You are on page 1of 7

BAB 3

Metode Praktikum

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini di lakukan di area depan gedung Pendidikan Biologi
tepatnya di sekitar parkiran dosen gedung 3 FKIP Universitas Jember pada :
Hari : Jum’at - Sabtu
Tanggal : 13-14 April 2018
Waktu : 19.00 – 19.00 WIB (24 jam)
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat :
1. Bendera
2. Pasak
3. Meteran
4. Penggaris
5. Mm Blok ukuran A3
6. Tissue
7. Tipe X atau cat atau kutek
8. Soil Tester
9. Anemometer
10. Higrometer
11. Termometer
12. Lux meter
3.2.2 Bahan :
1. Tali Rafia
2. Bekicot (Acatina fullica)
3.3 Desain Percobaan

Keterangan :

: Pohon : Tanda bekicot 1-10

: Lampu

3.4 Langkah Kerja


3.4.1 Tahap Persiapan
1. Menentukan tempat atau daerah yang akan di jadikan area
percobaan jarak edar bekicot.
2. Memasang pasak dan tali raffia dengan ukuran yang telah di
tentukan.
3. Menyiapkan lampu penerangan.
3.4.2 Tahap Koleksi
1. Mengambil bekicot sebanyak 10 ekor dengan ukuran panjang
dan lebar cangkang relative sama.
2. Mencuci bekicot dengan air mengalir dan mengeringkannya
dengan menggunakan tissue.
3. Melakukan penimbangan terhadap berat dan pengukuran
panjang cangkang bekicot sebagai berat awal dan panjang awal.
4. Memilih bekicot yang memiliki berat yang seragam.
5. Memberi tanda berupa nomor kelompok dan nomor bekicot
pada cangkang bekicot dengan menggunakan cat atau tipe x atau
kutek kuku.
6. Meletakkan bekicot di tempat yang ternaung cahaya (di bawah
pohon) Setelah bekicot diberi tanda.
7. Memberi pasak yang telah diberi tanda (bendera) sebagai lokasi
awal bekicot.
8. Melakukan pengukuran terhadap faktor – faktor abiotik (pH
tanah, suhu, kelembaban udara, kelembaban tanah, kecepatan
angin, dan intensitas cahaya)
9. Melakukan pengamatan tiap 2 jam sekali dengan interval 24
jam.
10. Memberikan tanda dengan menggunakan pasak pada bekicot
yang ditemukan di tempat tertentu.
11. Mengukur jarak edar bekicot dari titik awal ke titik dimana
bekicot ditemukan.
12. Melakukan pengukuran faktor abiotik kembali.
13. Mencatat data pengamatan dalam tabel yang di sediakan dan
membuat peta jarak edar bekicot pada kertas millimeter blok.
3.5 Skema Kerja
Menentukan tempat atau daerah yang akan di jadikan area percobaan
jarak edar bekicot.

Memasang pasak dan tali raffia dengan ukuran yang telah di tentukan.

Menyiapkan lampu penerangan.

Mengambil bekicot sebanyak 10 ekor dengan ukuran panjang dan


lebar cangkang relative sama.

Mencuci bekicot dengan air mengalir dan mengeringkannya dengan


menggunakan tissue.

Melakukan penimbangan terhadap berat dan pengukuran panjang


cangkang bekicot sebagai berat awal dan panjang awal.

Memilih bekicot yang memiliki berat yang seragam.

Memberi tanda berupa nomor kelompok dan nomor bekicot pada


cangkang bekicot dengan menggunakan cat atau kutek kuku.

Meletakkan bekicot di tempat yang ternaung cahaya (di bawah pohon)


Setelah bekicot diberi tanda.
Memberi pasak yang telah diberi tanda (bendera) sebagai lokasi awal
bekicot.

Melakukan pengukuran terhadap faktor – faktor abiotik.

Melakukan pengamatan tiap 2 jam sekali dengan interval 24 jam.

Memberikan tanda dengan menggunakan pasak pada bekicot yang


ditemukan di tempat tertentu.

Mengukur jarak edar bekicot dari titik awal ke titik dimana bekicot
ditemukan.

Melakukan pengukuran faktor abiotik kembali.

Mencatat data pengamatan dalam tabel yang di sediakan dan membuat


peta jarak edar bekicot pada kertas millimeter blok.

Pembahasan 2

Praktikum pola aktivitas harian jarak edar Acatina fullica di laksanakan di


lahan parkiran dosen yaitu area di depan gedung Pendidikan Biologi gedung 3
FKIP Universitas Jember. Langkah pertama yang harus di lakukan yaitu membuat
petak pada area dengan ukuran 1 x 1 m. Hal ini bertujuan agar memudahkan
praktikan untuk menggambar pada milimeter blok dan menentukan skalanya.
Pembuatan petak ini di awali dengan membuat patokan pada salah satu ujung area
yang kemudian diikuti patokan tiap petak ke kanan dan ke kiri dengan
menggunakan pasak. Patokan harus di buat mengelilingi semua sisi atau semua
arah agar tiap sisi petak benar-benar berukuran 1 m. Kemudian membuat petak
dengan memasang tali raffia pada tiap patokan dan dibuat berselang seling seperti
anyaman agar tali tidak mudah bergeser sehingga ukuran tiap petak tidak berubah.
Pembuatan petak ini memudahkan praktikan untuk menggambar jarak edar pada
milimeter blok dengan menghitung petak yang dilewati. Pada waktu yang
bersamaan, anggota kelompok lain mengukur panjang dan lebar bekicot serta
menimbang berat bekicot. Hal ini di lakukan untuk mengetahui pengaruh jarak
edar bekicot terhadap ukuran dan berat bekicot serta untuk membandingkan
ukuran dan berat bekicot sebelum dan setelah aktivitas selama 24 jam.

Langkah selanjutnya yaitu tiap kelompok memilih satu pohon besar


sebagai titik awal bekicot akan beraktivitas dan menentukan ke arah mana bekicot
di letakkan. Hal ini di lakukan untuk mengetahui ke arah mana bekicot akan
bergerak (horizontal atau vertical). Perhitungan jarak edar hanya lebih difokuskan
pada jarak edar secara horizotal karena akan memudahkan memetakan dalam
milimeter block. Sedangkan untuk yang pergerakan secara vertikal jika digambarkan
pada milimeter block akan hanya terlihat titik 0 saja (tidak bisa di gambar). Namun
untuk seberapa jauh pergerakannya, maka tetap ditulis sebagai keterangan. Kemudian
pada titik awal bekicot di beri tanda menggunakan bendera kelompok. Hal ini di
lakukan karena pada satu pohon terdapat tiga kelompok dari kelas yang berbeda, jadi
sebagai identitas tiap bekicot dan untuk menandai letak bekicot setiap 2 jam.
Pengukuran jarak edar yang selanjutnya diacukan pada bendera yang sebelumnya.

Setelah dilakukan pengukuran jarak edar bekicot, juga dilakukan pengamatan


terhadap aktivitas masing-masing bekicot. Apakah bekicot itu inaktif (tidur) atau aktif
(makan, berjalan, ataupun reproduksi). Tujuannya untuk mengetahui lebih aktif mana
bekicot pada malam hari atau pada siang hari. Hal ini dikaitkan dengan karakter
bekicot sebagai hewan nocturnal. Hewan nokturnal merupakan hewan yang lebih
aktif pada malanm hari jika dibandingkan dengan siang hari. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa bekicot lebih aktif pada malam hari. Kebanyakan pada siang
hari mereka inaktif, sedangkan pada malam hari mereka cenderung berjalan yang
jauh. Hal ini dipengarui oleh faktor lingkungan dimana bekicot akan mampu
bergerak dengan cepat ketika tubuhnya mengeluarkan lendir dan salah satu
adaptasinya dengan lingkungan adalah dia selalu membasahi dirinya dengan
lendir tersebut untuk mengurangi penguapan. Jika bekicot aktif pada siang hari
maka akan banyak sinar matahari yang terpancar ke dalam tubuhnya sehingga
sebagian besar tubuhnya akan keluar dari cangkangnya dan ketika semakin
tubuhnya keluar dari cangkangnya, maka akan semakin banyak cairan dalam
tubuhnya yang mengalami penguapan. Oleh karena itu, pada siang hari bekicot
akan inaktif dan pada malam hari saat tidak ada cahaya dia aktif yang bertujuan
untuk mempertahankan kondisi tubuhnya.

Setiap pengamatan juga di lakukan pengamatan factor abiotik (pH tanah,


suhu, kelembaban udara, kelembaban tanah, kecepatan angin, dan intensitas
cahaya). Hal ini di lakukan untuk mengetahui factor mana yang sangat
berpengaruh terhadap pola aktivitas harian dan jarak edar Acatina fullica pada saat
di lakukan uji SPSS. Setelah pengamatan setiap 2 jam selama 24 jam di lakukan,
bekicot kembali di ambil dan di cuci bersih dengan menggunakan air mengalir
kemudian di keringkan menggunakan tissue. Kemudian kembali di lakukan
pengukuran panjang, lebar, serta berat bekicot untuk di bandingkan dengan
pengukuran awal.

You might also like