You are on page 1of 32

LAPORAN HASIL WAWANCARA

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK


DI DESA KEDALEMAN WETAN KECAMATAN PURING
Untuk Memenuhi Tugas Kebidanan Komunitas
Semester IV

Di Susun Oleh kelas 2A


Kelompok 4
1. Eka Riyanti (B1301045)
2. Eka Velly Handayani (B1301046)
3. Elok Vaikoh (B1301048)
4. Endang Istiarini (B1301049)
5. Erawati (B1301050)
6. Esti Nurulhatam (B1301051)
7. Eti Purnaningsih (B1301052)
8. Fatimah Nur Rahma (B1301053)
9. Fitriani Lestari (B1301055)
10. Fitrilia Maya Surya (B1301056)

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah–Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
Laporan Hasil Wawancara Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak di Desa Kedaleman Wetan Kecamatan Puring oleh Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong tahun 2014/2015. Laporan ini disusun
berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan pada hari Kamis, 09 Juli
2015.
Kegiatan ini tidak akan berjalan dengan baik dan lancar tanpa bantuan dari
segenap pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Purwanto, selaku Kepala Desa Kedaleman Wetan Kecamatan Puring, dan
perangkat-perangkat desanya, yang telah memberi kami kesempatan untuk
melaksanakan wawancara.
2. Hardiyati, Amd. keb, selaku bidan di Desa Kedalemant Wetan Kecamatan
Puring.
3. M. Madhan Anis, S.Kep. Ns, selaku Ketua STIKES Muhamadiyah
Gombong.
4. Hastin Ika I., S. SiT., MPH, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan.
5. Siti Mutoharoh, S.ST, MPH, selaku koordinator mata kuliah Kebidanan
Komunitas di STIKES Muhammadiyah Gombong.
6. Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu per-satu.
Segenap penyusun meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
apabila dalam melaksanankan kegiatan wawancara banyak melakukan kesalahan
dan kekhilafan. Serta Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan program kerja ini. Akhir kata penyusun
berharap laporan pertanggungjawaban ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
semua pihak yang terkait.
Gombong, 10 Juli 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
KETERANGAN.......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................ 2
D. Manfaat............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian PWS KIA........................................................................ 3
B. Tujuan PWS KIA.............................................................................. 3
C. Prinsip Pengelolaan PWS KIA.......................................................... 4
D. Batasan dan Indikator........................................................................ 5
E. Pembuatan Grafik.............................................................................. 6
F. Pelembagaan PWS KIA..................................................................... 11
BAB III ISI WAWANCARA
A. Profil Bidan....................................................................................... 18
B. Daftar Pertanyaan dan Jawaban Hasil Wawancara PWS KIA
........................................................................................................
........................................................................................................
19
BAB IV ANALISA...................................................................................... 21
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 21
B. Saran.................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
LAPORAN HASIL WAWANCARA
PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK
DI DESA KEDALEMAN WETAN KECAMATAN PURING

Tema : PWS-KIA
Kegiatan : Wawancara
Tujuan : Untuk memenuhi tugas Komunitas Kebidanan
Hari/Tanggal : Kamis, 09 Juli 2015
Desa : Kedaleman Wetan
Kecamatan : Puring
Narasumber : Bidan Hardiyati, Amd. Keb
Anggota :
1. Eka Riyanti (B1301045)
2. Eka Velly Handayani (B1301046)
3. Elok Vaikoh (B1301048)
4. Endang Istiarini (B1301049)
5. Erawati (B1301050)
6. Esti Nurulhatam (B1301051)
7. Eti Purnaningsih (B1301052)
8. Fatimah Nur Rahma (B1301053)
9. Fitriani Lestari (B1301055)
10. Fitrilia Maya Surya (B1301056)

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di
Indonesia sejak tahun 1985. Namun PWS KIA perlu dikembangkan dengan
memperbaiki mutu data, analisis dan penelusuran data. Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan
Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status
kesehatan masyarakat (Rita & Tri johan, 2011).
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007,
AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup,
AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.
Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan CBR
19,1 maka terdapat 4.287.198 bayi lahir hidup. Dengan AKI 228/100.000 KH
berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh
sebab yang berkaitan dengan kehamilan, 1persalinan dan nifas. Besaran
kematian Neonatal, Bayi dan Balita jauh lebih tinggi, dengan AKN 19/1.000
KH, AKB 34/1.000 KH dan AKABA 44/1.000 KH berarti ada 9 Neonatal, 17
bayi dan 22 Balita meninggal tiap jam (RISKESDAS, 2009).
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development
Goals/MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu
menurun sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka
Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga
dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai
komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH,
Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka Kematian
Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015 (BAPELKAS, 2015).

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian PWS KIA?
2. Bagaimana cara pengumpulan data PWS KIA?
3. Bagaimana cara pengisian PWS KIA?
4. Bagaimana cara pelaporan PWS KIA?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian PWS KIA.
2. Untuk mengetahui cara pengumpulan data PWS KIA.
3. Untuk mengetahui cara pengisian PWS KIA.
4. Untuk mengetahui cara pelaporan PWS KIA.

D. Manfaat
1. Pihak Terkait
a. Untuk menjalin kerjasama dan membantu menambah pengetahuan
mahasiswa.
b. Untuk sebagai sarana sharing pengetahuan dan pengalaman bidan
kepada mahasiswa.
2. Mahasiswa
a. Untuk menyelesaikan tugas komunitas kebidanan.
b. Untuk melatih kemandirian mahasiswa untuk dapat terjun ke
masyarakat.
c. Untuk mempelajari dan mahasiswa dapat melakukan pendataan PWS
KIA.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Menurut Suryani (2007) Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan
program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud
meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita. Dengan manajemen PWS KIA diharapkan
cakupan pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja
sehingga kasus dengan risiko/komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini
mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai.
Menurut Safrudin & Hamidah (2007) Penyajian PWS KIA juga dapat
dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan komunikasi kepada sektor
terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan
penggerakan sasaran maupun membantu dalam memecahkan masalah non
teknis misalnya: bumil KEK, rujukan kasus dengan risiko. Pelaksanaan PWS
KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut berupa perbaikan dalam
pelaksanaan pelayanan KIA. PWS KIA dikembangkan untuk intensifikasi
manajemen program. Walaupun demikian, hasil rekapitulasinya di tingkat
puskesmas dan kabupaten dapat dipakai untuk menentukan puskesmas dan
desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula rekapitulasi PWS KIA di tingkat
propinsi dapat dipakai untuk menentukan kabupaten yang rawan.

B. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja
puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa
secara terus menerus.

3
4

2. Khusus
a. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator
secara teratur (bulanan) dan terus menerus.
b. Menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian.
c. Menentukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani secara intensif.
d. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia.
e. Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.

C. Prinsip Pengelolaan Program KIA


Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok
sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua
pelayanan kesehatan dengan mutu sesuai standar serta menjangkau seluruh
sasaran.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di
semua pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta
menjangkau seluruh sasaran.
4. Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
5. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
6. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita
sesuai standar dan menjangkau seluruh sasaran.
7. Peningkatan pelayanan KB berkualitas.
8. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar
pada bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
9. Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar.
5

D. Batasan dan Indikator Pemantauan


1. Batasan
a. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan.
b. Penjaringan/deteksi dini kehamilan beresiko
Kegiatan ini bertujuan menemukn bumil bresiko/komplikasi oleh kader,
dukun bayi dan tenaga kesehatan.
c. Kunjungan ibu hamil
Yang dimaksud kunjungan ibu hamil disini adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
dengan standart yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas
pelayanan, tetapi tidak kontak tenaga kesehatan (di posyandu, pondok
bersalin desa, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk dapat
memberikan pelayanan antenatal sesuai standar dapat dianggap sebagai
kunjungan ibu hamil.
d. Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.
e. K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau
lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang
ditetapkan dengan syarat :
1) Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
2) Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
3) Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
f. Kunjungan Neonatal (KN)
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali untuk
mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal baik di
6

dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan didesa,


polindes dan kunjungan rumah) dengan ketentuan :
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh
(sejak 6 jam sampai setelah lahir 7 hari).
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh
delapan (8-28 hari).
3) Pertolongan pertama oleh tenaga kesehatan bukan merupakan
kunjungan neonatal.
g. Kunjungan ibu nifas (KF)
Adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali untuk
mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik
didalam maupun diluar gedung puskesmas termasuk bidan didesa,
polindes dan kunjungan rumah dengan ketentuan :
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (1-7
hari).
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh
delapan (8-28 hari).
3) Kunjungan ketiga kali pada hari keduapuluh sembilan sampai
dengan hari ke empatpuluh dua (29-42hari).
h. Sasaran ibu hamil
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil disuatu wilayah
dalam kurun waktu 1 tahun.
i. Ibu hamil beresiko
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi.
2. Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan terdiri dari 2 kelompok yaitu indikator pemantauan
tehnis dan non tehnis.
a. Indikator Pemantauan Teknis
1) Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan KI)
a) Cakupan K1 adalah persentase ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan.
7

b) Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan


pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat.
c) Contoh Perhitungan :
Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan
X di kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2.000
jiwa, maka: Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 (CBR kabupaten Y)
x 2.000 = 59,4. Jadi sasaran ibu hamil di desa/kelurahan X adalah
59 orang.
2) Cakupan Ibu Hamil (Cakupan K4)
a) Cakupan ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling
sedikit empat kali disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
b) Ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat
kali dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan
adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada
triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga umur
kehamilan.
c) Kunjungan ibu hamil sesuai standar.
d) Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal
secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu
yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu
hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
3) Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn) yang memiliki
kompetensi kebidanan.
a) Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn) yang memiliki
kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
8

kompetensi kebidanan disatu wilayah kerja pada kurun waktu


tertentu.
b) Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan
dimulai dari kala I sampai dengan kala IV persalinan.
c) Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah
tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan
sesuai dengan standar.
d) Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan
kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan
persalinan sesuai standar.
e) Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam 1 tahun diperkirakan
melalui perhitungan : CBR x 1,05 x Jumlah penduduk setempat.
f) Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di
desa/kelurahan X di kabupaten Y yang mempunyai penduduk
sebanyak 2.000 jiwa, maka: Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027
(CBR kabupaten Y) x 2.000 = 56,7. Jadi sasaran ibu bersalin di
desa/kelurahan X adalah 56 orang.
4) Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan
a) Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan
neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan
sesuai standar.
b) Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan.
c) Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas
sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3
hari, pada minggu kedua, pada minggu ke empat termasuk
pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan dan pemasangan KB
pasca persalinan.
d) Jumlah seluruh ibu nifas dihitung melalui estimasi dengan
rumus : 1,05 x CBR x jumlah penduduk. Angka CBR dan jumlah
9

penduduk kab/kota didapat dari BPS masing – masing


kab/kota/propinsi pada kurun waktu tertentu. 1,05 adalah
konstanta untuk menghitung ibu nifas.
e) Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu nifas.
f) Contoh perhitungan :
Jumlah penduduk 500.000, angka kelahiran kasar (CBR) 2,3%,
hasil pelayanan nifas = 10.000 januari – desember 2008. maka
cakupan pelayanan nifas adalah 10000 X 100% = 82,82% .
5) Penjaringan (deteksi) ibu hamil oleh masyarakat.
Dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran
serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil beresiko di
suatu wilayah.
6) Cakupan pelayanan Neonatal (KN 1) oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat diketahui akses/ jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan neonatal. Jumlah sasaran bayi dalam 1 tahun
dihitung berdasarkan jumlah perkiraan (angka proyeksi) bayi dalam
suatu wilayah tertentu.
Contoh perhitungan :
Untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di suatu desa Z diN
Kabupaten Dumai Propinsi Riau yang mempunyai penduduk
sebanyak 1500 jiwa, maka Jumlah bayi = 0,0248 (CBR Kabupaten
Dumai) x 1500 = 37,2. Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi.
7) Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu nifas
8) Penanganan komplikasi obstetric
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan
menangani kasus – kasus kegawatdaruratan obstetri pada ibu
bersalin, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan
10

kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih


tinggi.
9) Penanganan komplikasi neonatal
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan
menangani kasus – kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian
ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
a) Indikator pemantauan Teknis
Indikator pemantauan program KIA tersebut merupakan indikator
yang digunakan para program pengelola KIA dan disesuaikan
dengan kebutuhan program. Oleh karena itu indikator tersebut
disebut dengan pemantauan tehnis.
b) Indikator pemantauan Non – Teknis
Dalam upaya melibatkan lintas sektor terkait, khususnya para
aparat setempat, dipergunakan indikator indikator yang terpilih
yaitu :
1.)Cakupan K1, yang menggambarkan keterjangkauan pelayanan
KIA.
2.)CakupanK4, yang menggambarkan kualitas pelayanan KIA.
3.)Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN/ pernakes),
yang menggambarkan tingkat keamanan persalinan.
4.)Cakupan penanganan komplikasi kebidanan.
5.)Cakupan kunjungan nifas.
6.)Cakupan pelayanan KB aktif.
7.)Cakupan kunjungan neonatus.
8.)Cakupan kunjungan bayi.
Penyajian indikator–indikator tersebut kepada lintas sektor
ditujukan sebagai alat motivasi, informasi dan komunikasi dalam
menyampaikan kemajuan maupun permasalahan operasional
program KIA, sehingga para aparat dapat memahami program KIA
dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan. Indikator pemantauan
11

ini dapat dipergunakan dalam berbagai pertemuan lintas sektor di


semua tingkat administrasi pemerintah secara berkala dan disajikan
setiap bulan, untuk melihat kemajuan suatu wilayah. Bagi wilayah
yang cakupannya masih rendah diharapkan lintas sektor dapat
menindak lanjuti sesuai kebutuhan dengan menggerakkan
masyarakat dan menggali sumber daya setempat yang diperlukan.

E. Pembuatan Grafik Pws KIA


PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai,
yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam tiap bulan.
Langkah – langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS KIA :
1. Penyiapan data
a. Data yang diperlukan untuk membuat grafik dari tiap indikator
diperoleh dari catatan ibu hamil per desa/kelurahan, register kegiatan
harian, register kohort ibu dan bayi, kegiatan pemantauan ibu hamil per
desa/kelurahan, catatan posyandu, laporan dari bidan/dokter praktik
swasta, rumah sakit bersalin dan sebagainya.
b. Untuk grafik antar wilayah, data yang diperlukan adalah data cakupan
per desa/kelurahan dalam kurun waktu yang sama. Misalnya: untuk
membuat grafik cakupan K4 bulan juni di wilayah kerja puskesmas X,
maka diperlukan data cakupan K4 desa/kelurahan A, desa/kelurahan B,
desa/kelurahan C, dst pada bulan Juni.
c. Untuk grafik antar waktu, data yang perlu disiapkan adalah data
cakupan per bulan.
d. Untuk grafik antar variabel diperlukan data variabel yang mempunyai
korelasi misalnya K1, K4 dan Pn.
12

2. Pembuatan Grafik.

Gambar 1. Grafik K1 Bulan Juni Tahun 2014

a. Perhitungan untuk cakupan K1(akses).


Pencapaian kumulatif per desa/kelurahan adalah :
Pencapaian cakupan kunjungan pertama ibu hamil per desa selama
bulan Juni 2007 X 100% .Sasaran ibu hamil per desa selama 1 tahun.
Langkah – langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS KIA
(dengan menggunakan contoh indikator cakupan K1) adalah sebagai
berikut menentukan target rata – rata per bulan untuk menggambarkan
skala pada garis vertical (sumbu Y).
13

Misalnya : target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1


tahun ditentukan 100 % (garis a), maka sasaran pencapaian kumulatif
sampai dengan bulan Juni adalah (6 x 8,3 %) = 50,0% (garis b).
b. Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa/kelurahan
sampai dengan bulan Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif
secara berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri
dan terendah di sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk puskesmas
dimasukkan ke dalam kolom terakhir.
c. Nama desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur
desa/kelurahan, sesuai dengan cakupan kumulatif masing–masing
desa/kelurahan yang dituliskan pada butir b diatas.
d. Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei)
untuk tiap desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing – masing.
Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila
pencapaian cakupan bulan ini lebih besar dari bulan lalu, maka digambar
anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk cakupan bulan ini
yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak panah yang
menunjukkan kebawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap/sama
gambarkan dengan tanda (-).
3. Analisis Tindak Lanjut
Analisis yang dapat dilakukan mulai dari yang sederhana hingga analisis
lanjut sesuai dengan tingkatan penggunaannya.
a. Analisis Sederhana
Analisis ini membandingkan cakupan hasil kegiatan antar wilayah
terhadap target dan kecenderungan dari waktu ke waktu. Analisis
sederhana ini bermanfaat untuk mengetahui desa/kelurahan mana yang
paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang harus dilakukan.
Contoh :
Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada pemantauan
bulan Juni 20014 dapat digambarkan dalam matriks seperti dibawah ini.
14

Dari matriks diatas dapat dismpulkan adanya 4 macam status


cakupan desa/kelurahan, yaitu :
1) Status baik.
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan diatas target yang ditetapkan
untuk bulan Juni 2014, dan mempunyai kecenderungan cakupan
bulanan yang meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan
cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan-desa/kelurahan ini adalah
desa/kelurahan A dan desa/kelurahan B. Jika keadaan tersebut
berlanjut, maka desa/kelurahan-desa/kelurahan tersebut akan
mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.
2) Status kurang.
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan diatas target bulan Juni
2014, namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu.
Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah desa/kelurahan C, yang
perlu mendapatkan perhatian karena cakupan bulan lalu ini hanya
5% (lebih kecil dari cakupan bulan minimal 7,5%). Jika cakupan
terus menurun, maka desa/kelurahan tersebut tidak akan mencapai
target tahunan yang ditentukan.
15

3) Status cukup.
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni
2014, namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
meningkat jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu.
Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah desa/kelurahan D, yang
perlu didorong agar cakupan bulanan selanjutnya tidak lebih
daripada cakupan bulanan minimal 7,5%. Jika keadaan tersebut
dapat terlaksana , maka desa/kelurahan ini kemungkinan besar akan
mencapai target tahunan yang ditentukan.
4) Status jelek.
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni
2014, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
menurun dibandingkan dengan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam
kategori ini adalah desa/kelurahan E, yang perlu diprioritaskan untuk
pembinaan agar cakupan bulanan selanjutnya dapat ditingkatkan
diatas cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar kekurangan
target sampai bulan Juni, sehingga dapat pula mencapai target
tahunan yang ditentukan.
b. Analisis Lanjut
Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan variable tertentu
dengan variable terkait lainnya untuk mengetahui hubungan sebab
akibat antar variable yang dimaksud. Contoh analisis lanjut:
Apabila Drop Out (DO) K1 - K4 lebih dari 10 % berarti wilayah
tersebut bermasalah dan perlu penelusuran dan intervensi lebih lanjut.
Drop Out tersebut dapat disebabkan karena ibu yang kontak pertama
(K1) dengan tenaga kesehatan, kehamilannya sudah berumur lebih dari
3 bulan. Sehingga diperlukan intervensi peningkatan pendataan ibu
hamil yang lebih intensive.
4. Rencana tindak lanjut.
Bagi kepentingan program, analisis PWS KIA ditujukan untuk
menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non-teknis bagi
16

puskesmas. Keputusan tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana


operasional jangka pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi sesuai dengan spesifikasi daerah. Rencana operasional tersebut
perlu dibicarakan dengan semua pihak yang terkait :
a. Bagi desa/kelurahan yang berstatus baik atau cukup, pola
penyelenggaraan pelayanan KIA perlu dilanjutkan, dengan beberapa
penyesuaian tertentu sesuai kebutuhan antara lain perbaikan mutu
pelayanan.
b. Bagi desa/kelurahan berstatus kurang dan terutama yang berstatus jelek,
perlu prioritas intervensi sesuai dengan permasalahan.
c. Intervensi yang bersifat teknis (termasuk segi penyediaan logistik)
harus dibicarakan dalam pertemuan mini lokakarya puskesmas dan/atau
rapat dinas kesehatan kabupaten/kota (untuk mendapat bantuan dari
kabupaten/kota).
d. Intervensi yang bersifat non-teknis (untuk motivasi, penggerakan
sasaran, dan mobilisasi sumber daya di masyarakat) harus dibicarakan
pada rapat koordinasi kecamatan dan/atau rapat dinas kesehatan
kabupaten/kota (untuk mendapat bantuan dari kabupaten/kota).

F. Pelembagaan PWS KIA


Dalam upaya pelembagaan PWS KIA dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Penunjukkan petugas pengolahan data di tiap tingkatan, untuk menjaga
kelancaran pengumpulan data.
a. Data hasil kegiatan dikumpulkan oleh puskesmas ditabulasikan
kemudian dikirimkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
b. Di puskesmas disusun PWS KIA tingkat puskesmas (per
desa/kelurahan) dan di dinas kesehatan kabupaten/kota disusun PWS
KIA tingkat kabupaten/kota (per puskesmas).
17

2. Pemanfaatan pertemuan lintas program.


Penyajian PWS KIA pada pertemuan teknis bulanan ditingkat puskesmas
(mini lokakarya) dan kabupaten/kota (pertemuan bulanan dinas kesehatan
kabupaten/kota), untuk menginformasikan hasil yang telah dicapai,
identifikasi masalah, merencanakan perbaikan serta menyusun rencana
operasional periode berikutnya. Pada pertemuan tersebut wilayah yang
berhasil diminta untuk mempresentasikan upayanya.
3. Pemantauan PWS KIA untuk meyakinkan lintas sektoral.
PWS disajikan serta didiskusikan pada pertemuan lintas sektoral ditingkat
kecamatan dan kabupaten/kota, untuk mendapatkan dukungan dalam
pemecahan masalah dan agar masalah operasional yang dihadapi dapat
dipahami bersama, terutama yang berkaitan dengan motivasi dan
penggerakan masyarakat sasaran.
4. Pemanfaatan PWS KIA sebagai bahan Musrenbang desa dan
kabupaten/kota.
Musrenbang adalah suatu proses perencanaan di tingkat desa dan
kabupaten/kota. Bidan di desa dapat memberikan masukan berdasarkan
hasil PWS KIA kepada tim musrenbang.
BAB III
ISI WAWANCARA

A. Profil Bidan

Nama : Hardiyati, Amd. keb


Pendidikan Terakhir : DIII Kebidanan
Alamat : Desa Kedaleman Wetan Kecamatan Puring

18
19

B. Daftar Pertanyaan dan Jawaban Hasil Wawancara Tugas Utama Bidan


dan Tugas Tambahan Bidan di Komunitas
1. Apa yang dimaksud dengan PWS KIA?
Jawab : Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak adalah
alat manajemen program KIA untuk melakukan pencakupan pelayanan di
suatu wilayah.
2. Apa tujuan PWS KIA itu sendiri?
Jawab : Meningkatkan kualitas, mutu, dan jangkauan pelayanan KIA.
3. Bagaimana cara melakukan pengumpulan data PWS KIA?
Jawab : Data diperoleh dari catatan ibu hamil per desa, register kegiatan
harian, register kohort ibu dan bayi, kegiatan pemantuan ibu hamil per
desa, catatan posyandu, laporan dari bidan/dokter praktik swasta, rumah
sakit bersalin, dan sebagainya.
4. Apa saja batasan dan indikator pemantauan PWS KIA?
Jawab : Pelayanan Antenatal, Detetksi Dini Kehamilan Beresiko,
Kunjungan Ibu Hamil, K1, K4, KN, KF. Sedangkan indikatornya ada
cakupan K1, cakupan K4, cakupan persalinan oleh nakes, deteksi ibu
hamil oleh masyarakat, deteksi ibu hamil beresiko oleh nakes, cakupan
KN oleh nakes, cakupan pelayanan nifas oleh nakes, penanganan
komplikasi obstetri, penanganan komplikasi neonatal, KN1, dan KN
Lengkap.
5. Bagaimana cara membuat grafik PWS KIA?
Jawab : Pengumpulan data, lalu dikelola, setelat itu dibuat penggambaran
grafik sesuai targetnya.
6. Bagaimana cara analisis dan tindak lanjut PWS KIA?
Jawab : Dengan cara menentukan status berdasarkan hasil grafiknya nanti.
Hasil tersebut digunakan untuk mengetahui desa mana yang paling
membutuhkan perhatian dan tindak lanjut yang perlu dilakukan.
7. Bagaimana cara pelembagaan PWS KIA?
Jawab : Penentuan anggota pengolah data, Penggunaan lintas program dan
lintas sektoral.
20

8. Bagaimana sistem pelembagaan PWS KIA ?


Jawab : Pertemuan lembaga tertinggi nanti sampai bagian kecamatan baru
pembhasan di puskesmas dan nanti sampai ke pengelola KIA.
9. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan PWS KIA?
Jawab : Semua data baik data sasaran maupun data pelayanan dengan
berbagai sumber data terkait nanti dilakukan pengolahan rekapitulasi yang
setelah itu dilaporkan ke dinas kesehatan dan dilaporkan kembali setelah
dikelola ke propinsi yang selanjutnya dilaporkan ke pusat.
10. Bagaimana proses pergerakan PWS KIA?
Jawab : Dari banyaknya AKI dan AKB serta tingkat kesakitan baik
kehamilan maupun persalinan, nifas, bayi dan balita, remaja, pasangan
usia subur, dan lansia maka digunakanlah PWS KIA tersebut sebagai alat
pengatur yang selanjutnya dilaksanakan oleh bidan yang dibantu oleh
kader dalam beberapa kegiatan PWS KIA.
11. Apa saja aspek yang di perlukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
program KIA?
Jawab : Aspek Sosial, Aspek Budaya, Aspek Kerjasama baik antar nakes,
perangkat desa, masyarakat dan kader.
12. Bagaimana cara melakukan pemantuan hasil kegiatan PWS KIA tersebut?
Jawab : Setelah data dikelola maka hasilnya akan menunjukan
keberhasilan desa dalam melaksanakan pelayanan kebidanan yang dapat
dievaluasi agar dapat mengalami peningkatan yang lebih baik lagi
sehingga nanti akan tercapai target berdasar MDG’s 2015.
BAB IV
ANALISA

Analisa hasil wawancara tugas utama bidan dan tugas tambahan bidan di
komunitas
1. Pengertian PWS KIA
Teori Praktek Pembahasan
Alat motivasi, informasi dan Sudah PWS KIA adalah alat manajemen
komunikasi kepada sektor dilaksanakan program KIA untuk melakukan
terkait, khususnya aparat sesuai pencakupan pelayanan di suatu wilayah.
Kesimpulannya : Pada pemaparan yang
setempat yang berperan dengan
telah diberikan dapat disimplukan bahwa
dalam pendataan dan penjelasan
PWS KIA adalah alat manajemen
penggerakan sasaran yang
program KIA untuk melakukan pendataan
maupun membantu dalam diberikan.
dan penggerakan sasaran dan membantu
memecahkan masalah non
memecahkan permasalahan.
teknis.

2. Tujuan PWS KIA


Teori Praktek Pembahasan
Meningkatkan jangkauan Sudah Meningkatkan kualitas, mutu, dan jangkauan
dan mutu pelayanan KIA dilaksanak pelayanan KIA.
Kesimpulannya : PWS KIA sangat
di wilayah kerja an sesuai
membantu dalam menjangkau masyarakat
puskesmas, melalui dengan
untuk menggunakan pelayanan kesehatan
pemantauan cakupan penjelasan
serta meningkatkan mutu pelayanan KIA.
pelayanan KIA di tiap yang
desa secara terus diberikan.
menerus.
22

3. Cara pengumpulan data PWS KIA


Teori Praktek Pembahasan
21
Menjalankan Sudah Data diperoleh dari catatan ibu hamil per desa,
pelayanan KIA dilaksanakan register kegiatan harian, register kohort ibu dan
sesuai sesuai dengan bayi, kegiatan pemantuan ibu hamil per desa,
kewenangannya penjelasan yang catatan posyandu, laporan dari bidan/dokter
berdasarkan diberikan. praktik swasta, rumah sakit bersalin, dan
prinsip sebagainya.
pengelolaan. Kesimpulannya : Teori yang dicantumkan
dengan pelaksanaannya pada kenyataannya
sama, hanya saja mungkin prakteknya lebih ke
proses pelaksanaan.

4. Batasan dan indikator PWS KIA


Teori Praktek Pembahasan
Pelayanan Antenatal, Detetksi Sudah Pelayanan Antenatal, Detetksi Dini
Dini Kehamilan Beresiko, dilaksanak Kehamilan Beresiko, Kunjungan Ibu
Kunjungan Ibu Hamil, K1, K4, an sesuai Hamil, K1, K4, KN, KF. Sedangkan
KN, KF. Sedangkan indikatornya dengan indikatornya ada cakupan K1, cakupan
ada cakupan K1, cakupan K4, penjelasan K4, cakupan persalinan oleh nakes,
cakupan persalinan oleh nakes, yang deteksi ibu hamil oleh masyarakat,
deteksi ibu hamil oleh diberikan. deteksi ibu hamil beresiko oleh nakes,
masyarakat, deteksi ibu hamil cakupan KN oleh nakes, cakupan
beresiko oleh nakes, cakupan KN pelayanan nifas oleh nakes, penanganan
oleh nakes, cakupan pelayanan komplikasi obstetri, penanganan
nifas oleh nakes, penanganan komplikasi neonatal, KN1, dan KN
komplikasi obstetri, penanganan Lengkap.
komplikasi neonatal, KN1, dan Kesimpulannya : Teori
yang
23
KN Lengkap. dicantumkan dengan pelaksanaannya
pada kenyataannya sama.

5. Membuat grafik KIA


Teori Praktek Pembahasan
Pengumpulan data, Pengumpulan data, lalu Kesimpulan : Pada kenyataannya
lalu dikelola, setelat itu dikelola, setelat itu teori dan praktek sama.
dibuat penggambaran dibuat penggambaran
grafik sesuai targetnya grafik sesuai targetnya

6. Analisis Grafik
Teori Praktek Pembahasan
Analisis yang dapat Dengan cara menentukan Kesimpulan : Pada
dilakukan mulai dari yang status berdasarkan hasil kenyataannya teori dan
sederhana hingga analisis grafiknya nanti. Hasil praktek sama.
lanjut sesuai dengan tersebut digunakan untuk
tingkatan penggunaannya mengetahui desa mana yang
paling membutuhkan
perhatian dan tindak lanjut
yang perlu dilakukan.

7. Pelembagaan PWS KIA.


Teori Praktek Pembahasan
Penentuan anggota pengolah data Penentuan anggota Kesimpulan : Pada
yang akan ditabulasikan dan pengolah data, Penggunaan kenyataannya teori
dilaporkan, Pemanfaatan lintas lintas program dan lintas dan praktek sama.
program dan lintas sektoral. sektoral.
24
8. Sistem pelembagaan PWS KIA
Teori Praktek Pembahasan
Semua data baik data sasaran Semua data baik data Kesimpulan : Pada
maupun data pelayanan sasaran maupun data kenyataannya teori dan
dengan berbagai sumber data pelayanan dengan berbagai praktek sama.
terkait nanti dilakukan sumber data terkait nanti
pengolahan rekapitulasi yang dilakukan pengolahan
setelah itu dilaporkan ke dinas rekapitulasi yang setelah itu
kesehatan dan dilaporkan dilaporkan ke dinas
kembali setelah dikelola ke kesehatan dan dilaporkan
propinsi yang selanjutnya kembali setelah dikelola ke
dilaporkan ke pusat. propinsi yang selanjutnya
dilaporkan ke pusat.
9. Sistem pencatatan dan pelaporan
Teori Praktek Pembahasan
Tidak Semua data baik data sasaran maupun data Kesimpulan : Pada
dijelaskan. pelayanan dengan berbagai sumber data terkait kenyataannya teori
nanti dilakukan pengolahan rekapitulasi yang dan praktek sama.
setelah itu dilaporkan ke dinas kesehatan dan
dilaporkan kembali setelah dikelola ke propinsi
yang selanjutnya dilaporkan ke pusat.

10. Proses penggerakan PWS KIS


Teori Praktek Pembahasan
Tidak Dari banyaknya AKI dan AKB serta Kesimpulan : Pada dasarnya
dijelaskan tingkat kesakitan baik kehamilan tujuan PWS KIA adalah
. maupun persalinan, nifas, bayi dan meningkatkan jangkauan dan mutu
balita, remaja, pasangan usia subur, pelayanan KIA di wilayah kerja
dan lansia maka digunakanlah PWS puskesmas, melalui pemantauan
KIA tersebut sebagai alat pengatur cakupan pelayanan KIA di tiap desa
yang selanjutnya dilaksanakan oleh secara terus menerus maka
bidan yang dibantu oleh kader dalam diharapkan program ini dapat
beberapa kegiatan PWS KIA. terlaksana dengan baik.
25

11. Aspek dalam peningkatan PWS KIA


Teori Praktek Pembahasan
Tidak Aspek Sosial, Aspek Budaya, Berdasarkan pemaparan tersebut semua
dijelaskan. Aspek Kerjasama baik antar aspek saling berkaitan untuk
nakes, perangkat desa, meminimalisir kejadian tidak diinginakan
masyarakat dan kader. dan meningkatkan PWS KIA.

12. Pemantauan hasil kegiatan PWS KIA


Teori Praktek Pembahasan
Tidak Setelah data dikelola maka hasilnya Teori tidak menjelaskan tentang
dijelaskan. akan menunjukan keberhasilan desa pemantauan atau tindak lanjut
dalam melaksanakan pelayanan dari PWS KIA. Namun di kerja
kebidanan yang dapat dievaluasi agar lapangan hasil tersebut akan
dapat mengalami peningkatan yang dievaluasi hasilnya dan diadakan
lebih baik lagi sehingga nanti akan pengembangan untuk
tercapai target berdasar MDG’s 2015. meningkatkan pelayanan
kesehatan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana,
bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Tujuan PWS-KIA adalah Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan
KIA di wilayah kerja puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan
KIA di tiap desa secara terus menerus.
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA
meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok
dalam program KIA.Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA yaitu;
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1).
2. Cakupan ibu hamil (cakupan K4).
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.
4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat.
5. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan.
6. Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan.

B. Saran
a. Pihak Terkait
a. Meningkatkan pelayanan dan kerjasama agar tercipta Indonesia Sehat.
b. Mampu membuka diri dalam pengetahuan, keterampilan terkini.
c. Mampu memanfaatkan teknologi tepat guna.
b. Institusi
a. Ikut membantu meningkatkan kesehatan desa.
b. Berpartisipasi dan bekerjasama meringankan beban desa.
DAFTAR PUSTAKA

Anam. 2009. “Makalah 26 PWS KIA”. [pdf].


(http://anamyuswant.blogspot.com/2009/03/makalah-pws-kia-di.html,
diunduh tanggal 10 Juli 2015, 3:20 pm)

Karunia, Nofia. 2011. “Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak”.
[online]. (http://nofiakarunia.blogspot.com/p/pemantauan-wilayah-
setempat-kesehatan-ibu-dan-anak, diunduh tanggal 10 Juli 2015, 3:20
pm)

Niken, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas (hlm: 90-126). Yogyakarta: Fitramaya

Sofyan, Mustika. 2008. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta:
Pengurus Pusat IBI
Syafrudin. 2007. Kebidanan Komunitas (hlm: 170-201). Jakarta: Tiara Putra

Wulandari, Diah. 2008. Kebidanan Komunitas (hlm: 8-15). Yogyakarta: Mitra


Cendikia Press

LAMPIRAN - LAMPIRAN

1. Lampiran Dokumentasi
Foto Bersama Bidan 1

Foto Bersama Bidan 2

You might also like