kota Depok, Provinsi Jawa Barat)
Posisi Geografis : 6o 23' 44" LS dan 106o 49' 15" BT
c. Waktu :
Pembangunan : 2013
Penggunaan : 2014
d. Pengguna : Kantor Pelayanan dan Dinas pemerintah kota Depok

Gambar 2. Gedung Dibaleka II Balaikota Depok

14
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gedung
Dibaleka II

Sumber :http://wikimapia.org/#lang=en&lat=-6.394588&lon=106.821544&z=18&m=b&search=walikota%20depok

Gambar 3. Peta Lokasi Kantor Walikota Depok

Gedung Dibaleka II menghadap ke arah utara, terdiri atas 10 lantai dan sebuah
basement dengan luas per lantainya mencapai 2.400 m². Setiap lantai terbagi menjadi 2
sayap dengan desain dan luas yang identik.
Lantai 1 diperuntukkan sebagai ruang pelayanan, lantai 2-10 diperuntukkan sebagai
kantor Dinas/Badan sebagaimana dijelaskan dalam Tabel 3. Basement dipergunakan
untuk tempat parkir dan foodcourt/kantin. Sedangkan di lantai paling atas gedung
digunakan untuk ruang ME (maintenance & engineering).

Tabel 3. Pengguna Gedung Dibaleka II

Lantai Sayap Timur Sayap Barat


1 Ruang Rapat Ruang Pelayanan Publik
2 Dinas Kependudukan & Pencatatan Sipil Dinas Kependudukan & Pencatatan Sipil
3 Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan
4 Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan
5 Dinas Tata Ruang & Pemukiman Dinas Tata Ruang & Pemukiman
6 Dinas Perindustrian & Perdagangan Badan Lingkungan Hidup (BLH)
7 Dinas Komunikasi & Informatika Dinas Pasar / UMKM
8 Dinas Tenaga Kerja & Sosial Badan Kepegawaian Daerah(BKD)
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
9 Dinas Pemuda dan Olahraga
Keluarga (BPMK)
10 Ruang Fitness Aula Serba Guna

15
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Sistem Kelistrikan Gedung


Sumber energi listrik gedung Dibaleka II disuplai oleh PT PLN (Persero) dengan kontrak
daya terpasang sebesar 1.385 kVA dan golongan tarif P-2. Single Line Diagram sistem
kelistrikan gedung dapat dilihat pada Gambar 4. Sumber tegangan menengah 20 kV dari
penyulang PLN diturunkan ke tegangan rendah 380 V melalui Transformer dengan
kapasitas 1600 kVA. Selain suplai dari PLN, gedung juga dilengkapi dengan Genset
dengan kapasitas 2 x 800 kVA yang digunakan sebagai back up. Sistem kelistrikan
gedung juga dilengkapi dengan Capasitor Bank.
LVMDP

800 – 2000 A
SDP- SBA (Panel AC)

Trafo 1600 kVA 250 – 630 A


Suplai PLN SDP-SBB (Panel Lampu Penerangan)
20 kV 20 kV 380 kV
250 – 630 A
SDP-Komputer (Panel stop kontak)
CT 2500/5 2500 A

160 A
Interlock PP-Pump

Genset 250 – 630 A


PP-Hydrant
2 x 800 kVA

2500 A 50 A
CT 2500/5 PP-PH

20 A
PP-PL

70 A
PP-Lift Service

60 A
PP-Press Fan

160 A
PP-Lift Pass

Gambar 4. Panel Distribusi Utama Sistem Kelistrikan Gedung

Sistem Tata Udara Gedung


Sistem tata udara gedung Dibaleka II menggunakan pengkondisi udara (AC) tipe split
duct merk Fujiaire dengan kapasitas 10 PK. AC dipasang di tiap lantai yang mana setiap
lantai terpasang 8 unit AC. Pada sistem pengkondisi udara tipe split duct, hawa dingin
didistribusikan menggunakan sistem ducting. Pengatur suhu dikontrol pada satu titik di
tiap lantai/sayap. Semua lantai dilengkapi dengan sistem pengkondisi udara, kecuali
lantai basement.

16
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 5. Pengkondisi udara (AC) type split duct yang terpasang di tiap-tiap lantai

Sistem Penerangan Gedung


Sistem penerangan di gedung Dibaleka II menggunakan lampu jenis CFL dan TL
dengan balast konvensional. Untuk penerangan di ruang kerja digunakan lampu TL yang
dipasang di dalam armatur untuk menopang dan membiaskan cahaya. Setiap armatur
terdiri atas 3 buah lampu, dengan daya masing-masing lampu sebesar 18 Watt.
Sedangkan untuk ruangan lobby digunakan lampu tipe CFL.

Gambar 6. lampu jenis CFL dan TLdi gedung Dibaleka II Pemkot Depok

Manajemen Energi Gedung


Sistem kelistrikan gedung Dibaleka II dilengkapi dengan Building Automation Systems
(BAS). BAS difungsikan untuk kontrol on/off beban (AC, penerangan, stop kontak) pada
tiap-tiap lantai. Ruangan sistem kontrol BAS ditunjukkan pada Gambar 7.

17
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 7. Ruang kontrol BAS dan tampilan menu untuk kontrol lampu per lantai

Pengukuran kelistrikan secara online selama beberapa hari dilakukan di panel utama
LVMDP (low voltage main distribution panel) yang terletak di ruang trafo gedung dan
panel distrubusi utama yang mendistribusikan beban ke tiap-tiap lantai yang berada di
lantai basement. Pengukuran secara online di panel utama ditunjukkan dalam Gambar 8.
Proses pengukuran sistem kelistrikan dilakukan selama 3 hari pada hari senin – rabu,
tanggal 25 – 27 April 2016.

Gambar 8. Pengukuran kelistrikan secara online di panel utama

Gambar 9. Pengukuran kelistrikan secara sesaat di panel setiap lantai

18
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Analisis Penggunaan Energi Listrik Bulanan


Data sistem kelistrikan yang terpasang di gedung Dibaleka II adalah sebagai berikut:
 Golongan Tarif : P2/TM (Pemerintah >200 kVA)
 Daya Tersambung : 1.385 kVA
 I.D Pelanggan : 538712767312
 Kapasitas trafo : 1.600 Kva

Tabel 4. Pemakaian Energi Listrik Bulanan tahum 2015-2016

No Tahun Bulan kWh


1 2015 Juli 165,926
2 2015 Agustus 149,218
3 2015 September 172,772
4 2015 Oktober 174,558
5 2015 November 188,044
6 2015 Desember 186,360
7 2016 Januari 208,526
8 2016 Februari 224,420
9 2016 Maret 200,152
10 2016 April 226,712
11 2016 Mei 239,384
Rata-rata 194,188
Luas bangunan (m²) 24,000
IKE (kWh/m²/bulan) 8.09

Pemakaian Energi Gedung Dibaleka II Pemkot Depok


LWBP (kWh) WBP (kWh) Total Konsumsi Energi Bulanan (kWh)
300.000

250.000

200.000
Energi [kWh]

150.000

100.000

50.000

0
Mar-16
Nop-15

Des-15

Mei-16
Jul-15

Agust-

Okt-15
Sep-15

Apr-16
Jan-16

Feb-16
15

Gambar 10. Pemakaian energi listrik bulanan

19
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Biaya Pemkaian Listrik Gedung Dibaleka II Pemkot Depok


300 Rp LWBP Rp WBP Rp Energi

250
Biaya [Juta Rupiah]

200

150

100

50

0
Jul-

Okt-

Jan-

Apr-
Nop-

Feb-

Mar-
Agus

Des-

Mei-
Sep-
t-15
15

16
15
15

15

16

16
16
16
15
Gambar 11. Biaya pemakaian listrik bulanan

Dari hasil pengumpulan data rekening listrik dan data luas bangunan, maka dapat
dihitung besar nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) per bulan nya. Dari hasil
perhitungan, besar nilai IKE bulanan selama tahun 2015 dan 2016 ditunjukkan oleh
Tabel 5.

Tabel 5. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Dibaleka II

Luas IKE
No Tahun Bulan
Konsumsi Bangunan (kWh/m²/
Energi (kWh) (m²) bulan)
1 2015 Juli 165,926 24,000 6.91
2 2015 Agustus 149,218 24,000 6.22
3 2015 September 172,772 24,000 7.20
4 2015 Oktober 174,558 24,000 7.27
5 2015 November 188,044 24,000 7.84
6 2015 Desember 186,360 24,000 7.77
7 2016 Januari 208,526 24,000 8.69
8 2016 Februari 224,420 24,000 9.35
9 2016 Maret 200,152 24,000 8.34
10 2016 April 226,712 24,000 9.45
11 2016 Mei 239,384 24,000 9.97
Minimum 6.22
Maksimum 9.97
Rata-rata 8.09

20
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Sangat Efisien Efisien Cukup Efisien IKE (kWh/m²)


20
18
16
14
IKE [kWh/m²]

12 9,97
9,4 9,4
10 8,7 8,3
7,3 7,8 7,8
7,2
8 6,9 6,2
6
4
2
0
Jul-15

Okt-15

Jan-16

Apr-16
Feb-16

Mar-16
Nop-15

Des-15
Agust-

Mei-16
Sep-15
15

Gambar 12 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) per bulan Gedung Dibaleka II

Tabel 6. Kriteria IKE untuk gedung ber-AC

Kriteria Konsumsi Energi Spesifik (kWh/m²/Bulan)


Sangat
Lebih Kecil dari 8,5
Efisien
Efisien 8,5 sampai dengan lebih kecil dari 14
Cukup
14 sampai dengan lebih kecil dari 18,5
Efisien
Boros Lebih besar sama dengan 18,5

Tabel 7. Kriteria IKE untuk gedung tanpa AC

Kriteria Konsumsi Energi Spesifik (kWh/m²/Bulan)


Sangat
Lebih Kecil dari 3,4
Efisien
Efisien 3,4 sampai dengan lebih kecil dari 5,6
Cukup
5,6 sampai dengan lebih kecil dari 7,4
Efisien
Boros Lebih besar sama dengan 7,4

21
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Distribusi Beban per Lantai


% Pemakaian Beban

10
9
8
7
Lantai
6
5
4
3
2
1

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14%

Gambar 13. Distribusi pemakaian beban per lantai

Distribusi Jenis Beban per Lantai


AC Komp LP
Total
10
9
8
7
Lantai

6
5
4
3
2
1

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Gambar 14. Distribusi jenis pemakaian beban per lantai

Tabel 8. Hasil Pengukuran Daya Listrik

Energi
Tgl Kondisi kW kVAr kVA Faktor Daya
[kWh/hari]

Min 156.00 39.10 162.20 0.91


25/04/2016 Max 839.50 342.20 906.60 0.98 11,424
Rata-rata 476.02 177.32 508.28 0.94
Min 145.70 29.80 152.40 0.91
26/04/2016 Max 686.20 282.40 741.50 0.98 9,249
Rata-rata 385.38 143.26 411.36 0.94
Min 145.80 47.30 153.50 0.91
27/04/2018 Max 791.70 313.20 851.40 0.96 10,258
Rata-rata 427.40 159.70 456.32 0.94
Min 149.17 38.73 156.03 0.91
Rata-rata Max 772.47 312.60 833.17 0.97 10,310
Rata-rata 429.60 160.09 458.65 0.94

22
Arus [A] Daya [kW; kVAr; kVA]

0
1,000
1,200
1,400
1,600

200
400
600
800
0
1,000
1,200

200
400
600
800
10:09:00 10:09:00
11:18:00 11:16:00
12:27:00 12:23:00
13:36:00 13:30:00

No

4
3
2
1
14:45:00 14:37:00
15:54:00 15:44:00

Senin
17:03:00 16:51:00
Senin

18:12:00 17:58:00
19:21:00 19:05:00
20:30:00 20:12:00
21:39:00 21:19:00
22:48:00 22:26:00
23:57:00 23:33:00

Rata-rata
1:06:00 0:40:00

Lobby
Fungsi

Koridor
2:15:00 1:47:00

Ruangan

Ruang Kerja
2:54:00

Ruang Rapat
I1[A]
3:24:00
4:33:00 4:01:00
P[kW]

5:42:00 5:08:00
6:51:00 6:15:00
8:00:00 7:22:00
8:29:00

I2[A]
9:09:00
10:18:00 9:36:00

Waktu
11:27:00 10:43:00
Q[kVAr]

-
12:36:00 11:50:00

Selasa
Waktu
Selasa

21.4
19.9
22.2
22.1
13:45:00 12:57:00

Sayap Barat
I3[A]
14:54:00 14:04:00

Profil Arus
16:03:00 15:11:00
17:12:00 16:18:00
17:25:00
S[kVA]

18:21:00
19:30:00 18:32:00
20:39:00 19:39:00
Profil Daya dan Faktor Daya

21:48:00 20:46:00
21:53:00

-
Temperatur (°C)
22:57:00
PF

23:00:00

24.7
24.9
24.6
25.4
0:06:00
Unbalance_I[%]

1:15:00 0:07:00

Sayap Timur
Gambar 15. Profil daya dan Faktor Daya

2:24:00 1:14:00
3:33:00 2:21:00
4:42:00 3:28:00
5:51:00 4:35:00

Gambar 16. Profil Arus dan Ketidakseimbangan Arus


7:00:00 5:42:00
Rabu

8:09:00 6:49:00
Rabu

9:18:00 7:56:00
10:27:00 9:03:00

Standar

24-27
10:10:00

Temp (°C)
11:36:00
12:45:00 11:17:00

Tabel 9. Pengukuran temperatur sesaat rata-rata pada jam 10.00-11.00


12:24:00

0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20

10.00%
18.00%

12.00%
14.00%
16.00%
20.00%

Ketidakseimbangan Arus [%] Faktor Daya


PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

23
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 10. Pengukuran kelembaban sesaat rata-rata pada jam 10.00-11.00

Fungsi Kelembaban (%)


No Standar
Ruangan Sayap Barat Sayap Timur Kelembaban (%)
1 Lobby - 50
2 Koridor 51 57.1
Ruang
3 Kerja 48.7 57.6 55-65
Ruang
4 Rapat 48.3 -
Rata-rata 49.3 54.9

90 90
Temperatur (°C)
80 80
70 70

Kelembaban [%]
Temperatur [°C]

60 60
50 50
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
21:32

13:17
15:14
16:17
17:20
18:23
19:26
20:29

22:35
23:38
00:41
01:44
02:47
03:50
04:53
05:56
06:59
08:02
09:05
10:08
11:11
12:14

14:20
Waktu

Gambar 17. Pengukuran Temperatur dan kelembaban secara online selama 1 hari
kerja

Dari hasil pengukuran secara sesaat diperoleh hasil pengukuran temperatur rata-rata di
ruang staff (sayap timur) sebesar 24,7 °C. Sedangkan hasil pengukuran secara on-line
didapatkan rata-rata temperatur selama jam kerja adalah 24,42°C. Nilai ini masih berada
di rentang 24°C – 27,5°C yang merupakan standar kenyamanan temperatur ruang kerja
atau bisa dikatakan temperatur di dalam ruangan tersebut nyaman, dimana suhu
nyaman termal untuk orang Indonesia berada pada rentang suhu 22,8°C - 25,8°C.
Sedangkan dari hasil pengukuran temperatur sesaat di ruang pejabat (sayap barat)
menunjukkan temperatur yang lebih rendah dari standar yaitu rata-rata 21,4°C.

Kesimpulan dan Rekomendasi

a. Dari hasil pengukuran daya diperoleh beban dasar di luar jam kerja (18.00-06.00)
relatif masih tinggi yaitu rata-rata 171 kW. Sesuai dengan hasil analisis potensi
penghematan energi, jika beban dasar bisa ditekan hingga 35% maka diperoleh
potensi penghematan energi per bulan mencapai Rp 24.696.132 atau sebesar
10,26% dari tagihan listrik bulanan. Penekanan 35% beban dasar ini dilakukan
melalui pemadaman AC dan lampu di salah satu lantai pada malam hari jika masih
ada yang menyala.

24
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

b. Penghematan energi bisa dilakukan melalui beberapa alternatif baik yang berbiaya
ataupun tidak. Untuk mengetahui lebih detil jenis beban yang aktif di malam hari bisa
dilakukan dengan melakukan monitoring pemakaian energi harian gedung. Dengan
mengetahui jenis bebannya bisa dilakukan tindakan untuk optimasi pemakaian
energinya. Salah satu fasilitas yang bisa dimanfaatkan adalah melalui pengoptimalan
fungsi dari BAS. BAS dapat digunakan untuk mengatur jadwal on/off dari AC dan
penerangan pada tiap lantai, sehingga hanya peralatan tertentu saja yang tetap
menyala pada malam hari.
c. Nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) masuk dalam kategori sangat efisien, akan
tetapi pada beberapa bulan terakhir menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 4% per
bulan. Hal ini perlu menjadi perhatian agar efisiensi tetap terjaga melalui langkah-
langkah manajemen energi yang tepat.
d. Secara umum hasil pengukuran listrik menunjukkan kualitas yang baik, akan tetapi
tetap perlu dilakukan pemeliharaan agar kondisi ini tetap terjaga.
e. Partisi ruangan disesuaikan dengan letak difuser terutama untuk partisi yang tertutup
penuh, sehingga posisinya tidak menghalangi aliran hawa dingin yang menyebabkan
temperatur ruangan tidak merata. Atau mengganti dengan partisi yang tidak tertutup
penuh agar aliran hawa dingin merata di seluruh lantai.
f. Menggunakan tangga darurat sesuai kebutuhan dan selalu menutup pintu tangga.
Pintu yang terbuka akan mempengaruhi luasan ruangan terkondisi sehingga
membuat beban kerja AC meningkat dan konsumsi energi akan lebih besar.

IV.3 AUDIT ENERGI DI GEDUNG PEMERINTAH BATAM, RIAU KEPULAUAN

Gedung yang akan dievaluasi konsumsi energinya memiliki identitas sebagai berikut:
Nama Gedung : Gedung Kantor Pemerintah Kota Batam
Alamat/Lokasi : Jl. Engku Putri No.1 Batam Centre, Batam, Kepulauan Riau
Pengguna :
- Lantai 1 : Ruang Tamu, Bagian Umum, Media Center, LPSE dan Sekretaris
Daerah.
- Lantai 2 :Asisten-asisten Walikota dan Staf Ahli.
- Lantai 3 : Korpri, BKD dan BPH.
- Lantai 4 : PKK dan Ruang Rapat.
- Lantai 5 : Ruang Rapat Besar.
- Lantai 6 : Bappeda.
- Lantai 7 : Perpustakaan dan Kominfo.

25
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 18.Gedung Kantor WalikotaBatam

Utara

Gambar 19. Peta Lokasi Kantor Walikota Batam

Gedung Kantor Terpadu yang menghadap ke arah Tenggara ini terdiri atas 7 lantai
dengan luas total mencapai 7.736 m². Lantai 1 diperuntukkan bagi ruang tamu, Bagian
Umum, Media Center, LPSE serta Sekretaris Daerah. Lantai 2 untuk ruangan asisten
walikota. Lantai 3 untuk ruang Korpri, BKD dan BPH. Lantai 4 untuk ruang PKK dan
ruang rapat. Lantai 5 untuk ruang rapat besar, sedangkan lantai 6 untuk Bappeda. Lantai
7 merupakan lantai paling atas diperuntukkan bagi ruang Perpustakaan dan Kominfo.
Sistem Kelistrikan Gedung
Sumber energi listrik gedung disuplai oleh PT. PLN Batam dengan kontrak daya sebesar
1.385 kVA dan golongan tarif P-2. Single Line Diagram sistem kelistrikan Gedung Kantor
Walikota Batam dapat dilihat pada Gambar berikut

26
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 20. Single Line Diagram Sistem Kelistrikan Gedung Kantor Walikota Batam.

Pada sistem kelistrikan di Gedung Kantor Walikota Batam dilakukan pengelompokan


(grouping) berdasarkan jenis bebannya, seperti beban pendingin, beban penerangan,
dan beban listrik lainnya. Namun masih ada beberapa beban yang masih tercampur
dalam satu panel SDP.
Sistem tata udara Gedung Kantor Walikota Batam menggunakan AC central dan AC split
yang dipasang di setiap ruangan.
Sistem penerangan Gedung Kantor Terpadu menggunakan lampu Down Light 18 Watt
dan TL 40 Watt, Dengan tipe ballast konvensional. Lampu yang menyala selama jam
kerja hanya yang ada di dalam ruangan saja, sementara yang berada di luar ruangan
lampu dalam keadaan padam.
Manajemen energi di gedung ini masih belum diterapkan, sedangkan pengelolaan
kelistrikan serta peralatannya dilakukan oleh Bagian Umum Kantor Walikota Batam.
Selain itu, Bagian Umum juga mengkontrol penambahan peralatan listrik yang dipasang
di Kantor Walikota Batam.
Audit energi pada sistem kelistrikan di Gedung Kantor Walikota Batam dilakukan dengan
melakukan pengukuran di panel utama dan mengumpulkan data histori pemakaian listrik
selama 3 tahun terakhir. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui profil konsumsi
listrik harian dan kualitas daya listrik yang digunakan di gedung tersebut. Serta dengan
melakukan pengukuran secara spot pada panel listrik disetiap lantai, untuk mengetahui
distribusi beban kelistrikannya. Analisis yang dilakukan dari data pemakaian listrik
selama dua tahun terakhir digunakan untuk mengetahui nilai IKE (Intensitas Konsumsi
Energi) selama dua tahun dengan membandingkannya dengan luasan total bangunan.
Pengumpulan Data. Untuk melakukan analisis sistem kelistrikan di Gedung Kantor
Walikota Batam, dibutuhkan beberapa data yang didapatkan melalui pengukuran secara
on-line yang direkam selama beberapa hari, pengukuran secara sesaat serta
pengumpulan data historis pemakaian listrik selama 2 tahun terakhir. Pengukuran
kelistrikan secara on-line selama beberapa hari dilakukan di Panel Utama LVMDP, yang

27
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

terletak di ruang panel di luar gedung. Sistem kelistrikan pada Gedung Kantor Walikota
Batam terhubung dengan dua buah trafo, yaitu trafo 1 dengan kapasitas 1.000 kVA dan
trafo 2 dengan kapasitas 500 kVA. Gambar berikut memperlihatkan kegiatan saat
pengukuran kelistrikan di panel utama dari kedua trafo.

Gambar 21. Pengukuran kelistrikan secara on-line di Panel Utama Gedung Kantor
Walikota Batam

Selain melakukan pengukuran on-line di panel LVMDP yang direkam selama beberapa
hari, juga dilakukan pengukuran secara sesaat pada panel SDP di setiap lantai, untuk
mengetahui distribusi beban kelistrikan di Gedung Kantor Walikota Batam. Kegiatan
pada saat melakukan pengukuran secara sesaat di setiap lantai diilustrasikan pada
Gambar 22.

Gambar 22.Pengukuran kelistrikan secara sesaat di panel setiap lantai.

28
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Analisis kelistrikan dimulai dengan distribusi beban kelistrikan pada Gedung Kantor
Walikota Batam. Analisis ini berdasarkan data histori kelistrikan dan pengukuran secara
sesaat di setiap panel listrik.Selain distribusi beban, analisis kelistrikan juga dilakukan
untuk mengetahui kualitas daya dari sistem kelistrikan yang digunakan. Data yang
dibutuhkan adalah data yang dihasilkan dari hasil pengukuran secara on-line selama
beberapa hari.

Analisis Penggunaan Energi Listrik Bulanan


Data histori penggunaan listrik selama dua tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel
berikut.

Gambar 23.Profil penggunaan energi selama dua tahun terakhir.

Gambar 24. Profil Intensitas Konsumsi Energi selama dua tahun terakhir.

29
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 11Kriteria IKE untuk gedung ber-AC

Kriteria Konsumsi Energi Spesifik (kWh/m²/bulan)


Sangat Efisien Lebih Kecil dari 8,5
Efisien 8,5 sampai dengan lebih kecil dari 14
Cukup Efisien 14 sampai dengan lebih kecil dari 18,5
Boros Lebih besar sama dengan 18,5

Tabel 12Kriteria IKE untuk gedung tanpa AC

Kriteria Konsumsi Energi Spesifik (kWh/m²/Bulan)

Sangat Efisien Lebih Kecil dari 3,4


Efisien 3,4 sampai dengan lebih kecil dari 5,6
Cukup Efisien 5,6 sampai dengan lebih kecil dari 7,4
Boros Lebih besar sama dengan 7,4

Distribusi Beban
Lift
6.5% 0,0%
Cooling Tower
3.7% 0,0% 0,0%
Lantai 7
8,3% 0,0%
Lantai 1
0,0% 14,6%
Lantai 2
Lantai 6 18,8%
19,4%
0,0%
Lantai 5 Lantai 3 dan 4
10,6% 18,0%
0,0%
0,0%

0,0% 0,0%

Gambar 25Distribusi beban kelistrikan Gedung Kantor Walikota Batam.

30
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 26. Distribusi beban kelistrikan Gedung Kantor Walikota Batam

Gambar 27. Profil Daya dan Faktor Daya pada trafo 1.

31
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 28. Profil Daya dan Faktor Daya pada trafo 2.

Gambar 29. Profil Daya dan Faktor Daya gabungan kedua trafo.

Tabel 13Kondisi Aktual Kualitas Daya


Aktual
No Kualitas Daya Standard Keterangan
Trafo 1 Trafo 2
1 Faktor Daya 0,90 0,90 > 0,85 (PLN) Baik
Ketidakseimbangan 0,30 0,25
2 < 1% (NEMA) Baik
Tegangan % %
1,26 0,84 < 5% (IEEE
3 THD V Baik
% % std 519)

32
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 30. Pengambilan data (sampel) temperatur dan kelembaban udara.

Gambar 31.T & D Recorder TR-72-Ui untuk pengambilan data temperatur dan
kelembaban ruangan secara on-line.

Tabel 14Data pengukuran sesaat temperaturpada beberapa ruangan.

Lantai Ruangan Suhu (°C) Kelembaban (%)


Ruang tamu/rapat 22,9 66,9
LPSE 25,9 48,0
1 Media Center 27,2 68,2
Santel 27,4 39,2
Klinik Pemko 25,7 71,4
Staf sekda 27,3 59,3
Asisten bag Pemerintahan 26,6 58,7
2 Asisten bag Administrasi 26,5 55,1
Asisten bag Ekonomi
25,4 56,5
Pembangunan
Ruang Korpri 28,6 63,9
3 BKD 28,5 65,7
BPH (Penanaman Modal) 27,8 52,0
PKK 26,9 50,2
4
Ruang Rapat 26,7 56,0
5 Ruang Rapat besar 24,3 45,5
6 Bappeda 25,5 54,2
Perpustakaan 28,7 70,0
7
Ruang baca 29,1 69,1
Min 24,3 39,2
Max 29,1 71,4

33
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 32. Grafik temperatur dan kelembaban dalam satu ruang kerja selama 2 hari.

Potensi Penghematan Energi


Setting AC pada beberapa ruangan berada pada temperatur yang sangat rendah antara
16°C - 20°C. Hal ini menyebabkan penggunaan energi listrik yang boroskarena saat kita
mengatur AC ke suhu terendah, yaitu 16°C dengan kecepatan fan maksimum maka
kompresor AC akan bekerja keras secara terus menerus.

Tabel 15Data hasil pengukuran intensitas cahaya di beberapa ruangan


Standar
Lantai Ruangan Lux Jenis Lampu
(Lux)
Ruang tamu/rapat 140 Downlight 18 Watt 300
H
a LPSE 487 TL 40 Watt 350
s 1 Media Center 186 Downlight 18 Watt 350
i Santel 121 TL 40 Watt 350
l Klinik Pemko 353 TL 40 Watt 350
Staf sekda 193 Spiral 18 Watt 350
p
Asisten bag Pemerintahan 323 TL 40 Watt 350
e
2 Asisten bag Administrasi 329 TL 40 Watt 350
n
g Asisten bag Ekonomi
195 Downlight 18 Watt 350
u Pembangunan
k Ruang Korpri 113 DL 18 Watt 350
u 3 BKD 523 TL 40 Watt 350
r BPH 413 TL 40 Watt 350
a
PKK 139 DL 18 Watt 350
n 4
Ruang Rapat 130 DL 18 Watt 300
p 5 Ruang Rapat besar 200 DL 18 Watt 300
e 6 Bappeda 200
TL 40 Watt
350
n DL 18 Watt
c Perpustakaan 335 TL 40 Watt 300
a 7
Ruang baca 390 TL 40 Watt 350
h

34
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

ayaan pada Tabel di atas hanya beberapa sampel data saja dari pengukuran yang
dilakukan pada tujuh lantai di Kantor Walikota Batam. Pengukuran pencahayaan
tersebut hanya dilakukan di dalam ruang kerja saja, tidak dilakukanpengukuran di luar
ruang kerja seperti di koridor dan toilet.
Tabel 16Data hasil pengukuran intensitas cahaya yang melebihi standar
Standar
Lantai Ruangan Lux Jenis Lampu
(Lux)
T
a 1 LPSE 487 TL 40 Watt 350
b Kabag bina program 520 TL 40 Watt 350
el Staf ahli Bid Kesejahteraan
882 TL 40 Watt 350
1 sosial
7 2
Staf ahli tata kota, transport. &
S 550 TL 40 Watt 350
TI
i Ruang staff Kesra 530 TL 40 Watt 350
m
TL 40 Watt dan
ul Kabid Pengadaan 522 350
cahaya alami
a
3 Kasubid 580 TL 40 Watt 350
si
p BKD 523 TL 40 Watt 350
e BPH 413 TL 40 Watt 350
rbandingan lampu LED dan Lampu TL
Lampu T8 LED 20 Watt Lampu TL 40 Watt
Konsumsil Listrik 20 Watt 40 Watt + 10 Watt *) = 50 Watt
Umur Lampu 30.000 jam 9.000 jam
Penggantian lampu untuk 30.000 jam 1 buah 3 buah
Pemakaian listrik selama 30.000 jam 600 kWh 1.500 kWh
Tagihan listrik (Rp 1.503 / kWh) Rp 901.000 Rp 2.254.500
900 kWh
Jumlah penghematan
Rp 1.353.500
Keterangan: *) 10 Watt untuk daya ballast standart
Tabel 18Simulasi penghematan energi dan penghematan tagihan listrik dengan
penggunaan lampu LED
No Kriteria LED T8 20 Watt TL 40 Watt
1 Konsumsi listrik (715 lampu) 14.300Watt 35.750Watt
Pemakaian listrik selama 168 jam
2 2.402kWh 6.006kWh
*)
3 Biaya listrik (Rp. 1.503 / kWh) Rp 3.610.807,20 Rp 9.027.018,00
4 Penghematan energi per bulan 3.603,60 kWh
5 Penghematan energi per tahun 43.243,20 kWh
6 Penghematan tagihan per bulan Rp 5.416.210,80
7 Penghematan tagihan per tahun Rp 64.994.529,60
No Kriteria LED Panel Tipis 9 Watt Downlight 18 Watt
1 Konsumsi listrik (715 lampu) 1.656Watt 3.312Watt
Pemakaian listrik selama 168 jam
2 278kWh 556kWh
*)
3 Biaya listrik (Rp. 1.503 / kWh) Rp 418.146,62 Rp 836.293,25
4 Penghematan energi per bulan 278,21 kWh
5 Penghematan energi per tahun 3.338,50 kWh
6 Penghematan tagihan per bulan Rp 418.146,62

35
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

7 Penghematan tagihan per tahun Rp 5.017.759,49


46.581,70 kWh
Total Penghematan dalam 1 tahun
Rp 70.012.289,09
Tabel 19Simulasi penghematan energi dan penghematan tagihan listrik dengan
penggunaan lampu LED

Jenis Jumlah Harga Investasi


LED T8 20 Watt 715 Rp 200.000,00 Rp143.000.000,00
LED Panel Tipis 9 Watt 184 Rp 105.000,00 Rp 19.320.000,00
Total investasi Rp 162.320.000,00
Tota penghematan per tahun Rp 70.012.289,09
Lama waktu kembalinya investasi 2,4 tahun

Kesimpulan
a) Rata-rata penggunaan energi pada tahun 2015 sebesar 149.341,67 kWh.
Sedangkan pada tahun 2016, data yang diperoleh hanya sampai dengan bulan
Mei. Berdasarkan data tersebut, rata-rata penggunaan energi pada tahun 2016
meningkat menjadi 159.396 kWh.
b) Rata-rata penggunaan daya aktifnya bila dihitung berdasarkan data rekening listrik
adalah sebesar 221,38 kW. Dengan asumsi nilai faktor dayanya adalah sebesar
0,9, maka daya semunya adalah sebesar 245,98 kVA. Bila dibandingkan dengan
kontrak dayanya sebesar 1.385 kVA, maka penggunaan daya rata-rata ini hanya
sebesar 17,76% dari kontrak dayanya;
c) Rata-rata Intensitas Konsumsi Energi (IKE) perbulan pada tahun 2015 adalah
sebesar 19,30 kWh/m²dan pada tahun 2016 adalah sebesar 20,60 kWh/m². Dari
hasil tersebut maka berdasarkan PERMEN ESDM NO. 13 TAHUN 2013 Gedung
Kantor Walikota Batam masuk dalam kriteria gedung dengan penggunaan energi
yang boros.
d) Dari hasil pengukuran listrik secara on-line selama beberapa hari, didapatkan
kualitas daya listrik sebagai berikut:
- Ketidakseimbangan tegangan rata-rata bernilai 0,30 % untuk trafo 1 dan 0,25 %
untuk trafo 2, hal ini merupakan indikasi yang baik di mana sesuai National
Electric Manufacture Association (NEMA) dan Department of Energy (DoE) yang
biasa dijadikan standar di Amerika Serikat menentukan ketidakseimbangan
maksimum adalah sebesar 1%;
- Harmonisa tegangan (THD-V) rata-rata berada pada kisaran 1,55 % untuk trafo
1 dan 0,87 untuk trafo 2, di mana berdasarkan IEEE std 519-1992 besar THD
maksimum untuk tegangan < 69kV adalah sebesar 5%. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa Total Harmonic Distorsion tegangan (THD-V) sudah baik,
yakni pada nilai < 5%;
- Faktor daya rata-rata sebesar 0,9, dimana nilai daya aktif (kW) hampir sama
dengan nilai daya semu (kVA) dan mengakibatkan menurunnya nilai daya relatif
(kVAr) sehingga tidak terbebani biaya denda kVAr.
- Kualitas daya listrik di gedung ini sudah sangat baik, sehingga untuk kualitas
daya sistem kelistrikan di gedung ini tidak memerlukan perbaikan, akan tetapi
tetap perlu dilakukan pemeliharaan agar kondisi ini tetap terjaga;

36
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

e) Dari hasil pengukuran secara sesaat temperatur di beberapa ruangan berada di


rentang antara 24,3°C – 29,1°C. Sedangkan pengukuran secara on-linepada salah
satu ruang kerja didapatkan rata-rata temperatur selama jam kerja adalah 28,75°C.
Hal ini menunjukkan bahwa temperatur pada beberapa ruangan tersebut tidak
nyaman. Hasil pengukuran sesaat kelembaban ruangan berada pada rentang 39,2
% – 71,4 %. Berdasarkan hasil tersebut, sebagian besar ruangan berada pada
zona nyaman. Namun, masih terdapat ruangan yang kurang nyaman karena
kelembabannya diluar rentang kelembaban standar. Sedangkan hasil pengukuran
secara on-line pada salah satu ruang kerja diperoleh kelembaban rata-rata selama
jam kerja adalah 59,66 %. Kondisi ini masih berada dalam zona nyaman.
Persyaratan suhu udara ruangan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri adalah pada rentang 18-28 °C dengan kelembaban 40 -
60%.
f) Dari hasil pengukuran pencahayaan didapatkan bahwa kualitas pencahayaan pada
sebagian besar ruangan masih di bawah standar bagi ruang kerja perkantoran.
Sebagaimana yang tercantum dalam SNI 03-6197-2000 mengenai “Konservasi
Energi pada Sistem Pencahayaan”, tingkat pencahayaan pada perkantoran untuk
ruang kerja yaitu 350 lux, untuk ruang rapat 300 lux dan perpustakaan 300 lux.
Sedangkan berdasarkan pengukuran, penerangan pada sebagian besar ruangan
masih dibawah 300 lux;
g) Gedung Kantor Walikota Batambelum memiliki Tim Manajemen Energi atau
Manajer Energi, sehingga penggunaan energi di gedung ini belum
terkoordinasikan dengan baik.
h) Penghematan energi per tahun sebesar 46.581,70 kWh atau jika dinyatakan dalam
tagihan listrik sebesar Rp 70.012.289,09 per tahun. Dalam penggantian seluruh
lampu diperlukan investasi sebesar Rp 162.320.000,00. Sehingga investasi
tersebut dapat kembali dengan kontribusi penghematan dalam jangka waktu 2
tahun 4 bulan.

IV.4 AUDIT ENERGI DI GEDUNG PEMERINTAH GUBERNUR SUMATERA BARAT


Komplek gedung Pemerintah Gubernur Sumatera Barat terdiri dari beberapa bangunan
antara lain: Gedung Bagonjong, Aula, Masjid, Gedung Escape, dan GedungBundar.
Gedung yang akan disurvei konsumsi energinya adalah Gedung Escape. Data lengkap
dari gedung Escape akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Nama Gedung : Escape
b. Alamat/Lokasi :Jalan Jend Sudirman No. 51, Padang, Sumatera Barat
c. Posisi Geografis : -0° 56' 12" LU dan 100° 21' 36" BT
d. Waktu :
Pembangunan :2010
Penggunaan : 2013
e. Pengguna : Pemeritahan Gubernur Sumatera Barat

37
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 33 Gedung Escape Komplek Kantor Gubernur Sumbar

Sistem kelistrikan Kantor Gubernur Sumatera Barat disuplai oleh PT PLN (Persero) dari
Gardu Induk 20 kV kemudian diturunkan tegangannya menjadi 400/230 V.

Gambar 34.Single Line Diagram kelistrikan Kantor Gubernur Sumatera Barat


Kapasitas daya terpasang sebagai berikut:
Kantor Gubernur, Golongan Tarif: P2 (Gedung Kantor Pemerintahan Besar), Daya
Tersambung : 345 kVA, I.D Pelanggan : 131010095019, Kapasitas trafo : 400 kVA

38
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 35.Single Line Diagram kelistrikan Gedung Escape

Pengukuran kelistrikan secara on-line selama beberapa hari dilakukan di Panel Utama
LVMDP masukan dari trafo PLN dan Panel Utama Gedung Escape.

Gambar 36. Pengukuran Kelistrikan secara On-line Panel LVMDP Keluaran Trafo
PLN

39
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 37. Pengukuran Kelistrikan secara On-line Panel Utama Gedung Escape

Tabel 20Penggunaan energi listrik Kantor Gubernur Sumatera Barat, bulan Juli 2015
sampai dengan Juni 2016

Pemakaian (kWh)
No Bulan
Bulanan Harian
1 Jun-15 42.157 1.405
2 Jul-15 42.188 1.361
3 Agu-15 42.220 1.362
4 Sep-15 42.252 1.408
5 Okt-15 42.283 1.364
6 Nov-15 42.315 1.411
7 Des-15 42.346 1.366
8 Jan-16 42.378 1.367
9 Feb-16 42.410 1.462
10 Mar-16 42.440 1.369
11 Apr-16 42.472 1.416
12 Mei-16 42.503 1.371
Minimum 42.157 1.361
Rata - Rata 42.330 1.389
Maksimum 42.503 1.462
Total 507.964 -

40
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 38Profil Penggunaan listrik Kantor Gubernur Sumatera Barat,bulan Juli 2015
sampai dengan Juni 2016.

Tabel 21Biaya Penggunaan listrik Kantor Gubernur Sumatera Barat, bulan Juli 2015
sampai dengan Juni 2016

Biaya (Rupiah)
No Bulan
LWBP WBP kVArh Materai Total
1 Jul-15 53.130.320 6.693.600 0 6.000 59.829.920
2 Agu-15 47.582.712 6.117.930 68.223 6.000 53.774.865
3 Sep-15 63.355.860 8.829.288 0 6.000 72.191.148
4 Okt-15 56.177.320 8.028.072 0 6.000 64.211.392
5 Nov-15 56.849.651 9.265.368 0 6.000 66.121.019
6 Des-15 53.848.800 8.077.320 0 6.000 61.932.120
7 Jan-16 56.562.176 9.279.732 0 6.000 65.847.908
8 Feb-16 53.580.380 7.855.770 0 6.000 61.442.150
9 Mar-16 53.330.392 7.163.784 0 6.000 60.500.176
10 Apr-16 53.856.940 6.974.280 0 6.000 60.837.220
11 Mei-16 51.831.360 7.486.752 0 6.000 59.324.112
12 Jun-16 55.331.276 8.705.970 0 6.000 64.043.246

41
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 39. Profil biaya penggunaan listrik Kantor Gubernur Sumatera Barat,bulan Juli
2015 sampai dengan Juni 2016.

Tabel 22Intensitas Konsumsi Energi Kantor Gubernur Sumatera Barat Selama Setahun

No Bulan Pemakaian Luas Gedung IKE


1 Jun-15 51.600 7654 6,7
2 Jul-15 45.600 7654 6,0
3 Agu-15 61.200 7654 8,0
4 Sep-15 55.200 7654 7,2
5 Okt-15 57.140 7654 7,5
6 Nov-15 52.800 7654 6,9
7 Des-15 56.800 7654 7,4
8 Jan-16 58.400 7654 7,6
9 Feb-16 58.400 7654 7,6
10 Mar-16 60.400 7654 7,9
11 Apr-16 59.200 7654 7,7
12 Mei-16 63.200 7654 8,3

IKE Komplek Kantor Gubernur Sumatera Barat


16,0
14,0
12,0
IKE (kWh/m2)

10,0
8,0
6,0 8,0 7,9 7,7 8,3
7,2 7,5 6,9 7,4 7,6 7,6
4,0 6,7 6,0
2,0
0,0

Gambar 40. Profil Intensitas Konsumsi Energi Kantor Gubernur Selama Setahun.

42
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 23 Intensitas Konsumsi Energi Kantor Gubernur Sumatera Barat Selama Setahun
No Bulan Pemakaian Gedung Escape Luas Gedung IKE
1 Jun-15 51.600 29.860 4374 6,8
2 Jul-15 45.600 26.388 4374 6,0
3 Agu-15 61.200 35.415 4374 8,1
4 Sep-15 55.200 31.943 4374 7,3
5 Okt-15 57.140 33.066 4374 7,6
6 Nov-15 52.800 30.554 4374 7,0
7 Des-15 56.800 32.869 4374 7,5
8 Jan-16 58.400 33.795 4374 7,7
9 Feb-16 58.400 33.795 4374 7,7
10 Mar-16 60.400 34.952 4374 8,0
11 Apr-16 59.200 34.258 4374 7,8
12 Mei-16 63.200 36.573 4374 8,4

Gambar 41. Profil Intensitas Konsumsi Energi Kantor Gubernur Selama Setahun.

Gambar 42. Profil Daya Kantor Gubernur

43
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 43. Profil Suhu dan Kelembaban Ruang Biro Hukum I Lantai 3

Tabel 24Suhu dan Kelembaban di Ruang Biro Hukum I (Ruang Biro 3 di peta) Lantai 3
No. Nama Ruangan Suhu(°C) Kelembaban(%) Standar(°C) Keterangan
1 Lobby bagian umum 27.1 51.6 27-30 Baik
2 Ruang Kerja 27.1 55.7 24-27 Kurang Baik

Tabel 25Suhu dan Kelembaban di Ruang Biro Hukum I (Ruang Biro 3 di denah)
Lantai 3

Titik Kelembaban (%) Suhu (˚C) Standar (˚C) Keterangan


1 64,2 31,5 24-27
2 64,5 31,5 24-27 AC Split 1 buah
3 64,4 31,7 24-27 (1 PK, mati)
4 63,6 32,0 24-27

Tabel 26Suhu dan Kelembaban di Ruang Biro Hukum 2 (Ruang Biro 9 di peta) Lantai 3
No. Nama Ruangan Suhu(°C) Kelembaban(%) Standar(°C) Keterangan
1 Sekretariat Wakil Dekan 26.4 52.8 24-27 Baik
2 Wakil Dekan 26.1 54.9 24-27 Baik
3 Ruang Rapat Wakil Dekan 25.6 56.6 24-27 Baik

Tabel 27Suhu dan Kelembaban di Ruang Biro Hukum 2 (Ruang Biro 9 di denah)
Lantai 3

Titik Kelembaban (%) Suhu (˚C) Standar (˚C) Keterangan


1 53,0 27,5 24-27
2 52,2 27,7 24-27 AC Split 2 buah
3 53,3 27,6 24-27 (@1 PK)
4 53,0 27,6 24-27

44
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 28 Suhu dan Kelembaban di Ruang Biro 5 di denah Lantai 3

Titik Kelembaban (%) Suhu (˚C) Standar (˚C) Keterangan


1 50,2 27,3 24-27
AC Split 2
2 55,3 26,9 24-27 buah
(@1 PK)
3 54,0 26,6 24-27

Tabel 29Suhu dan Kelembaban di Ruang Biro 7 di denah Lantai 3

Titik Kelembaban (%) Suhu (˚C) Standar (˚C) Keterangan


1 60,6 27,8 24-27
2 57,6 27,3 24-27 AC Split 4 buah
3 55,8 27,4 24-27 (@1 PK)
4 62,2 27,3 24-27

Tabel 30Suhu dan Kelembaban di Ruang Rapat di denah Lantai 3

Titik Kelembaban (%) Suhu (˚C) Standar (˚C) Keterangan


1 56,2 29,7 24-27
AC Split 2 buah
2 55,6 28,9 24-27 (1 PK dan 0,5
PK)
3 57,5 29,7 24-27

Tabel 31 Suhu dan Kelembaban di Koridor Lantai 3

Titik Kelembaban (%) Suhu (˚C) Standar (˚C) Keterangan


1 62,1 30,8 27-30
2 69,9 30,2 27-30 Tidak
dikondisikan
3 66,4 30,2 27-30 udaranya
4 65,0 29,8 27-30

IV.5 AUDIT ENERGI DI GEDUNG BAPPEDA PEMERINTAH DI YOGYAKARTA


Gedung yang akan dievaluasi konsumsi energinya memiliki identitas sebagai berikut:
Nama Gedung : Gedung Kantor BAPPEDA Pemerintah
Propinsi DIY
Alamat/Lokasi : Kepatihan Danurejan 55213
Telepon: (0274) 589583, 52811
(Psw.1209-1220, 1243-1247,1253)
Fax. (0274) 586712
Posisi Geografis : -7.795221, 110.366885 BT
Pengguna : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi DIY

45
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 44.Gedung Kantor Bappeda PropinsiDIY

Peta lokasi Kantor Bappeda Propinsi DIY tersebut di atas dapat dilihat pada Gambar di
bawah ini :

Gambar 45. Peta Lokasi Kantor Bappeda DIY


(Sumber: http://wikimapia.org/#lang=en&lat=-0.048623&lon=109.340723&z=17&m=b).

46
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

SDP
380V/220V 50 Hz

R S T
DARI JARINGAN PLN

Fuse MCCB
4 X 50 mm? 3 x 2A PP 1. ( LANTAI 1 )

100 A / 18 kA NYY 4 X 35 mm2


A A A 1
kWh 54. 505 VA
100 A
V
SS
PP 2. ( LANTAI 2 )

125 A / 18 kA NYY 4 X 35 mm2


2
4 X 95 mm?
47. 625 VA
MCCB 4P
125 A
ATS/
AMF
200 A, 25 kA CT 200 / 5A 25 A / 18 kA SPARE
3

4 X 95 mm? 4 25 A / 18 kA SPARE

TOTAL BEBAN 100% : 102 , 13 kVA


GENSET SILENT
105 kVA TOTAL BEBAN x 80% : 81 , 70 kVA

Gambar 46.Single Line Diagram Sistem Kelistrikan Gedung Kantor Bappeda DIY.

Gambar 47. Pengukuran kelistrikan secara on-line di Panel Utama gedung Bappeda

47
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 32Penggunaan listrik Bappeda D I Y tahun 2015 sampai dengan 2016 ( 17 bulan)

Daya (82.500 VA) Daya (66.000 VA) Daya (5.500 VA)


BULAN KANTOR KANTOR RADYO KANTOR
BAPPEDA SUYOSO PENGENDALIAN
Pemakaian (kWh) Pemakaian (kWh) Pemakaian (kWh)

Januari 612
11640 3760
Februari 638
11430 3380
Maret 575
11640 4040
April 13530 5960 612
Mei 13020 4600 611
Juni 554
11820 4260
Juli 10680 3160 598
Agustus 9570 2340 428
September 11070 3300 556
Oktober 11460 2680 567
November 14220 5260 562
Desember 14700 5820 539
Jumlah 144780 48560 6852

Tabel 33Konsumsi Energi Listrik Gedung BAPPEDA DIY Tahun 2016


kWh (82.500 VA) kWh (66.000 VA) Daya (5.500 VA)
BULAN KANTOR BAPPEDA KANTOR RADYO KANTOR
SUYOSO PENGENDALIAN
Pemakaian (kWh) Pemakaian (kWh) Pemakaian (kWh)

Januari 14100 4140 513


Februari 13830 4820 586
Maret 12570 4360 622
April 13050 4800 625
Mei 13020 5380 623
Jumlah 66570 23500 2969

Tabel 34Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Bappeda tahun 2015


Luas Bangunan (m²) IKE
KONSUMSI
BULAN Gedung Kantor
ENERGI kWh/ m²
(kWh) Bappeda DIY
Jan‟15 11640 1884 6.18
Feb‟15 11430 1884 6.07
Mar‟15 11640 1884 6.18
Apr‟15 13530 1884 7.18
Mei‟15 13020 1884 6.91
Jun‟15 11820 1884 6.27

48
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Luas Bangunan (m²) IKE


KONSUMSI
BULAN Gedung Kantor
ENERGI kWh/ m²
(kWh) Bappeda DIY
Jul‟15 10680 1884 5.67
Ags‟15 9570 1884 5.08
Sep‟15 11070 1884 5.88
Okt‟15 11460 1884 6.08
Nov‟15 14220 1884 7.55
Des‟15 14700 1884 7.80
Minimum 5.08
Rata-rata 6.40
Maksimum 7.80

Tabel 35Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Bappeda tahun 2016


Luas Bangunan (m²) IKE
BULAN KONSUMSI ENERGI Gedung
(kWh) kWh/ m²
Bappeda DIY
Jan‟16 14100 1884 7.48
Feb‟16 13830 1884 7.34
Mar‟16 12570 1884 6.67
Apr‟16 13050 1884 6.93
Mei‟16 13020 1884 6.91
Minimum 6.67
Rata-rata 7.07
Maksimum 7.48

Tabel 36Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Radyo Suyoso tahun 2015
Luas Bangunan IKE
KONSUMSI (m²)
BULAN Gedung Kantor
ENERGI kWh/ m²
(kWh) Radyo Suyoso
Jan‟15 3760 1584 2.37
Feb‟15 3380 1584 2.13
Mar‟15 4040 1584 2.55
Apr‟15 5960 1584 3.76
Mei‟15 4600 1584 2.90
Jun‟15 4260 1584 2.69
Jul‟15 3160 1584 1.99
Ags‟15 2340 1584 1.48
Sep‟15 3300 1584 2.08
Okt‟15 2680 1584 1.69
Nov‟15 5260 1584 3.32
Des‟15 5820 1584 3.67
Minimum 1.48
Rata-rata 2.55
Maksimum 3.76

49
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 37Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Bappeda tahun 2016


Luas Bangunan (m²) IKE
KONSUMSI
BULAN Gedung
ENERGI kWh/ m²
(kWh) Radyo Suyoso
Jan‟16 4140 1584 2.61
Feb‟16 4820 1584 3.04
Mar‟16 4360 1584 2.75
Apr‟16 4800 1584 3.03
Mei‟16 5380 1584 3.40
Minimum 2.61
Rata-rata 2.97
Maksimum 3.40

Tabel 38Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Pengendalian tahun 2015

KONSUMSI IKE
BULAN Luas Bangunan (m²)
ENERGI (kWh) (kWh/ m²)

Jan‟15 612 317 1.93


Feb‟15 638 317 2.01
Mar‟15 575 317 1.81
Apr‟15 612 317 1.93
Mei‟15 611 317 1.93
Jun‟15 554 317 1.75
Jul‟15 598 317 1.89
Ags‟15 428 317 1.35
Sep‟15 556 317 1.75
Okt‟15 567 317 1.79
Nov‟15 562 317 1.77
Des‟15 539 317 1.70
Minimum 1.35
Rata-rata 1.80
Maksimum 2.01

Tabel 39Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Pengendalian tahun 2016


KONSUMSI Luas Bangunan (m²) IKE
BULAN ENERGI Gedung (kWh/ m²)
(kWh) Pengendalian
Jan‟16 513 317 1.62
Feb‟16 586 317 1.85
Mar‟16 622 317 1.96
Apr‟16 625 317 1.97
Mei‟16 623 317 1.97
Minimum 1.62
Rata-rata 1.87
Maksimum 1.97

50
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Dari hasil diatas dapat terlihat bahwa nilai IKE dari gedung (ber-AC) ini masuk dalam
kriteria sangat efisien. Hal tersebut disebabkan karena penggunaan beban listriknya
sangat sedikit , rata-rata hanya 20% dari nilai kontrak dayanya dengan PLN.

Tabel 40Kriteria IKE untuk gedung ber-AC


Konsumsi Energi Spesifik
Kriteria (kWh/m²/bulan)
Sangat Efisien Lebih Kecil dari 8,5
Efisien 8,5 sampai dengan lebih kecil dari 14
Cukup Efisien 14 sampai dengan lebih kecil dari 18,5
Boros Lebih besar sama dengan 18,5

Distribusi Beban
Tabel 41Resume pengukuran listrik gedung Bappeda DIY secara on-line
PANEL UTAMA Gedung Bappeda DIY Energi
Tanggal Daya Maks Rata-rata Min [Wh/Hari]
Rabu W 33250 17123 2330
18 Mei 2016 VAr 41550 18843 5320
13 jam 219748
VA 52660 28574 6240
Faktor daya 0.64 0.57 0.36
Kamis W 33360 13057 1990
19 Mei 2016 VAr 40230 18426 5640
24 jam 313383
VA 51860 22665 6100
Faktor daya 0.67 0.51 0.33
W 26560 10457 2080
Jumat VAr 33520 15380 5320
20 Mei 2016 123976
11 jam VA 42770 18662 5740
Faktor daya 0.67 0.52 0.33
W 31057 13546 2133
VAr 38433 17550 5427
Rata-rata 219035
VA 49097 23300 6027
Faktor daya 0.66 0.53 0.34

P_AVE[W]_1 Q_AVE[var]_1 S_AVE[VA]_1 PF_AVE_1


PF ( Cos Q )
Daya ( Watt, Var, VA )

Waktu

Gambar 48. Profil Daya dan Faktor Daya gedung Bappeda DIY.

51
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 42Data pengukuran sesaat temperatur pada beberapa ruangan.


Setting
Temperatur Kelembaban
No Nama Ruangan Temperatur
(°C) (%)
(°C)
1 R. Kepala Bappeda,Lantai 1 18 23,7 41,8
2 R. Staff, Subag Umum, Lantai 1 18 27,1 60
3 R. Staff Subag Program, Lantai 2 20 28 49,6

4 R. Bidang Ekonomi, Lantai 2 20 25 51,8


R. Bidang Pengendalian
5 20 26,2 51
Gd.Radyo Suyoso, Lantai 2

Suhu ( C ) RH ( % )

Gambar 49. Grafik temperatur dan kelembaban dalam satu ruang kerja selama 2 hari

Kesimpulan
a. Rata-rata penggunaan energi Gedung Bappeda pada tahun 2015 rata-rata
sebesar 12.065 kWh, dan pada tahun 2016 cenderung meningkat menjadi 13.106
kWh. Sedangkan pada tahun 2016, data yang didapatkan hanya sampai bulan
Mei, namun dilihat data yang ada, polanya mengalami peningkatan.
b. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Bappeda perbulan pada tahun 2015
adalah sebesar 6,4 kWh/m², dan pada tahun 2016 adalah sebesar 7,07 kWh/m².
Dari hasil tersebut maka berdasarkan PERMEN ESDM NO. 13 TAHUN 2013
Gedung Gedung Bappeda DIY masuk dalam kriteria „Sangat Efisien’.
c. Terkait dengan SNI 6390:2011 butir 4.1.1.1,yakni temperatur di beberapa ruangan
yang berkisar antara 25,6°C – 27,5°C, sehingga masuk kategori tidak nyaman,
maka disarankan untuk menambah kemampuan AC agar dapat menghasilkan
temperatur pada rentang 22,8°C-25,8°C dan kelembaban 70%, yaitu mengganti
AC yang lama dengan AC baru berkapasitas 3 PK atau dengan menambah AC
dengan kapasitas yang sama, yaitu 1,5 PK.
d. Guna menyesuaikan tingkat pencahayaan sesuai dengan SNI 03-6197-2000
mengenai “Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan” maka disarankan untuk
mengganti Lampu-lampu SL 18 Watt, LED 7 Watt (fluks cahaya 1.350 lumen dan
570 lumen ) dengan lampu LED 18 watt tipe tube T8 (fluks cahaya 1780 lumen);
dengan penghematan sekitar 25%.

52
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

e. Jika penggantian lampu di kantor Bappeda setuju dilakukan maka perlu dilakukan
audit rinci lebih detil, untuk penerapan pencahayaan yang tepat dan penggunaan
energi yang efisien.
f. Untuk meningkatkan koordinasi dan pengelolaan energi yang lebih baik disarankan
untuk membentuk sebuah Tim Manajemen Energi dengan cakupan tugas
pengelolaan energi listrik dan air. Organisasi manajemen energi ini sebaiknya
mencakup semua fasilitas yang dimiliki oleh Kantor Bappeda, mulai dari gedung
Bappeda, gedung Radyo Suyoso dan gedung kantor Pengendalian.

IV.6 AUDIT ENERGI DI GEDUNG REKTORAT UNM MAKASSAR

Gedung yang akan dievaluasi konsumsi energinya memiliki identitas sebagai berikut:
a. Nama Gedung : Phinisi
b. Alamat/Lokasi :Jalan A. P. Pettarani, Gedung BG - Kampus UNM
Gunungsari, Kec. Makassar, 90222
c. Posisi Geografis :
d. Waktu Pembangunan :Tahun2010
Penggunaan :Tahun 2013
e. Pengguna : Rektorat,Pusat Pelayanan Akademik

Gambar 50.Gedung Phinsi UNM

Peta lokasi Gedung tersebut di atas dapat dilihat pada Gambar berikut ini

53
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gedung
Phinisi UNM

Gambar 51. Peta Lokasi Gedung Phinisi

Sumber :http://googlemaps.gedungphinisiUNM

Gedung Phinisi UNM yang menghadap ke arah Barat ini terdiri atas 3 Gedung yakni
gedung Tower Phinisi dan 2 Gedung sehingga bentuknya menyerupai perahu phinisi
khas suku bugis dimana Gedung Phinisi terdiri atas 22 lantai.Lantai pertama gedung
Phinisi UNM diperuntukkan untuk parkiran dan ruang engineer. Selanjutnya Lantai
2,terdiri dari Ruang Auditorium Tata Usaha dan ruang pertemuan.Lantai 3 diperuntukkan
ruang Administrasi dan Biro Keuangan.Pada Lantai 4 dan 5 diperuntukkan untuk ruang
Rektor dan wakil-wakilnya.Untuk Lantai 6 keatas saat ini masih kosong dikarenakan staff
rektorat masih menempati gedung rektorat yang lama.

Sistem Kelistrikan Gedung


Sumber energi listrik gedung disuplai oleh PT. PLN (Persero) dengan kontrak daya
sebesar 1385 kVA dengan golongan tarif S3. Single Line Diagram sistem kelistrikan
Gedung Kantor Phinisi UNM dapat dilihat pada Gambar berikut.

54
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 52.Single Line Diagram Sistem Kelistrikan Gedung Phinisi UNM.

Pada sistem kelistrikan di Gedung Phinisi UNM belum dilakukan pengelompokan


(grouping) berdasarkan jenis bebannya, seperti beban pendingin, beban penerangan,
dan beban listrik lainnya. Grouping kelistrikan yang dilakukan hanya berdasarkan lantai
dan dinas-dinas yang menempati ruangan tiap lantai. Sehinggga pembagian beban atau
distribusi beban untuk beban pendingin, beban penerangan, dan beban listrik lainnya
masih bercampur.
Sistem tata udara Gedung Phinisi UNM menggunakan AC Duct yang dipasang di setiap
ruangan. Sementara di luar ruangan tidak terdapat AC.Adapun Outdor terdapat diluar
ruangan lantai 1 dan lantai 16.

55
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 53.Sistem Tata Udara Gedung Phinisi UNM.

Sistem penerangan Gedung Phinisi UNM menggunakan lampu TLD 1×36 watt , TLD
2×36 W. Lampu yang menyala selama jam kerja hanya yang ada di dalam ruangan saja,
sementara yang berada di luar ruangan lampu dalam keadaan padam.Sistem
Peneranga Gedung Phinisi terkontrol otomatis menggunakan BAS yang terlihata pada
gambar di bawah.

Gambar 54.Sistem BAS Gedung Phinisi UNM.

Gambar 55.Sistem BAS Gedung Phinisi UNM.


Audit energi pada sistem kelistrikan di Gedung Phinisi UNM dilakukan dengan
melakukan pengukuran di panel utama dan mengumpulkan data histori pemakaian listrik
selama 2 tahun terakhir. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui profil konsumsi
listrik harian dan kualitas daya listrik yang digunakan di gedung tersebut. Serta dengan
melakukan pengukuran secara spot pada panel listrik disetiap lantai, untuk mengetahui
distribusi beban kelistrikannya.Analisis yang dilakukan dari data pemakaian listrik selama
dua tahun terakhir digunakan untuk mengetahui nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi)
selama satu tahun dengan membandingkannya dengan luasan total bangunan.
Untuk melakukan analisis sistem kelistrikan di Gedung Phinisi UNM, dibutuhkan
beberapa data yang didapatkan melalui pengukuran secara on-line yang direkam selama
beberapa hari serta pengukuran secara sesaat serta pengumpulan data historis
pemakaian listrik selama 2 tahun terakhir.Pengukuran kelistrikan secara on-line selama
beberapa hari dilakukan di Panel Utama LVMDP, yang terletak di ruang panel yang
berada diluar gedung. Gambar berikut memperlihatkan kegiatan saat pengukuran
kelistrikan di panel utama gedung Phinisi UNM.

56
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 56.Pengukuran kelistrikan secara on-line di Panel Utama gedung Phinisi

Selain pengukuran on-line yang direkam selama beberapa hari, juga dilakukan
pengukuran secara sesaat pada panel listrik di setiap lantai, untuk mengetahui distribusi
beban kelistrikan di Gedung Phinisi UNM.
Analisis kelistrikan dimulai dengan distribusi beban kelistrikan pada Gedung Phinisi
UNM. Analisis ini berdasarkan data histori kelistrikan dan pengukuran secara sesaat di
setiap panel listrik.Selain distribusi beban, analisis kelistrikan juga dilakukan untuk
mengetahui kualitas daya dari sistem kelistrikan yang digunakan. Data yang dibutuhkan
adalah data yang dihasilkan dari hasil pengukuran secara on-line selama beberapa
hari.Data histori penggunaan listrik selama 19 bulan terakhir dapat dilihat pada Tabel
berikut
Tabel 43Penggunaan listrik Phinisi UNM tahun 2015 sampai dengan 2016 ( 19 bulan)

BULAN 2015 2016


Pemakaian (kWh) Pemakaian (kWh)
Januari 119446 83543
Februari 105447 76197
Maret 103154 66448
April 113161 77102
Mei 115301 106396
Juni 117360 115906
Juli 126259 92217
Agustus 97760
September 105840
Oktober 112446
November 115826
Desember 110301
Jumlah

57
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 57.Profil penggunaan energi 19 bulan terakhir.


Dari data diatas dapat dilihat rata-rata penggunaan energi pada tahun 2015 dan tahun
2016 sebesar 103.164 kWh, data yang didapatkan hanya sampai dengan Juli, namun
dilihat dari grafik di atas, polanya mengalami penurunan sejak bulan Desember 2015.
Dilihat dari rata-rata penggunaan energi per bulan pada tahun 2015 sampai Juli tahun
2016, yaitu sebesar 103.164 kWh, maka penggunaan daya rata-rata (P) adalah:
P = kWh perbulan / waktu (24jam X 30 Hari)
P = 103164 kWh / 720 = 143,3 kW
Jadi rata-rata penggunaan daya aktifnya bila dihitung berdasarkan data rekening listrik
adalah sebesar 143,3 kW. Dengan asumsi nilai faktor dayanya adalah sebesar 0,9 (dari
hasil pengukuran) maka daya semu (S) adalah sebesar:
S = P / faktor daya = 143,3 / 0,9 = 159 kVA
Bila dibandingkan dengan kontrak dayanya sebesar 1385 kVA, maka penggunaan daya
rata-rata ini hanya sebesar 12 % dari kontrak dayanya. Namun untuk menghitung faktor
kebutuhan harus diketahui penggunaan daya maksimumnya, sedangkan daya
maksimum ini bisa didapatkan melalui pengukuran secara on-line selama beberapa hari.
Dari hasil pengumpulan data rekening listrik gedung Phinisi UNM dan data luas
bangunan, maka dapat dihitung besar nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) per bulan
nya. Dari hasil perhitungan, besar nilai IKE pada tahun 2015 dan Mei 2016 adalah
sebagai berikut :
Tabel 44Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Phinisi tahun 2015
KONSUMSI ENERGI Luas Bangunan (m²) IKE
BULAN
(kWh) Gedung Phinisi kWh/ m²
Jan‟15 119446 37866 3.15
Feb‟15 105447 37866 2.78
Mar‟15 103154 37866 2.72
Apr‟15 113161 37866 2.99
Mei‟15 115301 37866 3.04
Jun‟15 117360 37866 3.10
Jul‟15 126259 37866 3.33
Ags‟15 97760 37866 2.58
Sep‟15 105840 37866 2.80
Okt‟15 112446 37866 2.90
Nov‟15 115826 37866 3.06
Des‟15 110301 37866 2.91
Minimum 2.58
Rata-rata 3.33

58
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Maksimum 2.95
Tabel 45Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Phinisi tahun 2016
KONSUMSI Luas Bangunan (m²) IKE
BULAN ENERGI
(kWh) Gedung Phinisi kWh/ m²
Jan‟16 83543 37866 2,21
Feb‟16 76197 37866 2,01
Mar‟16 66448 37866 1,75
Apr‟16 77102 37866 2,04
Mei‟16 106396 37866 2,81
Jun‟16 115906 37866 3,06
Jul‟16 92217 37866 2,44
Minimum 1,75
Rata-rata 2,33
Maksimum 3,06

Gambar 58.Profil Intensitas Konsumsi Energi Gedung Phinisi UNM

Dari hasil diatas dapat terlihat bahwa nilai IKE dari gedung (ber-AC) ini masuk dalam
kriteria sangat efisien (lihat Lampiran Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (Permen ESDM No. 13 Tahun 2013).Hal tersebut dapat disebabkan karena
tingkat kuat penerangan disebagian besar ruangannya masih dibawah standar yang
ditetapkan dalam SNI 03-6575-2001.
Tabel 46Kriteria IKE untuk gedung ber-AC

Kriteria Konsumsi Energi Spesifik (kWh/m²/bulan)


Sangat Efisien Lebih Kecil dari 8,5
Efisien 8,5 sampai dengan lebih kecil dari 14
Cukup Efisien 14 sampai dengan lebih kecil dari 18,5
Boros Lebih besar sama dengan 18,5

Pengelompokan beban listrik seperti penggunaan beban pendingin, penerangan, dan


peralatan listrik lainnya masih belum dilakukan. Pengelompokkan beban hanya

59
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

berdasarkan setiap lantai saja, di mana pada setiap lantai dihuni oleh beberapa ruangan
staff persub bidang, di antaranya:
1. Lantai 1 : Parkiran dan Ruang Enginner
2. Lantai 2 : Ruang Tata Usaha,Auditorium,dan Ruang Pertemuan
3. Lantai 3 : Ruang Kepala Biro Keuangan,Administrasi
4. Lantai 4 : Ruang Rektor dan staff administrasi
5. Lantai 5 : Ruang wakil Rektor 1,2,3 dan 4
6. Lantai 6-16 : Ruang staff Akademik
dan masing-masing sub bidang mengisi satu ruangan serta terdapat satu buah panel
listrik yang melayani beban penerangan, beban pendingin, dan beban listrik lainnya.
Analisis Penggunaan Energi Listrik Harian. Pengukuran kelistrikan dilakukan secara
on-line selama tiga hari dengan menggunakan Power Hitester. Pengukuran dilakukan
pada panel utama Gedung Phinisi UNM. Dari hasil pengukuran ini dapat dilihat
penggunaan daya minimum, maksimum, dan rata-rata. Selain itu dari data ini juga dapat
dilihat kualitas daya dari sistem kelistrikannya, seperti faktor daya, kualitas tegangan,
serta harmonisa tegangan dan arusnya.
Dari hasil pengukuran listrik secara on-line selama beberapa hari digedung Phinisi UNM,
didapatkan profil penggunaan daya listrik yang dapat dilihat pada Tabel dan Gambar
berikut.

Tabel 47Resume pengukuran listrik gedung Phinisi secara on-line

PANEL UTAMA Gedung Phinisi Energi


Tanggal Daya Min Rata-rata Max [KWh/Hari]
Senin kW 81.50 254.40 383.80
kVAr 0.9 31.08 82.50
6105.7
kVA 81.6 256.53 388.20
Power factor -1.00 0.91 1.00
Selasa kW 81.5 209.67 450.60
kVAr (22.7) 25.38 91.10
5032.0
kVA 81.6 211.70 458.20
Power factor -1.00 0.88 1.00
kW 72.6 160.87 406.50
Rabu kVAr (6.6) 14.72 69.70
3860.8
kVA 72.9 162.06 412.40
Power factor 0.98 1.00 1.00
W 187.2 517.7 413.6
VAr (24.0) 61.4 196.8
Rata-rata 4999.5
VA 187.5 522.2 419.6
Faktor daya -0.34 0.93 1.00

60
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 59.Profil Daya dan Faktor Daya gedung Phinisi UNM.

Dari hasil pengukuran di atas dapat dilihat, seperti halnya pemakaian listrik di kantor
lainnya. Penggunaan energi listrik meningkat pada pukul 07:00 hingga pukul 17:00
dengan rata-rata sebesar 208,7 kW.Dari hasil pengukuran juga dapat dilihat naiknya
daya reaktif,akan mengakibatkan faktor daya (PF) akan semakin menurun. Oleh karena
itu, daya aktif dan daya semu mempunyai perbedaan yg cukup jauh.
Kualitas Tegangan Listrik. Dari hasil pengukuran secara on-line juga didapatkan hasil
pengukuran tegangan listrik, sehingga bisa dilihat kualitas tegangan tersebut, berikut
resume dan grafik profil tegangan listrik.

Tabel 48Resume Pengukuran Tegangan listrik gedung Phinisi secara on-line.


Tegangan (V) Ketidakseimbangan
Kondisi
Fasa R Fasa S Fasa T tegangan %
Minimum 391.30 396.59 393.28
Rata-rata 399.98 405.37 402.73 0,65
Maksimum 405.95 411.56 409.27

61
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 60.Profil Tegangan dan Ketidakseimbangan Tegangan Listrik Gedung Phinisi


UNM.

Berdasarkan SNI 04-0227-2003 tentang tegangan standar, tertera bahwa tegangan


standar di Indonesia adalah 220/380 V+10% -5% dan 230/400 V+5% -10%. Karena
tegangan operasi yang digunakan adalah sebesar 220 V, ini berarti bahwa tegangan
yang diperbolehkan adalah 209 V – 242 V. Dari hasil pengukuranmaka dapat
disimpulkan bahwa kondisi tegangan masih berada di dalam standar tegangan yang
diperbolehkan, dengan kata lain tegangan sudah dalam keadaan
baik.Ketidakseimbangan tegangan rata-rata bernilai 0,85%, hal ini merupakan indikasi
yang baik di mana sesuai National Electric Manufacture Association (NEMA) dan
Department of Energy (DoE) yang biasa dijadikan standar di Amerika Serikat
menentukan ketidakseimbangan maksimum adalah sebesar 1%.Untuk harmonisa
tegangan dapat dilihat pada tabel dan gambar dibawah ini.

Tabel 49Resume Pengukuran harmonisa tegangan gedung Phinisi UNM


THDV (%)
Kondisi
Fasa R Fasa S Fasa T
Minimum 0.68 1.0
Rata-rata 1.35 1.6
Maksimum 2.21 2.2

62
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 61.Profil Harmonisa Tegangan gedung Phinisi UNM.

Dari gambar di atas terlihat bahwa THD-V rata-rata berada pada kisaran 1,6 %, di mana
berdasarkan IEEE std 519-1992 besar THD maksimum untuk tegangan < 69 kV adalah
sebesar 5%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Total Harmonic Distorsion-
tegangan (THD-V) sudah baik yakni pada nilai < 5%.
Potensi Penghematan Energi. Kualitas daya listrik di gedung Phinisi UNM Baik,
seperti yang terlihat pada tabel resume kondisi aktual kualitas daya dibawah ini:

Tabel 50Kondisi Aktual Kualitas Daya gedung Phinisi UNM

No Kualitas Daya Aktual Standard Keterangan


1 Faktor Daya 0,93 > 0,85 (PLN) Baik
Ketidakseimbangan
2 Tegangan 0,65 < 1% (NEMA) Baik
< 5% (IEEE std
3 THD V 2,4 519) Baik

Sehingga untuk kualitas daya sistem kelistrikan di gedung ini tidak memerlukan
perbaikan, akan tetapi tetap perlu dilakukan pemeliharaan agar kondisi ini tetap terjaga.

Ruang Lingkup Pengukuran Tata Udara


Audit di sistem tata udara dilakukan dengan melakukan pengukuran temperatur di
beberapa ruangan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui temperatur udara secara
aktual di beberapa ruangan. Serta melakukan pengamatan pada setting temperatur
udara yang dilakukan dan luas ruangan yang dikondisikan tersebut.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran temperatur dan kelembaban
udara di beberapa ruangan yang menjadi sampel untuk setiap lantai, dan mencatat
jumlah pendingin udara yang digunakan pada setiap ruangan serta mencatat setting
temperatur udaranya. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat temperature

63
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

& humidity meter. Gambar 62 menunjukkan saat dilakukan pengambilan sampel


temperatur dan kelembaban udara di ruangan secara sesaat.

Gambar 62.Pengambilan data (sampel) temperatur dan kelembaban udara.

Selain pengambilan data secara sesaat di beberapa ruangan, juga dilakukan


pengukuran temperatur dan kelembaban udara secara on-line, yang direkam selama
beberapa hari pada satu ruangan yang dijadikan sebagai sampel, yaitu ruangan staf
Bidang Keuangan di Lantai 2. Pengambilan data temperatur dan kelembaban secara on-
line selama beberapa hari diperlihatkan pada Gambar 63.

Gambar 63.Pengambilan data temperatur dan kelembaban ruangan dengan secara on-
line.

Dari hasil pengukuran temperatur dan kelembaban udara secara sesaat di beberapa
ruangan dan secara on-line yang dilakukan pada salah satu ruangan kerja selama
beberapa hari tersebut didapatkan data-data sebagai berikut.

64
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 51Data pengukuran sesaat temperatur pada beberapa ruangan.


Setting Temperatur Kelembaban
No Nama Ruangan
Temperatur (°C) (°C) (%)
1 R. Kepala Biro keuangan,Lantai 2 18 24,7 43,5

2 R. Staff, Subag Umum, Lantai 2 18 25,1 60

3 R. Staff Subag Program, Lantai 2 18 28 49,6

4 R. Bidang Kuangan, Lantai 2 18 25 51,8

5 R. Rektor, Lantai4 18 20 51

Suhu ( C ) RH ( % )

Gambar 64.Grafik temperatur dan kelembaban dalam satu ruang kerja selama 2 hari .

Dari hasil pengukuran secara sesaat di beberapa ruangan berada di rata-rata26,3 °C


dan hasil pengukuran secara on-line dalam satu ruang kerja didapatkan rata-rata
temperatur selama jam kerja adalah 27,2°C, dari hasil tersebut bisa dikatakan
temperatur didalam ruangan tersebut tidak nyaman, dimana suhu nyaman termal untuk
orang Indonesia berada pada rentang suhu 22,8°C - 25,8°C dengan kelembaban 70%.
Temperatur rata-rata 27,1 °C pada Ruang Sub Bagian Keuangan UNM ini diperoleh
karena beban pendingin yaitu ruangan itu terlalu besar, dimana AC yang menggunakan
sistem duct yang mengalami gangguan digunakan untuk mendinginkan ruangan seluas
60 m². Sedangkan dari perhitungan sederhana untuk mengetahui kebutuhan kapasitas
AC dapat diketahui dengan :
= Luas ruangan x 500 Btu/h
= 60 m² x 500 Btu/h
=30.000 Btu/h
Bila dikonversi ke satuan daya pendingin udara adalah 30.000 Btu/h.
Sehingga untuk mendapatkan udara yang nyaman di dalam ruangan tersebut, sebaiknya
sistem ducting AC segera dilakukan perbaikan.

65
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Potensi Penghematan Energi. Potensi penghematan energi yang bisa dilakukan


adalah beban pendingin atau ruangan yang terlalu besar dibandingkan pendingin
udaranya, sehingga membuat kinerja pendingin udara tersebut boros. Hal ini
dikarenakan kerja AC yang terus menerus untuk mencapai temperatur yang diinginkan,
di mana temperatur yang diinginkan di-setting pada temperatur rendah, yaitu antara
16°C - 20°C, sedangkan karena beban yang didinginkan lebih besar atau lebih luas
sehingga temperatur tidak pernah mencapai setting temperatur yang diinginkan tersebut
dan akan membuat AC bekerja atau hidup terus menerus. Sehingga untuk
mengoptimalkan pendingin udara di ruangan, harus disesuaikan antara kapasitas
pendingin ruangan dengan beban pendingin udara tersebut, yaitu ruangan yang
dikondisikannya, dalam hal ini adalah luas ruangan tersebut.Satu lagi hal yang membuat
ruangan kurang dingin disebabkan karena pintu ruangan yang selalu dibuka sehingga
udara yang sudah dikondisikan keluar dari ruangan yang terkondisi.
Audit pada sistem pencahayaan dilakukan dengan melakukan pengukuran intensitas
cahaya di beberapa ruangan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui intensitas
cahaya di ruangan tersebut dan membandingkannya dengan standar pencahayaan
ruangan yang disyaratkan. Serta melakukan pencatatan terhadap jenis lampu yang
digunakan.Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran intensitas cahaya di
beberapa ruangan yang menjadi sampel untuk setiap lantai, dan mencatat jumlah lampu
yang digunakan pada setiap ruangan serta mencatat jenis lampu yang digunakan.
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat lux meter. Berikut gambar jenis
lampu yang digunakan di hampir semua ruangan .

Lampu TLD
36W UUUNM

Gambar 65. Jenis lampu yang digunakan untuk penerangan di dalam ruangan.

Dari pengukuran intensitas cahaya yang dilakukan secara sampling di beberapa ruangan
pada setiap lantai didapatkan data-data sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut

66
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 52Kebutuhan penerangan gedung Phinisi UNM

JENIS
LUX JUMLAH KEBUTUHAN
S LAMPU
i No NAMA
RUANGAN
s Data Standar
Titik
Lumen Lumen
Lumen
TLD TLD Penerangan Per Titik
t
1×36 2×36
e
m1 Rektor UNM 260 350 5 2 7 17500 23558 3365

p
e 2 Ka.Bag. Umum 220 350 3 2 5 17500 19886 7091
n
e 3 R.Rapat 215 350 7 8
r
a R.Staff
n 4 Akademik 185 350 6 14 20 85000 120645 4160
g
an di Gedung Phinisi UNM ini menggunakan lampu TLD 1 × 36 W dan TLD 2 × 36 W.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tingkat pencahayaannya masih rendah dan
dayanya relatif besar. Dari hasil pengukuran yang tertera pada Tabel 52, didapatkan
hasil yang masih di bawah standar kualitas pencahayaan yang baik pada ruang kerja
perkantoran.
Sebagaimana tercantum di dalam SNI 03-6197-2000 mengenai “Konservasi Energi pada
Sistem Pencahayaan”, tingkat pencahayaan pada perkantoran untuk ruang kerja adalah
350 lux, sedangkan dari hasil pengukuran, tingkat pencahayaan paling tinggi hanya
sebesar 260 lux, yaitu pada Ruang Rektor. Dengan demikian tingkat pencahayaannya
harus ditingkatkan hingga sesuai standar dengan cara penggantian lampu yang lama
dengan lampu yang memiliki intensitas cahaya lebih tinggi dan daya listrik yang lebih
rendah. Hal ini dilakukan agar kenyamanan dan kesehatan dari penglihatan bisa terjaga
dengan baik serta penggunaan energi yang lebih efisien.
Sistem penerangan di Gedung Kantor Phinisi UNM sebagian sudah menggunakan
lampu TLD 36 Watt, potensi efisiensi penerangan masih perlu dilakukan adalah dengan
mengganti beberapa lampu SL 18 Watt dan lampu LED 7 Watt dengan lampu jenis LED
18 watt tipe tube T8 yang lebih hemat energinya dan tinggi tingkat pencahayaannya.
Berdasarkan spesifikasi lampu SL 18 Watt memiliki flux cahaya sebesar 1.350 lumen,
dan lampu LED 7 watt memiliki fluks cahaya sebesar 570 lumen. Seperti terlihat pada
tabel diatas, dengan flux cahaya sebesar 17500 lm, intensitas penerangan rata-rata
pada bidang kerja di ruang Rektor, hanya sebesar 260 lux. Dengan perhitungan secara
linier, standar intensitas penerangan yang dibutuhkan untuk ruang kerja adalah sebesar
350 lux, maka flux cahaya yang dibutuhkan untuk ruangan tersebut adalah sebesar
23.558 lm.
17.500 lm/X = 260,0 lux / 350 lux
X = 17.500 lm * 350 lx / 260,0 lux
X = 23.558 lm
Lampu TLD 36 watt cahaya 2500 lm, jika masing-masing titik penerangan diberi 2 buah
lampu LED 18 watt tipe tube T8, maka pada setiap titik penerangan menghasilkan flux
cahaya 3560 lm. Untuk memenuhi kebutuhan flux cahaya pada ruang kepala Bappeda
seperti di atas maka jumlah titik penerangan (setiap titik = 2 buah lampu LED 18 watt
tipe tube T8) yang diperlukan adalah 9 titik penerangan (< 12 titik terpasang) . Intensitas
penerangan yang dihasilkan adalah {(7 x 3560) / 23.558} x 350 lx = 370 lux lebih

67
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

dibandingkan intensitas penerangan standar, yaitu 350 lux.Adapun analisa sistem


penerangan pada seluruh ruangan menggunakan perhitungan yang sama.
Manajemen energi adalah suatu upaya sistematis dalam rangka mengendalikan
penggunaan energi secara rasional dan efisien. Manajemen energi yang baik mencakup
semua aspek penggunaan energi di dalam organisasi. Adanya manajemen energi yang
baik dapat mendorong terjadinya perbaikan terus menerus terhadap tingkat efisiensi
penggunaan energi dari perusahaan yang dimaksud. Untuk itu, manajemen energi yang
baik mencakup siklus P(lan) – D(o) – A(ction) – C(heck) lengkap sebagaimana
ditunjukkan Gambar berikut

Gambar 66.SiklusManajemenEnergi.

Metode yang digunakan untuk mengevaluasi aplikasi manajemen energi melalui


kegiatan audit energi ini adalah dengan melakukan wawancara dan diskusi dengan
personil yang bertugas dan bertanggung jawab untuk mengendalikan dan memantau
penggunaan energi di gedung Phinisi UNM.Selain itu tim auditor juga mencoba untuk
mendapatkan beberapa dokumen atau laporan yang terkait dengan pelaksanaan
program efisiensi energi. Auditor juga mencoba mendapatkan informasi mengenai
struktur organisasi manajemen energi, semua kegiatan yang telah atau telah dilakukan
untuk sedang dilakukan, target penghematan energi, semua upaya yang meningkatkan
kesadaran kepada para pegawai terkait dengan penggunaan energi, kegiatan audit
energi yang telah dilakukan dan pelaksanaannya, dan semua informasi lain yang
berkaitan dengan implementasi kebijakan efisiensi energi di gedung Phinisi UNM.
Dari hasil wawancara, didapatkan bahwa di gedung Phinisi UNM belum dilaksanakan
program manajemen energi. Sehingga penggunaan energi di kantor ini belum terkontrol
dengan baik. Sebaiknya pengelolaan energi kompleks kantor Gubernuran satu pintu,
yaitu dilakukan oleh Biro Umum Sekretariat Daerah, karena itu ada penambahan alat
pengguna energi listrik di beberapa Bagian tidak terkoordinasi dengan baik, karena
tanpa ada pemberitahuan Biro Umum selaku pengelola gedung. Sehingga untuk
pengelolaan energi yang lebih baik, harus dibentuk suatu manajemen energi yang akan
mengelola semua penggunaan energi listrik dan air.
Organisasi untuk manajemen energi yang dibentuk sebaiknya mencakup semua fasilitas
yang dimiliki oleh Universitas Negeri Makassar, atau bahkan seluruh kompleks
Universitas yang terdiri dari Gedung Fakultas,Kantor Rektorat,Pascasarjana, dll.Setiap

68
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gedung idealnya harus memiliki tim manajemen energi yang bertanggung jawab
terhadap pengelolaan energi pada fasilitas yang dimilikinya. Tim manajemen energi di
setiap Gedung bersifat otonom namun tetap berkoordinasi dengan tim manajemen
energi yang ada di pusat dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan
pelaporan.Struktur organisasi tim manajemen energi sebaiknya dibagi menjadi dua tim
yaitu (1) tim teknis, yang bertugas melakukan kajian teknis, perencanaan, penyusunan
program, monitoring dan evaluasi, serta (2) tim pelaksana, yang bertugas melakukan
pelaksanaan teknis. Implementasi program-program yang telah disusun oleh tim
manajemen energi di masing-masing Gedung dan Fakultas dapat mengangkat tim teknis
sendiri untuk melakukan kajian teknis dan perencanaan, atau dapat pula merujuk
kepada hasil kajian dan perencanaan yang telah disusun oleh tim teknis di pusat.

Kesimpulan
a) Rata-rata penggunaan energi Gedung Phinisi UNM pada tahun 2015 rata-rata
sebesar 111.858 kWh, dan pada tahun 2016 cenderung menurun menjadi 88.258
kWh. Sedangkan pada tahun 2016, data yang didapatkan hanya sampai bulan July,
namun dilihat data yang ada, polanya mengalami penurunan.
b) Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Phinisi UNM perbulan pada tahun 2015
adalah sebesar 3,3 kWh/m², dan pada tahun 2016 adalah sebesar 2,3 kWh/m². Dari
hasil tersebut maka berdasarkan PERMEN ESDM NO. 13 TAHUN 2013 Gedung
Phinisi UNM masuk dalam kriteria „Sangat Efisien’.
c) Dari hasil pengukuran listrik secara on-line selama beberapa hari, didapatkan
kualitas daya listrik sebagai berikut:
- Ketidak seimbangan tegangan rata-rata bernilai 0,65 %, hal ini merupakan
indikasi yang baik di mana sesuai National Electric Manufacture Association
(NEMA) dan Department of Energy (DoE) yang biasa dijadikan standar di
Amerika Serikat menentukan ketidakseimbangan maksimum adalah sebesar 1%;
- Harmonisa tegangan (THD-V) maksimum berada pada kisaran 2,4 %, di mana
berdasarkan IEEE std 519-1992 besar THD maksimum untuk tegangan < 1385
kV adalah sebesar 5%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Total Harmonic
Distorsion tegangan (THD-V) sudah baik, yakni pada nilai < 5%;
- Kualitas daya listrik di gedung ini sudah sangat baik, seperti yang terlihat pada
tabel resume kondisi aktual kualitas daya di bawah ini. Sehingga untuk kualitas
daya sistem kelistrikan di gedung ini tidak memerlukan perbaikan, akan tetapi
tetap perlu dilakukan pemeliharaan agar kondisi ini tetap terjaga;
d) Dari hasil pengukuran secara sesaat temperatur di beberapa ruangan berada di
rentang antara 23,7 °C – 28 °C dan hasil pengukuran secara on-line dalam satu
ruang kerja didapatkan rata-rata temperatur selama jam kerja adalah 26,5°C. Dari
hasil tersebut bisa dikatakan temperatur di dalam ruangan tersebut tidak nyaman.
Suhu nyaman termal untuk orang Indonesia berada pada rentang suhu 22,8°C -
25,8°C dengan kelembaban 70%. Kondisi tidak nyaman ini disebabkan ruangan
terlalu besar (60m²) dan sistem ducting sedang mengalami gangguan;
e) Dari hasil pengukuran pencahayaan didapatkan kondisi kualitas pencahayaan yang
masih di bawah standar bagi ruang kerja perkantoran. Sebagaimana yang
tercantum dalam SNI 03-6197-2000 mengenai “Konservasi Energi pada Sistem
Pencahayaan”, tingkat pencahayaan pada perkantoran untuk ruang kerja adalah
350 lux. Sedangkan berdasarkan pengukuran, angka tertinggi adalah 260 lux;
f) Gedung Kantor Phinisi UNM belum memiliki Tim Manajemen Energi atau
Manajer Energi, sehingga penggunaan energi di gedung ini belum terkoordinasikan
dengan baik.

69
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Saran
a) Guna menyesuaikan tingkat pencahayaan sesuai dengan SNI 03-6197-2000
mengenai “Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan” maka disarankan untuk
mengganti Lampu-lampu TLD 36 watt (fluks cahaya 2.500 lumen dan 570 lumen )
dengan lampu LED 18 watt tipe tube T8 (fluks cahaya 1780 lumen); dengan
penghematan sekitar 25%.
Jika penggantian lampu di Phinisi UNM setuju dilakukan maka perlu dilakukan audit
rinci lebih detil, untuk penerapan pencahayaan yang tepat dan penggunaan energi
yang efisien.
b) Untuk meningkatkan koordinasi dan pengelolaan energi yang lebih baik disarankan
untuk membentuk sebuah Tim Manajemen Energi dengan cakupan tugas
pengelolaan energi listrik dan air. Organisasi manajemen energi ini sebaiknya
mencakup semua fasilitas yang dimiliki oleh Phinisi UNM.

IV.7 PENGEMBANGAN TESTING PROTOKOL DAN HASIL PENGUJIAN LAMPU


JALAN LED DAN LAMPU TUBULAR LAMP LED

Standar :SNI IEC 62612:2016 : Lampu LED Swa-Balast Untuk Layanan Penerangan
Umum Dengan Tegangan Suplai > 50V- Persyaratan Kinerja
Ruang Lingkup
Pengujian Lampu JALAN mengunakan INTEGRATING SPHERE PHOTOMETER
LISUN MODEL IS-2.0MA untuk mengukur kinerja lampu JALAN.
Acuan
SNI IEC/PAS 62612:2013, Lampu Swaballast LED untuk pelayanan pencahayaan
umum – persyaratan unjuk kerja.

Definisi
- Tegangan pengenal : Tegangan atau julat tegangan yang tercantum pada lampu.
- Tegangan uji : Tegangan yang digunakan untuk pengujian.
- Daya pengenal : Daya yang tercantum pada lampu
- Umur Lampu : Periode operasi sampai tidak menyala atau menurut kriteria lain
mengenai unjuk kerja lampu yang ditetapkan dalam standar.
- Waktu penyalaan : waktu yang diperlukan bagi lampu, setelah suplai daya
dihidupkan, untuk mulai menyala secara penuh dan tetap menyala (15 Menit ).
- Waktu persiapan : waktu yang diperlukan bagi lampu, setelah tegangan suplai
dihidupkan, untuk mencapai 80% dari fluks cahaya akhirnya.
- Waktu stabilisasi : waktu penyalaan lampu yang diperlukan untuk mencapai
karakteristik pengoperasian listrik dan fotometrik stabil.
- Nilai Pengenal : Nilai kuantitas untuk karakteristik lampu untuk kondisi
pengoperasian tertentu. Nilai dan kondisi yang ditentukan pada standar ini, atau
yang dinyatakan oleh pabrikan atau pemasok.
- Efikasi
Hasil bagi antara fluks luminus (lumen) dengan daya listrik masukan suatu
sumber cahaya dinyatakan dalam satuan lumen per Watt.
- Armatur
Rumah lampu yang dirancang untuk mengarahkan cahaya,tempat melindungi
lampu serta untuk menempatkan komponen listrik

70
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

- Correlated Colour Temperature (CCT) dibagi menjadi 2 (dua) kelompok,


yaitu :
a. 2.700 (dua ribu tujuh ratus Kelvin) s.d < 4.400 K (empat ribu empatratus
Kelvin); dan
b. 4.400 (empat ribu empat ratus) s.d 6.500 K (enam ribu lima ratusKelvin).
- Frekuensi pengenal : frekuensi yang tercantum pada lampu atau dinyatakan oleh
pabrikan atau penjual yang bertanggung jawab.
- Fluks cahaya pengenal : fluks yang dicantumkan pada lampu atau dinyatakan
oleh pabrikan atau penjual yang bertanggung jawab.
- Warna : karakteristik warna lampu didefinisikan oleh tampilan warna
danterjemahan warna (colour rendition):
a. Warna aktual lampu disebut tampilan warna dan didefinisikan dalam
bentuk nilai trirangsangan spektrum (koordinat warna) sesuai dengan
rekomendasi CIE (Commission Internationale de I'Eclairage" atau
International Commission on Illumination).
b. Karakteristik spektrum cahaya yang dipancarkan oleh lampu berpengaruh
atas tampilan obyek yang diiluminasikannya; efek ini disebut terjemahan
warna (colour rendition).
- Pemeliharaan Lumen : Dikarenakan umur pakai lampu LED sangat panjang dan
dianggap tidak praktis dan memakan waktu yang panjang untuk melakukan
pengujian umur lampu untuk alasan itu, metode ini menggunakan L50 dan L70
mencakup penurunan lumensampai 25%dari umur pakai pengenalnya dengan
durasi maksimum 6000 Jam.

Gambar 67. Penyusutan fluks cahaya terhadap waktu uji

Persyaratan Pengujian
- Jumlah sampel untuk keperluan pengujian 6 (Enam) buah
- Daya lampu tidak boleh melampaui diatas 15% dari daya pengenal
- Kuat cahaya awal waktu penyalaan tidak boleh kurang dari 90% kuat cahaya
pengenal.

71
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

- Nilai kuat cahaya yang terukur pada 25% umur pakai lampu pengenal (dengan
durasi maksimum 6000 jam) tidak pernah lebih kecil dari maksimum
pemeliharaan lumen yang berhubungan dengan umur pakai pengenal (L50 atau
L70) seperti yang didefinisikan dan diberikan oleh pabrikan atau pemasok.
Metode Pengujian
Umum :
1) Semua pengujian dilakukan dalam ruang tanpa gerakan udara (draughtproof)
pada suhu ruangan (25±1)°C dan kelembaban nisbi maksimum 65%;
2) Tegangan uji harus stabil dalam ±0,5%, selama periode stabilisasi, dan toleransi
ini dikurangi menjadi ±0,2% pada saat pengukuran, Untuk pengujian
pemeliharaan lumen( L50/L70) toleransinya adalah 2% (dua persen);
3) Kandungan harmonisa total tegangan suplai tidak melebihi 3% (tiga persen)
dimana kandungan harmonisa didefinisikan sebagai penjumlahan r.m.s
komponen harmonisa individu dengan menggunakan dasar 100% (seratus
persen);
4) Semua pengujian harus dilakukan pada frekuensi pengenal, kecuali jika
ditetapkan untuk keperluan spesifik oleh pabrikan atau penjual yang bertanggung
jawab.
5) Instrumen listrik dan photometrik yang digunakan harus dipilih yang mempunyai
jaminan ketelitian dengan persyaratan uji.

Karakteristik photometrik dan listrik

1) Tegangan uji
a) Tegangan uji adalah harus tegangan pengenal;
b) dalam hal julat tegangan, pengukuran harus dilakukan pada nilai rata-rata.
2) Waktu stabilisasi
Lampu harus diukur pada tegangan uji segera setelah periode stabilisasiminimal
selama 15 (lima belas) menit.
3) Pengukuran efikasi
a. Nilai efikasi dihitung dari nilai luminous flux terukur dibagi dayaterukur;
b. Pengukuran efikasi dilakukan tanpa melakukan proses aging 100 (seratus)
jam;
c. Total sampel uji untuk pengukuran efikasi adalah 1 atau Lebih sampel untuk
setiap tipe dan merek;
d. Pengambilan data setiap sampel uji adalah 1 (satu) kali, dan nilai hasil
pengukuran efikasi adalah rerata lampu yang menyala.

Laporan Pengujian

1) seluruh hasil uji harus dapat disimpan dan didokumentasikan dalam bentuk
laporan pengujian, berisi data pengukuran, karakteristik kinerja dan rincian setiap
kejadian gangguan, kerusakan atau uji ulang.
2) salinan laporan ini harus disimpan oleh laboratorium uji untuk keperluan
referensi.

72
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 68. Diagram Alur Pengujian Lampu Jalan

Gambar Pengujian
 Pengujian Lampu LED

73
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Gambar 69. Pengujian Lampu di dalam Integrator

Gambar 70. Pelaksanaan Pengujian Lampu

Gambar 71Pengujian-Pengujian Lampu LED

74
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Hasil Pengujian Lampu Jalan LED dan lampu TL LDE


Tabel 53Hasil Pengujian Lampu Jalan Spesifikasi 60 Watt

Tabel 54Hasil Pengujian Lampu Jalan Spesifikasi 150 Watt

Tabel 55Hasil Pengujian Sampel 1,2 dan 3 Lampu Tube Merek Philips 8 Watt

75
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

 Sampel Merek Miyalux 9 Watt (CCT 6500 K)

Tabel 56Hasil Pengujian Sampel 1 dan 2 Lampu Tube Merek Miyalux 9 Watt

 Sampel Merek Miyalux 9 Watt (CCT 3000 K)

Tabel 57Hasil Pengujian Sampel 1,2 dan 3 Lampu Tube Merek Miyalux 9 Watt

76
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

 Sampel Merek Philips 16 Watt

Tabel 58Hasil Pengujian Sampel 1,2 dan 3 Lampu Tube Merek Philips 16 Watt

77
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

 Sampel Merek Miyalux 18 Watt (CCT 3000 K)


Tabel 59Hasil Pengujian Sampel 1,2 dan 3 Lampu Tube Merek Miyalux 18 Watt

 Sampel Merek Kingled 18 Watt (CCT6500 K)


Tabel 60Hasil Pengujian Sampel 1,2 dan 3 Lampu Tube Merek Kingled 18 Watt

78
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Kesimpulan
Dari standar metode pengujian diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Pengujian Lampu jalan dan Tube LED
 Lampu Jalan
- Nilai efikasi pada lampujalan rata-rata 61-67 lm/Watt.
- Perbedaan tegangan suplai tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap nilai
efikasi berkisar antara 2-3% .
- Rendering Index Rata-rata 70 pada lampu 60 Watt dan 67 pada lampu 150 Watt.

Gambar 72Gelombang Spektrum Cahaya pada Lampu Jalan LED


- Gelombang Spektrum cahaya paling tinggi ada dinilai 445 nm.
 Lampu Tube
- Nilai efikasi pada lampu tube rata-rata 70-100 lm/Watt .
- Perbedaan tegangan suplai tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap nilai
efikasi berkisar antara 1% .
- Rendering Index Rata-rata 72 – 84 .
- Faktor daya bersifat beban kapasitif (Leading).
- THD Tegangan semua sampel masih dalam range standar yaitu tidak melebihi 3%,
THD Tinggi di orde 3,5,7,9,11 dan 13.

79
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

- THD Arus Sampel Philips dan Miyalux diatas 100% dan sampel Kingled Rata” 17
%.
Tabel 61Hasil Pengujian Lampu Tube

Gambar 73.Gelombang Spektrum Cahaya pada Lampu Tube LED 6500 K


- Gelombang Spektrum cahaya paling tinggi ada dinilai 450 nm pada lampu 6500 K.

Gambar 74.Gelombang Spektrum Cahaya pada Lampu Tube LED 3000 K

80
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

- Gelombang Spektrum cahaya paling tinggi ada dinilai 595 nm pada lampu 3000 K.
IV.8 PENGEMBANGAN TESTING PROTOKOL DAN HASIL PENGUJIAN
SETRIKA LISTRIK

Protokol Pengujian Setrika

Ruang Lingkup
Menyatakan dan mendefinisikan karakteristik kinerja utama setrika listrik untuk rumah
tangga.Setrika listrik yang dicakup adalah :
- Setrika kering;
- Uap setrika;
- Setrika semprot;
- Uap setrika dengan wadah air atau ketel terpisah / Generator memiliki kapasitas
tidak
melebihi 5 liter.
Acuan
- IEC 60051-1:1997, Direct acting indicating analogue electrical measuring
instruments and their accessories – Part 1: Definitions and general requirements
common to all parts.
- IEC 60454-3-3:1998, Pressure-sensitive adhesive tapes for electrical purposes –
Part 3:
- Specifications for individual materials – Sheet 3: Polyester film tapes with rubber
thermoplastic adhesive.
- IEC 60734:2001, Household electrical applicances – Performance – Hard water
for testing.
- ISO 105-F:1985, Textiles – Tests for colour fastness – Part F: Standard adjacent
fabrics.
- ISO 1518:1992, Paints and varnishes – Scratch test.
- ISO 2409:1992, Paints and varnishes – Cross-cut test.
- ISO 3758:1991, Textiles – Care labelling code using symbols.
- ISO 3801:1977, Textiles – Woven fabrics – Determination of mass per unit length
and mass per unit area.
- ISO 6330:2000, Textiles – Domestic washing and drying procedures for textile
testing.
- ISO 7211-2:1984, Textiles – Woven fabrics – Construction – Methods of analysis
– Part 2:Determination of number of threads per unit length.
- ISO 9073-2: 1995, Textiles – Test methods for nonwovens – Part 2:
Determination of thickness.
- ISO 13934-1:1999, Textiles – Tensile properties of fabrics – Part 1: Determination
of maximum force and elongation at maximum force using the strip method.

Definisi
- Tegangan pengenal : Tegangan atau julat tegangan yang tercantum oleh
manufaktur/produsen pada setrika .
- Tegangan uji : Tegangan yang digunakan untuk pengujian.
- Rentang Tegangan Pengenal :Nilai rentang tegangan yang tercantum disetrika
oleh manufaktur / produsen, dinyatakan dalam nilai batas rendah dan batas atas.
- Daya pengenal :Daya yang tercantum pada setrika dalam kondisi operasi normal
yang tercantum disetrika oleh manufaktur / produsen.
- Setrika listrik : Alat portabel, yang memiliki pelat dasar yang dipanaskan secara
listrik dan digunakan untuk menyetrika bahan tekstil.

81
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

- Setrika Listrik dengan pemutus termal swa-pengesetan : Butir ini telah


dihapus dengan amandemen 1 (1997).
- Setrika listrik dengan pemutus termal yang tidak diatur sendiri :Setrika yang
dipasangi dengan pemutus thermostat yang tidak diatur sendiri, seperti Fusible
Link, Untuk keperluan memutuskan elemen pemanas bila setrika mencapai suhu
yang berlebihan.
- Setrika Kering : Setrika yang tidak mempunyai sarana untuk menghasilkan atau
memasok uap air atau memercikan air ke bahan tekstil.
- Setrika Uap : Setrika yang mempunyai sarana untuk menghasilkan dan
menyuplai uap ke bahan tekstil selama penyetrikaan.
- Setrika Semburan Uap: Setrika yang dilengkapi dengan sarana untuk
menyemprotkan uap air kepada bahan tekstil ketika sedang melakukan
penyetrikaan.
- Semburan Uap : Pancaran tunggal suatu volume uap yang dtingkatkan dari pelat
dasar untuk waktu yang singkat.
- Setrika Semprotan :Setrika yang di lengkapi dengan sarana untuk memercikan
air ke atas bahan kain ketika sedang melakukan penyetrikaan.
- Titik Tengah :Suatu titik pada pelat dasar pada pusat geometris garis pusat pelat
dasar, jika titik ini berada pada saluran keluar uap, alur atau tutup maka dipilih
titik yang paling dekat pelat dasar pada garis pusat.
- Posisi Tegak :Posisi tegak diam untuk setrika dengan heel-standing atau posisi
istirahat normal menurut petunjuk pabrikan untuk setrika selain dari setrika heel-
standing.
- Setrika tanpa Senur: Setrika yang dihubungkan kepada suplai utama hanya
ketika diletakkan pada dudukan (stand) nya.
- Setrika Tanpa Senur dengan penyambungan suplai utama :Setrika tanpa
senur yang dilengkapi dengan, sebagai tambahan, bagian dapat dilepas tempat
sambungan senur, dan yang dapat dihubungkan langsung kepada suplai utama
selama melakukan penyetrikaan.

Daftar Pengukuran
Pengukuran untuk semua jenis setrika
 Penentuan massa.
 Pengukuran panjang senur fleksibel.
 Pengukuran ketahanan goresan pelat dasar.
 Padapelat dasar.
 Penentuan kehalusan pelat dasar.
 Penilaian kehalusan.
 Pengukuran setrika termostatis

Pengukuran suhu pelat dasar.


 Pengukuran suhu lonjakan (overswing) awal dan suhu pemanasan berlebihan.
 Pengukuran siklus fluktuasi suhu titik terpanas.
 Penentuan penurunan suhu dengan beban.
 Pengukuran stabilitas termostatis.
 CATATAN: Ketika pengukuran di atas dilakukan pada setrika uap atau semburan,
wadah air harus kosong.

Pengukuran setrika semprotan

82
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

 Pengukuran fungsi semprotan.

Pengukuran setrika uap pada saat operasi beruap


 Pengukuran waktu pemanasan untuk operasi beruap.
 Pengukuran waktu penguapan.
 Pengukuran kecepatan penguapan.
 Penentuan total waktu penguapan air berat (hard water)sebelum pembersihan.
 Penentuan massa semburan uap.
 Penyeterikaan dengan semburan uap
Tabel pengukuran untuk berbagai jenis setrika
 Pengukuran yang relevan untuk berbagaijenis setrika ditunjukkan dalam tabel yang
berikut dengan tanda x.
 Pengukuran setrika semprotan ditentukan menurut tabel di bawah, baik setrika
jenistermostatik, uap atau penghasil semburan uap, tanpa senur, atau tanpa senur
dengansambungan suplai utama. Untuk Setrika jenis percikan bukan penghasil uap,
digunakan untuk pengukuran berbagai jenis setrika.

Tabel 62Pengukuran yang relevan untuk berbagai jenis setrika

83
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Metode Pengujian

 Suhu Lingkungan
Semua pengujian dilakukan dalam ruang tanpa gerakan udara (draughtproof) pada
suhu ruangan 20±5°C dan kelembaban nisbi 65±15 %.
 Pengukuran Suhu
Suhu Setrika ketika sedang diukur oleh suatu termokopel kawat halus bergaris tengah
tidak lebih dari 0,3 mm.
 Kondisi Ajeg (Steady)
Kondisi ajeg untuk pengukuran dianggap dicapai 30 menit setelah menyalakan setrika
ketika thermostat telah beroperasi empat kali jika ini terjadi lebih awal.
 Tegangan Pengukuran
Tegangan yang diterapkan pada setrika yang diukur adalah tegangan diperlukan
untuk memberikan masukan pengenal pada kondisi ajeg.Jika julat daya masukan
ditandakan pada setrika, tegangan yang diterapkan adalah tegangan yang diperlukan
untuk memberikan nilai rata-rata.
 Pengukuran Daya Masukan
Tegangan dijaga pada nilai pengenal, atau nilai rata-rata julat tegangan pengenal, jika
perbedaan antara batas julat tegangan pengenal kurang 10% dari nilai rata-rata.Bila
perbedaan antar batas julat tegangan pengenal lebih besar 10% dari nilai rata-rata
julat.Daya masukan diukur pada batas atas dan batas bawah.Pengukuran dilakukan
setelah setrika mecapai kondisi ajeg dengan thermostat, bila ada ditetapkan pada
suhu tertinggi.
 Pengukuran Waktu Pemanasan
Setrika dipanaskan dengan tegangan seperti ditetapkan dalam thermostat. Waktu
yang diperlukan bagi suhu untuk melebihi suhu sekitar dengan 180 K diukur dan
dinyatakan dalam menit dan detik .
 Penentuan massa
Massa setrika diukur dengan senur fleksibel tetapi tanpa tusuk kontak.
CATATAN : Semua setrika mempunyai senur fleksibel. Tusuk kontak mungkin harus
diputuskan.
 Pengukuran panjang senur fleksibel
Panjang senur fleksibel diukur dari titik masuk ke setrika atau konektor ke titik masuk
ke tusuk kontak, termasuk pelindung senur.Untuk setrika tanpa senur, pengukuran
dilakukan dari titik masuk pada dudukan (stand). Panjang dinyatakan dalam meter
dibulatkan ke nilai 5 cm terdekat.
 Penentuan Titik Terpanas
Dipanaskan dengan tegangan seperti yang ditetapkan dengan thermostat disetel
pada suhu tertinggi.Segera setelah thermostat beroperasi dua kali, setrika diletakkan
selama beberapa detik pada selembar kertas putih yang dihamparkan diatas kain
flanel yang menutupi suatu papan kayu.Setelah setrika diangkat kertas yang menjadi
gelap menandai adanya penyebaran suhu pada pelat dasar.Titik terpanas ditentukan
sebagai pusat daerah tergelap.

84
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

 Pengukuran suhu pelat dasar


Setrika ditempatkan pada tiga penopang logam, dan termokopel dipasang pada titik
tengah pelat dasar. Setrika dinyalakan dan, untuk tiap penyetelan termostat, diukur
suhu tertinggi dan terendah dalam lima siklus perubahan suhu berturut-turut setelah
setrika mencapai kondisi ajeg. Nilai rata-rala lima suhu tertinggi dan terendah adalah
suhu pelat dasar pada penyetelan tersebut. Untuk setrika tanpa senur, setrika
diletakkan pada dudukkannya.Untuk setrika yang mempunyai thermostat dengan
pengaturan yang ditunjukkan dengan sektor, penyetelan adalah pada pusat tiap
sektor.Pengaturan kendali termostat untuk memperoleh setelan yang diperlukan
dilakukan pada arah peningkatan suhu.
CATATAN 1 Pengukuran dalam butir 13, 14 dan 15 bisa dilakukan bersamaan.
CATATAN 2 ISO 3758 telah memasukkan tanda penanganan tekstil untuk suhu
maksimum penyetrikaan.
Label penanganan tekstil menurut ISO standar ditunjukkan oleh satu, dua dan tiga
titik yang diletakkan dalam suatu lambang setrika. Standar ini mempertimbangkan
rekomendasi tersebut, tetapi untuk memperoleh hasil setrika yang lebih baik, suhu
diatur seperti ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 63Pengukur suhu pelat dasar

 Pengukuran suhu lonjakan awal dan suhu lebih pemanasan


Setrika diletakkan pada tiga penopang logam dan suatu termokopel dipasang pada
titik tengah pelat dasar. Setrika dinyalakan dengan tegangan sebagaimana ditetapkan
dengan menggunakan instrumen jenis pencatat, diukur waktu dan suhu pada titik
tengah dengan termostat diset pada tanda 1 titik dan pada posisi tertinggi pada lebih
dari lima siklus berurutan untuk menghasilkan grafik jenis tersebut. Termostat mula-
mula diset pada posisi 1 titik.Jika tidak ada tanda titik termostat diatur sedemikian
rupa sehingga mendapatkan suhu rata-rata pelat dasar mendekati 95◦c di bawah
kondisi ajeg.Setelah pengukuran pertama, setrika dibiarkan mendingin hingga suhu
kamar (20◦c ±5◦c), kemudian suhu pelat dasar diukur lagi pada posisi tertinggi
termostat. Dari grafik ditentukan hal-hal berikut:
a. Suhu lonjakan awal, yang merupakan suhu puncak pertama antara pemutusan
kesatu dan kedua termostat.
b. Suhu puncak rata-rata, yang merupakan nilai rata-rata dari tiga suhu puncak
terakhir.
c. Suhu lebih pemanasan, yang merupakan selisih antara suhu lonjakan awal dan
suhu puncak rata-rata. Untuk setrika tanpa senur, setrika ditempatkan pada
dudukannya.

 Pengukuran fluktuasi siklus suhu titik terpanas


Prosedur pengukuran suhu ini sama seperti dalam butir 5.1.11, kecuali bahwa suhu
tertinggi dan terendah dari tiap siklus diukur untuk lima siklus berurutan setelah
setrika mencapai kondisi ajeg. Nilai rata-rata untuk suhu tertinggi dan terendah

85
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

kemudian ditentukan.Setengah dari perbedaan nilai rata-rata adalah fluktuasi siklus


suhu titik terpanas dan dinyatakan dalamt derajat Celsius.
CATATAN Pengukuran ini bisa dikombinasikan dengan pengukuran dalam butir
5.1.11.
 Pengkondisian Setrika
Setrika dioperasikan pada suhu tertinggi dan dipertahankan pada suhu 200◦c ketika
menguji katun dan 150◦c ketika menguji wol,viscose,polyester.
 Kain Uji
Berukuran 14cm x 30 cm dengan sisi sejajar dan disimpan pada suhu 20±5°C untuk
selama sedikitnya 48 Jam.
 Pengkondisian kain uji sebelum pengerutan
Kain uji kering dipaparkan pada semprotan air panas merata 45±5°C sampai jumlah
air mencapai 10% sampai 15% dari massa kain uji, Kemudian kain uji digulung
dengan kendur dan dijaga pada suhu 30±2°C dan kelembaban 90% selama
sedikitnya 24 jam dan maksimal 72 jam.

Pengukuran stabilitastermostatik
 Uji pemanasan
Setrika ditempatkan pada tiga penopang logam dan suatu termokopel dipasang pada
titik tengah pelat dasar.Setrika kemudian dipanaskan dan termostat diset sedemikian
rupa sehingga suhu rata-rala 190◦c ±10◦c dapat dipertahankan pada kondisi ajeg.
Pengaturan termostat adalah tetap dengan cara yang tepat sehingga pengaturan
tidak berubah selama dilakukan pengukuran. Suhu rata-rata Ti ditentukan Setrika
kemudian dioperasikan selama 11 jam dan selanjutnya dimatikan selama 1 jam.
Siklus, yang terdiri dari periode nyala 11 jam dan periode mati 1 jam, diulangi sampai
jumlah keseluruhan periode nyala mencapai 500 jam. Segera setelah ini, suhu rata-
rala pelatdasar T₂ ditentukan sebagaimana dilakukan untuk T₁ untuk setrika tanpa
senur, setrika ditempatkan pada dudukannya.
 Penentuan penyimpangan thermostat
Sebagai indikasi kestabilan termostatik, penyimpangan termostat setelah
pengujianditentukan oleh rumus-rumus yang berikut:

 Pengukuran waktu pemanasan untuk operasi penguapan


Wadah air diisi dengan air suling bersuhu 20◦C ±2◦C hingga kapasitas yang
ditetapkan oleh pabrikan dan setrika kemudian diletakkan pada dudukkannya atau
pada posisi tegaknya. Termostat di set kepada pengaturan yang maksimum yang
menunjukkan penyeterikaan dengan uap. Untuk setrika dengan wadah air terpisah,
wadah tersebut diisi sampai dengan kapasitas yang ditetapkan oleh pabrikan.Setrika
dihubungkan kepada sumber daya dan segera setelah termostat dimatikan untuk
kedua kalinya, kendali uap dioperasikan untuk memberikan laju aliran yang
maksimum.Jika tidak ada lampu sinyal, pembukaan termostat yang kedua ditentukan
oleh alat pengukur. Setrika kemudian digantungkan dengan pelat dasar berada pada
posisi horizontal dengan toleransi ±1◦ menggunakan timbangan yang mempunyai
ketelitian sedikitnya ±0,1 g. Suatu wadah dengan masa yang diketahui ±0,1 g

86
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

diletakkan di bawah pelat dasar sejarak kira-kira 200 mm untuk menampung air yang
mungkin mengalir keluar dari setrika ketika berlangsung pengujian. Untuk
menghindari pengembunan uap terkumpul dalam wadah, dapat digunakan kipas
kecepatan rendah untuk meniup uap tersebut.
Berat total setrika diukur pada interval 1 menit, dari saat mematikan lampu sinyal dan
operasi penguapan. Tingkat penguapan diukur selama 1 menit dan dihitung dalam
g/menit dan kemudian dimasukkan ke dalam grafik sebagai fungsi waktu.Waktu
pemanasan adalah waktu antara penghubungan ke suplai utama dan saat ketika
aliran uap mencapai 5 g/menit.Pengujian diulangi, tetapi termostat diset pada posisi
minimum untuk penyetrikaan uap.Waktu pemanasan dinyatakan dalam detik untuk
penyetelan termostat maksimum dan minimum penyetrikaan uap. Pengukuran ini
tidak dilakukan pada:
- setrika dengan pembangkit uap terpisah;
- setrika yang dilengkapi dengan gawai pemutus yang secara otomatis
mematikan aliran
- suplai utama, ketika setrika tidak digerakkan;
- setrika dibuat sedemikian rupa sehingga penguapan menjadi tidak beraturan
ketikasetrika berada pada posisi istirahat.
CATATAN Sebagian setrika memerlukan persiapan awal.Dalam hal ini, sebelum
dilakukanpengujian, setrika disiapkan sesuai dengan instruksi.

 Pengukuran waktu penguapan, laju penguapan dan laju kebocoran air


Pengujian yang diuraikan dengan penyetelan termostat maksimum, dilanjutkan
sampai 90% air yang dimasukkan ke dalam setrika menguap.Waktu penguapan
adalah waktu antara akhir waktu pemanasan untuk operasi penguapan dan ketika
90% air telah menguap.Waktu ini dinyatakan dalam menit dan detik.Untuk setrika
tanpa senur, pengukuran dilakukan selama 20 detik tanpa aliran listrik dan diulangi
lagi tanpa aliran listrik sesudah 90% dari kapasitas wadah menguap.Wadah yang
dimaksudkan dalam butir ini ditimbang lagi dan masa air yang keluar dari setrika
tanpa menguap ditentukan.
Laju penguapan Sp dihitung sebagai berikut:

dengan:
W1 adalah masa setrika dan air pada akhir waktu pemanasan;
Wz adalah masa setrika dan air setelah penguapan 90 %;
t adalah waktu penguapan;
Laju penguapan dan kebocoran dinyatakan dalam gram per menit.
Laju kebocoran dihitung sebagai berikut:

dengan:
W₃ adalah massa air yang keluar tanpa menguap.

87
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

 Penentuan waktu penguapan air berat


Pengujian berikut dilakukan kecuali jika pabrikan merekomendasikan penggunaan air
sulingatau tidak bermineral atau air yang sejenis. Setrika ditopang pada suatu aparat
sehingga pelat dasar berada pada posisi horisontal dalam udara yang diam dan
digerakkan maju mundur dalam arah sejajar dengan sumbu tengah pelat dasar
sejauh 500 mm dengan kecepatan 0,4 m/detik. Gerakan kebalikan dihasilkan oleh
perubahan dari gerakan berputar 15 r.p.m. menjadi gerakan kebalikan 15 siklus per
menit.Sesudah 5 siklus (20 detik) gerakan dihentikan dan setrika diletakkan pada
posisi tegak secepat mungkin selama 10 detik.Sesudah itu setrika dikembalikan ke
posisi horisontal dan gerakan dimulai kembali.Prosedur ini diulang secara terus
menerus.
CATATAN 1 Jika pabrikan merekomendasikan posisi istirahat yang berbeda, posisi
tersebut agar diikuti.Wadah air diisi dengan air berat hingga kapasitas yang
ditetapkan oleh pabrikan. Air berat mempunyai kekerasan (hardness) 300 p.p.m.
disiapkan dengan metoda A seperti ditetapkan dalam IEC 60734. Setrika
dihubungkan kepada suplai utama dengan termostat disetel maksimum untuk
penyetrikaan uap.Ketika termostat, jika ada, dimatikan untuk kedua kalinya, kendali
uap dioperasikan untuk memberikan laju aliran yang maksimum dan gerakan
kebalikan dimulai.Ketika pancaran uap berhenti dan ketika setrika berada pada posisi
tegak, kendali uap ditutup dan wadah air diisi ulang dengan air seperti sebelumnya.
Sesudah 2 jam operasi termasuk waktu istirahat 10 detik pada posisi tegak, setrika
dimatikan sedikitnya selama 1 jam untuk mendingin. Selama periode ini setrika tetap
pada posisi tegak dengan kendali uap ditutup, dan air yang tersisa dalam wadah
dikeringkan.Prosedur di atas diulangi terus menerus, laju penguapan Sr laju
kebocoran Lr diukur menurut butir ini setiap kali 5liter air menguap dan dimasukkan
kedalam grafik sebagai fungsi jumlah air yang digunakan. Pengujian dilanjutkan
sampai laju penguapan menurun menjadi 5 g/menit atau laju kebocoran air meningkat
3% dari laju penguapan. Jika setrika dilengkapi dengan gawai descaling, sebagai
cara untuk memberikan semburan uap, prosedur pembersihan ini dilakukan selama
pengujian menurut petunjuk pabrikan. Waktu penguapan sebelum descaling adalah
total waktu selama pengujian ketika uap dipancarkan dan dinyatakan dalam jam.
CATATAN 2 Waktu penguapan tidak mencakup periode ketika setrika dalam posisi
tegak istirahat 10 detik dan dalam waktu pendinginan.Sesudah pengujian setrika
didescaling menurut petunjuk pabrikan dan waktu penguapan, laju penguapan dan
laju kebocoran air diukur menurut butir 19 dan kemudian dicatat. Pengujian di atas
diulang sebanyak mencukupi sampai prosedur descaling gagal memperbaiki laju
penguapan lebih tinggi dari 5 g/menit atau laju kebocoran air lebih rendah 3% dari laju
penguapan. Total waktu penguapan adalah jumlah masing-masing waktu penguapan
sebelum didescaling. Hasil pengujian dinyatakan sebagai:
- total waktu penguapan, dalam jam;
- jumlah air yang menguap, dalam liter;
- jumlah pengisian setrika.

CATATAN 3 Karakteristik SR dan LR untuk air keras yang digunakan untuk


penentuan waktupenguapan air keras, sebagaimana ditunjukkan dalam butir ini,
tetapi bukan informasi yang berguna bagi konsumen.Pengujian ini tidak dilakukan
pada setrika tanpa senur.

 Penentuan daya Iekat pelapis politetrafluoretilin (PTFE) atau pelapis sejenis


pada pelat dasar

88
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Setrika diletakkan pada penyangga yang cocok dan termokopel dipasang pada titik
tengah pelat dasar, jika pelat dasar dilapisi dengan PTFE atau bahan sejenis.Setrika
dinyalakan, dengan tegangan yang ditetapkan, dan termostat diatur sehingga suhu
rata-rata pelat dasar kira-kira 150◦C dipertahankan pada kondisi ajeg.Untuk setrika
non-termostatis, suhu pada titik tengah pelat dasar dipertahankan pada 150◦C ±10◦C
dengan menyalakan dan mematikan sakelar.Suhu dipertahankan sedikitnya selama
30 menit.
Uji cross-cut dilakukan menurut ISO 2409 dengan suhu pada bagian datar pelat dasar
dipertahankan pada kira-kira 150◦C. Alat pemotong dengan enam mata potong
digunakan pada tiap arah pola kisi-kisi (lattice).
Jika tiap potongan tidak memasuki/menembus lapisan secara merata ke permukaan
substratum karena lengkungan pelat dasar, bisa digunakan alat potong bermata
tunggal.Jarak potongan adalah 1 mm dalam tiap arah. Alat potong diaplikasikan pada
bidang yang normal terhadap permukaan uji dan potongan harus pada kecepatan 20
mm/detik sampai 50 mm/detik dengan tekanan yang merata. Potongan dibuat pada
empat posisi yang berbeda pada pelat dasar, dan membentuk 25 bujur sangkar pada
tiap posisi.Dua dari posisi-posisi tersebut diletakkan terpisah kira-kira sejauh 50 mm
pada garis tengah mendatar, sedangkan yang lainnya diletakkan pada pusat antara
titik tengah garis tengah dan kedua tepi pelat dasar.
Setelah pendinginan ke suhu ruang (20◦C ± 5◦C), pelat dasar digosok perlahan
dengan sikat lunak lima kali ke arah muka dan belakang sepanjang kedua garis pola
kisi-kisi. Pita perekat yang sesuai dipasang dengan kuat atas area kisi-kisi.Pita
kemudian dilepas dengan cepat untuk membuang bagian serpihan pelapis.
CATATAN Untuk pengujian ini direkomendasikan pita perekat berikut. Pita film
poliester dengan perekat non termosetting (lebar = 25 mm, ketebalan > 0,02 mm),
memenuhi lembar 3 IEC 60454-3-3. Hasil pengujian dievaluasi melalui pengamatan
atas permukaan potongan pada tiap posisi,dan menggolongkannya menurut tabel
yang diberikan dalam ISO 2409. Pengujian dilakukan pada empat posisi pada pelat
dasar dan hanya pola kisi-kisi terburuk yang digunakan untuk evaluasi.

Penilaian fungsi semburan

 Penentuan massa semburan


Wadah air diisi dengan air suling pada suhu 20◦C ± 2◦C, hingga kapasitas yang
ditetapkan oleh pabrikan.Sistem penyemprot disiapkan dengan mengoperasikan alat
penyemprot beberapa kali. Berat W1 setrika termasuk senur suplai daya ditentukan
oleh timbangan yang mempunyai ketelitian sedikitnya 0,1 g. Setrika diletakkan pada
suatu bidang horisontal dan alat pemercik dioperasikan 50 kali dengan interval 5
detik. Berat Wz setrika termasuk senur suplai daya kemudian diukur.
CATATAN Setrika tidak dihubungkan kepada suplai daya dan pengatur uap air pada
posisi kering.
Massa semburan, M, untuk tiap operasi dihitung sebagai berikut:

Hasil pengujian dinyatakan sebagai massa semburan per operasi dalam gram.

 Penentuan pola semburan

89
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Wadah air diisi dengan air suling pada suhu 20◦C ± 2◦C, hingga kapasitas yang
ditetapkan oleh pabrikan.Sistem penyemprot disiapkan dengan mengoperasikan
gawai penyemprot beberapa kali.Setrika diletakkan pada posisi horisontal di atas
lapisan bawah datar. Sepotong kain katun berukuran 50 cm x 50 cm diletakkan di
depan ujung setrika.
CATATAN Setrika tidak dihubungkan ke suplai daya dan setelan uap pada posisi
kering, bila ada. Kain mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
- kain katun tidak berkanji, dicuci dan dikeringkan menurut ISO 6330 prosedur C
(pengeringan datar);
- benang 25±2 per sentimeter dalam warp dan weft yang mempunyai benang 30±2
tex, tenunan biasa 1/1;
- massa per meter persegi: 170 g ±10 g.
Untuk menunjukkan adanya efek air, kain bisa dibasahi dengan larutan klorida kobalt
(CoCl₂)10 %.
Setelah dibasahi kain dikeringkan dalam lemari yang dilengkapi dengan sirkulasi
udara pada suhu 100◦C±10◦C. Kain diletakkan mendatar dan setelah dikeringkan
dihaluskan dengan setrika dengan suhu pelat dasar kira-kira 120◦C.
Kain yang dibasahi ketika kering berwarnai biru dan menjadi merah muda ketika
basah.Alat penyemprot kemudian dioperasikan sekali dan pola penyemprot
dievaluasi.
Dilakukan pengukuran atas dimensi yang berikut:
- jarak antara ujung setrika dan awal pola semburan (A1);
- jarak antara garis tengah setrika dan garis tengah pola semburan (A2);
- lebar pola semburan (B);
- panjang pola semburan (L);
- luas pola semburan terpusat (A).
Pengujian dilakukan tiga kali dan dihitung hasil rata-ratanya.Dicatat jika pola
semburan terpusat pada satu area atau jika ada area tanpa semburan.Ketika
mengevaluasi setrika yang berbeda, perbandingan visual dapat dilakukan dari
kainnya.

 Penentuan massa semburan uap air


Wadah air diisi dengan air suling pada suhu 20◦C ±2◦C, hingga kapasitas yang
ditetapkan oleh pabrikan.Termostat di-set pada titik tertinggi rentang penguapan atau
semburan uap yang ditetapkanoleh pabrikan. Berat W1 setrika termasuk senur suplai
daya ditentukan oleh timbangan yang mempunyai ketelitian sedikitnya 0,1 g.
Setrika diletakkan dengan pelat dasar pada posisi horisontal dalam +1◦pada
penyangga logam. Suatu wadah dengan massa yang diketahui dalam batas ±0,1 g
diletakkan di bawah pelat dasar sejarak kira-kira 200 mm untuk menampung air
bocor.
CATATAN Untuk menghindari pengembunan uap air yang terkumpul dalam wadah,
bisa digunakan kipas putaran lambat untuk menghembus uap air.
Setrika dihubungkan kepada suplai daya dan segera setelah termostat dimatikan
untuk kedua kalinya atau 5 menit setelah dinyalakan, yang mana pun yang lebih
singkat, alat penyemprot uap air dioperasikan 50 kali dengan interval 15 detik. Setrika
kemudian diputuskan dari suplai daya dan berat setrika W₂ dengan senur suplai daya
diukur.

90
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Wadah ditimbang lagi dan massa air W₃ yang keluar dari setrika tanpa menguap
ditentukan.
Massa, M, semburan uap air dihitung sebagai berikut:

Hasil pengujian dinyatakan sebagai massa semburan uap dalam gram.


Kebocoran L, untuk tiap semburan uap air dihitung sebagai berikut;
Hasil dinyatakan sebagai kebocoran untuk tiap semburan dalam gram.Untuk setrika
tanpa senur, setrika dipanaskan antara operasi uap air dengan interval menurut
petunjuk.

Hasil Pengujian Setrika


Pengujian Setrika dilakukan konsumsi energi terhadap panas yang dihasilkan ,Setrika
dikondisikan dengan mode Katun/Cotton.
Pengujian masing-masing setrika dilakukan dalam durasi 30 menit .
 Merek Niko

Tabel 64Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Niko 300 Watt


WP+_INTEG WP+_INTEG
Kondisi Ambient [°C] Sampel 01[°C] Sampel 02[°C] U1_AVE[V] P_AVE[W]_1 P_AVE[W]_2
[Wh]_1 [Wh]_2
Maksimum 20.95 207.05 176.00 231.62 329.00 330.00
Minimum 19.40 122.70 56.35 230.42 282.30 151.60 37.91 20.41
Rata-rata 20.19 153.56 101.76 231.14 326.34 321.75

Gambar 75. Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Niko 300 Watt

 Merek Philips

91
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 65Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Philips 350 Watt


WP+_INTEG WP+_INTEG
Kondisi Ambient [°C] Sampel 01[°C] Sampel 02[°C] U1_AVE[V] P_AVE[W]_1 P_AVE[W]_2
[Wh]_1 [Wh]_2
Maksimum 23.20 195.65 183.40 230.90 377.10 381.60
Minimum 18.00 180.65 168.10 230.34 339.90 369.10 67.02 61.74
Rata-rata 19.57 186.63 173.49 230.68 375.28 380.20

Gambar 76. Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Philips 350 Watt
 Merek Electrolux
Tabel 19 Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Electrolux 300 Watt
WP+_INTEG WP+_INTEG
Kondisi Ambient [°C] Sampel 01[°C] Sampel 02[°C] U1_AVE[V] P_AVE[W]_1 P_AVE[W]_2
[Wh]_1 [Wh]_2
Maksimum 22.05 153.45 132.30 231.70 316.00 328.20
Minimum 19.40 140.55 117.35 231.18 197.40 238.90 41.74 35.39
Rata-rata 20.54 146.14 124.27 231.43 313.54 326.39

Gambar 77Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Electrolux 300 Watt

 Merek Sanken

92
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 66Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Sanken 300 Watt


WP+_INTEG WP+_INTEG
Kondisi Ambient [°C] Sampel 01[°C] Sampel 02[°C] U1_AVE[V] P_AVE[W]_1 P_AVE[W]_2
[Wh]_1 [Wh]_2
Maksimum 21.75 152.75 164.60 230.92 307.20 305.00
Minimum 17.85 136.90 140.55 230.42 305.40 301.90 39.26 43.42
Rata-rata 18.84 145.36 153.43 230.73 303.39 303.39

Gambar 78Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Sanken 300 Watt


 Merek Trisonic
Tabel 67Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Trisonic 450 Watt
WP+_INTEG
Kondisi Ambient [°C] Sampel 01[°C] Sampel 02[°C] U1_AVE[V] P_AVE[W]_1 P_AVE[W]_2 WP+_INTEG [Wh]_2
[Wh]_1
Maksimum 21.60 137.95 206.25 231.60 318.40 336.30
Minimum 19.35 64.70 53.65 231.15 315.30 313.70 20.36 21.29
Rata-rata 20.29 91.34 100.26 231.42 316.68 332.55

Gambar 79Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Trisonic 450 Watt


 Merek Miyako

93
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 68Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Miyako 410 Watt


WP+_INTEG WP+_INTEG
Kondisi Ambient [°C] Sampel 01[°C] Sampel 02[°C] U1_AVE[V] P_AVE[W]_1 P_AVE[W]_2
[Wh]_1 [Wh]_2
Maksimum 21.10 198.60 186.80 231.02 487.20 495.10
Minimum 17.35 183.60 166.15 230.33 286.50 188.90 63.29 56.18
Rata-rata 18.77 190.07 176.54 230.75 482.20 490.12

Gambar 80Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Miyako 410 Watt


 Merek Tecstar
Tabel 69Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Tecstar 400 Watt
WP+_INTEG WP+_INTEG
Kondisi Ambient [°C] Sampel 01[°C] Sampel 02[°C] U1_AVE[V] P_AVE[W]_1 P_AVE[W]_2
[Wh]_1 [Wh]_2
Maksimum 22.45 175.45 189.40 230.92 427.90 433.00
Minimum 19.70 162.65 170.10 230.35 425.70 429.40 41.43 48.42
Rata-rata 21.09 169.03 179.65 230.71 427.00 431.19

Gambar 81Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Tecstar 400 Watt


 Merek Panasonic

94
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 70Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Panasonic 300 Watt


WP+_INTEG WP+_INTEG
Kondisi Ambient [°C] Sampel 01[°C] Sampel 02[°C] U1_AVE[V] P_AVE[W]_1 P_AVE[W]_2
[Wh]_1 [Wh]_2
Maksimum 21.30 215.80 183.15 230.89 323.30 329.90
Minimum 18.45 186.50 167.90 230.47 312.80 73.10 64.02 54.13
Rata-rata 19.97 199.52 175.62 230.71 322.66 326.04

Gambar 82Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Panasonic 300 Watt


 Merek Quantum
Tabel 71Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Quantum 350 Watt
WP+_INTEG
Kondisi Ambient [°C] Sampel 01[°C] Sampel 02[°C] U1_AVE[V] P_AVE[W]_1 P_AVE[W]_2 WP+_INTEG [Wh]_2
[Wh]_1
Maksimum 22.05 167.40 182.40 230.91 373.80 381.90
Minimum 18.60 125.30 160.30 230.43 316.40 379.30 52.89 54.17
Rata-rata 20.35 153.82 171.47 230.71 369.67 377.79

Gambar 83Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Quantum 350 Watt


 Merek Maspion

95
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Tabel 72Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Maspion 350 Watt


WP+_INTEG WP+_INTEG
Kondisi Ambient [°C] Sampel 01[°C] Sampel 02[°C] U1_AVE[V] P_AVE[W]_1 P_AVE[W]_2
[Wh]_1 [Wh]_2
Maksimum 21.00 137.75 116.00 230.92 373.90 371.20
Minimum 18.35 112.95 99.05 230.43 66.60 236.30 37.21 28.54
Rata-rata 19.54 125.94 108.74 230.71 369.94 368.44

Gambar 84Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Maspion 350 Watt


 Merek Cosmos
Tabel 73Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Cosmos 400 Watt
WP+_INTEG WP+_INTEG
Kondisi Ambient [°C] Sampel 01[°C] Sampel 02[°C] U1_AVE[V] P_AVE[W]_1 P_AVE[W]_2
[Wh]_1 [Wh]_2
Maksimum 21.20 182.55 175.25 230.93 420.30 418.50
Minimum 18.55 156.65 126.75 230.34 208.90 354.10 41.13 37.23
Rata-rata 19.66 174.62 166.98 230.70 416.39 416.76

Gambar 85Hasil Pengujian Sampel Setrika Merek Cosmos 400 Watt

96
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

IV.9 PEMETAAN KEGIATAN


Kegiatan Audit Energi dan Benchmark serta Energy Potential Scan baru dimulai tahun
2015 ini sehingga tahun 2016 ini merupakan kegiatan tahun 2. Namun untuk
pengembangan laboratorium pengujian peralatan listrik rumah tangga sudah dimulai
tahun sebelumnya.Pada tahun sebelumnya, kegiatan pengujian difokuskan pada lampu
CFL.Capaian yang telah dihasilkan berupa tersedianya Lab pengujian lampu CFL sesuai
standar SNI.Dokumen dan Infrastruktur untuk pengujian lampu CFL berupa standar
pengujian, Instruksi kerja, peralatan pengujian, SDM bahkan sudah menjadi
penambahan ruang lingkup untuk akreditasi KAN sesuai dengan standar ISO 17025.
Pada tahun 2016 ini, telah dibahas dan dikaji beberapa draft pengujian yaitu Draft
Testing Protokol untuk Draft testing protocol Pengujian Lampu Jalan berdasarkan LED
SNI IEC 62612:2016 : Lampu LED Swa-Balast Untuk Layanan Penerangan Umum
Dengan Tegangan Suplai > 50V- Persyaratan Kinerja, Draft testing protocol Pengujian
Setrika listrik berdasarkan SNI IEC 60311:2019 : Setrika listrik untuk rumah tangga atau
penggunaan serupa- Pengukuran Kinerja, Draft testing protocol Pengujian Lampu
Tubular Lamp LED berdasarkan SNI IEC 62612:2016 : Lampu LED Swa-Balast Untuk
Layanan Penerangan Umum Dengan Tegangan Suplai > 50V- Persyaratan Kinerja.
Bila dibandingkan dengan hasil capaian kegiatan dengan sasaran akhir tahun, dapat
dikatakan bahwa hampir semua sasaran yang dapat tercapai dengan baik.Untuk
kedepan, draft yang kita telah bahas di tingkat lab, akan dimasukkan ke dalam
pembahasan tingkat nasional dari berbagai lab pengujian dengan koordinator Direktorat
Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.
Beberapa Draft testing protocol juga telah diujicobakan di laboratorium, seperti pengujian
setrika, lampu jalan LED, lampu Tubular lamp TL LED.Hasil pengujian menunjukkan
Teknologi lampu jalan LED mengalami perkembangan dan mempunyai tingkat efisiensi
yang berbeda-beda, ini tergantung dari pada kapasitas dan manufakturnya. Demikian
pula halnya dengan setrika dan lampu TL LED.
Kita sebagai lembaga penelitian yang juga melakukan pelayanan pengujian, untuk
kedepan perlu adanya kajian lebih mendalam dari hasil pengujian tentang perbandingan
tingkat efisiensi peralatan yang telah diuji dengan peralatan yang sama yang berasal dari
luar negeri (impor). Kajian ditujukan bukan hanya pada tingakt efisiensinya, tetapi dapat
juga ditinjau dari kualitas, dan harganya.
Saat ini ada beberapa instansi pemerintah dan BUMN yang melakukan pengembangan
lab pengujian unjuk kerja peralatan listrik rumah tangga dalam rangka pemberlakuan
label tingkat hemat energi seperti B2TKE-BPPT, B4T Bandung, Baristan Surabaya,
P3TEBTKE, P2SMTP LIPI dan PT Sucofindo (BUMN). Teknologi pengujian unjuk kerja
untuk lampu CFL saat ini yang sudah terakreditasi adalah B2TKE-BPPT, B4T Bandung,
Baristan Surabaya, P3TEBTKE dan PT Sucofindo (BUMN). Sedangkan pengujian unjuk
kerja ballast elektronik hanya 2 laboratorium yang bisa melakukan yaitu B2TKE-BPPT
dan PT Sucofindo. Untuk pengujian Rice cooker ada beberapa lab yang mampu
melakukan yaitu B2TKE-BPPT dan PT Sucofindo, P2SMTP, B4T. Sedangkan pengujian
unjuk kerja TV hanay beberapa lab yang dapat melakukan termasuk B2TKE,
BPPT.Pengujian untuk lemari pendingin dan AC kita terkendala oleh persyaratan lab
yang mengharuskan adanya climate chamber, yang sampai saat ini belum ada fasilitas
di B2TKE.

97
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

IV.10 HASIL CAPAIAN KEGIATAN TAHUN BERJALAN TERHADAP TINGKAT


KESIAPAN TEKNOLOGI
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa draft standar yang telah dibuat, telah diuji
cobakan dengan melakukan beberapa sampel pengujian di dalam laboratorium. Berikut
ini hasil pengujian yang telah dilakukan :
 Hasil pengujian unjuk kerja (performance) Lampu jalan LED
 Hasil pengujian lampu Tubular lamp TL LED untuk penerangan umum
 Hasil pengujian Setrika listrik
Pengembangan lab pengujian akan tetap dilakukan untuk mendapatkan data, status
teknologi yang beredar di Indoensia. Pengujian lampu jalan LED, rice cooker, Lemari
pendingin, AC tetap akan dilakukan tahun 2017 hingga tahun 2019 untuk mendukung
program pemerintah di dalam pemberian label tingkat hemat energi pada peralatan listrik
rumah tangga. Disamping itu untuk meningkatkan jasa layanan teknologi BPPT,
khususnya melayani manufaktur peralatan listrik dan importir.Semua pengujian
dikembangkan berbasis standar SNI maupun standar internasional yang relevan.
Dengan melihat hasil capaian kegiatan tahun berjalan terhadap tingkat kesiapan
teknologi (TRL-Self-Assessment).Dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 74TRL kegiatan Perekayasaan Teknologi Efisiensi Energi, Peralatan dan Sistem
Energi
TRL Kriteria
1 Prinsip dasar dari teknologi diteliti dan dilaporkan
2 Formulasi konsep dan atau aplikasi teknologi
3 Pembuktian konsep
4 Validasi kode, komponen dalam suatu lingkungan laboratorium
5 Validasi kode, komponen dalam suatu lingkungan simulasi
6 Demonstrasi model atau prototipe sistem dalam lingkungan yang relevan
7 Demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan yang relevan
8 Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat melalui pengujian dan demo
dilingkungannya
9 Sistem benar-benar terbukti melalui pengoperasian

IV.11 MITRA KERJA


Pada kegiatan ini dilakukan kerjasama dengan beberapa Mitra
Tabel 75Daftar Mitra Kerja B2TKE
No Mitra Kerja Pekerjaan Anggaran Kontak Alamat
1 DJEBTKE Pengembangan Testing 20 jt Khunaefi DJEBTKE-ESDM, Jl.
protocol dan uji coba Pengangsaan Timur
pengujian peralatan No. 1A Jakarta
2 Sucofindo Pengujian Ballast In Kind Gassing Jl. Arteri Tol Cibitung
Elektronik No.1, Cibitung,
Bekasi, Jawa Barat
17520
3 P2SMTP, Pengujian rice cooker In Kind Gassing, Puspitek, Cibitung,
Sucofindo, Andry Bandung
B4T
4 Pemda Audit dan energy potensial In kind Aie Jauhari
Depok scan di Kantor Pemda
Depok
5 UNM Audit dan energy potensial In kind Ibu Dr. Riana Jln A. P. Pettarani,
scan di Kampus UNM Makassar

98
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Makassar
6 Pemda DIY Audit dan energy potensial In kind Kepatihan Danurejan
scan di Kantor Pemda DIY 55213
Telepon: (0274)
589583, 52811
Fax. (0274) 586712
7 Pemda Kota Audit dan energy potensial In kind Jalan Jend Sudirman
Sumatera scan di Kantor Gubernur No. 51, Padang,
Barat Sumbar Sumatera Barat
8 Pemda Kota Audit dan energy potensial In kind Bapak H. Jl. Engku Putri No.1
Batam scan di Kantor Pemda Muhammad Batam Centre, Batam,
Batam Rudi, SE, MM Kepulauan Riau

IV.12 KENDALA YANG DIALAMI


Beberapa kendala yang dihadapi :
 Belum adanya fasilitas Climate Chamber untuk pengujian AC dan Refrigerator
 Untuk audit energi dan energy potensial scan, selama ini tidak ditemukan adanya
kendala yang berarti, namun data-data penggunaan energi pada kantor dan gedung
yang diaudit tidak dicatat dengan baik. Sehingga mereka tidak dapat mengevaluasi
penggunaan energinya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil survei, pengujian, analisis data diperoleh beberapa kesimpulan :
 Hasil kegiatan audit energi berupa rekomendasi penghematan energi yang dapat
dilakukan seperti pemanfaatan peralatan listrik hemat energi, pengaturan
penggunaan energi listrik dengan memanfaatkan cahaya alami serta mengatur
kondisi/suhu ruangan sesuai dengan kebutuhan, serta mematikan peralatan-
peralatan pengonsumsi energi listrik pada jam istirahat dapat diterapkan pada
hampir semua gedung yang disurvei/diaudit.
 Testing protocol, Fasilitas pengujian, dan SDM untuk pengujian lampu jalan LED
saat ini masih mengacu kepada SNI ISO 62612-2013. Sehingga bila ada regulasi
dari pemerintah untuk pemberlakuan wajib pengujian untuk pemberian label tingkat
hemat energi Lab B2TKE siap melakukan.
 Fasilitas pengujian performance lampu LED dan lampu Tubular, testing protocol
serta dokumen pendukung perlu terus dikembangkan dan dilengkapi untuk
memenuhi standar pengujian berbasis SNI. Saat ini yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan SDM untuk melakukan uji coba beberapa sampel. Saat
ini sampel yang telah di uji beberapa unit yang ada pasaran. Data-data efisiensi
hasil pengujian akan disampaikan dan dipresentasikan kepada kementerian ESDM
yang dihadiri oleh stackholder yang terdiri dari Lab-lab uji, produsen, importir
maupun akademisi.
 Untuk peralatan setrika, tahun ini kita telah menguji sebanyak 24 macam dari
berbagai merk dan produsen. Harapan fasilitas pengujian setrika ini dapat
memfasilitasi pemberian label tanda hemat energi yang akan diberlakukan oleh
Kementerian ESDM pada tahun 2017-2018 yang akan datang.
 Hasil-hasil kegiatan berupa audit dan energy potensial scan pada beberapa kantor
pemerintah dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi
listrik mereka dengan cara pengaturan penggunaan energi listrik dengan
memanfaatkan cahaya alami, mengatur kondisi/suhu ruangan sesuai dengan

99
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

kebutuhan, serta mematikan peralatan-peralatan pengonsumsi energi listrik pada


jam istirahat.
 Pengembangan lab pengujian unjuk kerja peralatan listrik untuk rumah tangga di
B2TKE, merupakan konstribusi BPPT untuk mendukung program pemerintah di
dalam penghematan energi di sektor rumah tangga. Dengan adanya label tanda
hemat energi ini, maka masyarakat akan didorong untuk memilih peralatan-
peralatan yang hemat penggunaan energinya.
 Disamping itu adanya fasilitas pengujian yang berbasis SNI akan membantu
produsen dalam negeri dan importir untuk menguji peralatan listrik mereka dengan
layanan yang cepat, harga bersaing dan kualitas yang baik.

VI. DAFTAR PUSTAKA


[1] "Basics of Light and Lihgting ” Philips " Dapat diakses di
http://www.lighting.philips.com/pwc_li/cn_zh/connect/tools_literature/assets/dow
nloads/basics_of_light.pdf [diakses 1 April 2014]
[2] Comparison Chart LED Lights vs. Incandescent Lights vs. CFLs.
Http://www/designrecycleinc.com/led%20comp%chart.html. [accessed 2 April
2014]
[3] Hatem Elaydi*, Zaki Al Qaraa ”Energy Efficient Lighting System in Gaza Strip
Buildings” American Journal of Electrical and Electronic Engineering, 2014, Vol.
2, No. 2, 57-61.
[4] BSN SNI IEC 62612:2013 Lampu swabalast LED untuk pelayanan
pencahayaan umum – Persyaratan Kinerja.
[5] BSN SNI 03-6958-2003.”Label tingkat hemat energi pemanfaat tenaga listrik
untuk keperluan Rumah Tangga dan sejenisnya”
[6] PP No. 70 Tentang Konservasi Energi
[7] BPPT-JICA(2010). Subcontract (C) 2010 for the Study for Promoting Practical
Demand Side Management Program in Indonesia. Final Report, 2010.
[8] LIU Wei, Luong Van Phan, Harry Arjadi, (2012). “Feasibility Study Report on
Enhancing Regional Harmonization for the BRESL Products” Bresl-UNDP.
Dapat diakses di laman
www.bresl.com/upfile/2013/12/23/20131223154847_259.pdf
[9] Erri Krisnadi, (2013). FGD Harmonisasi Prosedur Pengujian dan Standarisasi
Energi Efisiensi Produk Penanak Nasi dan Kipas Angin. Bogor, 14 Mei 2013
[10] Erri Krisnadi, Februari (2014). Analisis Hasil Pengujian Penanak Nasi (Rice
cooker) Produk Dalam Negeri. Disampaikan pada Forum Komunikasi
Laboratorium Pengujian Kelistrikan dan Efisiensi Energi dan BRESL Indonesia,
Jakarta.
[11] Erry Krisnadi, (2013). Road Map Laboratorium Kelistrikan Dan Efisiensi Energi.
Workshop Roadmap Laboratorium Pengujian Kelistrikan dan Efisiensi Energi
Jakarta, 28 November 2013.
[12] ------- (2013), The Hong Kong Voluntary Energy Efficiency Labelling Scheme for
Electric Rice-Cookers Electrical and Mechanical Services Department, 3 Kai
Shing Street, Kowloon, Hong Kong Homepage: http://www.emsd.gov.hk
[13] Hilmawan, Edi H, Angky, Sudirman (2011). Hasil survey Penggunaan Peralatan
Listrik di Dusun Cihuni, Kabupaten Tangerang. B2TE, Serpong.

100
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

[14] Australian Government, September (2012) “ Vietnam Energy Efficiency


Standards and Labelling Program: Australian Government support project.
Market survey. 2014. http://www.energyrating.gov.au
[15] Electric Rice Cooker Criteria Standard Subcommittee (ERCCSS), (2005),
Energy Efficiency Standards Subcommittee of the Advisory Committee on
Energy and Natural Re-sources, Final Report on the Top Runner Target Rice
Cooker Standards, dapat diakses di http://www.eccj.or.jp
[16] SNI 04-6292.1 : 2003 / SNI IEC 60335-1:2009 (Piranti listrik rumah tangga dan
sejenisnya – Keselamatan – Bagian 1 : Persyaratan Umum
[17] SNI 04-6292.2.2-15 : 2004 / SNI IEC 60335-2-15:2009 (Piranti listrik rumah
tangga dan sejenisnya – Keselamatan – Bagian 2 -15: Persyaratan khusus
untuk peranti pemanas cairan.

101
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

VII. ISIAN FORM A DAN FORM B

HASIL PELAKSANAAN PROGRAM TAHUN 2016 FORM A

ANGGARAN (dlm ribuan) LUARAN


SDM
Nama Program Keterangan
Realisasi % (org)
Pagu (Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(Rp)
Perekayasaan DIPA 854.329 846.299 99 17       Rekomendasi dan jasa
Teknologi Efisiensi     konsultasi tentang
Energi Peralatan Dan penghematan energi pada
Sistem Energi pengelola gedung
PNBP 25.000.000   Jasa pengujian peralatan
 listrik rumah tangga, yang
berasal dari produsen,
importir maupun untuk
keperluan standar dan label
tanda hemat energi

Keterangan 1 -10 adalah sebagai berikut :


1. Rekomendasi 5. Pengujian 9. Prototype
2. Advikasi 6. Jasa Operasional 10. Survey
3. Alih Teknologi 7. Pilot Project
4. Konsultasi 8. Pilot Plant

Petunjuk Pengisian Kolom Tabel di atas :


A. PROGRAM, diisi dengan sesuai nama program
B. ANGGARAN
Diisi dengan jumlah DIPA, PNBP dan PHLN sesuai pagu serta realisasinya untuk per kegiatan
C. SDM, diisi dengan jumlah tenaga perekayasa
D. LUARAN, nomor 1-10 merupakan indikator kinerja hasil/luaran kegiatan, diisi jumlah dari masing-masing indikator yang dicapai pada satu tahun anggaran.
E. KETERANGAN, Untuk masing - masing luaran uraikan data dan informasi lebih detail.

102
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI, PERALATAN DAN SISTEM ENERGI TAHUN 2016

Form B
PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI EFISENSI ENERGI PERALATAN DAN SISTEM ENERGI
INTI KEGITAN
Tahun 2016 ini merukapan kelanjutan dari tahun sebelumnya, yang mana mulai tahun
2015 melakukan kegiatan Audit Energi dan Benchmark serta Energy Potential Scan
pada Gedung Perkantoran, jadi Aktivitas ini diharapkan pengelola gedung pemerintah
dan swasta mengambil manfaat serta keuntungan dalam usaha meningkatkan efisiensi
dan optimasi penggunaan energi guna menurunkan biaya energi. Pada sektor rumah
tangga pengendalian konsumsi energi dapat dilakukan dengan menerapkan standar
efisiensi dan label hemat energi peralatan listrik rumah tangga. Melalui labelisasi
peralatan rumah tangga tersebut, pengguna diarahkan untuk lebih menggunakan
peralatan yang lebih efisien penggunaan energinya, sehingga secara nasional
penggunaan energi dapat ditekan. Di sisi produsen, dengan labelisasi tersebut dapat
mendorong produsen untuk memproduksi produk-produk yang lebih efisien penggunaan
Audit energi di Pemda Depok dan Kantor Gubernur Sumatera Barat energinya.
TUJUAN PROGRAM
Melakukan Audit Energi dan Benchmark serta Energy Potential Scan pada Gedung
Perkantoran. Dan tersedianya Lab pengujian peralatan listrik rumah tangga untuk
mendukung pemberlakukan label tingkat hemat energi yang terakreditasi KAN sesuai
SNI 17025
PROGRAM YANG DILAKSANAKAN
Program yang dilaksanakan meliputi pengumpulan data, survei, audit energi, analisis
data, Benchmarking, dan energy potensial scan pada beberapa gedung. Sedangkan
pada peralatan listrik sektor rumah tangga meliputi kajian standar unjuk kerja,
pembuatan testing protokol, pengadaan peralatan pengujian, pengujian peralatan listrik
RT dan pembuatan grading hemat energi
HASIL KEGIATAN
 Energy potensial scan pada beberapa kantor Pemda Depok, Propinsi Jawa Barat,
Gambar kegiatan pengujian lampu Jalan LED,TL LED dan Setrika Kantor Walikota Batam, Propinsi Riau Kepulauan, Kantor Gubernur, Propinsi Sumatera
Barat
Bidang : Energi Unit Kerja : B2TE Dana DIPA : • Audit energi Kantor Bappeda, DI Yokyakarta, Universitas Negeri Makassar, Propinsi
Rp.854.329.000 Sulawesi Selatan.
Lokasi Kegiatan : Kepala Program : Sudirman Dana mitra : Sampel uji • Draft testing protocol Pengujian Lampu Jalan dan lampu TL LED berdasarkan LED SNI
Puspiptek dan 5 Program Manager : Sofyan Agus Nama Mintra Kerja : DJ IEC 62612:2016 : Lampu LED Swa-Balast Untuk Layanan Penerangan Umum Dengan
Propinsi Safari EBTKE ESDM, Pemda, Tegangan Suplai > 50V- Persyaratan Kinerja
Chief Engineer : Joko Santoso Universitas • Draft testing protocol Pengujian Setrika listrik berdasarkan SNI IEC 60311:2019 : Setrika
Tahun : 2/5 (tahun 2 Alamat : Gedung 620 B2TKE Nama User : DJEBTKE listrik untuk rumah tangga atau penggunaan serupa- Pengukuran Kinerja
dari 5 tahun) Puspiptek Hasil pengujian beberapa peralatan listrik rumah tangga seperti lampu jalan LED, Setrika
listrik, Lampu tubular lamp LED.
Telpon : 021 7560550

103

You might also like