You are on page 1of 8

Tentang :

leukimia

Di susun oleh :

RAHMA DENIA PUTRI


16160043
Dosen mata kuliah :

HELMICE AFRIYENI M.FARM, APT


PENYAKIT LEUKIMIA
Produksi sel darah putih yang tidak terkontrol disebabkan oleh muatan
yang bersifat kanker padasel mielogen atau sel limfogen. Hal ini menyebabkan
leukimia, yang biasanya ditandai dengan jumlah sel darah putih abnormal yang
sangat meningkat dalam sirkulasi darah.

Patogenesis

Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna
yang muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang tidak
terkontrol. Mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan
baik akibat adanya perubahan pada kode genetik yang seharusnya
bertanggung jawab atas pengaturan pertubuhan sel dan diferensiasi.

Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan
sel normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan
lambat dan bertahan hidup lebih lama dibandingkan sel sejenis yang normal.

Tipe leukimia
Leukimia dibagi menjadadi dua tipe umum, yaitu :
1. Leukimia limfositik. Disebabkan oleh produksi sel limfoid yang
bersifat kanker, biasanya dimulai dinodus limfe atau jaringan
limfositik lain dan menyebar ke darah tubuh lainnya.
2. leukimia mielogenosa. Dimulai dengan produksi sel ,mielogenosa
muda yang bersifat kanker disumsum tulang dan kemudian menyebar
ke seluruh tubuh, sehingga sel darah putih diproduksi dilimfe dan
hati. Pada leukimia mielogenosa, kadang – kadang proses yang
bersifat kanker itu memproduksi sel yang berdiferensiasi sebagian,
menghasilkan apa yang disebut leukimia basofilik, atau leukimia
monositik. Namun, yang lebihbsering terjadi ialah sel leukimia
dengan bentuk yang aneh dan tidak berdiferensiasi serta tidak identik
dengan apapun sel darah putih yang normal. Biasanya bila sel
semakin tidak berdiferensiasi, maka leukimia yang terjadi semakin
akut dan jika tidak diobati akan menyebabkan kematian dalam waktu
beberapa bulan. Pada beberapa sel yang sering berdiferensiasi,
prosesnya dapat berlangsung kronis, kadang – kadang begitu
lambatnya sampai lebih dari 10 hingga 20 tahun. Sel leukimia,
khususnya sel yang sangat tidak berdiferensiasi, biasanya tidak
berfungsi memberikan perlindungan normal terhadap infeksi.
Pengaruh leukimia pada tubuh
Efek pertama leukimia adalah pertumbuhan metastatik sel leukimia
ditempat yang abnormal dalam tubuh. Sel leukimia dari sumsum tulang dapat
berkembangbiak sedemikian hebatnya sehingga dapat menginvasi tulang
disekitarnya, menimbulkan rasa nyeri dan pada ahirnya tulang cenderung
mudah fraktur.
Hampir semua sel leukimia akan menyebar ke limpa, nodus limfe, hati
dan daerah pembuluh darah lainnya, tanpa menghiraukan apakah leukimia itu
berasal dari sumsum tulang atau nodus limfe. Efek umum leukimia adalah
timbulnya infeksi , anemia berat dan kecenderungan untuk berdarah karena
terjadi trombositopenia (kekurangan trombosit). Berbagai pengaruh ini
terutama diakibatkan oleh penggantian sel normal di sumsum tulang dan sel
limfoid oleh sel leukomik yang tidak berfungsi.
Akhirnya, pengaruh leukimia yang penting pada tubuh adalah
penggunaan bahan metabolik yang berlebihan oleh sel kanker yang sedang
tumbuh. Jaringan leukemik memproduksi kembali sel – sel baru dengan begitu
cepat, sehingga timbul kebutuhan makanan yang besar sekali dari cadangan
tubuh, khususnya asam amino dan vitamin. Akibatnya, energi pasien menjadi
sangat berkurang dan penggunaan asam amino yang berlebihan khususnya
menyebabkan jaringan protein tubuh yang normal mengalami kemunduran
yang cepat. Jadi, saat jaringan leukemik tubuh, jaringan lain akan melemah.
Setelah mengalami kelaparan metabolik yang bekepanjangan, hal ini saja
sudah cukup untuk menyebabkan kematian.

POLISITEMIA

Polisitemia sekunder.

polisitemia sekunder adalah keadaan dimana organ-organ pembentuk darah


secara otomatis akan memproduksi sejumlah besar se darah merah tambahan,
misalnya pada jaringan yang mengalami hipoksia akibat terlalu sedikitnya
oksigen di udara yang dihirup, misalnya di tempat yang tinggi, atau akibat
gagalnya pengiriman oksigen ke jaringan, seperti pada gagal jantung, maka
jumlah sel darah merah umumnya akan naik hingga 6 sampai 7 juta/mms, atau
sekitar 30 perse di atas nilai normal .
Polisitemia sekunder yang umum, disebut polisitemia fisiologis, terjadi pada
penduduk yang hidup di ketinggian 14.000 sampai 17.000 kaki, dengan kadar
oksigen atmosfer yang sangat rendah. Jumlah sel darah umumnya 6 sampai 7
juta/mm3, hal tersebut cukup memungkinkan orang-orang ini untuk dapat
melakuka kerja berat yang terus-menerus bahkan pada atmosfer yang tipis.

Polisitemia Vera(Eritremia).

polisitemia vera adalah , keadaan dengan jumlah sel darah merah yang dapat
mencapai 7 sampai 8 juta/mm3 dan hematokrit yang dapat mencapai 60
sampai 70 persen melebihi nilai normalnya sebesar 40 sampai 45 persen.

Polisitemia vera disebabkan oleh penyimpangan gen yang terjadi di sel


hemositoblastik yang memproduksi sel-sel darah. Sel-sel blas tidak berhenti
menghasilkan sel darah merah walaupun telah terdapat sejumlah besar sel.
Hal ini menyebabkan produksi sel darah merah menjadi berlebihan. Hal ini
biasanya menyebabkan produksi sel darah putih dan trombosit menjadi
berlebihan pula.

Pada polisitemia vera, bukan hanya hematokrit saja yang meningkat


,melainkan volume total darah juga meningkat, kadang-kadang sampai dua
kali normal, semua sistem pembuluh darah sangat membesar. Selain itu,
banyak kapiler darah menjadi tersumbat oleh darah yang kental, Viskositas
darah pada polisitemia vera kadang-kadang meningkat dari 3 kali viskositas air
menjadi 10 kali viskositas air .

Pengaruh Polisitemia terhadap Fungsi Sistem Sirkulasi


1. Oleh karena viskositas darah meningkat pada polisitemia, aliran darah
yang melalui pembuluh darah perifer sering kali menjadi sangat lambat.
2. kenaikan viskositas menurunkan kecepatan aliran balik vena ke jantung.
Sebaliknya, pada polisitemia, volume darah sangat meningkat, yang cenderung
menambah aliran balik vena. Jadi curah jantung pada polisitemia jauh dari nilai
normal, sebab kedua faktor tersebut kurang lebih akan saling menetralkan.

Pada sebagian besar pasien polisitemia, tekanan arterinya juga normal,


walaupun sekitar sepertiga dari sel pasien polisitemia tersebut mengalami
peningkatan tekanan arteri, ini berarti bahwa mekanisme pengaturan tekanan
darah biasanya dapat mengimbangi kecendrungan kenaikan viskositas darah
untuk menaikkan tahanan perifer yang dengan demikian, akan meningkatkan
tekanan arteri. akan tetapi, di atas batas nilai tertentu pengaturan ini dapat
gagal dan timbul hipertensi.

Warna kulit bergantung pada besarnya jumlah darah di pleksus vena


subpapilaris kulit. Pada polisitemia vera, jumlah darah dalam pleksus ini
sangat meningkat . Selanjutnya, karena aliran darah yang melalui kapiler kulit
berjalan sangat lambat sebelum memasuki pleksus vena, maka sejumlah
hemoglobin yang melebihi normal ia akan mengalami deoksigenasi. Warna
biru dari semua hemoglobin yang mengalami deoksigenasi ini akan menutupi
warna merah hemoglobin yang mengalami oksigenasi. Jadi, pasien dengan
polisitemia vera biasanya memiliki wajah berwarna normal kemerahan dengan
kulit berwarna kebiru-biruan(sianosis).

PATOFISIOLOGI
Penyakit leukemia ditandai oleh adanya proliferasi tak terkendali dari satu
atau beberapa jenis sel darah. Hal ini terjadi karena adanya perubahan
pada kromosom sel induksistem hemopoetik. Sel sistem hemopoetik adalah sel
yang terus menerus berproliferasi,karena itu sel ini lebih potensial untuk
bcrtransformasi menjadi sel ganas dan lebih pekaterhadap obat toksik seperti
sitostatika dan radiasi. Penelitian morfologik
menunjukkan bahwa pada Leukemia Limfositik Akut (LLA) terjadi hambatan dif
erensiasi dan sellimfoblas yang neoplastik memperlihatkan waktu generasi
yang memanjang, bukanmemendek. Oleh karena itu, akumulasi sel blas terjadi
akibat ekspansi klonal dan kegagalan pematangan progeni menjadi sel
matur fungsional. Akibat penumpukan sel blas di sumsumtulang, sel bakal
hemopoetik mengalami tekanan (sudoyo, 2007)Kelainan paling mendasar
dalam proses terjadinya keganasan adalah kelainangenetik sel. Proses
transformasi menjadi sel ganas dimulai saat DNA gen suatu selmengalami
perubahan. Akibat proliferasi sel yang tidak terkendali ini tcrjadi kenaikan
kadarsatu atau beberapa jenis sel darah dan penghambatan pembentukan sel
darah lainnya denganakibat terjadinya anemia, trombositopenia dan
granulositopenia.Perubahan kromosom yang terjadi merupakan tahap awal
onkogenesis dan prosesnyasangat kompleks, melibatkan faktor intrinsik (host)
dan ekstrinsik (lingkungan).Leukemia diduga mulai sebagai suatu proliferasi
local dari sel neoplastik, timbuldalam sumsum tulang dan limfe noduli (dimana
limfosit terutama dibentuk) atau dalam lien,hepar dan tymus. Sel neoplastik ini
kemudian disebarkan melalui aliran darah yangkemudian tersangkut dalam
jaringan pembentuk darah dimana terus terjadi
aktifitas proliferasi, menginfiltrasi banyak jaringan tubuh,
misalnya tulang dan ginjal. Gambarandarah menunjukan sel yang inmatur.
Lebih sering limfosit dan kadang-kadang mieloblast.
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel
blast.Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu
sehingga akanmenimbulkan anemia dan trombositipenia (aguayo dkk, 2006)

Adanya priliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu


sehinggamenimbulkan anemia dan trombositopenia. System etikuloendotelial
akan terpengaruh danmenyebabkan gangguan system pertahanan tubuh dan
mudah mengalami infeksi (aguayodkk, 2006).Manifestasi akan tampak pada
gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,system syaraf pusat.
Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangakan
berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatantekanan jaringan (aguayo dkk, 2006).Pada awal
perkembangannya, berbagai jenis leukemia menghasilkan sitokininflamasi dan
imunosupresif, serta menggunakan cell-signaling patway.
Sebagai contoh:
1.Vaskular Endothelial Growth Factor (VEGF).
VEGF dianggap penting dalam pertumbuhan, peluang hidup dan penyebaran
selleeukimia. Penampakan konsentrasi VEGF yang tinggi berhubungan dengan
mengecilnya peluang hidup pasien chronic lymphocytic leukemia.

2.Basic Fibroblas Growth Factor (BFGF)


BFGF adalah mitogen poten (growth signal) dan penting untuk pertumbuhan
pembuluhdarah dan penyebaran sel kanker.

3.Hepatocyte Growth Factor(HGF)


HGF menstimulasi pertumbuhan dan penyebaran sel leukemia.
HGF memiliki penampakan yang berlebihan pada AML, CML, CLL dan
chronic myelomonocytic leukemia.

4.Tumor Necrosis Factor-Alpha (TNF-alpha)


TNF-alpha adalah sitokin pra inflamasi yang meningkat secara signifikan pada
pasienleukemia kecuali AML dan sindroma myelodysplastic.

5.Interleukin-6 (IL-6)
IL-6 adalah sitokin proinflamasi dan imunosupresif. Meningkatkan serum IL-
6, berhubungan dengan prognosis yang buruk dan kecilnya peluang hidup
pasien CLL.

You might also like