You are on page 1of 14

A.

DEFINISI
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur
dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan
kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Gale, 2006 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang
muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2007 : 72).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan
menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2002 : 143).
Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan
usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2007: 805).

B. PENYEBAB DAN FAKTOR PREDISPOSISI


Terdapat empat etiologi utama kanker kolon (Davey, 2006 : 334) yaitu :
1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-
buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
· Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
· Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
· Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena
karsinoma kolon.
3. Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang orangtuanya sehat (FKUI,
2001 : 207).

C. MANISTIFASI KLINIK (Tanda dan gejala)


Gejala sangat di tentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan
keluhan yang umum terjadi.
1. Kanker kolon kanan
Isi kolon berupa cairan, cenderung teteap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit
kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus besar dan feses masih encer.
Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat
dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat di lakukan di klinik). Mucus
jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan
mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami
perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang-kadang pada epigatrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum
Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks.
Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung
melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses bisa kecil dan berbentuk pita. Baik
mucus maupun darah segar sering terihat pada feses. Dapat terjadi anemia karena
kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenairadiks
saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau perineum.
Hemoroid, nyeri pinggang bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul
sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada
lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkapsetelah defekasi, konstipasi dan diare
bergantian, serta feses berdarah.

D. FATOFISIOLOGI
a. Anatomi Fisiologi Kolon
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon
terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon
menurun(descending),kolon sigmoid, dan rektum.Bagian kolon dari usus buntu
hingga pertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan
bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri".
b. Patologi
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau
disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada
stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi
dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker
yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335). Kanker
kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas
dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke
hati).Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system -
portal.
4. Penyebaran secara transperitoneal
5. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker
menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan
ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan
perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 :177).

E. Pathway Keperawatan
F. Penatalaksanaan
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut
:
a. Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui
lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah
terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar
jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X,
atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor, merusak
genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan
dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah.
Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu
makan.
c Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy
ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari
satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini
dapat bersifat sementara atau permanen.

G. Pemeriksaan Penunjang
 Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
 Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan foto
kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran
tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini.
Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
 Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit.
Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah
metastasis.
 Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma
kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
 Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan.
Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes
Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract.
Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (tanaman
lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces
spesimen.
 Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat
ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.

H. Pengkajian Fokus ( Pengkajian riwayat kesehatan, Perubahan Pola Fungsi,


Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.
Data-data yang perlu dikaji meliputi :
 Riwayat kesehatan : perasaan lelah, nyeri abdomen (PQRST), pola eliminasi
terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau, dan konsistensi feses,
mencakup adanya darah dan mukus.
 Riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolon, riwayat
keluarga dari penyakit kolon dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi
mencakup masukan lemak dan atau serat serta jumlah konsumsi alkohol. Penting
dikaji riwayat penurunan berat badan.
 Auskultasi terhadap bising usus dan palpasi untuk nyeri tekan, distensi dan masa
padat. Specimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN / POTENSIAL KOMPLIKASI.


Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup : a.
Diagnosa keperawatan pra operatif :
1) Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruktif.
2) Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
3) Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia.
4) Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
anoreksia.
5) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi.
6) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diagnosis,rencana
pembedahan dan rencana perawatan di rumah.

7) PK : Infeksi.
b. Diagnosa keperawatan pasca operatif :
8) Nyeri akut berhubungan dengan terangsangnya nosiseptor akibat luka operasi.
9) Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat luka/pembedahan
10) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah, tindakan kolostomi, dan
kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal.
11) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi.
12) PK : Komplikasi pasca bedah usus.
c. Diagnosa keperawatan akibat terapi ajufan :
13) Kurang pengetahuan tentang efek samping terapi ajufan berhubungan dengan kurang
informasi efek samping.

3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN.

Intervensi Keperawatan Praoperatif.


1) Mengatasi konstipasi :
a) Pantau frekuensi dan konsistensi defekasi.
b) Anjurkan hidrasi oral yang adekuat.
c) Kolaborasi pemberian laksatif dan enema.
d) Persiapkan pembedahan bila menunjukkan tanda perkembangan kearah obstruksi
total.
2) Menghilangkan nyeri :
a) Pantau respons pasien terhadap nyeri.
b) Ajarkan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan : perubahan posisi, gosokan
punggung dan teknik relaksasi.
c) Ciptakan lingkungan kondusif untuk relaksasi : meredupkan lampu, mematikan
televisi atau radio bila pasien menghendaki, membatasi pengunjung atau telepon bila
pasien menginginkan.
d) Kolaborasi pemberian analgetik.
3) Meningkatkan toleransi aktifitas:
a) Kaji tentang toleransi aktivitas pasien.
b) Jadualkan periode tirah baring yang adekuat dalam upaya menurunkan keletihan
pasien.
c) Tranfusi darah sesuai resep bila pasien mengalami anemia berat.
4) Memberikan tindakan nutrisional :
a) Kaji dan pantau jumlah asupan nutrisi.
b) Berikan diet tinggi kalori, protein dan karbohidrat serta rendah residu selama
beberapa hari sebelum operasi.
c) Pantau BB setiap hari.
d) Berikan nutrisi parenteral total sesuai pesanan.
5) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit :
a) Kaji dan pantau tanda-tanda dehidrasi.
b) Catat intake dan output untuk menyediakan data akurat tentang keseimbangan cairan.
c) Batasi masukan cairan oral untuk mencegah muntah.
d) Berikan anti emetik sesuai resep.
e) Pasang pipa nasogastrik untuk mengalirkan akumulasi cairan dan distensi abdomen.
f) Pantau kadar elektrolit serum untuk mendeteksi hipokalemia dan hiponatremia akibat
kehilangan cairan gastrointestinal.
g) Kaji tanda vital untuk mendeteksi hipokalemia : takikardia, hipotensi, penurunan
jumlah denyut.
h) Kaji status hidrasi : turgor kulit, membran mukosa kering, urin pekat, peningkatan
berat jenis urin.
6) Menurunkan ansietas:
a) Kaji tingkat ansietas pasien serta mekanisme koping yang digunakan untuk
menghadapi stres.
b) Tingkatkan privasi bila pasien menginginkan dan instruksikan pasien untuk latihan
relaksasi.

c) Tingkatkan perhatian dengan mendengarkan ungkapan, kesedihan, atau pertanyaan


yang diajukan pasien.
d) Atur pertemuan dengan rohaniawan bila pasien menginginkannya, dengan dokter bila
pasien mengharapkan diskusi pengobatan atau prognosis.
e) Pasien kolostomi lain dapat diminta berkunjung bila pasien mengungkapkan minat
untuk berbicara dengan mereka.
f) Tingkatkan perilaku empati : jawab pertanyaan dengan jujur, jelaskan semua
prosedur dengan bahasa yang mudah dipahami, setiap informasi dokter dijelaskan
jika perlu.
g) Kaji pengetahuan pasien tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah dan tingkat
fungsi yang diinginkan pascaoperatif.
h) Jelaskan persiapan fisik sebelum pembedahan, penampilan dan perawatan yang
diharapkan dari luka pascaoperatif, teknik perawatan ostomi, pembatasan diet, kontrol
nyeri dan penatalaksanaan obat.
7) Mencegah infeksi:
a) Pantau tanda-tanda infeksi bila ada.
b) Berikan antibiotik sesuai resep seperti kanamisin sulfat, eritromisin, dan neomisin
untuk mengurangi bakteri usus dalam rangka persiapan pembedahan usus.
c) Berikan laksatif, enema atau irigasi kolonis untuk membersihkan usus.

Intervensi keperawatan pascaoperatif :


1) Mencegah infeksi / perawatan luka :
a) Pantau suhu, laporkan bila terjadi peningkatan.
b) Observasi adanya kemerahan, nyeri tekan dan nyeri di sekitar luka.
c) Bantu dalam membuat drainase local.
d) Dapatkan specimen dan material drainase untuk pemeriksaan kultur dan
sensitivitas.

2) Mengurangi nyeri :
a) Kaji tingkat toleransi pasien terhadap nyeri.
b) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
c) Bantu pasien untuk membebat insisi abdomen, selama batuk dan napas dalam
untuk mengurangi tegangan pada tepi insisi.
d) Kolaborasi pemberian analgetik.
3) Mengatasi kerusakan integritas kulit :
a) Pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
b) Jelaskan cara perawatan kulit pasca operasi.
c) Berikan barier pelindung kulit sesuai resep.
4) Meningkatkan citra tubuh yang positif:
a) Kaji konsep diri pasien tentang citra tubuhnya.
b) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan masalah yang dialami dan
mendiskusikan tentang pembedahan.
c) Dorong pasien untuk memasukkan rencana perawatan kolostomi dalam kehidupan
sehari-hari.
d) Tingkatkan dukungan lingkungan dan sikap perawat dalam meningkatkan adaptasi
terhadap perubahan yang terjadi akibat pembedahan.
5) Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi pasca bedah usus :
a) Ileus paralitik :
 Mulai dan lanjutkan intubasi nasogastrik.
 Siapkan pasien pemeriksaan sinar X.
 Jamin penggantian cairan dan elektrolit adekuat.
 Berikan antibiotic sesuai resep.
b) Infeksi intra peritoneal dan infeksi luka abdomen :
 Evaluasi pasien terhadap nyeri kolik intermiten, mual, muntah.
 Pantau nyeri abdomen konstan atau umum nadi cepat dan peningkatan suhu.
 Siapkan untuk selang dekompresi usus.
 Berikan cairan dan elektrolit sesuai program.
 Beri antibiotic sesuai resep.
c) Peritonitis :
 Evaluasi pasien terhadap adanya mual, cegukan, menggigil, demam tinggi dan
takikardi.

 Beri antibiotic sesuai resep.

 Siapkan pasien untuk prosedur drainase.


 Lakukan terapi cairan dan elektrolit sesuai resep.

 Siapkan untuk pembedahan jika terjadi kegawatan.


d) Pembentukan abses :
 Beri antibiotic sesuai resep.
 Berikan kompres hangat sesuai pesanan.
 Siapkan untuk drainase

Intervensi keperawatan bila tidak dilakukan pembedahan (terapi ajufan).


1) Meningkatkan pengetahuan tentang efek samping terapi :
a) Kaji pengetahuan dan pengalaman pasien dan keluarga tentang efek terapi yang
diketahui.
b) Jelaskan efek samping (anoreksia,muntah,diare,kelelahan) sesuai tingkat
pemahaman pasien / keluarga.
c) Jelaskan apa yang harus dilakukan pasien / keluarga terhadap efek samping
tersebut.

4. EVALUASI KEPERAWATAN
Kriteria hasil yang diharapkan :
a) Pra bedah
1) Mempertahankan eliminasi usus adekuat.
2) Mengalami sedikit nyeri.
3) Meningkatkan toleransi aktifitas.
4) Mencapai tingkat nutrisi optimal (diet rendah residu,tinggi kalori dan protein).
5) Keseimbangan cairan tercapai (membatasi masukan cairan dan makanan oral bila
mual, berkemih sedikitnya 1,5 liter / 24 jam).
6) Mengalami penurunan ansietas ( mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan
bebas, menggunakan tindakan koping dalam menghadapi stres)
7) Tidak ada tanda-tanda infeksi.
b) Post bedah
8) Nyeri dapat terkontrol.
9) Integritas kulit terjaga.
10) Infeksi post operasi tidak terjadi.
11) Memiliki citra tubuh yang positif.
12) Tidak mengalami komplikasi pasca bedah usus :
c) Terapi ajufan
13) Pengetahuan pasien / keluarga tentang efek samping terapi ajufan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Brown,Sandra Clark.2007.Nursing Outcomes Classification (NOC).US : ELSEVIER
2007 Nursing Intervention Classificatio (NIC) US : ELSEVIER
Brunner and Suddart .2006.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jakarta : EGC
Herdman,T.Heather.2010.Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2009-2011 Jakarta
:EGC
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 2006,Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Sjamsuhidajat.R.2007.Buku Ajar Ilmu Bedah .Jakarta : EGC


LAPORAN PENDAHULUAN Ca. COLON

DISUSUN OLEH :

MUHAMAD RAFIK
NIM: 20170305020

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2017

You might also like