Jurnal Instalasi

You might also like

You are on page 1of 9

Penyimpanan Ikan Nila Dengan Menggunakan Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

Dani Agusti1, Gina Galih Pratiwi2, Mochamad Arif3, Sugito4

1,2,3,4
Politeknik Negeri Indramayu
1,2,3,4
Jl. Lohbener Lama No.8 - Telepon (0234) 272282 – Indramayu 45252
E-mail : daniii8174@gmail.com 1 , ginagalihpratiwi020@gmail.com 2, mochamadarif37@gmail.com 3 ,
sugyto08@gmail.com 4

Abstrak

Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer dikalangan masyarakat indonesia.
Ikan nila sendiri sering di sebut ikan mujaer. Ikan nila memiliki tekstur daging yang mirip dengan ikan mujair
dan ikan mas. Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang digemari oleh masyarakat
karena dagingya cukup tebal dan rasanya gurih. Ikan nila memiliki kadar protein 84% dan kadar lemak rendah
2,7%, kadar air 70 - 80%, serta abu 1,2% . ikan nila mulai mengalami penurunan kualita fisik setelah 2 jam
kematian, kerusakan ini dapat terjadi secara biokimia maupun mikrobiologi. Oleh karena itu kebutuhan akan
mesin pendingin juga di perlukan agar ikan nila tidak hilang kandungan gizinya. Secara umum mesin pendingin
mempunyai prinsip kerja yaitu siklus kompresi uap dengan cara gas refrigerant yang berada di kompresor
dimampatkan agar menjadi uap/gas bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi, gas refrigerant bersuhu tinggi tersebut
masuk kedalam kondensor dan terjadi proses kondensasi yaitu perubahan gas refrigerant menjadi cair dan
pelepasan kalor dengan bantuan fan ke lingkungan sekitar, cairan refrigerant dari kondensor lalu menuju ke pipa
kapiler dan terjadi penurunan tekanan dan penurunan temperatur, refrigerant berbentuk cair dan bertemperatur
rendah masuk kedalam evaporator dan terjadi proses evaporasi yaitu perubahan refrigerant berbentuk cair
menjadi gas dan penyerapan kalor pada kabin dengan bantuan blower. Proses ini terjadi berulang dan terus-
menerus hingga mencapai temperatur yang di tentukan.

Kata kunci : Ikan Nila, Penyimpanan, Pendinginan, Siklus Kompresi Uap

I. PENDAHULUAN Maka dari itu pentingnya penyimpanan ikan untuk


Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar menjaga benang-benang protein agar tetap pada
yang mempunyai prospek cukup baik untuk kondisi seharusnya dan mampu mempertahankan
dikembangkan. Ikan nila banyak digemari oleh ikan pada rasa yang sebenarnya.
masyarakan karena dagingnya yang tebal dan Dan salah satunya adalah dengan penyimpanan
rasanya gurih, kandungan protein tinngi sehingga ikan menggunakan sistem refrigerasi kompresi uap.
dapat dijadikan sebagai sumber protein. Ikan nila Sistem refrigrasi kompresi uap merupakan suatu
memiliki kandungan gizi yang lebih baik bila sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat
dibandingkan dengan ikan air tawar lainya seperti kompresi refrigeran, yang dalam keadaan
lele. Kandungan protein ikan nila sebesar 53,76%; bertekanan rendah akan menyerap kalor dari tempat
lemak 7,01%, kadar abu 6,80% per 100 gram berat yang didinginkan, dan masuk pada sisi penghisap
ikan. Sedangkan ikan lele mimiliki kandungan (suction) dimana uap refrigeran tersebut ditekan
protein 40,28%; lemak 11,28%; kadar abu 5,52% didalam kompresor sehingga berubah menjadi uap
(Leksono dan Syahrul, 2001). Ikan nila merupakan bertekanan tinggi yang dikeluarkan pada sisi
bahan pangan yang cepat mengalami kerusakan dan keluaran (discharge). Dari proses ini kita
pembusukan (persihable food). Ikan nila mulai menentukan sisi bertekanan tinggi dan sisi
mengalami penurunan kualitas fisik setelah 2 jam bertekanan rendah.
kematian, kerusakan ini dapat tejadi secara biokimia
II. TINJAUAN TEORI
maupun mikrobiologi, hal ini disebabkan oleh
Siklus refrigrasi kompresi uap merupakan suatu
beberapa hal seperti kondisi lingkungan yang sangat
sistem yang memanfaatkan aliran perpindahan kalor
sesuai untuk pertumbuhan mikroba pembusuk yang
melalui refrigeran, proses tersebut apabila
diakibatkan bakteri, khamir maupun, jamur.
berlangsung terus-menerus menghasilkan suatu
siklus. Proses yang terjadi pada siklus refrigerasi kondensor, semakin banyak pula refrigeran yang
kompresi uap yaitu : mencair, dan diharapkan saat keluaran kondensor
seluruhnya menjadi cair.
Besarnya kalor yang dibuang di kondensor dapat
dinyatakan pada persamaan berikut :
𝑄𝑐 = 𝑚̇ (ℎ2 − ℎ3 )
Dimana :
𝑄𝑐 = Besarnya kalor yang dibuang kondensor (kW)
ℎ2 = Enthalpy refrigeran saat masuk kondensor
(kJ/kg)
ℎ3 = Enthalpy refrigeran saat keluar kondensor
Siklus Refrigerasi (kJ/kg)
 Proses Kompresi 𝑚̇ = Laju aliran refrigran pada sistem (kg/s)
Proses 1-2 merupakan proses kompresi dimana
refrigeran ditekan sehingga tekanannya menjadi  Proses Ekspansi
lebih tinggi dan temperatur jenuhnya menjadi lebih Proses 3-4 ini terjadi pada pipa kapiler,
tinggi pada saat masuk kondensor. Hal ini setelah refrigeran melepas kalor di kondensor,
dimaksudakan agar temperatur refrigeran refrigeran berfasa cair akan mengalir menuju pipa
dikondensor menjadi lebih tinggidari temperatur kapiler untuk diturunkan tekanan dan
lingkungan sehingga mampu memindahkan panas temperaturnya. Diharapkan temperatur yang terjadi
kelingkungan dengan proses kondensasi. akan lebih rendah dari pada temperatur lingkungan,
Besarnya daya atau kinerja kompresi yang dilakukan sehingga dapat menyerap kalor saat berada di
kompresor adalah : evaporator. Dalam proses ekspansi initidakterjadi
𝑄𝑤 = 𝑚 ̇ ( ℎ2 − ℎ1 ) prose penerimaan atau pelepasan energi (enthalpy
Sedangkan besarnya kerja persatuan massa konstan). Dalam proses ekspansi initidakterjadi
refrigeran yang dikompresikan adalah: prose penerimaan atau pelepasan energi (enthalpy
𝑞𝑤 = ℎ2 − ℎ1 konstan).
Dimana : ℎ3 = ℎ4
𝑄𝑤 = Daya atau kerja kompresor yang dilakukan ℎ3 = Enthalpy refrigeran saat masuk kondensor
(kW) (kJ/kg)
ℎ1 = Enthalpy refrigeran saat masuk kompresor ℎ4 = Enthalpy refrigeran saat keluar kondensor
(kJ/kg) (kJ/kg)
ℎ2 = Enthalpy refrigeran saat keluar kompresor
(kJ/kg)  Proses Evaporasi
𝑚̇ = Laju aliran refrigran pada sistem (kg/s) Setelah keluar dari alat ekspansi kemudian
𝑞𝑤= Besarnya kerja kompresi yang dilakukan rfrigeran yang berfasa campuran dialirkan ke
(kJ/kg) evaporator. Pada kondisi ini refrigeran memiliki
tekanan yang rendah, sehingga temperatur jenuhnya
 Proses Kondensasi berada dibawah temperatur ruangan, lingkungan
Proses 2-3 merupakan proses kondenasi, pada atau produk yang didinginkan. Kalor kemudian
proses ini uap refrigeran turun temperaturnya diserap oleh refrigeran kemudian refrigeran berubah
kemudian berubah fasanya pada tekanan dan fasanya menjadi gas sementara temperatur ruangan,
temperaturnya yang konstan dari fasa gas ke fasa kabin, atau produk yang didinginkan menjadi lebih
cair dengan cara membuang kalor kelingkungan. dingin.
Kalor refrigeran dapat pindah ke lingkungan karena 𝑄𝑒 = 𝑚̇ (ℎ1 − ℎ4 )
memiliki temperatur dan tekanan jenuh yang lebih 𝑞𝑒 = ℎ1 − ℎ4
tinggi dari lingkungan. Kalor yang berpindah dari
refrigeran ke udara pendingin bergantung pada Dimana :
berbagai faktor, antara lain luas permukaan 𝑄𝑒 = Besarnya kalor yang dibuang evaporator (kW)
kondensor, jenis materialyang digunakan, selisih ℎ1 = Enthalpy refrigeran saat masuk kondensor
temperatur kondensasi dengan temperatur (kJ/kg)
lingkungan. Semakin banyak panas yang dibuang di
ℎ4 = Enthalpy refrigeran saat keluar kondensor Dalam proses pembengkokan (bending
(kJ/kg) process) pada pipa, juga harus diperhatikan tentang
𝑚̇ = Laju aliran refrigran pada sistem (kg/s) jenis dan ukuran bahan yang akan diproses. Ada dua
𝑞𝑒 = Efek refrigerasi (kJ/kg) cara alat pembengkokan pipa yaitu :
¨ Pegas pembengkok (bending spring)
III. METODE ¨ Dengan tipe pengungkit (lever type bender)
Komponen utama Penggunaannya adalah sebagai berikut :
1. Kompresor Pegas pembengkok ini mempunyai diameter dalam
2. Kondensor dimana diameter ini dapat digunakan. Untuk
3. Evaporator diameter yang dalam biasanya digunakan pada pipa-
4. Pipa kapiler pipa bagian ujung.
Komponen tambahan Bending Spring ini akan cenderung terjadi
1. Sighlas penjepitan antara pipa dan alatnya itu sendiri
2. HLPS sehingga dalam lapangan jarang digunakan.
3. HLLPG Tipe pengungkit (lever type bender) ini jauh lebih
4. Dan komponen kelistrikn lainya praktis serta presisi dibandingkan dengan "Bending
Proses penginstalasian system terdiri dari dua Spring" karena alat ini disamping disertai alat
bagian, yaitu proses penginstalasian system penahan juga disertai skala bending, sehingga kita
pemipaan dan instalasi system kelistrikan. dapat membending dengan tepat sesuai dengan yang
diinginkan.
Proses pemipipaan
Proses pemipipaan merupakan salah satu 3. Flaring dan Swaging
dasar yang harus kita perhatikan atau bahkan harus flaring dan swaging adalah proses
dapat dipertanggung jawabkan didalam instalasi dan pengembangan pipa yang akan disambung atau
mekanisme sistem refrigerasi sebab jika kita abaikan diinstalasi, baik itu pada sistem maupun pada
atau ceroboh dalam pemprosesan pipa misalnya pemipaan lainnya sesuai dengan kebutuhan. Adapun
dalam, pemotongan, pembengkokan dan pemben- tujuan dari kedua proses ini adalah untuk
tukan lainya maka sistem yang kita buat akan mudah memudahkan proses dari penyambungan yang akan
bocor atau bahkan gagal. kita lakukan.
Step-step atau langkah-langkah di dalam pengerjan · Proses Flaring
pipa untuk sistem antara lain : Kedua proses di atas mempunyai perbedaan baik
1. Pemotongan (cutting) dari proses maupun pada penggunaanya. Proses
2. Pembengkokan (Banding) flaring ada dua macam yaitu "Single Flare dan
3. Flaring dan Swaging Double Flare".
4. Welding Pada penerapan/penggunaan yang umum dipakai
Dan keterangannya adalah : adalah single flare karena proses ini lebih praktis dan
mudah untuk diproses.
· Proses Swaging
1. Pemotongan (cutting)
Seperti telah diutarakan di atas bahwa proses flaring
Cutting adalah pengerjaan pemotongan
dan proses swaging mempunyai perbedaan. Proses
pipa yang biasanya dilakukan dengan mengunakan
swaging biasanya digunakan pada sistem
alat khusus yang disebut Tubbing Cutter atau
penyambungan las.
disebut juga Cutter pipe. Alat ini mempunyai sebuah
mata pisau/blade yang berbentuk bulat dan dapat
diputar pada porosnya. 4. Welding (Pengelasan)
Pemotongan pipa dilakukan dengan memutar pisau Ada beberapa perangkat las yang biasa
sedikit demi sedikit sambil menekan mata pisau digunakan pada sistem sambungan "Weld Fitting"
tersebut pada pipa (dengan diantaranya adalah
memutar/mengencangkan skrup pemutar pada ujung • Las Asetilin atau las karbit
bawah cutter). • Las listrik
Dalam proses penginstalasian ini, jenis
2. Pembengkokan (Banding) perangkat las yang digunakan adalah las asetiline
atau las karbit. Setelah proses pengerjaan pada pipa
selesai dilakukan, kemudian dilakukan proses Rangkaian kontrol merupakan bagian yang
penginstalasian pada sistem terhadap sistem mengontrol sistem kelistrikan, dalam
mekanik (pemipaan)-nya. Semua komponen utama pengoperasiannya dilakukan secara otomatis dan
dan pendukung sistem mekanik dipasang sesuai komponennya terpasang terpisah dengan rangkaian
dengan tempat yang telah direncanakan. daya.
Proses penginstalasian pertama yang Setelah rangkaian kelistrikan selesai diinstal,
dilakukan adalah meletakkan semua komponen kemudian dilakukan pengetesan terhadap rangkaian
utama sistem, sesuai dengan urutan. Kemudian, daya dan kontrol.
komponen-komponen tersebut dihubungkan satu Bekerjanya rangkaian daya ini ditandai
persatu dengan menggunakan pipa yang dengan bekerjanya termometer digital dan voltmeter
diameternya telah ditentukan. Pada proses akan segera menunjukkan pergerakan. Pada saat
pemasangan pipa ini perlu diperhatikan peletakan dilakukan pengetesan, line yang menuju kompresor
dari komponen-komponen pendukung mekanik (setelah keluar dari kontak utama kontaktor) harus
yang ada pada sistem. Selain itu, pemasangan diputuskan terlebih dahulu. Pada keadaan ini ampere
saluran untuk pipa kapiler (alat ukur) ke titik-titik dan wattmeter belum menunjukkan pergerakannya,
pengukuran harus diperhatikan pula. karena belum ada beban. Lampu I pada
Pada trainer, titik-titik pengukuran tekanan panel sebagai indikasi arus pada sistem akan
tersebut terdapat pada kedua sisi tekanan kerja menyala. Namun sistem masih dalam keadaan off.
sistem. Pada sistem tekanan tinggi titik pengukuran Pengetesan sistem kontrol dilakukan
terdapat pada pipa discharge, pipa masukan katup dengan cara menghidupkan saklar rangkaian kontrol
TXV, dan pipa masukan kapiler. Sedangkan pada pada sistem (untuk sistem dengan TXV dan kapiler).
sisi tekanan rendah titik pengukuran diletakkan pada Jika sistem bekerja dengan baik, semua alat kontrol
saluran suction, keluaran Evaporator, dan keluaran yang digunakan akan teraliri arus dan bekerja,
katup TXV. sehingga kompresorpun akan melakukan proses
kompresi terhadap sistem. Sistem rangkaian kontrol
Sistem Kelistrikan ini hanya dapat bekerja jika pada sistem telah teraliri
Tahap pengerjaan instalasi sistem arus listrik (rangkaian daya aktif, dengan cara
kelistrikan dan kontrol meliputi : menaikkan saklar MCB).
1.Penempatan komponen-komponen sistem
kelistrikan dan kontrol. Penelitian ini dilakukan dengan metode
2.Menyambungkan semua komponen kelistrikan perbandingan secara langsung terhadap kabin yang
sesuai dengan diagram kelistrikan pada sistem. memiliki beban dan tidak memiliki beban.
3.Pengetesan sistem kelistrikan. Sumber data yang didapat yaitu dengan mengukur
Sistem kelistrikan dirakit dalam satu panel temperatur temperatur in kompresor, out kompresor,
yang terletak pada bagian belakang sistem. Secara in kondensor, out kondensor, in evaporator, out
keseluruhan, rangkaian kelistrikan pada sistem evaporator, kabin dan lingkungan dari kinerja dalam
terbagi dalam dua bagian, yaitu : sistem tersebut dalam waktu 5 menit sekali selama
1.Rangkaian daya 120 menit.
2.Rangkaian kontrol
Rangkaian daya merupakan rangkaian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
pokok dari suatu sistem kelistrikan Komponen yang Perbandingan temperatur pada kabin tampa
digunakan juga merupakan komponen yang beban prodak dan dengan beban prodak
terkendali. Dalam rangkaian Daya ini terdapat satu 40
buah motor kompresor yang dihubungkan dengan
30
kontaktor yang teraliri arus pada rangkaian kontrol.
20 Tanpa
Selain motor kompresor, terdapat beberapa
Beban
komponen lain seperti termometer digital, pilot lamp 10
untuk sumber arus pada sistem, ampere meter, Dengan
0 Beban
voltmeter, dan wattmeter pada saluran rangkaian 0 5 10 15 20 25 30
-10
daya yang dilengkapi dengan switch MC sebagai
saklar on/off arus pada sistem. -20
Dari data di atas terlihat suhu pada kabin tanpa beban Di menit ke 60 Tanpa Produk
dan kabin dengan beban dari menit ke-0 1. Efek refrigerasi ( ER)
temperaturnya masih tinggi. Untuk menit selanjutnya Efek refrigerasi adalah kemampuan dari
temperatur kabin dengan beban lebihrendah
sistem untuk melakukan penyarapan panas dari
dibanding tanpa beban.
lingkungan, proses ini terjadi pada evaporator, efek
refrigerasi dapat dihitung dengan persamaan :
Grafik Perbandingan COP Dimana :
ER = Efek Refrigerasi ( kJ/kg)
20.00
h1 = enthalpi refrigerant saat masuk kompresor
10.00 (kJ/kg)
h4 = enthalpi refrigerant saat masuk evaporator
0.00
(kJ/kg)
5
15
25
35
45
55
65
75
85
95
105
115
ER = h1 – h4
Tanpa produk Denagan Produk Diket :
h1 = 387,47 kJ/kg
h4 = 256,31 kJ/kg
ER = 387,47 kJ/kg – 256,31 kJ/kg
= 131,16 kJ/kg
Grafik Perbandingan Efesiensi
3.00 2. Dampak kondensasi atau “ efek pemanasan “
Besar panas per satuan massa refrigerant
2.00
yang dilepaskan dikondensor dinyatakan sebagai :
1.00 Dimana :
Qk = besarnya dilepas dikondensor (kJ/kg)
0.00
h2 = enthalpi refrigerant saat masuk kondensor
85
5
15
25
35
45
55
65
75

100
105
115

(kJ/kg)
Tanpa Produk Menggunakan Produk h3 = enthalpi refrigerant saat keluar kondensor
(kJ/kg)
Qc = h2 – h3
Diket :
h2 = 426,51 kJ/kg
h3 = 256,31 kJ/kg
Qc = 426,51 kJ/kg – 256,31 kJ/kg
= 170,2 kJ/kg

3. Kerja kompresi ( Wk )
Grafik Perbandingan Kerja Besarnya kerja kompresi per satuan massa
Kompresi refrigerant bisa dihitung dengan rumus :
50
Dimana :
Wk = besarnya kerja kompresi yang dilakukan
(kJ/kg)
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
h2 = enthalpi refrigerant saat masuk kompresor
(kJ/kg)
Menggunakan Produk Tanpa Produk h1 = enthalpi refrigerant saat keluar kompresor
(kJ/kg)
Wk = h2 –h1
Penentuan ukuran keefektifan kerja (efisiensi)
Diket :
sistem mesin konversi energi secara umum biasanya
h2 = 426,51 kJ/kg
adalah membandingkan antara luar ( kerja berguna )
h1 = 387,47 kJ/kg
dengan
Wk = 426,51 kJ/kg – 387,47 kJ/kg
( energi masuk ), berikut bebagai perhitungan pada
= 39,04 kJ/kg
sistem refrigerasi kompresi uap :
4. Daya kompresor yang diharapkan adalah jumlah panas yang harus
Daya kompresor adalah daya yang dipindahkan ke luar lingkungan yang lebih panas
diberikan ke fluida kerja “refrigerant” dengan proses sehingga dari perumusan hukum termodinamika II
pemampatan. Daya tersebut dipakai refrigerant perbandingannya sering dinamakan dengan
untuk proses siklus aliran. Daya kompresor dapat Coofisien Of Performance (COP)
dihitung dengan persamaan : COP adalah perbandingan antara efek
Dimana : Wcomp = daya kompresor refrigerasi dibagi kerja kompresi, dapat ditulis
(kWatt) dengan rumus sebagai berikut :
V = Tegangan / Volt (V) COP = ER / Wk
I = Arus / ampere (A) Diket :
µ = Efisiensi ( nilai sekitar 0,6 – 0,7 ) ER = 131,16 kJ/kg
Wcomp = V.I.µ.cos Wk = 39,04 kJ/kg
Diket : COP = (131,16 kJ/kg) / (39,04 kJ/kg)
V = 220 V = 3,36
I=2A
Wcomp = 220 . 2 . 0,74 Di menit ke 60 Dengan Menggunakan Produk
= 325,6 kWatt 1. Efek refrigerasi ( ER)
Efek refrigerasi adalah kemampuan dari
5. Laju aliran massa refrigerant sistem untuk melakukan penyarapan panas dari
Laju aliran adalah perbandingan antara lingkungan, proses ini terjadi pada evaporator, efek
daya kompresor dibagi kerja kompresi, dapat ditulis refrigerasi dapat dihitung dengan persamaan :
dengan rumus sebagai berikut : Dimana :
Dimana : ER = Efek Refrigerasi ( kJ/kg)
ṁ = Laju aliran massa refrigerant (kg/s) h1 = enthalpi refrigerant saat masuk kompresor
Wcomp = daya kompresor (kWatt) (kJ/kg)
Wk = besarnya kerja kompresi yang dilakukan h4 = enthalpi refrigerant saat masuk evaporator
(kJ/kg) (kJ/kg)
ṁ = Wcomp / Wk ER = h1 – h4
Diket : Diket :
Wcomp = 325,6 kWatt h1 = 388,32 kJ/kg
Wk = 39,04 kj/kg h4 = 251,40 kJ/kg
ṁ = 325,6 / 39,04 ER = 388,32 kJ/kg – 251,40 kJ/kg
= 8,34 kg/s = 136,92 kJ/kg

6. Kapasitas pendinginan 2. Dampak kondensasi atau “ efek pemanasan “


Nilai kapasitas pendinginan dapat Besar panas per satuan massa refrigerant
dirumuskan sebagai berikut : yang dilepaskan dikondensor dinyatakan sebagai :
Dimana : Dimana :
Qe = Kapasitas pendinginan (kWatt) Qk = besarnya dilepas dikondensor (kJ/kg)
ṁ = Laju aliran massa refrigerant (kg/s) h2 = enthalpi refrigerant saat masuk kondensor
qe = Efek refrigerasi (kJ/kg) (kJ/kg)
Qe = ṁ . qe h3 = enthalpi refrigerant saat keluar kondensor
Diket : (kJ/kg)
ṁ = 8,34 kg/s Qc = h2 – h3
qe = 131,16 kJ/kg Diket :
Qe = 8,34 kg/s . 131,16 kJ/kg h2 = 424,26 kJ/kg
= 1093,87 kWatt h3 = 251,40 kJ/kg
Qc = 424,26 kJ/kg – 251,40 kJ/kg
7. COP ( Coofisien Of Performance ) = 172,86 kJ/kg
Untuk aplikasi refrigerasi ukuran
keefektifan kerja dari sistem adalah berdasarkan dari 3. Kerja kompresi ( Wk )
tujuan kerja sistem. Pada sistem refrigerasi keluaran
Besarnya kerja kompresi per satuan massa Nilai kapasitas pendinginan dapat
refrigerant bisa dihitung dengan rumus : dirumuskan sebagai berikut :
Dimana : Dimana :
Wk = besarnya kerja kompresi yang dilakukan Qe = Kapasitas pendinginan (kWatt)
(kJ/kg) ṁ = Laju aliran massa refrigerant (kg/s)
h2 = enthalpi refrigerant saat masuk kompresor qe = Efek refrigerasi (kJ/kg)
(kJ/kg) Qe = ṁ . qe
h1 = enthalpi refrigerant saat keluar kompresor Diket :
(kJ/kg) ṁ = 9,30 kg/s
Wk = h2 –h1 qe = 136,92 kJ/kg
Diket : Qe = 9,30 kg/s . 136,92 kJ/kg
h2 = 424,26 kJ/kg = 1273,35 kWatt
h1 = 388,32 kJ/kg
Wk = 424,26 kJ/kg – 388,32 kJ/kg 7. COP ( Coofisien Of Performance )
= 35,94 kJ/kg Untuk aplikasi refrigerasi ukuran
keefektifan kerja dari sistem adalah berdasarkan dari
4. Daya kompresor tujuan kerja sistem. Pada sistem refrigerasi keluaran
Daya kompresor adalah daya yang yang diharapkan adalah jumlah panas yang harus
diberikan ke fluida kerja “refrigerant” dengan proses dipindahkan ke luar lingkungan yang lebih panas
pemampatan. Daya tersebut dipakai refrigerant sehingga dari perumusan hukum termodinamika II
untuk proses siklus aliran. Daya kompresor dapat perbandingannya sering dinamakan dengan
dihitung dengan persamaan : Coofisien Of Performance (COP)
Dimana : COP adalah perbandingan antara efek
Wcomp = daya kompresor (kWatt) refrigerasi dibagi kerja kompresi, dapat ditulis
V = Tegangan / Volt (V) dengan rumus sebagai berikut :
I = Arus / ampere (A) COP = ER / Wk
µ = Efisiensi ( nilai sekitar 0,6 – 0,7 ) Diket :
Wcomp = V.I.µ.cos ER = 136,92 kJ/kg
Diket : Wk = 35,94 kJ/kg
V = 220 V COP = (136,92 kJ/kg) / (35,94 kJ/kg)
I=2A = 3,81
Wcomp = 220 . 2 . 0,76
= 334,4 kWatt V. PENUTUP
Kesimpulan
5. Laju aliran massa refrigerant Kesimpulanya adalah dari penelitian yang kita
Laju aliran adalah perbandingan antara lakukan, kita dapat memahami cara kerja mesin
daya kompresor dibagi kerja kompresi, dapat ditulis kompresi uap sederhana. Dari data yang kami
dengan rumus sebagai berikut : dapatkan suhu ke 30 menit adalah -2,6°C dan bisa
Dimana : menyimpan dan mengawetkan ikan nila agar tetap
ṁ = Laju aliran massa refrigerant (kg/s) segar dan terjaga proteinnya pada kondisi semula.
Wcomp = daya kompresor (kWatt)
Wk = besarnya kerja kompresi yang dilakukan DAFTAR PUTAKA
(kJ/kg) Teori.
ṁ = Wcomp / Wk http://widodoandik.blogspot.co.id/2012/03/laporan-
Diket : instalasi-sistem-refrigerasi.html
Wcomp = 334,4 kWatt https://bantupraktikum.wordpress.com/tag/laporan-
Wk = 35,94 kJ/kg praktikum-mengenal-sistem-pendinginan-dan-
ṁ = (334,4 kWatt) / (35,94 kJ/kg) pembekuan/
= 9,30 kg/s http://rizkynurul7.blogspot.co.id/2012/12/laporan-
kelistrikan-teknik-pendingin_6.html
6. Kapasitas pendinginan https://mobile.fatsecret.co.id/kalori/gizi/umum/nila-
(ikan)?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C3902478702
diakses tanggal : 21 Des. 17

You might also like