You are on page 1of 11

Saat Ketenaran Duniawi Menjadi Tujuan

Oleh : Murod Asy Syathiri

‫ ومن‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫ َو ِم ْن سيئا‬،‫ور أنفُ ِسنَا‬


ِ ‫ َم ْن يَ ْهدِه هللا فَال ُم‬،‫ت أ ْع َما ِلنا‬ ُ ‫ ونعوذ ُ به ِمن‬،ُ‫ونستغفره‬
ِ ‫ش ُر‬ ُ ،‫ ونستعينُه‬،‫ نَحْ َمد ُه‬،‫إن ال َح ْمدَ هلل‬
َّ
ُ ‫ فَال هَادِي لَه‬،‫ض ِل ْل‬ ْ ُ‫ي‬

‫سولُه‬
ُ ‫ور‬ ْ ُ ‫أ َ ْش َهد‬
َّ ُ ‫ وأشهد‬،ُ‫أن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ دَهُ ال ش َِريكَ لَه‬
َ ‫أن ُم َح َّمدًا ع ْبد ُه‬

ْ َ‫ص ِلِّى َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ا َ ِل ِه َوأ‬


‫ص َحا ِب ِه َو َم ْن ت َ ِب َع ُهدًى‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬

َ‫َّللاَ َح َّق تُقَا ِت ِه َوال ت َ ُموت ُ َّن ِإال َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون‬
َّ ‫َياأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬

‫َّللاَ الَّذِي‬
َّ ‫يرا َونِ َسا ًء َواتَّقُوا‬ ِ ‫اس اتَّقُوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو‬
َّ ‫احدَةٍ َو َخ َلقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َو َب‬
ً ِ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاال َكث‬ ُ َّ‫َياأَيُّ َها الن‬
ُ َ َّ ‫ام إِ َّن‬
‫َّللاَ َكانَ َعل ْيك ْم َرقِيبًا‬ ْ ‫سا َءلُونَ بِ ِه َو‬
َ ‫األر َح‬ َ َ‫ت‬

‫سولَهُ فَقَدْ فَازَ فَ ْو ًزا‬ َّ ِ‫ص ِل ْح لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذ ُنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِطع‬


ُ ‫َّللاَ َو َر‬ ْ ُ‫سدِيدًا * ي‬ َّ ‫يَاأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
َ ‫َّللاَ َوقُولُوا قَ ْوال‬
‫َع ِظي ًما‬

Jama’ah shalat jum’ah yang dirahmati Allah SWT

Khatib mewasiatkan kepada seluruh para jama’ah agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan
kepada Allah Swt. Salah satunya dengan mengikhlaskan seluruh amal perbuatan, yang tidak
mengharapkan apapun dan ridha siapapun kecuali hanya ridha Allah ‫ﷻ‬. Sehingga amal kita
diterima di sisi Allah serta mendapatkan balasan berupa jannah-Nya yang penuh dengan
kenikmatan.

Hadirin sidang jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah SWT

Hari ini kita dihadapkan pada suatu masa, ketika harta, kedudukan, serta pujian manusia
menjadi ukuran kemuliaan dan ketinggian seseorang di hadapan yang lain. Bahwa orang
hebat adalah yang terkenal dan namanya sering disebut di mana-mana, orang sukses adalah
orang yang punya kedudukan serta jabatan tinggi. Orang besar adalah mereka yang selalu
bekecukupan harta dan hidup tanpa kesusahan, serta seabrek indikator-indikator ‘palsu’
dimunculkan untuk merusak pemahaman manusia tentang makna kesuksesan dan kemuliaan.
Supaya manusia tertipu dan lupa pada hakikat ketinggian dan kemuliaan yang sebenarnya,
yakni ketaqwaan dan ketaatan kepada Allah. “Sesungguhnya yang paling mulia diantara
kamu adalah yang paling bertaqwa (kepada Allah). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
Mahateliti”. (QS al-Hujurat: 13)

Akibatnya, banyak orang yang akhirnya beramal hanya demi mencari ridho dan kerelaan
manusia, tanpa peduli lagi pada pahala dan balasan dari Allah. Asal pekerjaan itu disenangi
dan dikagumi serta mulia di mata manusia, syariat Allah rela dijadikan tumbal. Akhirnya,
muncullah golongan manusia yang beramal supaya dilihat dan dipuji oleh orang lain, atau
beramal karena riya’. Mereka berebut agar bisa menjadi objek pujian dan perhatian manusia
dalam setiap amal yang mereka kerjakan. Karena mereka menganggapnya sebagai upaya
‘mengejar kesuksesan’.
Tanpa disadari, sebenarnya mereka sedang mengejar kesia-siaan. Mereka lupa, bahwa hidup
bukan hanya sekedar untuk mencari pujian dan kebanggaan palsu. Dan lupa, bahwa esensi
dari penciptaan mereka di dunia ini adalah untuk beribadah ikhlas hanya kepada-Nya. Semua
perbuatan kita, baik atau buruk, besar atau kecil pasti akan mendapatkan balasan yang
setimpal. Bagi mereka yang beramal karena Allah, Allah sendirilah yang telah menjamin
pahala dan balasannya. Lalu, bagaimana mereka yang beramal dengan menjilat manusia?

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Barangsiapa yang mencari keridhaan Allah meskipun ia


memperoleh kebencian dari manusia, maka Allah akan mencukupkan dia dari
ketergantungan kepada manusia. Dan barangsiapa yang mencari keridhaan manusia dengan
mendatangkan kemurkaan Allah, maka Allah akan menyerahkanya kepada manusia.” (HR
Tirmidzi).

Imam Muhammad bin Abdurrahman al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi mengatakan,


“Maksudnya, Allah akan menjadikannya berada dibawah kuasa manusia, lalu mereka
menyakiti dan menganiayanya.”

Yang menyedihkan, penyakit haus pujian atau riya’ ini ternyata tidak hanya menyerang
kalangan awam saja. Bahkan banyak pengidapnya justru orang-orang yang faham akan
bahaya riya’ itu sendiri. Mereka yang ahli ibadah, para da’i dan mubaligh, thalibul ilmi, serta
para penghafal al-qur’an justru lebih berpotensi besar terjangkiti virus ini. Kuantitas amal
shalih yang mereka kerjakan, ternyata membuat setan tergiur untuk mengggelincirkan
kelompok ini, agar keikhlasan mereka pudar, dan ganti beramal untuk manusia, pujian, serta
kedudukan. Seorang da’i akan di hasut setan agar berbuat riya’ memperbagus dakwahnya
demi popularitas dan dikatakan sebagai ‘penguasa panggung’. Para penghafal Al-Qur’an
akan diarahkan supaya beramal demi dianggap sebagai ‘orang yang dekat dengan
Kitabullah’. Sedangkan setan akan menghasut para alim ulama agar mereka beramal supaya
dielukan sebagai orang yang ‘fakih dan faham dalam masalah dien’. Wal ‘iyadzu billah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan tentang definisi riya’, “Riya’ adalah
ibadahnya seseorang kepada Allah, akan tetapi ia melakukan dan membaguskannya supaya
di lihat dan dipuji oleh orang lain, seperti dikatakan sebagai ahli ibadah, orang yang
khusyu’ shalatnya, yang banyak berinfaq dan sebagainya.” Intinya dia ingin agar apa yang
dikerjakan mendapat pujian dan keridhoan manusia. Rasulullah menyebut riya’ dengan
“syirik kecil”, karena sejatinya pelaku riya’ tidak mutlak menjadikan amalan tersebut sebagai
bentuk ibadah kepada manusia, serta sarana taqarrub kepadanya. Meskipun begitu,
bahayanya tak bisa dianggap sebelah mata.

Jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah SWT

Jauh-jauh hari Rasulullah sudah memperingatkan kita tentang betapa bahayanya “syirik kecil”
ini. Beliau bersabda,

‫َّللاُ َع َّز َو َج َّل لَ ُه ْم يَ ْو َم‬


َّ ‫الريَا ُء يَقُو ُل‬
ِّ ِ ‫َّللاِ قَا َل‬
َّ ‫سو َل‬ُ ‫صغ َُر يَا َر‬ ْ َ ‫ش ِْركُ ْاأل‬
ِّ ‫صغ َُر قَالُوا َو َما ال‬ ْ َ ‫ش ِْركُ ْاأل‬ ِّ ‫علَ ْي ُك ْم ال‬ ُ ‫ف َما أَخ‬
َ ‫َاف‬ َ ‫إِ َّن أ َ ْخ َو‬
‫ظ ُروا ه َْل ت َِجدُونَ ِع ْندَ ُه ْم َجزَ ا ًء‬ُ ‫اس ِبأ َ ْع َما ِل ِه ْم اذْ َهبُوا ِإلَى الَّذِينَ ُك ْنت ُ ْم ت ُ َرا ُءونَ ِفي الدُّ ْن َيا فَا ْن‬ َ ‫ْال ِق َيا َم ِة ِإذَا ُج ِز‬
ُ َّ‫ي الن‬

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka
bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Riya’, Allah ‘azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat
semua manusia diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-orang yang dulu kau
perlihatkan amalmu kepada mereka di dunia, lalu lihatlah apakah kalian menemukan
balasan disisi mereka?” (HR Ahmad)

Imam an-Nawawi dalam kitab Riyadush Shalihin, dalam bab Tahriimur Riya’ (pengharaman
riya’) menyebutkan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah. Dalam
hadist tersebut Rasulullah bersabda tentang tiga orang yang pertama kali di hisab pada hari
kiamat. Mereka adalah orang yang mati syahid dalam pertempuran, seseorang yang belajar
Al-Qur’an dan mengajarkannya, serta orang yang selalu berinfaq di jalan Allah. Setelah
mereka dipanggil, maka ditunjukkan kepada mereka kenikmatan dan pahala yang banyak
karena amal shalih yang telah mereka kerjakan. Namun ternyata pahala mereka musnah, dan
ketiganya justru menjadi penghuni neraka, karena ternyata amal kebaikan yang mereka
kerjakan di dunia hanya bertujuan mendapatkan pengakuan dan pujian dari manusia. Mereka
menjual pahala dan kenikmatan akhirat demi manisnya ucapan dan indahnya pandangan
orang lain. Na’udzu billahi min dzalik.

Bagaimana cara kita menjauhi virus yang satu ini? Solusinya adalah dengan berusaha untuk
ikhlas di setiap amal yang kita kerjakan, dan selalu berupaya protektif menjaganya. Karena
setan tak akan pernah menyerah untuk memberikan bisikan-bisikannya demi menggoyahkan
dan merusak keikhlasan seseorang. Agar manusia menjadi budak sesamanya, beramal untuk
kepuasan semu, serta mencampuradukkan tujuan hakiki amal shalih dengan tujuan bathil.

َّ ‫ إِنَّهُ ه َُو ْالغَفُ ْو ُر‬،ُ‫ فَا ْست َ ْغ ِف ُر ْوه‬. َ‫سائِ ِر ْال ُم ْس ِل ِميْن‬
‫الر ِح ْي ُم‬ َ ‫أَقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي َهذَا َوأ َ ْست َ ْغ ِف ُر هللاَ ْالعَ ِظي َْم ِل ْي َولَ ُك ْم َو ِل‬

Khutbah kedua

‫س ْولُهُ َو َعلَى آ ِل ِه‬ ُ ‫ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ دَهُ الَ ش َِريْكَ لَهُ َوأ َ ْش َهد ُ أَ َّن ُم َح ِ ِّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬.‫ ا َ ْل َح ْمد ُ ِ َّّلِلِ َح ْمدًا َكثِي ًْرا َك َما أ َ َم َر‬,ِ‫ا َ ْل َح ْمد ُ ِ َّّلِل‬
َّ‫ فَاتَّقُوا هللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوت ُ َّن ِإال‬،ِ‫َّاي ِبت َ ْق َوى هللا‬ ِ ‫ أ ُ ْو‬،ِ‫ أ َ َّما بَ ْعد ُ؛ ِعبَادَ هللا‬،‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ِدِّي ِْن‬
َ ‫ص ْي ُك ْم َو ِإي‬ ٍ ‫س‬ َ ْ‫ص َحا ِب ِه َو َم ْن ت َ ِب َع ُه ْم ِبإِح‬ ْ َ ‫َوأ‬
َ‫َوأَنت ُ ْم ُّم ْس ِل ُم ْون‬

Rasulullah pernah mengajarkan sebuah doa yang dapat kita jadikan perisai dari perbuatan
syirik kecil (Riya’). Beliau bersabda dalam sebuah hadist, “Takutlah kalian terhadap syirik
karena dia lebih halus dari langkah semut.” Kemudian seseorang bertanya, “Wahai
Rasulallah, bagaimana kami harus menghindarinya, sementara dia lebih halus dari langkah
semut?” Maka beliau menjawab: “Berdo’alah dengan membaca:

َ َ‫اللَّ ُه َّم ِإنَّا نَعُوذ ُ ِبكَ ِم ْن أ َ ْن نُ ْش ِركَ ِبك‬


‫ش ْيئًا َن ْعلَ ُمهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُركَ ِل َما َال َن ْع َل ُم‬

(Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu
yang kami ketahui dan kami meminta ampun kepada-Mu terhadap apa yang tidak kami
ketahui).” (HR Ahmad)

Sayyid Muhammad Nuh dalam kitabnya at-Taujihaad an-Nabawiyyah memberikan


penjelasan, “Agama Islam melarang dan melawan segala bentuk kesyirikan, sebagaimana
yang disebutkan dalam banyak ayat Al-Qur’an-yang di antaranya adalah syirik kecil-dengan
memberikan ancaman dan peringatan, karena melihat banyaknya manusia yang lalai darinya,
meremehkannya, terperosok kedalamnya, dan terlumuri oleh kenajisan syirik kecil ini. Hadits
ini berisikan do’a agar kita terlepas dari penyakit syirik kecil yang sering menyelinap ke
dalam hati tanpa kita sadari dan kemudian merusaknya. Sebagaimana seorang pencuri yang
menyelinap ke rumah korbannya, kemudian mengambil barang-barang yang dimiliki, sedang
pemiliknya sedang terlelap dalam tidur.”
‫‪Semoga Allah senantiasa menjaga keikhlasan hati kita dan menjauhkan kita dari beramal‬‬
‫‪karena pujian dan penglihatan manusia karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui semua‬‬
‫‪yang kita sembunyikan dalam hati. Dan Allah hanya akan menerima amalan yang ditujukan‬‬
‫‪untuk mencari ridha-Nya semata.‬‬

‫إن هللا ومالئكته يصلون على النبي ياأيها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما‬

‫ص َّليْتَ َعلَى ِإب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْم‪ِ ،‬إ َّنكَ َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيد ٌ‪َ .‬و َب ِ‬
‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ ‫ص ِِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ار ْكتَ َعلَى إِب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل إِب َْرا ِهي َْم‪ ،‬إِنَّكَ َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيد ٌ‪.‬‬ ‫آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬

‫اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات األحياء منهم واألموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات‬

‫اللَّ ُه َّم إِنَّا نَعُوذ ُ بِكَ ِم ْن أ َ ْن نُ ْش ِركَ ِبكَ َ‬


‫ش ْيئًا َن ْعلَ ُمهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُركَ ِل َما َال َن ْعلَ ُم‬

‫ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى االخرة حسنة وقنا عذاب النار‬

‫سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسالم على المرسلين والحمد هلل رب العالمين‬
Khutbah Jum’at: Enam Pertanyaan Al-Ghazali
‫ أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا‬.‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امورالدنيا والدين‬
‫ اما بعد‬.‫ اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين‬.‫عبده ورسوله‬
َّ ْ ُ
ِ ‫ وقال هللا تعالى فى القرأن العظيم ُك ُّل نَ ْف ٍس ذَائِ َقة ال َم ْو‬,‫فياعباد هللا أوصيكم وإياي بتقوى هللا فقد فاز المتقون‬
َ‫ت ۗ َوإِنَّ َما ت ُ َوف ْون‬
‫ور هللا العلي العظيم‬ ِ ‫ع ْالغُ ُر‬ ُ ‫ار َوأُد ِْخ َل ْال َجنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ َو َما ْال َح َياة ُ الدُّ ْن َيا ِإ َّال َمت َا‬ َ ‫أ ُ ُج‬
ِ َّ‫ور ُك ْم َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة ۖ فَ َمن ُزحْ ِز َح َع ِن الن‬

Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah

Pada kesempatan khutbah kali ini, pertama-tama saya mengajak pribadi saya sendiri dan
kaum muslimin umumnya untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. Hanya dengan
taqwalah bekal yang untuk menghadap-Nya nanti. Fainna khairaz zadit taqwa. Jangan
ragukan janji Allah, bahwa ia hanya melihat seseorang dari ketaqwaannya bukan dari sisi
lainnya.
Jama’ah yang dimuliakan Allah
Dalam khutbah kali ini saya hendak mengisahkan sebuah cerita diskusi antara Imam Al-
Ghozali dengan muridnya. Ada enam pertanyaan yang dilontarkan beliau kepada para
muridnya, dan kesemuanya sangat bagus untuk kita simak niali-nilai yang terkandung di
dalamnya.

Suatu ketika Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali
bertanya.
Wahai murid-muridku sekalian, coba kalian jawab “Apa yang paling dekat dengan diri kita di
dunia ini?”
Murid-muridnya menjawab “orang tua,guru,kawan,dan sahabatnya”.
Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita
adalah “MATI”.

‫ار َوأُد ِْخ َل ْال َجنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ َو َما ْال َحيَاة ُ الدُّ ْنيَا إِ َّال‬ َ ‫ت ۗ َوإِ َّن َما ت ُ َوفَّ ْونَ أ ُ ُج‬
ِ َّ‫ور ُك ْم يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة ۖ فَ َمن ُزحْ ِز َح َع ِن الن‬ ِ ‫ُك ُّل نَ ْف ٍس ذَائِقَةُ ْال َم ْو‬
ِ ‫ع ْالغُ ُر‬
‫ور‬ ُ ‫َمت َا‬

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayaka (Ali Imran 185)

Kematian adalah sesuatu yang tiada seorang pun tahu kapan ia akan datang. Karena itu
manusia harus selalu bersiap diri menghadapinya. Terkadang ia jauh terasa, padahal ia dekat
dalam kenyataannya. Janganlah kita lengah dalam memahami hal ini, jangan sekali-kali
merasa diri jauh dari mati, karena itu membuat kita besar hati. Justru kerahasiaannya harus
kita maknai bahwa mati bisa terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa adanya peringatan dari-
Nya. Inilah yang hendak disampaikan oleh Al-Ghazali kepada murid-muridnya.

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua…. “Apa yang paling jauh dari diri
kita di dunia ini?”
Murid -muridnya menjawab “negara Cina, bulan, matahari dan bintang -bintang”.
Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu adalah
benar. Tapi yang paling benar adalah “MASA LALU”. Walau dengan apa cara sekalipun kita
tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari
yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Ini tepat dengan sebuah hadits yang menganjurkan bahwa kehidupan kita hari ini harus jauh
lebih baik dari kemaren, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Jika difikir lebih dalam,
maka yang perlu diperhatikan adalah waktu. Waktu tidak akan datang berulang untuk kedua
kali, sekali kita bertindak kesalahan kita tidak bisa merevisinya lagi. Paling banter kita hanya
bisa bertobat dan berharap pengampunan. Sebagian pepatah bilang waktu adalah sesuatu
yang paling berharga. Emas, harta bisa dicari tapi waktu yang sudah berlalu tak mungkin
hadir kembali.

Jama’ah Jum’ah yang berbahagia


Mati dan waktu adalah dua rahasia yang ada di genggaman-Nya. Kita sebagai hamba hanya
bisa berharap dan berdo’a semoga Allah swt memberikan anugrah kepada kita agar mampu
memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga…. “Apa yang paling besar di
dunia ini?”. Murid-muridnya menjawah “gunung, bumi dan matahari”.
Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia
ini adalah “NAFSU”

ۚ ‫ان َّال َي ْس َمعُونَ ِب َها‬ ِ ‫نس ۖ لَ ُه ْم قُلُوبٌ َّال َي ْف َق ُهونَ ِب َها َولَ ُه ْم أ َ ْعي ٌُن َّال يُب‬
ٌ َ‫ْص ُرونَ ِب َها َولَ ُه ْم آذ‬ ِ ‫اْل‬ ً ِ‫َولَقَدْ ذَ َرأْنَا ِل َج َهنَّ َم َكث‬
ِ ْ ‫يرا ِ ِّمنَ ْال ِج ِِّن َو‬
َ‫ض ُّل ۚ أُولَ ٰـئِكَ ُه ُم ْالغَافِلُون‬َ َ ‫أُولَ ٰـئِكَ ك َْاأل َ ْنعَ ِام بَ ْل ُه ْم أ‬

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. (QS. 7:179) (Al A’Raf 179).

Nafsu adalah hal penentu pada diri manusia. Ingin bahagia yang hakiki? Kendalikanlah
nafsumu, ingin celaka selamanya? Turuti nafsumu… pengendalian nafsu adalah kunci dalam
hidup ini. Itulah pesan tersembunyi dari al-Ghazali bahwa nafsu adalah hal paling besar, hal
yang paling menentukan….

Kemudian al-Ghazali meneruskan pada Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat
di dunia ini?”. Murid-murid Ada yang menjawab “besi dan gajah”.
Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah
“MEMEGANG AMANAH”

ً ‫ظلُو ًما َج ُه‬


‫وال‬ َ َ‫سانُ ۖ ِإنَّهُ َكان‬ ِ ْ ‫ض َو ْال ِج َبا ِل فَأ َ َبيْنَ أَن َيحْ ِم ْلنَ َها َوأ َ ْشفَ ْقنَ ِم ْن َها َو َح َملَ َها‬
َ ‫اْلن‬ ِ ‫ت َو ْاأل َ ْر‬ َّ ‫ضنَا ْاأل َ َمانَةَ َعلَى ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ ْ ‫ِإنَّا َع َر‬

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh, (QS. 33:72) (Al Ahzab 72).

Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT
meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini.
Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak
dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.

Jama’ah yang dimuliakan Allah


Pertanyaan Imam al-Ghazali yang kelima adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”…
Ada yang menjawab “kapas, angin, debu dan daun-daunan”.
Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah
meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat
kita meninggalkan sholat.

Kita harus ingat bahwa sholat adalah hal pertama yang ditanyakan Allah kepada manusia.
Dan sholat adalah kewajiban terpenting di dunia ini. Namun anenya, meski demikian sholat
adalah hal termudah yang sering dilewatkan oleh orang-orang muslim? Ringan sekali
mlewatinya.

Dan pertanyaan keenam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”…
Murid-muridnya menjawab dengan serentak, “pedang”.
Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah “LIDAH MANUSIA” Karena
melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Ingatlah sebuah hadits yang menerangkan:

‫المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده‬

seorang muslim adalah orang bisa menjaga orang muslim lainnya dari lisannya dan
tangannya.

Akhirnya, di penghujung khotbah ini saya mengajak diri saya dan jama’ah sekalian bila ada
waktu sering-seringlah merenung bahwa mati akan segera menjemput kita, insyaallah diri
kita akan termotifasi untuk mengendalikan nafsu, menjalankan sholat, menjaga lidah dan
memegang amanah.

‫ َونَ َف َع ِنى َو ِإيَّا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه ِم ْن آ َي ِة َوذْ ُك َر ْال َح ِكي َْم َوت َ َقبَّ َل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َوتَهُ َواِنَّهُ ه َُوالس َِّم ْي ُع‬,‫آن اْل َع ِظي ِْم‬
ِ ‫اركَ هللا ِلى َولَ ُك ْم ِفى اْلقُ ْر‬
َ ‫َب‬
‫الر ِحيْم‬ ُ َ
َّ ‫ َوأق ْو ُل قَ ْولى َهذَا فَا ْست َ ْغ ِف ُر هللاَ العَ ِظي َْم إِنَّهُ ه َُو الغَفُ ْو ُر‬,‫العَ ِل ْي ُم‬
NU online Sumber

Renungan [Khutbah] Jum’at


Oktober 30, 2010 oleh tjokroaminoto360
KHUTBAH PERTAMA:

‫ض ِل ْل‬ْ ُ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن ي‬ ِ ‫ت أ َ ْع َما ِلنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ َفالَ ُم‬ ِ ‫سيّئ َا‬ ُ ‫ِإ ّن ْال َح ْمدَ ِهللِ نَحْ َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُرهُ َونَعُ ْوذ ُ ِباهللِ ِم ْن‬
َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو‬
ْ‫ص َحابِ ِه َو َمن‬ َ
ْ ‫على ُم َح ّم ٍد َو َعلى آ ِل ِه ِوأ‬ ّ
َ ‫سل ْم‬ َ ‫صل َو‬ ّ َ ُ
َ ‫س ْول ُهالل ُه ّم‬ ُ ‫ِي لَهُ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ إِلهَ إِالّ هللاُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ّن ُم َح ّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬ َ ‫فَالَ هَاد‬
ّ
‫َاس اتّقُ ْوا َربّ ُك ُم الذِي َخلَقَ ُك ْم‬ َ َ ّ َ
ُ ‫يَاأيّ َها الذَيْنَ آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َح ّق تُقَاتِ ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ ّن ِإالّ َوأ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْو َنيَاأيّ َها الن‬.‫ان ِإلَى يَ ْو ِم الدّيْن‬ َ ْ‫ت َ ِب َع ُه ْم ِبإِح‬
ٍ ‫س‬
َ ّ َ ْ
َ‫سا َءل ْونَ بِ ِه َواأل ْر َحام َ إِن هللاَ كان‬ ُ َ َ
َ ‫سا ًء َواتقوا هللاَ الذِي ت‬ ُ ّ َ ً ْ ّ َ‫ز‬
َ ‫احدَةٍ َوخلقَ ِمن َها ْو َج َها َوبَث ِمن ُه َما ِر َجاال كثِي ًْرا َو ِن‬ ْ َ َ ِ ‫ِم ْن نَ ْف ٍس َو‬
ُ‫س ْولَه‬ ُ َ
ُ ‫صلِحْ لَ ُك ْم أ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْرلَ ُك ْم ذنُ ْو َب ُك ْم َو َم ْن ي ُِطعِ هللاَ َو َر‬ ْ ُ‫س ِد ْيدًا ي‬ ُ ّ َ
َ ً‫َعلَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًايَاأيّ َها ال ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َوقُ ْول ْوا قَ ْوال‬
‫ َوش َّر اْأل ُ ُم ْو ِر‬،‫سلّ َم‬ ‫و‬
َ َ ِ َ ‫ه‬ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ ّ ‫ل‬ ‫ص‬ ٍ
‫د‬ ‫م‬
َ ّ َ ُ ُ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ى‬ ْ ‫د‬ ‫ه‬
َ ‫ْى‬ ‫د‬ ‫ه‬ ْ
ِ َ َ َ ِ ُ‫ث ِكتَاب‬
‫ال‬ ‫ْر‬‫ي‬ َ
‫خ‬ ‫و‬ ، ‫هللا‬ ِ ‫صدَقَ ْال َح ِد ْي‬ ْ َ ‫ أ َ ّما َب ْعد ُ …فَأ ِّن أ‬،‫فَقَدْ فَازَ فَ ْو ًزا َع ِظ ْي ًما‬
‫ار‬ ِ ّ‫ضالَل ِة فِي الن‬ َ َ ‫ َو ُك ّل‬،‫ضالَلة‬ً َ ٌ
َ ‫ َو ُك ّل ُمحْ دَث َ ٍة بِدْ َعة َو ُك ّل بِدْ َع ٍة‬،‫ ُمحْ دَثَات ُ َها‬.

Maasyiral muslimin, Jamaah Jum’at yang Dirahmati AllahMarilah kita meningkatkan taqwa
kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintahNYA sesuai dengan kemampuan kita,
dan meninggalkan segala yang dilarangNYA, dan hendaklah kita takut kepada hari akhir yang
pasti datang. Pada hari itu, orang tua tidak bisa membantu anaknya. Begitu juga sebaliknya,
anak tidak bisa membantu orang tuanya. Masing-masing akan mempertanggungjawabkan
amalnya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.

Maasyiral muslimin, Jamaah Jum’at yang Dirahmati AllahHendaklah kita menyadari, bahwa
kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Kita hanya menumpang lewat. Dunia adalah waktu
dan tempat beramal. Janganlah terepesona oleh kehidupan dunia, sehingga membuat kita lalai
dari hakikatnya serta melalaikan kewajiban kepada Allah subahanahu wata’ala yang
menciptakan kita. Betapa banyak peringatan dari Allah subhanahu wata’ala dan RasulNya
tentang hinanya kehidupan dunia.

Allah SWT berfirman :”Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, dan
memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? Orang-
orang itu lebih kuat dari mereka, dan telah mengolah bumi serta memakmurkannya lebih dari
apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan
membawa bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka. Akan
tetapi, merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Rum 30:9)

Untuk menjelaskan Al-Quran yang saya bacakan di atas, sebagian ulama tafsir Al-Quran
menyebutkan sabda Rasulullah saw berikut :

“Akan datang suatu zaman atas manusia. Perut-perut mereka menjadi Tuhan-tuhan
mereka. Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka. Dinar-dinar mereka
menjadi agama mereka. Kehormatan mereka tergeletak pada kekayaan mereka. Waktu
itu, tidak tersisa iman sedikit pun kecuali namanya saja. Tidak tersisa Islam sedikit pun
kecuali ritual-ritualnya saja. Tidak tersisa Al-Quran sedikit pun kecuali pelajarannya
saja. Masjid-masjid mereka makmur dan damai, akan tetapi hati mereka kosong dari
petunjuk. Ulama-ulama mereka menjadi makhluk Allah yang paling buruk di
permukaan bumi. Kalau terjadi zaman seperti itu, Allah akan menyiksa mereka dan
menimpakan kepada mereka berbagai bencana : Kekejaman para penguasa, kekeringan
masa, dan kekejaman para pejabat serta pengambil keputusan.”

Maka takjublah para sahabat mendengar pembicaraan Nabi. Mereka bertanya, “Wahai Rasul
Allah, apakah mereka ini menyembah berhala ?”

Nabi menjawab, “Ya ! Bagi mereka, setiap serpihan dan kepingan uang menjadi berhala.”
Dalam hadis di atas, Nabi meramalkan akan datang suatu zaman ketika manusia menjadikan
uang sebagai berhala mereka. Setiap keping uang, setiap keping dirham, dolar dan rupiah …
menjadi berhala. Rasulullah menggambarkan dengan indah : Pada zaman itu, manusia
mempertuhankan perutnya.

Kalau yang disebut Tuhan adalah sesuatu yang diikuti dan ditaati tanpa memikirkan alasan-
alasan apa pun, maka orang akan menaati keinginan dan perut mereka dengan melakukan apa
saja. Mereka mau menghabiskan malam seluruhnya hanya untuk mengisi perutnya. Dulu di
zaman Rasulullah, orang-orang yang taat ibadah kepada Allah menghabiskan malamnya
dengan menunaikan shalat malam (tahajjud). Nanti, akan datang suatu zaman ketika manusia
begadang sepanjang malam, untuk kepentingan perutnya. Perempuan-perempuan mereka
menjadi kiblat mereka. Seks menjadi kejaran mereka.

Mereka bertindak dan bekerja, dengan pikiran yang sepenuhnya terpusat ke arah itu. Tumpukan
uang menjadi agama mereka. Kemuliaan seseorang pada zaman itu, diukur berdasarkan
kekayaannya. Manusia memberikan penghormatan kepada orang yang memiliki banyak
kekayaan. Maka di saat seperti itu, manusia berlomba-lomba menumpuk kekayaan untuk
menunjukkan kemuliaan dan kehormatan mereka di tengah-tengah masyarakat.

Pada waktu itu, kata Rasulullah, iman hanya tinggal namanya saja. Islam hanya tinggal upacara
ritualnya saja. Al-Quran hanya tinggal pelajarannya saja. Orang-orang mungkin ramai belajar
Al-Quran, tetapi tidak mencoba hidup dengan ajaran Al-Quran. Mereka mungkin
membaguskan suara Al-Quran, tetapi tidak membaguskan akhlak mereka dengan ajaran Al-
Quran. Nabi saw juga mengatakan bahwa masjid-masjid pada masa itu ramai. Akan tetapi, hati
penghuninya kosong dari petunjuk Allah. Ulama-ulama yang membimbing mereka, hanya
dihormati karena pakaiannya saja.

Jamaah Jum’at yang Dirahmati AllahDalam riwayat yang lain, Nabi mengatakan bahwa
:”Orang tidak mengenal ulama kecuali karena pakaiannya yang khas, dan bukan karena ilmu
serta akhlaknya. Orang tidak mengenal Al-Quran kecuali dengan suaranya yang baik. Mereka
tidak beribadah kepada Allah kecuali di bulan Ramadhan saja. Bila ulama-ulamanya sudah
seperti itu, dan bila umat Muslim hanya bersungguh-sungguh melakukan ibadah di bulan
Ramadhan saja, maka mereka akan diberi penguasa yang tidak memiliki ilmu. Tidak ingin
memaafkan rakyatnya. Dan tidak mempunyai kasih sayang kepada rakyatnya pula.”

Takjub mendengarkan ucapan Rasulullah yang melukiskan keadaan zaman itu, para sahabat
pun bertanya : “Wahai Rasul Allah, apakah mereka menyembah berhala ?” Nabi menjawab :
“Benar. Hanya saja berhalanya bukanlah berhala yang dipahat dalam bentuk makhluk-makhluk
tertentu. Berhalanya adalah uang. Mereka menyembah, mengabdi, dan mencurahkan seluruh
hidupnya untuk uangnya.”

Lalu Rasulullah saw bersabda :”Nanti pada akhir zaman, ada sekelompok orang dari umatku
yang datang ke masjid. Mereka duduk dalam barisan yang rapat. Mereka berzikir. Namun zikir
mereka adalah dunia, dan kecintaan mereka terpaut pada dunia. Janganlah kamu duduk
bersama mereka, karena Allah tidak berkepentingan dengan mereka.”

Kalau dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis di atas, Nabi menceritakan pada kita tentang
suatu zaman ketika manusia mencintai dunia dengan amat berlebihan, dan ketika mereka
menjadikan dinar dan dirham sebagai berhala-berhala mereka … maka beliau juga
mengingatkan kita bahwa begitu cintanya manusia nanti di akhir zaman pada dunia, sampai-
sampai mereka menjalankan ibadah sekali pun, demi kepentingan dunia mereka.

Maasyiral muslimin, Jamaah Jum’at yang Dirahmati AllahDi dalam Ihya Ulumuddin, ketika
menjelaskan ibadah haji, Imam al-Ghazali meriwayatkan sebuah hadis tentang situasi ibadah
haji di akhir zaman. Rasulullah saw bersabda :

“Nanti di akhir zaman, ada empat macam orang menjalankan ibadah haji dari empat macam
golongan masyarakat. Mereka adalah penguasa, pedagang, orang miskin dan para ulama.
Penguasa akan menjalankan ibadah haji sebagai sejenis pesiar atau wisata. Pedagang akan
menunaikan haji untuk kepentingan bisnis mereka. Orang miskin menunaikan haji untuk
mengemis. Para ulama menunaikan haji hanya untuk memperoleh popularitas.”

Jadi keempat golongan di atas, menunaikan ibadah haji hanya demi kepentingan dunia mereka
semata. Mereka memang berzikir. Hanya saja, sebagaimana disabdakan Rasulullah, zikir
mereka adalah dunia. Memang ada kecintaan di hati mereka. Akan tetapi, dalam hati mereka,
kecintaan pada dunia jauh lebih besar dari kecintaan pada Allah. Mudah-mudahan Allah swt
mencabut kecintaan kita pada dunia, dan memusatkan hati kita untuk lebih mencintai-Nya.

Saya akan menyebutkan salah satu obat untuk mengurangi kecintaan pada dunia.
Meninggalkan dunia tidak berarti bahwa kita harus meninggalkan pekerjaan, tidak mencari
nafkah, dan tidak bekerja keras. Mencari harta yang halal, diperintahkan oleh Allah swt.
Malahan menurut Rasulullah, orang yang payah dalam mencari nafkah, bekerja keras dan
kurang tidur demi mencari nafkah yang halal, beroleh pahala yang bisa menghapus dosa-
dosanya. Rasulullah juga menyatakan bahwa ada dosa-dosa yang tidak bisa dihapus dengan
apapun, kecuali dengan kesusahan dan kepayahan mencari nafkah.

Obat untuk menghilangkan kecintaan pada dunia adalah bahwa kita bekerja keras untuk
mencari nafkah dan harta. Akan tetapi, kita juga tidak ragu-ragu untuk membagikannya kepada
orang lain. Sebagian dari rezeki Allah itu kita bagikan, dan distribusikan untuk membahagiakan
sesama manusia.

Jama’ah Jum’at yang berbahagia,Ujilah kecintaan kita pada dunia manakala Allah memanggil
kita untuk mengorbankan harta kita demi kepentingan agama Allah, demi kepentingan umat
Muslimin, dan demi menolong orang-orang yang mendapat musibah dan kesusahan. Kalau kita
masih saja menahan harta kita ketika Allah memintanya, maka hal itu membuktikan bahwa kita
lebih mencintai dunia ketimbang Allah SWT

KHUTBAH KEDUA:

، َ‫ لَهُ أ َ ْش َهدُ أ َ ْن الَ إِلهَ إِالّ هللاُ إِلهُ ْاأل َ َّو ِليْنَ َو ْاْل ِخ ِريْن‬. َ‫ظا ِل ِميْن‬ ُ ‫ َو َال‬، َ‫ َو ْالعَاقِبَة ُ ِل ْل ُمت َّ ِقيْن‬، َ‫ا َ ْل َح ْمد ُ هللِ َربّ ِ ْالعَالَ ِميْن‬
َّ ‫عد َْوانَ إِ َّال َعلَى ال‬
َّ ُ َ ْ
ِ ‫ أ ْو‬، ِ‫ ِعبَادَ هللا‬. ُ‫ِق ال َو ْعدُ ْاأل ِم ْين‬
َ ‫ص ْي ُك ْم ِبتَ ْق َوى هللاِ َو‬
َ‫طا َعتِ ِه لَ َعل ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬ ُ ‫ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ّن ُم َح ّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬.
َّ ‫س ْولُهُ ال‬
ُ ‫صا د‬

Jamaah Jum’at yang Dirahmati AllahUntuk kesekian kalinya Khatib mengingatkan kepada diri
sendiri dan jamaaah, agar kita semua jangan lupa untuk bershalawat atas Nabi kita Muhammad,
keluarga dan para sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti beliau sampai Hari Kiamat
nanti. Allah telah mengingatkan ini di dalam al-Qur`an. FirmanNya,

ً ‫س ِلّ ُموا تَ ْس ِليما‬


َ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ي ِ َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا‬
ّ ‫صلُّونَ َعلَى النَّ ِب‬
َ ُ‫َّللاَ َو َم َالئِ َكتَهُ ي‬
َّ ‫ِإ َّن‬
‫‪“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang‬‬
‫‪yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan‬‬
‫‪kepadanya.” (Al-Ahzab: 56).‬‬

‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َع َلى‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى ِإب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيدٌ‪َ .‬وبَ ِ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ش ِْركَ َو ْال ُم ْش ِر ِكيْنَ ‪.‬‬ ‫اْل ْسالَ َم َو ْال ُم ْس ِل ِميْنَ ‪َ ،‬وأَ ِذ َّل ال ّ‬ ‫ار ْكتَ َعلَى إِب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل إِب َْرا ِهي َْم‪ ،‬إِنَّكَ َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيد ٌ‪ ..‬للَّ ُه َّم أ َ ِع َّز ْ ِ‬ ‫آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫سبَقُ ْونَا‬ ‫َّ‬
‫ت ُم ْستَقَ ًّرا َو ُمقَا ًما‪َ .‬ربَّنَا ا ْغ ِف ْر لَنَا َو ِ ِْل ْخ َوانِنَا ال ِذيْنَ َ‬ ‫سا َء ْ‬ ‫اب َج َهنَّ َم‪ ،‬إِ َّن َعذَابَ َها َكانَ غ ََرا ًما‪ ،‬إِنَّ َها َ‬ ‫ف َعنَّا َعذَ َ‬ ‫ص ِر ْ‬‫َربَّنَا ا ْ‬
‫سأَلَكَ ِم ْنهُ نَ ِبيُّكَ ُم َح َّمدٌ‬ ‫ِ َ َ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ْر‬ ‫ي‬ ‫خ‬‫َ‬ ‫ن‬‫ْ‬ ‫م‬
‫ْ كَ ِ‬ ‫ُ‬ ‫ل‬‫َ‬ ‫أ‬ ‫س‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ا‬ ‫َّ‬ ‫ن‬‫إ‬ ‫م‬
‫ُ َّ ِ‬ ‫ه‬ ‫َّ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫‪.‬‬ ‫م‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ُو‬
‫َ ْ َ ِ كَ َ ْ ٌ َ ِ ٌ‬‫ؤ‬ ‫ر‬ ‫َّ‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫ب‬
‫َّ‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫و‬‫ُ‬ ‫ن‬‫م‬‫آ‬ ‫ي‬
‫ْنَ‬ ‫ذ‬
‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ًّ‬
‫ال‬ ‫غ‬
‫ْ ِ ِ ِ‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫ب‬‫و‬‫ُ‬ ‫ل‬‫ُ‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ْ‬
‫ان َ جْ َ ِ‬
‫ل‬ ‫ع‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫ال‬ ‫َ‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫اْل ْي َم ِ‬‫ِب ْ ِ‬
‫سلَّ َم‪َ ،‬وأ َ ْنتَ ْال ُم ْستَعَانُ ‪َ ،‬و َعلَيْكَ ْالبَ َالغ‪ُ،‬‬ ‫َ‬
‫صلى هللاُ َعل ْي ِه َو َ‬ ‫َّ‬ ‫سل َم‪َ ،‬ونَعُ ْوذ بِكَ ِم ْن ش ِ َّر َما ا ْستَعَاذَ ِم ْنهُ نَبِيُّكَ ُم َح َّمد ٌ َ‬‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫صلى هللاُ َعل ْي ِه َو َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫صالَةَ‬ ‫َّ‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ق‬
‫ِ‬
‫َ ِ‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ي‬
‫ْنَ‬ ‫م‬
‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫بّ‬ ‫ر‬
‫ِ َْ ِ َ ِ َ‬ ‫هلل‬ ‫ُ‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫ْو‬‫َ‬ ‫ع‬ ‫َ‬ ‫د‬ ‫ر‬ ‫آخ‬‫ِ‬ ‫‪.‬و‬
‫َ َ ْ َ َّ ِ ِ ِ َ ُ‬ ‫هلل‬‫ا‬ ‫ب‬ ‫ال‬‫َّ‬ ‫إ‬ ‫َ‬ ‫ة‬‫و‬ ‫ُ‬ ‫ق‬ ‫َ‬
‫ال‬ ‫و‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫و‬ ‫ح‬ ‫َ‬
‫ال‬ ‫‪.‬و‬

You might also like