You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selama dua dekade terakhir, di dunia terutama di negara berkembang


sedang mengalami permasalah triple burden diseases yakni munculnya
kembali dan belum tuntasnya permasalahan penyakit menular seperti TBC,
diare, kusta, malaria; peningkatan kasus penyakit tidak menular seperti
hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung; serta munculnya penyakit-
penyakit baru (WHO, 2015). Diantara penyakit-penyakit di atas terdapat
salah satu penyakit menular yang perjalanan patogenesisnya panjang namun
dapat menyebabkan dampak yang berat bahkan bersifat permanen, penyakit
tersebut adalah penyakit kusta, Hal ini dapat berlangsung perlahan-lahan
dengan inkubasi rata-rata berjangka waktu sekitar lima hingga tujuh tahun
(WHO, 2015).
Wilayah Asia Tenggara dengan angka kejadian kusta terbanyak antara
lain Filipina, Myanmar, Sri Lanka dan Indonesia (Weekly Epidemiological
Report (WHO, 2015). Indonesia menjadi urutan ketiga jumlah pasien kusta
terbanyak di dunia setelah India dan Brazil. WHO (2015) melaporkan angka
kejadian kusta pada tahun 2014 di negara India mencapai 125.685 orang,
Brazil mencapai 31.064 orang dan Indonesia mencapai 17.025 orang. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kejadian kusta di Indonesia masih tinggi.
Kejadian kusta di Indonesia hingga saat ini masih tergolong tinggi dengan
adanya peningkatan jumlah klien kusta beberapa tahun terakhir. Menurut
Kementerian Kesehatan RI (2015) kejadian kusta di Indonesia pada tahun
2012 mencapai 16.123 sedangkan pada tahun 2013 mencapai 16.856 orang.
Sementara itu pada tahun 2014 jumlah klien kusta di Indonesia tercatat
mencapai 17.025 orang (Kemenkes RI, 2015). Jumlah tersebut tersebar di
berbagai daerah dengan jumlah kasus terbanyak kusta berada di daerah Jawa
Timur pada peringkat pertama mencapai 4.116 orang, diikuti Jawa Barat
sebagai peringkat kedua sejumlah 2.222 orang dan Jawa Tengah sebagai
peringkat ketiga sejumlah 1.829 orang (Kemenkes RI, 2015). Pada
Puskesmas Kalipare,penyakit kusta termasuk dalam lima besar penyakit
yang paling banyak diderita oleh pasien rawat jalan dengan prevalensi
10,41%(Buku indikator mutu Puskesmas Kalipare, 2016).
Berbagai dampak yang dirasakan oleh klien dengan kusta tidak hanya
dirasakan oleh klien sendiri, namun juga oleh keluarga serta masyarakat
sekitar. Menurut Kemenkes RI (2015) dampak yang dialami oleh klien kusta
anara lain dampak fisik yakni kerusakan integritas kulit berupa munculnya
lesi khas yang terdapat pada kusta. Akibat penanganan yang terlambat dan
persepsi klien dan keluarga yang salah terhadap lesi yang semula
menyerupai panu, tidak sedikit lesi yang muncul pada kusta berkembang
menjadi kecacatan. Kecacatan tersebut dapat bersifat permanen dan bila hal

1
2

tersebut terjadi maka dapat berpengaruh dalam kemampuan klien


melakukan aktivitas sehari-hari.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 1-14 april
di wilayah kerja Puskesmas Kalipare, didapat 9 pasien terdiagnosa kusta
dengan 7 pasien disertai kerusakan integritas kulit dimana pasien tidak
melakukan perawatan, dan 2 pasien kusta dengan kerusakan integritas kulit
yang sudah melakukan perawatan. Dari data data tersebut, divalidasi dengan
Intervensi pada klien kusta disertai kerusakan integritas kulit dengan teknik
farmakologi maupun nonfarmakologi. Salah satu cara yang digunakan
untuk menghindari kecacatan serta melindungi lesi yang dialami klien kusta
agar tidak bertambah parah adalah dengan melakukan perawatan luka secara
teratur. Perawatan luka sangat penting dilakukan kepada klien kusta untuk
menghindari bertambah parah cacat yang dialami (Kemenkes RI, 2012).
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012) perawatan luka yang dapat
dilakukan pada klien kusta meliputi prinsip memeriksa, melindungi, dan
merawat pada anggota-anggota tubuh yang rawan mengalami kecacatan.
Perawatan diri yang terdapat pada kusta ditunjukkan terutama pada anggota
tubuh antara lain mata, tangan, dan kaki.
Dengan melihat tingginya angka prevalensi penyakit kusta dengan
kerusakan integritas kulit di wilayah kerja Puskesmas Kalipare yang
mencapai rata-rata 15 pasien perbulan dari total 50 pasien dengan diagnosa
kusta, serta besarnya pengaruh perawatan luka yang tepat terhadap
kesembuhan klien, mahasiswa memilih kasus penyakit kusta disertai
kerusakan integritas kulit untuk dilaporkan sebagai studi kasus dalam
laporan praktik ini.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien kusta Dengan
kerusakan integritas kulit Di Puskesmas Kalipare Kabupaten Malang?
1.3.Tujuan

1.3.1. Tujuan umum


Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien kusta
Dengan kerusakan integritas kulit Di Puskesmas Kalipare
Kabupaten Malang.

1.3.2. Tujuan khusus


1. Melakukan pengkajian Pada Pasien kusta Dengan kerusakan
integritas kulit Di Puskesmas Kalipare Kabupaten Malang.

2. Menyusun Diagnosa Keperawatan sesuai dengan prioritas


masalah Pada Pasien kusta Dengan kerusakan integritas kulit Di
Puskesmas Kalipare Kabupaten Malang.
3

3. Merencanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien kusta Dengan


kerusakan integritas kulit Di Puskesmas Kalipare Kabupaten
Malang.

4. Melakukan tindakan Pada Pasien kusta Dengan kerusakan


integritas kulit Di Puskesmas Kalipare Kabupaten Malang.

5. Mengevaluasi Asuhan Keperawatan Pada Pasien kusta Dengan


kerusakan integritas kulit Di Puskesmas Kalipare Kabupaten
Malang.
1.4. Manfaat

1.4.1. Mangfaat Teoritis

Digunakan sebagai data dasar maupun acuan untuk


melakukan asuhan keperawatan selanjutnya yang berkaitan dengan
kusta disertai dengan kerusakan integritas kulit.
1.4.2. Mangfaat Praktis
1. Bagi pasien
Memberikan informasi dan penatalaksanaan secara dini
mengenai kusta,sehingga bisa membantu klien untuk
mengcegah dan menghindari resiko dan komplikasi yang
ditimbulkan.

2. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti dapat memperluas ilmu pengetahuan
dan menambah wawasan tentang Pasien kusta disertai dengan
kerusakan integritas kulit.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat menambah pustaka perpustakaan STIKes
Kendedes Malang dan sebagai sarana belajar mahasiswa STIKes
Kendedes Malang.

4. Bagi Puskesmas
Menjadikan wawasan dan pengetahuan perawat dalam
mengaplikasikan intervensi yang sesuia untuk pasien kusta
dengan masalah keperawatan kerusakan integritas kulit secara
lebih tepat dan sesuai dalam instansi kesehatan lebih tepatnya
Puskesmas Kalipare.

5. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menambah refrensi dalam melakukan
asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan kusta
disertai kerusakan integritas kulit.

You might also like