Professional Documents
Culture Documents
Paper 1
Paper 1
LATAR BELAKANG
1.1. PENDAHULUAN
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih
berturut-turut. Pada umumnya penderita tidak sukar hamil, tetapi kehamilannya berakhir
sebelum 28 minggu. Angka kejadian jenis abortus ini ialah 0,4% dari semua kehamilan.
Wanita yang mengalami peristiwa tersebut, umumnya tidak mendapat kesulitan untuk
menjadi hamil, akan tetapi kehamilannya tidak dapat berlangsung terus dan terhenti
sebelum waktunya, biasanya pada trimester pertama tetapi kadang-kadang pada
kehamilan yang lebih tua.3,4
Bila menghadapi seorang ibu dengan riwayat abortus berulang maka harus
mempelajari kasus ini dengan baik dengan melakukan pendataan tentang riwayat suami
istri dan pemeriksaan fisik ibu baik secara anatomis maupun laboratorik Perhatikan
apakah abortus terjadi pada trimester pertama atau trimester kedua. Bila terjadi pada
trimester pertama maka banyak faktor yang harus dicari sesuai kemungkinan etiologi
1
atau mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka
faktor – faktor penyebab lebih cenderung pada faktor anatomis terjadinya inkompetensi
serviks dan adanya tumor (mioma uteri) serta infeksi yang berat pada uterus atau
serviks.1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. INSIDEN
Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang
sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7 - 7,5 cm, lebar di tempat yang paling
lebar 5,25 cm dan tebal 2,5 cm. uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan
serviks uteri (1/3 bagian bawah).4
Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka keluar
melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang
terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang
berada di atas vagina disebut pars supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan
serviks masih ada bagian yang disebut isthmus uteri.4
Bagian atas uterus disebut fundus uteri. Di situ tuba fallopii kanan dan kiri
masuk ke uterus. Dinding uterus terdiri atas miometrium, yang merupakan otot polos
berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara
kedua lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi
dan berelaksasi.4
3
Gambar 1.
Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut
endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan stroma
dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkelok-kelok. Di korpus uteri
endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjar-kelenjar itu bermuara
di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi endometrium dipengaruhi
sekali oleh hormon steroid ovarium.4
Uterus ini sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dan jaringan ikat dan
ligamentum yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Ligamentum yang
memfiksasi uterus adalah :3
4
Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan
uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah
inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang-kadang terasa sakit di daerah inguinal
waktu berdiri cepat karena uterus berkontraksi kuat, dan ligamentum rotundum menjadi
kencang serta mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan ia pun teraba
kencang dan terasa sakit bila dipegang.
Disamping ligamentum tersebut di atas ditemukan pada sudut kiri dan kanan
belakang fundus uteri ligamentum ovarii proprium kiri dan kanan yang menahan
ovarium. Ligamentum ovarii ini embriologis berasal dari gubernakulum; jadi
sebenarnya asalnya seperti ligamentum rotundum yang juga embriologis berasal dari
gubernakulum.3
5
Gambar 2.
Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam
anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedang
korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120o-130o dengan serviks uteri. Di
Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri berarah ke belakang)
yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan.4
Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi, dari luar ke dalam
ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium, miometrium, dan
endometrium.4
Gambar 3.
Pasokan darah :
Uterus mendapat darah dari arteria uterine (cabang a.iliaka interna). Arteri ini
berjalan dalam ligamentum latum dan setinggi os interna, menyilang ureter pada sudut
kanan untuk mencapai dan memasok darah ke uterus sebelum melakukan anastomosis
dengan arteri ovarika (cabang aorta abdominalis).8
6
Gambar 4.
Batas-batas :
Uterus dan serviks berbatasan dengan kavum uretrovesikalis dan permukaan atas
kandung kemih di anterior. Kavum retrouterina (douglasi), yang meluas ke bawah
sejauh forniks posterior vagina, merupakan batas posteriornya. Ligamentum latum
adalah batas lateral utama dari uterus.8
Gambar 5.
7
Drainase limfatik :
Pembuluh limfe dari fundus menyertai a.ovarika dan mengalir menuju kelenjar
getah bening para-aorta. Pembuluh limfe dari korpus dan serviks mengalir ke kelenjar
getah bening iliaka interna dan eksterna.8
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta
yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi
uterus dan mengawali proses abortus.11
Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan
villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan
pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.11
Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban
lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih
tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis
atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan
pervaginam yang banyak.11
8
Pada kehamilan minggu ke 14 – 22:
Dari segi endokrinologi, maka kehamilan dibagi atas tiga masa, yaitu :4
Kehamilan muda
Masa ini ditandai oleh meningkatnya pembentukan HCG dari sel-sel trofoblas
dan perubahan korpus luteum menjadi korpus luteum graviditatis. Korpus luteum
graviditatis memproduksi estrogen dan progesterone.4
Pada masa ini produksi HCG yang semula meningkat mulai menurun. Estrogen
dan progesterone tidak dihasilkan lagi oleh korpus luteum graviditatis, melainkan oleh
plasenta.4
Pada masa ini plasenta menghasilkan steroid seks dalam jumlah yang sangat
besar. Selain itu terjadi pula peningkatan sekresi hormon PRL (Prolaktin) dari hipofisis
anterior. Plasenta juga membentuk human chorionic somatomammotropin (hCS),
human placental lactogen (hPL), atau human chorionic thyrotropin (hCt).4
9
Pada pihak lain, produksi estrogen meningkat perlahan-lahan dan mencapai
puncaknya pada akhir kehamilan. Kadar estrogen yang dibentuk oleh plasenta dapat
mencapai 40 ng sehari. Telah dibuktikan bahwa kadar estradiol serum yang sangat
tinggi dapat menunjukkan kemungkinan adanya kehamilan ganda, sedangkan kadar
estradiol yang rendah menunjukkan adanya anensefalus atau gawat janin.4
Dalam kehamilan dijumpai pula peningkatan aktivitas adrenal. Ini tampak dari
pengeluaran 17-ketosteroid dan 17-hidroksisteroid. Peningkatan kortikosteroid ini
menimbulkan striae pada wanita hamil. Selain itu, berat kelenjar tiroid ternyata
meningkat dalam kehamilan. Telah diketahui di bawah pengaruh estrogen terjadi
peningkatan kapasitas pengikatan iodium oleh protein plasma.4
2.4. ETIOLOGI
Resiko berulangnya abortus setelah abortus I adalah 20% ; resiko setelah abortus
II adalah 25% dan resiko setelah abortus III adalah 30%.10
10
Defisiensi progesterone dan fase luteal
Faktor endokrin terlibat dalam RPL (Recurrent Pregnancy Loss) atau abortus
berulang sekitar 15% sampai 30% dari waktu. Cacat fungsional korpus luteum, atau
reseptor progesteron endometrium, dapat menyebabkan RPL. Pada pasien dengan
defisiensi fase luteal, kerugian umumnya terjadi sangat awal, di 4-7 minggu.
Progesteron dari korpus luteum diperlukan untuk mendukung kehamilan sampai
produksi progesterone di plasenta dimulai pada minggu kedelapan.12
Gangguan fase luteal dapat menjadi sebab infertilitas dan abortus muda yang
berulang. Gangguan fase luteal bisa menyebabkan disfungsi tuba dengan akibat
transport ovum terlalu cepat, motilitas uterus yang berlebihan, dan kesukaran dalam
nidasi karena endometrium tidak dipersiapkan dengan baik.4
11
merupakan sebuah penanda penerimaan uterus. αvβ3 integrin biasanya muncul dalam
kelenjar endometrium pada hari siklus 20-21 selama implantasi. Sebagian besar pasien,
ketika diobati dengan progesteron atau suplemental dosis rendah clomiphene sitrat, akan
memiliki restorasi histologis endometrium yang normal dan αvβ3 normal. Implantasi
embrio yang lambat juga telah dikaitkan dengan peningkatan tingkat keguguran.13
Pada wanita dengan abortus habitualis, dapat ditemukan bahwa fungsi glandula
tiroidea kurang sempurna. Oleh sebab itu, pemeriksaan fungsi tiroid pada wanita-wanita
abortus berulang perlu dilakukan; pemeriksaan ini hendaknya dilakukan di luar
kehamilan.4
Diabetes mellitus
12
Diabetes melitus secara tradisional disebutkan dalam hubungan dengan
peningkatan tingkat aborsi, tetapi telah ditetapkan bahwa diabetes terkontrol dengan
baik dengan kontrol glukosa (dengan diet atau insulin) tidak meningkatkan risiko aborsi
spontan. Pasien dalam kontrol yang baik dengan pengobatan oral sebelum pembuahan
akan mungkin juga mendapatkan hasil yang meningkat. Diabetes dengan kontrol
glikemik yang kurang baik dihubungkan dengan meningkatnya risiko kehilangan
kehamilan, dan ada hubungannya langsung antara kadar hemoglobin A1C (HbA1C) dan
tingkat aborsi.14
2.5. DIAGNOSIS
Bila menghadapi seorang ibu dengan riwayat abortus berulang maka harus
mempelajari kasus ini dengan baik dengan melakukan pendataan tentang riwayat suami
istri dan pemeriksaan fisik ibu baik secara anatomis maupun laboratorik Perhatikan
apakah abortus terjadi pada trimester pertama atau trimester ke dua. Bila terjadi pada
trimester pertama maka banyak faktor yang harus dicari sesuai kemungkinan etiologi
atau mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka
faktor – faktor penyebab lebih cenderung pada faktor anatomis terjadinya inkompetensi
serviks dan adanya tumor mioma uteri serta infeksi yang berat pada uterus atau serviks.
Ikutilah langkah – langkah investigasi untuk mencari faktor – faktor yang potensial
menyebabkan terjadinya abortus spontan yang berulang sebagai berikut :1,2
Kapan abortus terjadi. Apakah pada trimester pertama atau pada trimester
berikutnya adakah penyebab mekanis yang menonjol.
13
Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat (naza).
Pemeriksaan fisik1,2
Pemeriksaan fisik secara umum
Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan laboratorium1,2
Kariotipe darah tepi kedua orang tua
Biopsi endometrium pada fase luteal
Pemeriksaan hormon TSH dan antibodi anti tiroid
Antibodi antiphospholipid ( cardiolphin, phosphatidylserine )
Lukpus antilogulan ( “a partial thromboplastin time or Russell Viper Venom “ )
Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit
Kultur cairan serviks (mycoplasma, ureaplasma, chlamdia) bila diperlukan.
95% perdarahan uterus pada kehamilan muda disebabkan oleh abortus, namun perlu
diingat diagnosa banding dari perdarahan pervaginam pada kehamilan muda yaitu : 11
14
Kehamilan ektopik
Perdarahan servik akibat epitel servik yang mengalami eversi atau erosi
Polip endoservik
Mola hidatidosa
2.6. KOMPLIKASI
Perdarahan (hemorrhage)
Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.
Infeksi dan tetanus
Payah ginjal akut
Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh :
Perdarahan yang banyak disebut syok septik
Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik.15
2.7. PENATALAKSANAAN
Biasanya wanita dengan abortus habitualis datang ke dokter tidak lama setelah ia
mengalami abortus untuk sekian kalinya. Jika ia belum hamil lagi, hendaknya waktu itu
digunakan untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang
mungkin menyebabkan abortus habitualis itu.4
15
pada istri dibuat kurve harian glukosa darah dan diperiksa fungsi tiroid, dan pada suami
diperiksa fungsi sperma.4
Pada wanita dengan abortus habitualis, yang datang dalam keadaan sudah hamil
lagi, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan seperti di atas, kecuali yang dapat
mengganggu kehamilan.4
Selain terapi yang bersifat kausal, maka penderita dengan abortus habitualis, jika
ia hamil, perlu mendapat perhatian khusus. Ia harus banyak istirahat, hal ini tidak berarti
bahwa ia harus tinggal terus di tempat tidur, akan tetapi perlu dicegah usaha-usaha yang
melelahkan.4
Terapi hormonal umumnya tidak perlu, kecuali jika ada gangguan fungsi tiroid,
atau gangguan fase luteal.4
BAB 3
KESIMPULAN
3.1. KESIMPULAN
1. Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih
berturut-turut.
16
2. Etiologi dari abotus habitualis adalah kelainan genetik, gangguan hormonal,
nutrisi dan O2. Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim
dilatasi servix, dan presentasi atau ekspulsi seluruh atau sebagian hasil konsepsi
5. Komplikasi dari abortus habitualis adalah perdarahan, infeksi, dan syok.
DAFTAR PUSTAKA
17
3. Wiknjosastro H. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam : Ilmu
Kandungan. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2008. Hal. 246-50
5. Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE, Wallach EE. Recurrent Pregnancy Loss. In
: Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics. 3 rd ed. Lippincott
Williams & Wilkins. 2007. P.3-6
7. Curtis MG, Overholt S, Hopkins MP. Infertility and Recurrent Pregnancy Loss.
In : Glass Ofice Gynecology, 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2006. P.6-7.
18