You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Racun merupakan zat/bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung/
inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup
dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan/menggangu dengan serius fungsi satu
atau lebih organ atau jaringan. Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri
kesehatan telah menetapkan peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16
November 1983 tentang bahan – bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi
besar dan luas jangkauan, kecepatan penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan
pengamanannya, bahan – bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan
manusia secara langsung atau tidak langsung.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan konsep dan proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
reracunan
2. Tujuan Khusus
 Mampu melakukan pengkajian selama memberikan Asuhan keperawatan
 Mampu merumuskan diagnose keperawatan selama memberikan Asuhan
keperawatan pada dengan keracunan
 Mampu melakukan perencanaan
 Mampu menyelesaikan masalah keperawatan yang dialami

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang
masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru,
hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh,
tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
B. Etiologi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara
lain:
 Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan seperti
pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas (nitrogen metana,
karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan
bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).
 Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis: sengatan
serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
 Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis: Bacillus cereus,
Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
 Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis: jamur
amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll.
C. Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga
terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah
perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang terjadi
mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia
terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin

2
tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang
terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia.

3
Pathway

Cair
Gas
- Kimia - Mahluk hidup
- Gas Alam - Kimia
- Metabolik - Alam

Masuk ke paru paru Masuk kelambung

INTOKSIKASI

Gangguan vesikuler sistemik

Lambung Pembuluh Darah Paru

Iritasi Lambung Sirkulasi Darah Airway Terhabat


Terganggu
hemaptoe Gg. Per
HCL meningkat Kelemahan Paru
tukaran gas

Mual Muntah Diare Syok hipovolemik

Pola nafas Gagal nafas


Gg. Nutrisi Gg. Volume tidak efektif
D.
kurang dari kurang dari
kebutuhan kebutuhan Penurunan kesadaran

Gg. Perfusi
serebral

E. Tekanan darah
menurun Masuk dalam sistem cardio Masuk Jaringan otot
vaskuler

Hipotensi Vasikuralisasi otot


Dilatasi pembuluh
darah

Hipertermi

4
F. Manisfestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian, apakah
melalui mata, paru, lambung atau melalui suntikan. Karena hal ini mungkin mengubah
tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan
kecepatan metabolismenya,pertimbangan lain meliputi perbedaan respon jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti pupil sangat kecil
(pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernapasan pada keracunan akut morfin dan
alkaloid.
Kulit muka merah,banyak berkeringat,tinitus,tuli,takikardia dan hiperventilasi sangat
mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin).
Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat,disertai dengan gangguan
pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda sering dihubungkan dengan
keracunan akut dekstroprokposifen,terutama bila digunakan bersamaan dengan alkohol.
Untuk zat aditif, gejala terdiri dari dua kelompok besar yaitu:
 Kelompok Sindrom Simpatotimetik
Gejala yang sering ditemukan adalah dilusi,paranoid,takikardia,hipertensi,keringat
banyak,midriasis,hiperefleksi,kejang (pada kasus berat),hipotensi (pada kasus berat)
dan aritmia. Obat-obat dengan gejala tersebut adalah :Amfetamin, Kokain,
Dekongestan, Intoksikasi teofilin,Intoksikasi kafein
 Golongan Opiat (morfin,petidin,heroin,kodein) dan sedatif
Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah koma,depresi
napas,miosis,hipotensi,bradikardi,hipotermia,edema paru,bising usus menurun,
hiporefleksi dan kejang. Obat pada kelompok ini yaitu: Narkotik,
Barbiturat, Benzodiazepin, Meprebamat,Etanol.
Gejala yang paling menonjol meliputi:
 Kelainan Visus

 Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat

 Gangguan Saluran pencernaan

 Kesukaran bernafas

5
G. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan analisis

dapat berasal dari bahan cairan,cairan lambung atau urin.

H. Komplikasi

 Kejang

 Koma

 Henti jantung

 Henti napas (Apneu)

 Syok

I. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut:

 Penatalaksanaan Kegawatan

Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan,setiap kasus keracunan harus

diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian

terhadap tanda-tanda Vital seperti jalan napas, sirkulasi,dan penurunan kesadaran

harus dilakukan secara cepat.

 Resusitasi

Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernafasan dan nadi.

Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam

saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator

pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab

racun organo fhosfat akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya

dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.

6
 Eliminasi

Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau

dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila

tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga

racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage,

pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak

kooperatif. Hasil paling efektif bila irigasi lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah

keracunan.

 Pemberian antidotum/penawar

Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah mengatasi

keadaan sesuai dengan masalah. Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat

efek akumulasi Akh pada tempat penumpukan.

a) Mula-mula diberikan AS bolus IV 1 - 2,5 mg

b) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala-

gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan

psikosis).

c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap

2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.

d) Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang

mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan

kegagalan pernafasan akut yang sering fatal

e) Penilaian Klinis

7
f) Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci.
Beberapa pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi
keracunan,ialah :
 Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang
digunakan,termasuk yang sering dipakai
 Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas tentang
obat yang digunakan.
 Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk
pemeriksaan toksikologi
 Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilakti
 Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan
fungsi autonom yaitu pemeriksaan tekanan darah,nadi,ukuran
pupil,keringat,air liur, dan aktivitas peristaltik usus.
g) Dekontaminasi
h) Umumnya bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap melalui kulit
sehingga dekontaminasi permukaan sangat diperlukan. Di samping
itu,dilakukan dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya
sedikit diabsorpsi,biasanya hanya diberikan pencahar,obat perangsang
muntah,dan bilas lambung.
i) Induksi muntah atau bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan
parafin,minyak tanah, dan hasil sulingan minyak mentah lainnya.
j) Upaya lain untuk megeluarkan bahan/obat adalah dengan dialisis.
k) Terapi suportif,konsultasi,dan rehabilitasi
l) Terapi suportif,konsultasi dan rehabilitasi medik harus dilihat secara holistik
dan efektif dalam biaya.
m) Observasi dan konsultasi
n) Rehabilitasi

8
J. Pengkajian

Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan napas dan sirkulasi

yang mengancam jiwa, adaya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status

kesadaran. Riwayat kesehatan : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa

lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan

sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

K. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan

2. Resiko kekurangan cairan tubuh.

3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual,muntah

5. Perubahan perfusi berhubungan dengan efek toksik pada miokard

6. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan depresi mekanisme suhu tubuh

7. Cemas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu.

L. Rencana Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd

Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat

Intervensi :

 Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.

Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi

 Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis

9
Rasional: Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan perfusi

jaringan

 Berikan kenyamanan dan istirahat

Rasional : Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien istirahat

mengurangi komsumsi oksigen

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antidotum

Rasional : Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi penumpukan racun.

2. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pernapasan

Tujuan : Mempertahankan pola napas tetap efektif

Intervensi :

 Observasi tanda-tanda vital.

Rasional: Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan

tindakan selanjutnya

 Berikan O2 sesuai anjuran doktek

Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung

 Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventilator) dan lakukan suction.

Rasional: Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas

 Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan

keperawatan individual

Rasional: Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan

mengurangi kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi oksigen miokard

3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat mempertahankan


tingkat kesadaran klien (komposmentis)
10
Intervensi :
 Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi penurunan
kesadaran
 Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
 Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya
pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru.
 Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran
Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, meliputi
resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi
 Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi
penumpukan racun
4. Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan berkurang
Intervensi :
- Kaji tingkat kecemasan pasien
Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa
- Jelaskan mekanisme pengobatan
Rasional : Pengetahuan terhadap mekanisme pengobatan diharapkan dapat
mengurangi kecemasan pasien
- Tingkatkan mekanisme koping yang efektif
Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang
dimiliki efektif
- Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan safety
precautions.

11
Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat membantu
proses pengobatan
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia

Tujuan : nutrisi adekuat

Intervensi :

- Catat adanya muntah

Rasional: untuk mengetahui frekuensi cairan yang keluar pada saat klien muntah

- Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering

Rasional: untuk membantu klien agar tidak kekurangan nutrisi

- Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi

Rasional: untuk membantu klien agar dapat mencerna makanan dengan lancar

serta tidak lagi mengalami mual, muntah

- Kolaborasi pemberian antisida sesuai indikasi

Rasional: untuk mengurangi nyeri pada abdomen.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius. FKUI.
Jakarta.

Noer Syaifoellah.2008. Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. Jakarta

Nurarif.H.A & Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Mediaction Publishing. Jogjakarta.

Sumber : Http/www.indonesianurse.htm. diakses Tanggal 18 Mei 2016

Suzanne C. Brenda G.2001,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,Jakarta

13
ASUHAN KEPERATAN PADA TN.S DI INSTALASI CARE UNIT (ICU)

Pengkajian Keperawatan

Unit :ICU

Ruang/kamar :Bad 8

Tanggal Masuk :15 Mei 2016

Tanggal Pengkajian :16 Mei 2016

I. Identitas
a) Identitas pasien
Nama : Tn. S
Umur : 59 Thn
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Sambungmacan, Sragen
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : PNS
Status Perkawinan : Kawin
No.RM : 132849
Diagnosa Medis : Intoksikasi
b). Identitas Penanggung Jawab:
Nama : Ny.S
Umur : 58 Thn
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sambung Macan Sragen
Hubungan dengan Pasien : Istri

c). Keluhan Utama Saat Pengkajian:


Pasien mengeluh perut mules, mual muntah, badan lemas, pusing, sesak napas
d). Alasan masuk ICU:
Pasien dengan KU: lemah, sesak napas, sempat mengalami penurunan kesadaran
e). Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang dari IGD pukul 20.30 WIB dengan KU: lemah, CM, perut mules
akral dingin, post minum pewangi laundry

14
 Riwayat Kesehatan Dahulu:
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus 2
tahun yang lalu
 Riwayat Kesehatan Keluarga:
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
hipertensi dan diabetes di keluarga dan tidak memiliki penyakit keturunan.
f). Primary Survei
1) Airway (jalan napas)
Jalan napas pasien tidak ada sumbatan, tidak ada suara napas tambahan misalnya;
suara snowring, suara napas gargling
2) Breathing
Pernapasan pasien/ventilasi pasien spontan dengan respirasi:
Tanggal 17 Mei 2016 Tanggal 18 Mei 2016
Pukul Respirasi Pukul Respirasi
07.00 WIB 16 x/menit 07.00 WIB 26 x/menit
09.00 WIB 28 x/menit 09.00 WIB 17 x/menit
11.00 WIB 18 x/menit 11.00 WIB 18 x/menit
13.00 WIB 20 x/menit 13.00 WIB 20 x/menit

3). Sirkulasi
 Tekanan darah pasien:
Tanggal 17 Mei 2016 Tanggal 18 Mei 2016
Pukul Tekanan Darah Pukul Tekanan Darah
07.00 WIB 99/62 mmHg 07.00 WIB 137/75 mmHg
09.00 WIB 139/89 mmHg 09.00 WIB 100/60 mmHg
11.00 WIB 124/74 mmHg 11.00 WIB 130/82 mmHg
13.00 WIB 146/78 mmHg 13.00 WIB 145/80 mmHg

 Nadi pasien:
Tanggal 17 Mei 2016 Tanggal 18 Mei 2016
Pukul Nadi Pukul Nadi
07.00 WIB 69 x/menit 07.00 WIB 75 x/menit
09.00 WIB 71 x/menit 09.00 WIB 51 x/menit
11.00 WIB 59 x/menit 11.00 WIB 60 x/menit

15
13.00 WIB 46 x/menit 13.00 WIB 80 x/menit

 Suhu tubuh pasien:


Tanggal 17 Mei 2016 Tanggal 18 Mei 2016
Pukul Suhu Pukul Suhu
07.00WIB 35,7 0 C 07.00 WIB 360 C
09.00 WIB 35,70 C 09.00 WIB 36,50 C
11.00 WIB 36,40 C 11.00 WIB 36,20 C
13.00 WIB 36,60 C 13.00 WIB 36,60 C

4). Disability (Tingkat kesadaran)

Gcs pasien normal dengan tingkat kesadaran 15, pasien mengeluh kepala terasa
sakit dan akral hangat.

Tanggal 17 Mei 2016 Tanggal 18 Mei 2016


Pukul GCS Pukul GCS
07.00 WIB 4-5-6 07.00 WIB 4-5-6
09.00 WIB 4-5-6 09.00 WIB 4-5-6
11.00 WIB 4-5-6 11.00 WIB 4-5-6
13.00 WIB 4-5-6 13.00 WIB 4-5-6

5). Exposure (kenempakan pada pasien)

Tidak ada kelainan anggota tubuh, ekstermitas lengkap dan berfungsi dengan baik

II. Periksaan Fisik (Head to toe)


1. Kepala
 Rambut
Rambut beruban karena faktor usia, bersih dan kulit kepala tidak berketombe.
 Mata
Mata simetris konjungtiva merah muda, sclera putih tidak ikterik
 Hidung
Simetris tidak ada polip, tidak ada napas cuping terpasang slang NGT dan slang
canul O2 3 lpm.
 Telinga
Simetris antara telinga kiri dan telinga kanan, tidak ada serumen dan tidak
mengalami gangguan pendengaran.
 Mulut
Membrane mukosa lembab, tidak ada stomatitis.
16
 Leher
Tidak ada benjolan atau pembesaran kelejar tyroid, tidak ada bendungan vena
jungularis.
2. Thorax
a). Paru-paru Inspeksi Pergerakan dinding dada simetris saat bernapas
Palpasi Tidak ada nyeri tekan
Perkusi Sonor
Auskultasi Bunyi napas vesikuler

b). Jantung Inspeksi Iktus cordis pada intercostal 3 & 4


Palpasi Tidak ada pembesaran atau kelainan
Perkusi Tidak di kaji
Auskultasi Bunyi iktus cordis reguler

3). Abdomen
Abdomen Inspeksi Simetris,
Palpasi Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi Tympani
Auskultasi Bising usus terdengar 25 x/menit

4). Genitalia dan periananl


Pasien menggunakan alat bantu kateter untuk BAK dan pampers untuk BAB, warna
urine kuning muda jernih dengan volume pada tanggal 17 Mei 2016 1250 cc dan pada
tangggal 18 Mei 2016 1500 cc. sedangkan feces bau khas BAB berwarna kehitam-
hitaman dengan konsistensi lembek.

5). Ekstermitas

Ekstermitas (tanggal 17 & 18 Mei 2016)

Pukul Tangan (ka/ki) Kaki (ka/ki)


07.00 WIB +/+ +/+
09.00 WIB +/+ +/+
11.00 WIB +/+ +/+
13.00 WIB +/+ +/+
Keterangan:

+ : berfungsi dengan baik

- : Tidak berfungsi dengan baik/adanya kelemahan

17
III. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal 15 Mei 2016 pukul 21.49 WIB


Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 15.6 Mg/dl 12.2 - 18.1
Eritrosit 5.14 juta/ul 4.04 – 6.13
Hematoktrit 45.5 % 37.7 – 53.7

Indeks Eritrosit
MCV 84.1 fl 80 -97
MCH 28.9 pg 27 – 31.2
MCHC 34.4 g/dl 31.8 – 35.4
Lekosit 9.73 ribu/ul 4.5 – 11.5
Trombosit 316 ribu/ul 150 - 450
RDW-CV 10.1 % 11.5 – 14.5
MPV 5.91 fl 0 – 99.9
Hitung Jenis
Neutrophil 52.2 % 37 - 80
Limfosit 37.3 % 19 - 48

Kimia Klinik
Glukosa Darah
Glukosa darah sewaktu 86 mg/dl <200
Fungsi Hati
AST (SGOT) 20 u/l <37
ALT (SGPT) 26 u/l <42
Fungsi Ginjal
Ureum 58.1 mg/dl 10 - 50
Kreatinin 1.10 mg/dl 0.6 – 1.1

IV. Program Terapi


Terp. MO, DC, O2, NGT
Tx: infus RL 20 TPM makro
Sp. Levosol respon (taf aff)
Injeksi pantoprazole 40 mg/24 jam
Injeksi ondansantron 1 amp/8 jam
Injeksi citicholin 500 mg/12 jam
Injeksi ceftriaxone 2 gr/24 jam

18
Injeksi As.Tranex 1 amp/8 jam
Os.sucralfat syr 1 ct/8 jam
PCT 10 mg/8 jam
Diit: bubur lunak

V. Analisa Data
Tgl/jam Data Fokus Etiologi Problem Ttd
16 Ds: pasien mengatakan - Distress pernapasan - Ketidakefektifan
Mei sesak napas, pusing pola napas
2016 Do: ku; lemah
- Pasien tampak
10.15
sesak
WIB - Tx. O2 3 lpm
- GCS: E4 M6 V5 =
15
- TD: 146/78mmHg
Nadi: 71 x/menit
RR: 26 x/menit
Suhu: 370C

Ds: pasien mengatakan - Mual, muntah - Resiko tinggi


mual, muntah, badan Ketidakseimbangan
lemas, perut mules nutrisi kurang dari
Do: ku; lemah kebutuhan tubuh
- Pasien tampak
lemas
- Pasien muntah 100
cc,
- Pasien hanya
makan 3-4 sendok
makan bubur yang
disediakan RS

VI. Diagnosa Keperawatan

- Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distress pernapasan


- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah

VII. Rencana Keperawatan

19
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Ttd
- Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan - Observasi TTV
napas berhubungan keperawatan selama 3x24 jam R/. untuk mengetahui
dengan distress pola napas pasien efektif keadan umum pasien
pernapasan dengan kriteria hasil: dalam menentukan
- Pasien dapat bernapas tindakan selanjutnya
dengan mudah, suara napas - Berikan oksigen sesuai
bersih. advis dokter
- Pasien menunjukan jalan R/. terapi O2 membantu
napas paten dengan irama pasien memenuhi kebut.
napas dan frekuensi Suplai oksigen
pernapasan dalam rentang - Berikan kenyamanan dan
normal. istirahat pada pasien
- TTV dalam batas normal R/. kenyamanan fisik akan
memperbaiki
kesejahteraan pasien
- Kolaborasi dengan dokter
untuk menetukan terapi
pengobatan
R/. untuk menentukan
terapi yang tepat sesuai
indikasi

- Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan - Catat adanya muntah


nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam R/. untuk mengetahui
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi terpenuhi frekuensi yang keluar
berhubungan dengan dengan kriteria hasil: pada saat pasien muntah
mual, muntah - Berat badan pasien dalam - Berikan porsi makan
normal/ideal sedikit tapi sering
- Mukosa lembab dan turgor R/. membantu pasien
kulit baik memenuhi kebutuhan
- Menunjukkan peningkatan nutrisi
fungsi pengecapan - Menganjurkan keluarga
memberikan makanan
halus dan hangat
R/. membantu pasien
mencerna makanan
dengan baik dan menekan
rasa mual
- Observasi kulit kering dan
membrane mukosa
- Kolaborasi pemberian
antasida sesuai indikasi
- Monitor intake dan output.

20
VIII. Tindakan Keperawatan

Tgl/Jam NO.DX Implementasi Respon Pasien Ttd


17/05/16 1 - Mengobservasi TTV S: - Erni
07.00 O: TD: 99/62mmHg Nadi:60x/m
WIB RR: 16 x/menit suhu: 35.70C

08.00 1 - Memberikan oksigen sesuai S: -


WIB indikasi O: ku; lemah
Tx : O2 3 lpm
RR: 16

09.00 1 - Berkolaborasi dengan dokter S: -


WIB u/ pemberian terapi O: ku; lemah, kes; CM
- Terp: MO, DC, O2, sp
- Sp. Levosol 8 mg taf aff
- Inj. Pantoprazole 40mg/24
- Inj. ceftriaxone 2 gr/24 jam
- Inj. As Tranex 1 ampl/8 jam
- Os. Sucralfat syr 1 ct/8 jam
- PTC 10 mg/8 jam
- Diit: bubur lunak

10.00 2 - Menganjurkan pasien & S: keluarga mengatakan akan Very


WIB keluarga memberikan makan memberi makanan sedikit tapi
sedikit tapi sering O: keluarga kooperatif dan akan
- Menganjurkan keluarga membantu pasien memenuhi
memberikan makanan yang kebutuhan nutrisi
halus dan hangat - Keluarga mengerti
memahami apa yang
11.00 2 dianjurkan
WIB

- Mencatat adanya muntah S: keluarga pasien mengatakan Erni


pasien muntah
O: terlihat pasien muntah di
kantong plastik sekitar 150 cc

12.00 1 - Memberikan kenyamanan S:


WIB dan istirahat pada pasien O: Memberikan posisi nyaman
- Membatasi pengunjung dan
keluarga yang menjenguk
sehingga pasien dapat
beristirahat dengan baik

21
12.30 2 - Mengobservasi membrane S: -
WIB mukosa dan kulit kering O: Mukosa bibir lembab dan
turgar kulit baik

13.00 2 - Monitoring input dan output S: Very


WIB O: inp : 650 cc
Out :300 cc
IWL:306,25
Total:43, 75
U/jam: 0,16 cc/jam

13.45 2 - Berkolaborasi pemberian S: -


WIB antasida sesuai indikasi O: pemberian sucralfat syt 1ct/8 j

18/05/16 1 - Mengobservasi TTV S: - Dorce


07.00 O:TD:137//75mmHg Nadi:60x/m
WIB RR: 26 x/menit suhu: 360C

08.00 1 - Memberikan oksigen sesuai S: -


WIB indikasi O: ku; lemah
Tx : O2 3 lpm
RR: 26 x/menit

09.00 1 - Berkolaborasi dengan dokter S: -


WIB u/ pemberian terapi O: ku; lemah, kes; CM
- - Terp: MO, DC, O2, sp
- Sp. Levosol 8mg respon
taffering aff
- Inj. pantoprazole 40mg/24 j
- Inj. ceftriaxone 2 gr/24 jam
- Inj. As Tranex 1 ampl/8 jam
- Os. Sucralfat syr 1 ct/8 jam
- PTC 10 mg/8 jam
- Diit: bubur lunak

10.00 2 - Menganjurkan pasien & S: keluarga mengatakan akan Yandri


WIB keluarga memberikan makan memberi makanan sedikit tapi
sedikit tapi sering O: keluarga kooperatif dan akan
- Menganjurkan keluarga membantu pasien memenuhi

22
memberikan makanan yang kebutuhan nutrisi
halus dan hangat. - Keluarga mengerti apa yang
dianjurkan.

S: keluarga pasien mengatakan


11.00 2 - Mencatat adanya muntah pasien tidak muntah
WIB O: pasien tampak lebih nyaman

12.00 1 - Memberikan kenyamanan S:


WIB dan istirahat pada pasien O: Memberikan posisi nyaman Dorce
- Membatasi pengunjung dan
keluarga yang menjenguk
sehingga pasien dapat
beristirahat dengan baik

12.30 2 - Mengobservasi membrane S: -


WIB mukosa dan kulit kering O: Mukosa bibir lembab dan
turgar kulit baik

13.00 2 - Monitoring input dan output S:


WIB O: inp : 1000 Yandri
Out :300
IWL:306,25
Total:393,75
U/jam:1,63 cc/jam

13.45 2 - Berkolaborasi pemberian S: -


WIB antasida sesuai indikasi O: pemberian sucralfat syt 1ct/8 j

23
IX. Evaluasi Keperawatan

Hari/Tgl No. DX Evaluasi Ttd


Selasa 1,2 S: Mengatakan mual muntah berkurang, sesak napas ↓ Erni &
17 Mei O: ku; lemah kes: CM Very
2016 - Pasien tampak nyaman
14.00 - TD: 117/73 Nadi: 74 x/menit
WIB RR: 24 x/meni Suhu: 35,80C
- Terp. MO, DC, O2, SP
- Terp. Infus RL 20 tpm makro
- Sp. Levosol 8 mg respon taffering aff
- Inj. pantoprazole
Inj. ceftriaxone 2 gr/24 jam
Inj. As Tranex 1 ampl/8 jam
- Os. Sucralfat syr 1 ct/8 jam
- PTC 10 mg/8 jam
- Diit: bubur lunak
- inp : 650 cc
Out :300 cc
IWL:306,25
Total:43, 75
U/jam: 0,16 cc/jam
- Keluarga dan pasien kooperatif
- Pasien makan sedikit tapi sering
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

Rabu 1,2 S: Pasien mengatakan sudah bisa makan dan tidak Dorce &
18 Mei muntah, sesak napas Yandri
2016 O: ku; lemah kes: CM
- Pasien tampak nyaman

24
- TD: 117/73 Nadi: 74 x/menit
RR: 24 x/meni Suhu: 35,80C
- Terp. MO, DC, O2, SP
- Terp. Infus RL 20 tpm makro
- Sp. Levosol 8 mg stop
- Inj. Pantoprazole 40mg/24 jam
Inj. ceftriaxone 2 gr/24 jam
Inj. As Tranex 1 ampl/8 jam
- Os. Sucralfat syr 1 ct/8 jam
- PCT 10 mg/8 jam
- Diit: bubur lunak
- Inp: 1000 cc
Out :300 cc
IWL:306,25
Total:393,75
U/jam:1,63 cc/jam
- Keluarga dan pasien kooperatif
- Pasien makan sedikit tapi sering
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
- Acc dr. Lulus pindah bangsal
- Lanjutkan perawatan di bangsal sampai pasien pulih
sepenuhnya

25
BAB III

ANALISA JURNAL

A. Judul Jurnal
Efek Siklofosfamid dan Steroid untuk Penanganan Keracunan Parakuat.
B. Keyword
Siklofosfamid, Steroid, Keracunan.
C. Penulis Jurnal
Yohanes Robertus, Laura Anasthasya, Yeny Tanoyo.
D. Latar belakang Masalah
Parakuat diklorida, biasa disebut parakuat, adalah herbisida yang digunakan untuk
mengendalikan rumput liar di area agrikultural maupun nonagrikultural.1 Parakuat
digunakan di lebih dari 120 negara dan umumnya dijual dalam larutan 20 % dengan merk
Gramoxone®. Saat ini parakuat merupakan pestisida ke-3 paling banyak dijual secara
global.2 Keracunan parakuat pada upaya bunuh diri mengakibatkan beberapa ratus ribu
kasus kematian tiap tahunnya. Diperkirakan bahwa 798 000 orang meninggal karena
keracunan pestisida yang disengaja pada 1999, lebih dari 75% terdapat di negara
berkembang. Parakuat dapat dideskripsikan sebagai agen bunuh diri utama di banyak
negara karena sangat toksik. 3
E. Tujuan penilaian
Penelitian ini dulakukan untuk menilai Efek Siklofosfamid dan Steroid dalam mengatasi
masalah keracunan yang terjadi pada pasien.
F. Analisa PICO
1. Population :
Seorang wanita 16 tahun, dengan riwayat muntah-muntah setelah minum racun
rumput (Gramoxone®) sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit disertai dengan
keluhan nyeri perut.
2. Intervention :
Penanganan awal di IGD adalah bilas lambung yang dilanjutkan hingga produk
NGT menjadi jernih. Pemasangan infus KaEN3B® 500 cc dilakukan tiap 6 jam

26
(dengan ranitidin 50 mg IV drip dalam botol infus). Pada perawatan lanjutan di ruang
rawat, diberikan karbon aktif 2,5 g via selang hidung, deksametason IV 3 x 8 mg,
siklofosfamid IV 1 x 200 mg, dan ceftriakson IV 1 x 1 g. Hasil pemeriksaan awal
fungsi ginjal dan hati menunjukkan nilai yang normal (kreatinin 1,0 mg/dl, SGOT 18
U/l, SGPT 4 U/l). Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan corakan bronkovaskular
kedua paru meningkat, namun tidak dijumpai infiltrat ataupun efusi pleura.
Pemeriksaan ulang fungsi ginjal dan hati satu minggu kemudian menunjukkan
tidak didapatkan perubahan berarti (kreatinin 0,4 mg/dl, SGOT 20 U/l, SGPT 36 U/l).
Pada hasil urinalisis tidak dijumpai protein dan glukosa, namun terdapat leukosit 2-
3/LPB dan sel epitel 3-4/LPB. Pada hari kesepuluh perawatan, pasien dalam kondisi
baik, dan dipulangkan dengan diberikan obat siklofosfamid peroral 4 x 50 mg untuk 2
minggu, prednison 2 x 40 mg selama 1 minggu (kemudian tappering off 10 mg tiap
minggu), cefiksim 2 x 100 mg selama 1 minggu, omeprazol 2 x 20 mg selama 2
minggu, dan antasid sirup 3 x 10 cc.
3. Comparator
Seorang wanita 16 tahun, dengan riwayat muntah-muntah setelah minum racun
rumput (Gramoxone®) dengan observasi setiap minggu selama tiga minggu berturut-
turut.
4. Outcome
Pada pemeriksaan kontrol ulang 3 minggu kemudian pasien datang dengan kondisi
umum baik. Tidak didapatkan keluhkan batuk atau mual-muntah. Dilakukan
pemeriksaan foto toraks ulang dengan hasil tidak terdapat perubahan di- bandingkan
foto sebelumnya. Hasil laboratorium memper- lihatkan hematokrit 38%, leukosit
5200/mm3, trombosit 160.000/mm3, kreatinin 0,7 mg/dl, SGOT 29 U/l, SGPT 32
U/l. Terapi prednison dilanjutkan dengan dosis tappering off 10 mg tiap minggu.
G. Kelebihan Penelitian
1. Peneliti melakukan observasi secara keseluruhan secara intensif dan melakukan
pemeriksaan menyeluruh sehingga didapatkan hasil yang dapat dipercaya.
2. Hasil yang didapat bisa diaplikasikan karena dari penelitian berhasil dilakukan.
3. Memiliki banyak sumber reverensi sehingga penelitian memiliki dasar yang kuat dan
bisa dipertanggung jawabkan.

27
4. Observasi responden dilakukan dengan sangat hati hati dengan memperhatikan
keselamatan objek penelitian.
5. Dosis terapi obat yang diberikan tiap penelitian sangat jelas.
6. Perjalanan penyakit dijelaskan dengan baik dan mudah dipahami.
H. Kelemahan Penelitian
1. Objek penelitian hanya satu responden saja.
2. Tidak ada kelompok pembanding antara yang diberikan tidakan satu dengan yang
lain.
3. Membutuhkan waktu dan biaya yang banyak dan susah diaplikasikan.
4. tidak ada batasan antara umur dengan dosis yang diberikan, karena hanya meneliti
satu orang saja.
I. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Memberikan pertolongan pada pasien yang mengalami dektofikasi dalam mengatasi
racun dalam tubuh.
2. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan
b. Acuan untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang
intoksifikasi.

28

You might also like