Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Racun merupakan zat/bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung/
inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup
dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan/menggangu dengan serius fungsi satu
atau lebih organ atau jaringan. Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri
kesehatan telah menetapkan peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16
November 1983 tentang bahan – bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi
besar dan luas jangkauan, kecepatan penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan
pengamanannya, bahan – bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan
manusia secara langsung atau tidak langsung.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan konsep dan proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
reracunan
2. Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengkajian selama memberikan Asuhan keperawatan
Mampu merumuskan diagnose keperawatan selama memberikan Asuhan
keperawatan pada dengan keracunan
Mampu melakukan perencanaan
Mampu menyelesaikan masalah keperawatan yang dialami
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang
masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru,
hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh,
tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
B. Etiologi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara
lain:
Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan seperti
pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas (nitrogen metana,
karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan
bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).
Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis: sengatan
serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis: Bacillus cereus,
Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis: jamur
amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll.
C. Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga
terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah
perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang terjadi
mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia
terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin
2
tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang
terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia.
3
Pathway
Cair
Gas
- Kimia - Mahluk hidup
- Gas Alam - Kimia
- Metabolik - Alam
INTOKSIKASI
Gg. Perfusi
serebral
E. Tekanan darah
menurun Masuk dalam sistem cardio Masuk Jaringan otot
vaskuler
Hipertermi
4
F. Manisfestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian, apakah
melalui mata, paru, lambung atau melalui suntikan. Karena hal ini mungkin mengubah
tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan
kecepatan metabolismenya,pertimbangan lain meliputi perbedaan respon jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti pupil sangat kecil
(pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernapasan pada keracunan akut morfin dan
alkaloid.
Kulit muka merah,banyak berkeringat,tinitus,tuli,takikardia dan hiperventilasi sangat
mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin).
Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat,disertai dengan gangguan
pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda sering dihubungkan dengan
keracunan akut dekstroprokposifen,terutama bila digunakan bersamaan dengan alkohol.
Untuk zat aditif, gejala terdiri dari dua kelompok besar yaitu:
Kelompok Sindrom Simpatotimetik
Gejala yang sering ditemukan adalah dilusi,paranoid,takikardia,hipertensi,keringat
banyak,midriasis,hiperefleksi,kejang (pada kasus berat),hipotensi (pada kasus berat)
dan aritmia. Obat-obat dengan gejala tersebut adalah :Amfetamin, Kokain,
Dekongestan, Intoksikasi teofilin,Intoksikasi kafein
Golongan Opiat (morfin,petidin,heroin,kodein) dan sedatif
Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah koma,depresi
napas,miosis,hipotensi,bradikardi,hipotermia,edema paru,bising usus menurun,
hiporefleksi dan kejang. Obat pada kelompok ini yaitu: Narkotik,
Barbiturat, Benzodiazepin, Meprebamat,Etanol.
Gejala yang paling menonjol meliputi:
Kelainan Visus
Kesukaran bernafas
5
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Komplikasi
Kejang
Koma
Henti jantung
Syok
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Kegawatan
Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernafasan dan nadi.
pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab
racun organo fhosfat akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya
dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.
6
Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau
dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila
tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga
racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage,
kooperatif. Hasil paling efektif bila irigasi lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah
keracunan.
Pemberian antidotum/penawar
Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah mengatasi
psikosis).
2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
e) Penilaian Klinis
7
f) Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci.
Beberapa pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi
keracunan,ialah :
Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang
digunakan,termasuk yang sering dipakai
Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas tentang
obat yang digunakan.
Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk
pemeriksaan toksikologi
Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilakti
Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan
fungsi autonom yaitu pemeriksaan tekanan darah,nadi,ukuran
pupil,keringat,air liur, dan aktivitas peristaltik usus.
g) Dekontaminasi
h) Umumnya bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap melalui kulit
sehingga dekontaminasi permukaan sangat diperlukan. Di samping
itu,dilakukan dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya
sedikit diabsorpsi,biasanya hanya diberikan pencahar,obat perangsang
muntah,dan bilas lambung.
i) Induksi muntah atau bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan
parafin,minyak tanah, dan hasil sulingan minyak mentah lainnya.
j) Upaya lain untuk megeluarkan bahan/obat adalah dengan dialisis.
k) Terapi suportif,konsultasi,dan rehabilitasi
l) Terapi suportif,konsultasi dan rehabilitasi medik harus dilihat secara holistik
dan efektif dalam biaya.
m) Observasi dan konsultasi
n) Rehabilitasi
8
J. Pengkajian
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan napas dan sirkulasi
yang mengancam jiwa, adaya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status
kesadaran. Riwayat kesehatan : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa
lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan
dengan mual,muntah
L. Rencana Keperawatan
Intervensi :
9
Rasional: Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan perfusi
jaringan
Intervensi :
tindakan selanjutnya
keperawatan individual
11
Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat membantu
proses pengobatan
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia
Intervensi :
Rasional: untuk mengetahui frekuensi cairan yang keluar pada saat klien muntah
Rasional: untuk membantu klien agar dapat mencerna makanan dengan lancar
12
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius. FKUI.
Jakarta.
Nurarif.H.A & Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Mediaction Publishing. Jogjakarta.
13
ASUHAN KEPERATAN PADA TN.S DI INSTALASI CARE UNIT (ICU)
Pengkajian Keperawatan
Unit :ICU
Ruang/kamar :Bad 8
I. Identitas
a) Identitas pasien
Nama : Tn. S
Umur : 59 Thn
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Sambungmacan, Sragen
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : PNS
Status Perkawinan : Kawin
No.RM : 132849
Diagnosa Medis : Intoksikasi
b). Identitas Penanggung Jawab:
Nama : Ny.S
Umur : 58 Thn
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sambung Macan Sragen
Hubungan dengan Pasien : Istri
14
Riwayat Kesehatan Dahulu:
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus 2
tahun yang lalu
Riwayat Kesehatan Keluarga:
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
hipertensi dan diabetes di keluarga dan tidak memiliki penyakit keturunan.
f). Primary Survei
1) Airway (jalan napas)
Jalan napas pasien tidak ada sumbatan, tidak ada suara napas tambahan misalnya;
suara snowring, suara napas gargling
2) Breathing
Pernapasan pasien/ventilasi pasien spontan dengan respirasi:
Tanggal 17 Mei 2016 Tanggal 18 Mei 2016
Pukul Respirasi Pukul Respirasi
07.00 WIB 16 x/menit 07.00 WIB 26 x/menit
09.00 WIB 28 x/menit 09.00 WIB 17 x/menit
11.00 WIB 18 x/menit 11.00 WIB 18 x/menit
13.00 WIB 20 x/menit 13.00 WIB 20 x/menit
3). Sirkulasi
Tekanan darah pasien:
Tanggal 17 Mei 2016 Tanggal 18 Mei 2016
Pukul Tekanan Darah Pukul Tekanan Darah
07.00 WIB 99/62 mmHg 07.00 WIB 137/75 mmHg
09.00 WIB 139/89 mmHg 09.00 WIB 100/60 mmHg
11.00 WIB 124/74 mmHg 11.00 WIB 130/82 mmHg
13.00 WIB 146/78 mmHg 13.00 WIB 145/80 mmHg
Nadi pasien:
Tanggal 17 Mei 2016 Tanggal 18 Mei 2016
Pukul Nadi Pukul Nadi
07.00 WIB 69 x/menit 07.00 WIB 75 x/menit
09.00 WIB 71 x/menit 09.00 WIB 51 x/menit
11.00 WIB 59 x/menit 11.00 WIB 60 x/menit
15
13.00 WIB 46 x/menit 13.00 WIB 80 x/menit
Gcs pasien normal dengan tingkat kesadaran 15, pasien mengeluh kepala terasa
sakit dan akral hangat.
Tidak ada kelainan anggota tubuh, ekstermitas lengkap dan berfungsi dengan baik
3). Abdomen
Abdomen Inspeksi Simetris,
Palpasi Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi Tympani
Auskultasi Bising usus terdengar 25 x/menit
5). Ekstermitas
17
III. Pemeriksaan Penunjang
Indeks Eritrosit
MCV 84.1 fl 80 -97
MCH 28.9 pg 27 – 31.2
MCHC 34.4 g/dl 31.8 – 35.4
Lekosit 9.73 ribu/ul 4.5 – 11.5
Trombosit 316 ribu/ul 150 - 450
RDW-CV 10.1 % 11.5 – 14.5
MPV 5.91 fl 0 – 99.9
Hitung Jenis
Neutrophil 52.2 % 37 - 80
Limfosit 37.3 % 19 - 48
Kimia Klinik
Glukosa Darah
Glukosa darah sewaktu 86 mg/dl <200
Fungsi Hati
AST (SGOT) 20 u/l <37
ALT (SGPT) 26 u/l <42
Fungsi Ginjal
Ureum 58.1 mg/dl 10 - 50
Kreatinin 1.10 mg/dl 0.6 – 1.1
18
Injeksi As.Tranex 1 amp/8 jam
Os.sucralfat syr 1 ct/8 jam
PCT 10 mg/8 jam
Diit: bubur lunak
V. Analisa Data
Tgl/jam Data Fokus Etiologi Problem Ttd
16 Ds: pasien mengatakan - Distress pernapasan - Ketidakefektifan
Mei sesak napas, pusing pola napas
2016 Do: ku; lemah
- Pasien tampak
10.15
sesak
WIB - Tx. O2 3 lpm
- GCS: E4 M6 V5 =
15
- TD: 146/78mmHg
Nadi: 71 x/menit
RR: 26 x/menit
Suhu: 370C
19
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Ttd
- Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan - Observasi TTV
napas berhubungan keperawatan selama 3x24 jam R/. untuk mengetahui
dengan distress pola napas pasien efektif keadan umum pasien
pernapasan dengan kriteria hasil: dalam menentukan
- Pasien dapat bernapas tindakan selanjutnya
dengan mudah, suara napas - Berikan oksigen sesuai
bersih. advis dokter
- Pasien menunjukan jalan R/. terapi O2 membantu
napas paten dengan irama pasien memenuhi kebut.
napas dan frekuensi Suplai oksigen
pernapasan dalam rentang - Berikan kenyamanan dan
normal. istirahat pada pasien
- TTV dalam batas normal R/. kenyamanan fisik akan
memperbaiki
kesejahteraan pasien
- Kolaborasi dengan dokter
untuk menetukan terapi
pengobatan
R/. untuk menentukan
terapi yang tepat sesuai
indikasi
20
VIII. Tindakan Keperawatan
21
12.30 2 - Mengobservasi membrane S: -
WIB mukosa dan kulit kering O: Mukosa bibir lembab dan
turgar kulit baik
22
memberikan makanan yang kebutuhan nutrisi
halus dan hangat. - Keluarga mengerti apa yang
dianjurkan.
23
IX. Evaluasi Keperawatan
Rabu 1,2 S: Pasien mengatakan sudah bisa makan dan tidak Dorce &
18 Mei muntah, sesak napas Yandri
2016 O: ku; lemah kes: CM
- Pasien tampak nyaman
24
- TD: 117/73 Nadi: 74 x/menit
RR: 24 x/meni Suhu: 35,80C
- Terp. MO, DC, O2, SP
- Terp. Infus RL 20 tpm makro
- Sp. Levosol 8 mg stop
- Inj. Pantoprazole 40mg/24 jam
Inj. ceftriaxone 2 gr/24 jam
Inj. As Tranex 1 ampl/8 jam
- Os. Sucralfat syr 1 ct/8 jam
- PCT 10 mg/8 jam
- Diit: bubur lunak
- Inp: 1000 cc
Out :300 cc
IWL:306,25
Total:393,75
U/jam:1,63 cc/jam
- Keluarga dan pasien kooperatif
- Pasien makan sedikit tapi sering
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
- Acc dr. Lulus pindah bangsal
- Lanjutkan perawatan di bangsal sampai pasien pulih
sepenuhnya
25
BAB III
ANALISA JURNAL
A. Judul Jurnal
Efek Siklofosfamid dan Steroid untuk Penanganan Keracunan Parakuat.
B. Keyword
Siklofosfamid, Steroid, Keracunan.
C. Penulis Jurnal
Yohanes Robertus, Laura Anasthasya, Yeny Tanoyo.
D. Latar belakang Masalah
Parakuat diklorida, biasa disebut parakuat, adalah herbisida yang digunakan untuk
mengendalikan rumput liar di area agrikultural maupun nonagrikultural.1 Parakuat
digunakan di lebih dari 120 negara dan umumnya dijual dalam larutan 20 % dengan merk
Gramoxone®. Saat ini parakuat merupakan pestisida ke-3 paling banyak dijual secara
global.2 Keracunan parakuat pada upaya bunuh diri mengakibatkan beberapa ratus ribu
kasus kematian tiap tahunnya. Diperkirakan bahwa 798 000 orang meninggal karena
keracunan pestisida yang disengaja pada 1999, lebih dari 75% terdapat di negara
berkembang. Parakuat dapat dideskripsikan sebagai agen bunuh diri utama di banyak
negara karena sangat toksik. 3
E. Tujuan penilaian
Penelitian ini dulakukan untuk menilai Efek Siklofosfamid dan Steroid dalam mengatasi
masalah keracunan yang terjadi pada pasien.
F. Analisa PICO
1. Population :
Seorang wanita 16 tahun, dengan riwayat muntah-muntah setelah minum racun
rumput (Gramoxone®) sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit disertai dengan
keluhan nyeri perut.
2. Intervention :
Penanganan awal di IGD adalah bilas lambung yang dilanjutkan hingga produk
NGT menjadi jernih. Pemasangan infus KaEN3B® 500 cc dilakukan tiap 6 jam
26
(dengan ranitidin 50 mg IV drip dalam botol infus). Pada perawatan lanjutan di ruang
rawat, diberikan karbon aktif 2,5 g via selang hidung, deksametason IV 3 x 8 mg,
siklofosfamid IV 1 x 200 mg, dan ceftriakson IV 1 x 1 g. Hasil pemeriksaan awal
fungsi ginjal dan hati menunjukkan nilai yang normal (kreatinin 1,0 mg/dl, SGOT 18
U/l, SGPT 4 U/l). Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan corakan bronkovaskular
kedua paru meningkat, namun tidak dijumpai infiltrat ataupun efusi pleura.
Pemeriksaan ulang fungsi ginjal dan hati satu minggu kemudian menunjukkan
tidak didapatkan perubahan berarti (kreatinin 0,4 mg/dl, SGOT 20 U/l, SGPT 36 U/l).
Pada hasil urinalisis tidak dijumpai protein dan glukosa, namun terdapat leukosit 2-
3/LPB dan sel epitel 3-4/LPB. Pada hari kesepuluh perawatan, pasien dalam kondisi
baik, dan dipulangkan dengan diberikan obat siklofosfamid peroral 4 x 50 mg untuk 2
minggu, prednison 2 x 40 mg selama 1 minggu (kemudian tappering off 10 mg tiap
minggu), cefiksim 2 x 100 mg selama 1 minggu, omeprazol 2 x 20 mg selama 2
minggu, dan antasid sirup 3 x 10 cc.
3. Comparator
Seorang wanita 16 tahun, dengan riwayat muntah-muntah setelah minum racun
rumput (Gramoxone®) dengan observasi setiap minggu selama tiga minggu berturut-
turut.
4. Outcome
Pada pemeriksaan kontrol ulang 3 minggu kemudian pasien datang dengan kondisi
umum baik. Tidak didapatkan keluhkan batuk atau mual-muntah. Dilakukan
pemeriksaan foto toraks ulang dengan hasil tidak terdapat perubahan di- bandingkan
foto sebelumnya. Hasil laboratorium memper- lihatkan hematokrit 38%, leukosit
5200/mm3, trombosit 160.000/mm3, kreatinin 0,7 mg/dl, SGOT 29 U/l, SGPT 32
U/l. Terapi prednison dilanjutkan dengan dosis tappering off 10 mg tiap minggu.
G. Kelebihan Penelitian
1. Peneliti melakukan observasi secara keseluruhan secara intensif dan melakukan
pemeriksaan menyeluruh sehingga didapatkan hasil yang dapat dipercaya.
2. Hasil yang didapat bisa diaplikasikan karena dari penelitian berhasil dilakukan.
3. Memiliki banyak sumber reverensi sehingga penelitian memiliki dasar yang kuat dan
bisa dipertanggung jawabkan.
27
4. Observasi responden dilakukan dengan sangat hati hati dengan memperhatikan
keselamatan objek penelitian.
5. Dosis terapi obat yang diberikan tiap penelitian sangat jelas.
6. Perjalanan penyakit dijelaskan dengan baik dan mudah dipahami.
H. Kelemahan Penelitian
1. Objek penelitian hanya satu responden saja.
2. Tidak ada kelompok pembanding antara yang diberikan tidakan satu dengan yang
lain.
3. Membutuhkan waktu dan biaya yang banyak dan susah diaplikasikan.
4. tidak ada batasan antara umur dengan dosis yang diberikan, karena hanya meneliti
satu orang saja.
I. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Memberikan pertolongan pada pasien yang mengalami dektofikasi dalam mengatasi
racun dalam tubuh.
2. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan
b. Acuan untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang
intoksifikasi.
28