You are on page 1of 7

Percobaan IVa

OSILATOR SINUSOIDAL
Sara Sihombing(14S14005)
Asisten : Laba Berutu
Tanggal Percobaan : 18/11/2016
ELS3102 Praktikum Elektronika II
Laboratorium Dasar Teknik Elektro – Institut Teknologi Del
Abstrak ini dapat diturunkan penguatan tegangannya seperti ditunjukkan
Pada percobaan Modul IVa ini dilakukan 2 percobaan antara pada persamaan berikut :
lain yaitu Osilator RC dan Rangkaian Osilator dengan 𝑣𝑜 𝐴
𝐴𝑓 ≡ =
Renator. Pada percbaan Rangkaian Osilator RC dilakukan dua 𝑣 𝑖 1 + 𝐴𝛽
pengamatan yaitu pengamatan osilasi dan kriteria osilasi serta Secara umum persamaan tersebut menunjukkan adanya tiga
pengendalian amplituda. Sedangkan pada osilator dengan keadaan yang ditentukan oleh denominatornya. Salah satu keadaan
resenator dilakukan pengamatan osilator LC. Pada setiap tersebut adalah saat denominator menjadi nol. Saat itu nilai Af
menjadi tak hingga. Secara matematis pada keadaan ini bila
rangkaian osilator haruslah memenuhi kriteria barkhausen,
diberikan sinyal input nol atau vi=0 ini, akan menjadikan tegangan
perbedaannya yaitu terletak pada frekuensi sinyal yang
vo dapat bernilai berapa saja. Keadaan seperti inilah yang menjadi
dibangkitkan dan amplitude output yang dihasilkan. Hasil prinsip pembangkitan sinyal atau osilator sinusoidal dengan umpan
yang diharapkan pada praktikum ini yaitu praktikan mampu balik yang disebut sebagai Kriteria Barkhausen. Dalam rangkaian
memahami beberapa hal sesia spesifikasi yang di berikan pada kriteria tersebut dilihat dari total penguatan loop terbuka L sebagai
tujuan. berikut :
𝐿(𝑗𝜔𝑜 ) = 𝐴(𝑗𝜔)𝛽(𝑗𝜔) = 1
Kata kunci: Osilator, Resonator, RC, LC
2.2 OSILATOR DENGAN OPAMP, RESISTOR, DAN KAPASITOR (RC
I. PENDAHULUAN OSCILLATOR)
Ada dua jenis rangkaian umpan balik, yaitu rangkaian umpan Ada banyak cara untuk mencapai kriteria terjadinya osilasi,
balik positif dan rangkaian umpan balik negatif. Rangkaian umpan naun untuk kemudahannya dalam perancangan sering kali dipilih
balik positif dapat digunakan untuk membentuk rangkaian osilator. keadaan-keadaan berkit :
Rangkaian osilator mampu membangkitkan sinyal tertentu secara 1
𝐴 = 𝐴𝑚 ∠0 dan 𝛽 = ∠0
konstan dengan frekuensi dan amplitude tertentu. Pada percobaan 𝐴𝑚
ini akan diamati rangkaian osilator yang membangkitkan sinyal 1
𝐴 = 𝐴𝑚 ∠180 dan 𝛽 = ∠180
sinusoidal. Praktikan akan dikenalkan pada rangkaian osilator 𝐴𝑚
menggunakan op-amp, transistor BJT serta Kristal sesuai dengan 1
pilihan yang dibuat. 𝐴 = 𝐴𝑚 ∠90 dan 𝛽 = ∠90
𝐴𝑚
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah sebagai berikut : Contoh implementasi rangkaian Osilator RC ini antara lain
a. Mengamati dan mengenali prinsip pembangkitan sinyal adalah Osilator Jembatan Wien, Osilator Penggeser Fasa, dan
sinusoidal dengan rangkaian umpan balik Osilator Kuadratur.
b. Mengamati dan menganalisa rangkaian-rangkaian osilator
umpan balik resistor dan kapasitor (RC) dan induktor dan
kapasitor (LC)
c. Mengamati dan menganalisa keadaan untuk menjamin
terjadinya osilasi
d. Mengamati dan menganalisa pengaturan amplituda output
osilator.

II. LANDASAN TEORI

2.1 OSILATOR DAN UMPAN BALIK POSITIF


Sistem dengan umpan balik secara umum dapat digambarkan
dengan diagram blok berikut :

Gambar 2-2 Contoh Implementasi Rangkaian (a) Jembatan


Wien (b) Penggeser Fasa (c) Kuadratur

Osilator Jembatan Wien secara umum mempunyai frekuensi


osilasi dan penguatan yang diperlukan untuk terjadinya osilasi
Gambar 2-1 Diagram Blok Sistem dengan Umpan Balik sebagai berikut :
1 𝐶2 𝑅1
Blok A merupakan fungsi transfer maju dan blok β merupakan 𝜔= dan 𝐴𝑚 = 1 + +
√𝑅1 𝑅2 𝐶1 𝐶2 𝐶1 𝑅2
fungsi transfer umpan baliknya. Pada sistem dengan umpan balik
Dalam realisasinya, dalam merancang Osilator Jembatan
Wien sering kali dipilih R1 = R 2 = R dan C1 = C2 = C sehingga
frekuensi osilasinya menjadi ω = 1/CR dan penguatan yang
diperlukan Am = 3. Nilai lain yang juga sering digunakan adalah
R1 = R, R 2 = 10R, C1 = C/10, C2 = 10C dengan frekuensi
osilasi yang sama yaitu ω = 1/CR namun penguatan hanya Am =
1,2.
Untuk Osilasi Penggeser Fasa frekuensi osilasi dan penguatan
yang diperlukan adalah Gambar 2-3 Rangkaian Osilator LC (a) Colpitts (b) Clapp (c)
1 1 Hartley
𝜔= dan 𝐴𝑚 = −
√6𝑅𝐶 29
Untuk Osilator Collpits frekuensi resonansinya adalah sebagai
Sedangkan untuk osilator kuadratur frekuensi osilasinya
berikut.
adalah
1 1 𝐶1 𝐶2
1 𝑓≅ dengan 𝐶𝑇 =
𝜔= 2𝜋 √𝐿𝐶𝑇 𝐶1 + 𝐶2
𝑅 1
√ 2 Osilator Clapps memberikan frekuensi osilasi
𝑅1 𝑅3 𝐶3 𝑅4 𝐶4
Dan untuk masing-masing integrator (inverting dan 1 1 𝐶1 𝐶2 𝐶3
𝑓≅ dengan 𝐶𝑇 =
noninverting) penguatannya adalah 2𝜋 √𝐿𝐶𝑇 𝐶1 𝐶2 + 𝐶2 𝐶3 + 𝐶1 𝐶3
𝑅 Osilator Hartley memberikan frekuensi osilasi
√ 2 1 1 1
𝑅1
𝐴1 = dan 𝐴2 = 𝑓≅ dengan 𝐿 𝑇 = 𝐿1 + 𝐿2
𝐶3 𝑅3 𝑅2 𝐶3 𝑅3 2𝜋 √𝐿𝐶𝑇
√ √
𝐶4 𝑅4 𝑅1 𝐶4 𝑅4 Pada persamaan di atas digunakan tanda mendekati karena
Dalam perancangannya bila dipilih R1 = R 2 = R, 𝑅3 = frekuensi akan bergeser sedikit bila resistansi input dan resistansi
𝑅4 dan 𝐶3 = 𝐶4 maka diperoleh penguatan pada masing-masing output penguat masuk dalam perhitungan.
opamp 1 (satu) dan penguatan loop terbuka juga 1 (satu).
2.5 OSILATOR KRISTAL
2.3 PENGENDALIAN AMPLITUDA Prinsip osilator dengan kristal mirip dengan osilator LC.
Kriteria osilasi sangat ketat, bila L>1 maka maka rangkaian Osilator kristal menggunakan kristal untuk rangkaian resonansi
umpan balik menjadi tidak stabil dan bila L<1 osilasi tidak akan sekaligus rangkaian umpan baliknya. Banyak alternatif penggunaan
terjadi. Oleh karena itu, penguat pada osilator menjamin L>1 saat osilator sinusoidal dengan kristal adalah dengan memanfaatkan
mulai dioperasikan dan kemudian dibatasi pada nilai L=1 saat resonansi seri atau resonansi paralel kristal tersebut.
beroperasi. Cara yang umum digunakan untuk kendali tersebut
adalah dengan rangkaian pembatas amplituda (clipper) atau
pengendali penguatan otomatis (automatic gain control, AGC). III. METODOLOGI
Prinsip kerja rangkaian pembatas amplituda adalah
memanfaatkan dioda pada resistor penentu penguatan rangkaian Komponen dan peralatan:
penguat operasional. Dioda akan konduksi dan mempertahankan a. Kit Praktikum Osilator Sinusoidal
nilai tegangannya bila memperoleh tegangan lebih dari tegangan b. Generator Sinyal
cut-in. Prinsip kerja pengendali penguatan otomatis adalah dengan c. Osiloskop
menggantikan resistor penentu penguatan rangkaian penguat d. Multimeter
operasional dengan transistor FET. Tegangan output disearahkan e. Catu Daya Ter-Regulasi (2 buah)
dan digunakan untuk mengendalikan resistansi transistor. f. Kabel dan asesori pengukuran
Cara lain adalah dengan menggunakan Piece Wise Linear g. Aerosol udara terkompresi
Limiter. Prinsip cara ini adalah menjadikan penguat memberikan
penguatan pada amplituda yang berbeda yang ditentukan dengan Langkah Percobaan
dioda dan resistor.
a. OSILATOR RC
2.4 OSILATOR DENGAN RESONATOR  Pengamatan Osilasi dan Kriteria Osilasi
Osilator dapat pula dibuat menggunakan transistor yang
dikombinasikan dengan induktor dan kapasitor. Osilator dengan
penguat, induktor dan kapsitor pada dasarnya merupakan osilator
yang memanfaatkan rangkaian resonansi seri konduktor dan
kapasitor (LC). Induktor (L) dan kapasitor (C) akan memengaruhi
terjadinya fenomena self-resonance sehingga didapatkan sinyal
output tanpa adanya sinyal input. Rangkaian tersebut disebut
sebagai resonator. Akan tetapi adanya redaman akibat resistansi
pada induktor dan konduktansi pada kapasitor osilasi tersebut tidak
dapat terjadi dengan sendirinya. Untuk menjamin terjadinya osilasi
tersebut, maka rangkaian LC harus mendapat mekanisme
kompensasi terhadap redaman. Pada implementasinya maka
induktor san kapasitor ditempatkan dalam rangkaian umpan balik
guna menjaga resonansi berkelanjutan.
Ada beberapa rangkaian osilator LC yang terkenal, tiga
diantaranya yaitu Collpitts, Clapp, dan Hartley. Frekuensi osilasi
rangkaian tersebut ditentukan oleh rangkaian resonansinya.
Merangkai Osilator Jembatan Wien dengan Menyusun rangkaian seperti gambar 38 pada modul
komponen sesuai pada modul dan nilai komponen seperti yang ditentukan

Mencatat amplituda dan frekuensi sinyal output


Menghubungkan terminal Vo ke kanal 2 osiloskop osilator

Melakukan kembali untuk rangkaian gambar 39 dan


40 sesuai dengan modul
Mengatur Rf hingga output berosilasi dengan baik
lalu mengukur resistansi Rf

Mengamati efek beberapa komponen setelah


disemprot udara terkompresi
Memutus rangkaian pada simpul P dan
dihubungkan pada generator sinyal dengan Gambar 3-3 Langkah Percobaan 2 Bagian Pertama
frekuensi dan amplituda sesuai perhitungan
 Osilator Kristal(Optional)
Mencatat amplituda dan penguatan lalu pindah Menyusun rangkaian osilator kristal pada gambar
kanal 2 osiloskop ke Vx dan mengulangi lagi 41(a) pada modul dengan komponen yang telah
langkah ini ditentukan pada modul

Menyusun rangkaian seperti pada gambar 36 pada


modul dengan komponen yang sesuai lalu Mengamati amplituda dan frekuensi sinyal
mengulangi langkah di atas kembali outputn lalu menyemprot dengan udara
terkompresi dan melihat hasilnya
Gambar 3-1 Langkah Percobaan 1 Bagian Pertama

 Pengendalian Amplituda
Mengulangi langkah yang dilakukan untuk
Menggunakan susunan rangkaian osilator dosilator kristal pierce.
penggeser fasa dan Rf diatur agar output 18Vpp
Gambar 3-4 Langkah Percobaan 2 Bagian Kedua

IV. HASIL DAN ANALISIS


Menggunakan udara terkompresi untuk
mendinginkan OpAmp lalu mengamati apa yang a. OSILATOR RC
terjadi pada amplituda output osilator
a. Pengamatan Osilasi dan Kriteria Osilasi
 Rangkaian Jembatan Wien
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan osilasi pada
rangkaian Osilator Jembatan Wien. Adapun secara teori hasil
perhitungannya dari rangkaian osilator Jembatan Wien ini adalah
Mengulangi kembali untuk nilai output 25Vpp sebagai berikut.
1
Gambar 3-2 Langkah Percobaan 1 Bagian Kedua 𝑓=
2𝜋√𝑅1 𝑅2 𝐶1 𝐶2
1
=
b. OSILATOR DENGAN RESONATOR 2𝜋√(18𝑘)(18𝑘)(18𝑛)(18𝑛)
 Osilator LC 𝑓 = 4.912 𝑘𝐻𝑧

𝐶2 𝑅1 18𝑛 18𝑘
𝐴𝑚 = 1 + + =1+ +
𝐶1 𝑅2 18𝑛 18𝑘
𝐴𝑚 = 3 … (1)
𝑅𝑓
𝐴𝑚 = 1 +
𝑅𝑖
𝑅𝑓
3=1+
10𝑘
𝑅𝑓 = 20 𝑘Ω

Hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Output Osilator Jembatan Wien Tanpa Input


Maka Aβ dapat diketahui sebesar Aβ = (2,986) (0,35) =
1,0451. Nilai tersebut mendekati 1, hal ini sesuai dengan sesuai
kriteria Bakhausen untuk menghasilkan sinyal output sinusoid yang
Frekuensi =
baik, di mana osilasi hanya terjadi pada satu nilai frekuensi saja
4.75 kHz sehingga apabila frekuensi input dinaikkan atau diturunkan maka
Amplituda =
penguatan yang diperoleh tidak akan sama dengan 1 dan beda
13.2 V
fasanya pun akan tidak sama dengan 0O.
Rf = 19.86 kΩ
5V/div,  Rangkaian Penggeser Fasa
50µs/div
Secara teori hasil perhitungannya dari rangkaian penggeser
fasa dan kuadratur adalah sebagai berikut.
1
𝑓=
2𝜋√6𝑅𝐶
Dual Trace Input-Output Pengukuran Open Loop Osilator 1
Jembatan Wien =
2𝜋√6(1.8𝑘)(18𝑛)
𝑓 = 2.005 𝑘𝐻𝑧

Frekuensi = 𝐴𝑚 = 29 … (1)
4.75 kHz
𝑅𝑓
Amplituda = 𝐴𝑚 = … (2)
𝑅
0.98 V 𝑅𝑓
29 = 1 +
Φ = 0O 1.8𝑘
5V/div, 𝑅𝑓 = 52.2 𝑘Ω
50µs/div
Hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Dual Trace Input-Vx Pengukuran Open Loop Osilator Output Osilator Penggeser Fasa Tanpa Input
Jembatan Wien
Frekuensi = 1.92 kHz
Amplituda 324 mV
Rf = 53.7 kΩ
Frekuensi =
200mV/div, 250µs/div
4.75 kHz
Amplituda =
328 mV
Φ = 0O Dual Trace Input-Output Pengukuran Open Loop Osilator
100mV/div, Penggeser Fasa
50µs/div

Frekuensi = 1.92 kHz


Amplituda 13.1 V
Φ = 0O
Osilator Jembatan Wien yang digunakan pada percobaan ini 20mV/div, 250µs/div
menggunakan feedback rangkaian RC (RC seri sebagai HPF yang
dihubungkan dengan RC paralel sebagai LPF). Kedua rangkaian
RC ini akan menghasilkan frekuensi orde 2 yang bergantung pada
fekuensi resonansinya. Pada frekuensi resonansi inilah akan Dual Trace Input-Vx Pengukuran Open Loop Osilator
diperoleh beda fasa input dan output sama dengan 0 dan penguatan Penggeser Fasa
yang maksimumnya.
Pada hasil pengamatan gambar yang pertama diperoleh nilai
Rf sebesar 19,86 kΩ dengan amplitudo output sebesar 13,2 V serta
frekuensi sebesar 4,75 kHz. Hasil pengamatan di atas menunjukkan Frekuensi = 1.92 kHz
bahwa nilai hasil pengamatan tersebut mendekati nilai hasil Amplituda 41 mV
perhitungan dengan teori. Ada perbedaan sedikit karena beberapa Φ = 180O
faktor seperti faktor resistansi kabel, toleransi nilai resistor, maupun 20mV/div, 250µs/div
gangguan resistif dari osiloskop itu sendiri.
Pada pengamatan rangkaian openloop osilator jembatan wien,
beda fasa baik pada titik output maupun Vx menunjukkan hasil
tanpa penundaan terhadap input yaitu sebesar 0O. Pada pengamatan
di titik Vx didapatkan : Agar diperoleh feedback positif maka digunakan 3 rangkaian
β = 0,35 V/V RC yang dihubungkan dengan penguat non inverting. Ketiga
Untuk mencari nilai open loop gain Aβ harus dicari nilai A rangakaian feedback RC ini akan menghasilkan beda fasa sebesar
terlebih dahulu. Nilai A dapat dihitung dari 180O (masing-masing menghasilkan beda fasa < 90O, yaitu sekitar
𝑅𝑓 19,86
𝐴 =1+ =1+ 60O) dan pada penguat invertingnya akan dihasilkan beda fasa
𝑅𝑖 10
𝐴 = 2.986 .
180O juga sehingga dihasilkan beda fasa total sebesar 360O. Maka
diperolehlah feedback positif.

Pada hasil pengamatan gambar yang pertama diperoleh dengan


Rf sebesar 53,7 kΩ dengan amplitudo output sebesar 13,1 V serta
frekuensi sebesar 1,92 kHz. Hasil pengamatan di atas menunjukkan
bahwa nilai hasil pengamatan tersebut mendekati nilai hasil
perhitungan dengan teori.
Hasil pengamatan menunjukkan nilai yang mendekati teori.
Ada perbedaan sedikit karena beberapa faktor seperti faktor
resistansi kabel, toleransi nilai resistor, maupun gangguan resistif
dari osiloskop itu sendiri.
Beda fasa baik pada titik output sebesar 0O terhadap input
sedangkan pada titik Vx memiliki beda fasa sebesar 180 O. Hal ini
karena nilai β bernilai minus dan berdasarkan data yang diperoleh
memiliki nilai sebesar : Gambar 4-2 Dual Trace Vo sinus-Vo cosinus Rangkaian
β = 0,046 V/V Osilator Kuadrator (Closed Loop)
Untuk mencari nilai open loop gain Aβ harus dicari nilai A
terlebih dahulu. Nilai A dapat dihitung dari Rangkaian ini dinamakan kuadratur karena menggunakan 2
𝑅𝑓 53,7 buah integrator, dengan output integral kedua akan
𝐴= = mengintegralkan output dari integral pertama (integral kuadrat).
𝑅𝑖 1,8
𝐴 = 29,83. Kuadratur menghasilkan gelombang sinusoidal dengan pergeseran
Maka Aβ dapat diketahui sebesar Aβ = (29,83) (0,046) = fasa 90˚ seperti yang terlihat pada gambar 4-1 di mana puncak
1,3723. Nilai tersebut sedikit jauh dari 1 dan dalam arti lain sedikit maupun lembah output berada tepat di tengah-tengah antara puncak
melenceng dari kriteria Bakhausen sehingga menghasilkan sedikit dan lembah Vx terdekat. Seperti kita ketahui bahwa beda fasa antara
ketidakstabilan sinyal output. gelombang sinus dan cosinus adalah 90O yang nampak pada
Sama seperti pada osilator jembatan wien, apabila frekuensi, perbedaan fasa output dan Vx ini.
apabila frekuensi dinaikkan atau diturunkan maka penguatan yang
diperoleh tidak akan sama dengan 1 dan beda fasanya pun akan b. Pengendalian Amplituda
tidak akan sama dengan 0O. Namun perbedaannya yaitu, apabila  Tanpa Pembatas
frekuensi dinaikkan, maka penguatannya akan membesar (tidak Pada percobaan ini awalnya diminta output sebesar 18 Vpp
mengecil seperti pada jembatan wien) begitu pula sebaliknya. Hal dengan manaikkan nilai Rf dari nilai yang sebelumnya digunakna
ini disebabkan karena penguatan Aβ pada penggeser fasa pada rangkaian osilaot penggeser fasa. Namun setelah dilakukan
berbanding lurus dengan frekuensinya. perubahan pada nilai Rf bahkan hingga Rf max, tetap tidak
diperoleh nilai tegangan output sebesar 18 Vpp. Oleh karena itu
 Rangkaian Kuadratur dilakukan perubahan pada nilai input sehingga diperoleh tegangan
Pada percobaan rangkaian osilator kuadratur, praktikan tidak output 18 Vpp sebagai berikut :
mampu menyelesaikan praktikum bagian kuadratur. Maka dari itu
dilakukan simulasi dengan sebagai berikut :

Gambar 4-3 Pengamatan pengendalian Amplituda

Peningkatan nilai output dengan mengubah-ngubah Rf akan


mengganggu kestabilan sinyal. Penggunaan aerosol harusnya akan
memberikan osilasi yang stabil, terutama ketidaksabilan yang
disebabkan kenaikan suhu. Akan tetapi pada percobaan penggunaan
aerosol tidak berpengaruh signifikan karena kemungkinan suhu
Gambar 4-1 Rangkaian Kuadratur dengan Simulasi Multisim aerosol yang digunakan sudah sama dengan suhu kamar = suhu
opamp.

b. OSILATOR DENGAN RESONATOR


 Osilator LC
Pada percobaan ini dilakukan pengamaan pada 3 rangkaian
osilator yaitu Collpitts, Clipp, dan Hartley. Saat percobaan
praktikan tidak memperoleh sinyal output yang hanya berupa noise
untuk osilator Collpitts dan Clipp. Sehingga dilakukan simulasi
untuk kedua osilator tersebut. Sedangakan untuk osilator Hartley,
output yang dihasilkan berupa sinyal sinusoidal (bukan noise).
a. Osilator Collpitts beda fasa 360O yang berarti feedback yang digunakan adalah
Pada percobaan ini, praktikan tidak sanggup menyelesaikan feedback positif (sesuai dengan syarat agar terjadi osilasi).
pengamatan secara langsung bagian ini karena output tidak
menampakkan hasil terus walaupun sudah berganti kit sekalipun. b. Osilator Clapp
Maka dari itu, perlu dilakukan simulasi seperti berikut : Pada percobaan ini, praktikan tidak sanggup menyelesaikan
pengamatan secara langsung bagian ini karena output tidak
menampakkan hasil terus walaupun sudah berganti kit sekalipun.
Maka dari itu, perlu dilakukan simulasi seperti berikut :

Gambar 4-16 Rangkaian Simulasi Osilator Collpitts

Gambar 4-18 Rangkaian Simulasi Osilator Clapp

Gambar 4-17 Output Hasil Simulasi Osilator Collpitts

Frekuensi resonansi berdasarkan teori adalah sebagai berikut :


1 1 1 1
𝑓= = = 10.116 kHz
2𝜋 √𝐿𝐶𝑇 2𝜋 √2.5𝑚(99𝑛)
Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai hasil simulasi
sebesar 10,3 kHz. Didapatkan pula nilai 𝐶𝑇 sebagai berikut :
𝐶1 𝐶2 (180𝑛)(220𝑛)
𝐶𝑇 = = = 99 𝑛𝐹 Gambar 4-19 Output Hasil Simulasi Osilator Clapp
𝐶1 + 𝐶2 180𝑛 + 220𝑛
Osilator dengan resonator memanfaatkan resonansi yang
Frekuensi resonansi berdasarkan teori adalah sebagai berikut :
terjadi akibat adanya penjumlahan dua osilasi yang berosilasi pada 1 1 1 1
frekuensi yang sama pada pengumpan balik. Umpan balik 𝑓= = = 9.915 kHz
diperlukan untuk menjaga resonansi bersama secara berkelanjutan 2𝜋 √𝐿𝐶𝑇 2𝜋 √2.5𝑚(103.056𝑛)
yaitu dengan mencegah peredaman akibat sifat resistansi pada Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai hasil simulasi
induktor dan konduktansi pada kapasitor. sebesar 9,73 kHz. Didapatkan pula nilai 𝐶𝑇 sebagai berikut :
Pada hasil simulasi osilator colpitts didapat pada awalnya L>1 𝐶1 𝐶2 𝐶3
𝐶𝑇 = = 103.056 nF
hal tersebut terlihat dengan amplitudo yang membesar. Selanjutnya 𝐶1 𝐶2 + 𝐶2 𝐶3 + 𝐶1 𝐶3
L menurun dan gelombang output menjadi stabil. Penurunan ini Osilator Clapp pada dasarnya adalah osilator Colpitts yang
terjadi akibat adanya umpan balik yang mengoreksi input dan diberi tambahan kapasitor yang diseri dengan induktornya. Hasil
menurunkan penguatan L. simulasi menunjukkan pada awal osilasi sinyal yang ditunjukkan
Nilai frekuensi osilator collpitts yang menyebabkan tidak stabil hingga selanjutnya umpan balik memerkecil penguatan
terjadinya resonansi sesuai antara hasil yag diperoleh dari simulasi dan membuat osilasi stabil.
dengan hasil perhitungan. Nilai frekuensi osilator clapp yang menyebabkan terjadinya
Apabila diperhatikan dari hasil simulasi, terlihat bahwa Vo resonansi sesuai antara hasil yag diperoleh dari simulasi dengan
dan Vf yang dihasilkan memiliki beda fasa sebesar 180O (sudut fasa hasil perhitungan.
β). Hal ini terjadi karena pada rangakaian feedback A digunakan Apabila diperhatikan dari hasil simulasi, terlihat bahwa Vo
Common emitter dengan Re yang diketahui bahwa rangakaian dan Vf yang dihasilkan memiliki beda fasa sebesar 180O (sudut fasa
tersebut akan mengakibatkan perbedaan fasa sebesar 180O. β). Hal ini terjadi karena pada rangakaian feedback A digunakan
Sehingga apabila diakumulasikan sudut fasa Aβ akan diperoleh Common emitter dengan Re yang kita ketahui bahwa rangakaian
tersebut akan mengakibatkan perbedaan fasa sebesar 180O. dengan 1 dan beda fasa input dan output yang dihasilkan
Sehingga apabila diakumulasikan sudut fasa Aβ akan diperoleh adalah 0O atau 360O. Osilasi akan terjadi pada frekuensi
beda fasa 360O yang berarti feedback yang digunakan adalah ketika kedua kriteria berkhausen tersebut terpenuhi.
feedback positif (sesuai dengan syarat agar terjadi osilasi).  Rangkaian osilator umpan balik RC yang digunakan pada
praktikum kali ini yaitu rangkaian jembatan wien, penggeser
c. Osilator Hartley fasa dan kuadratur. Pada percobaan digunakan resistansi
Hasil yang diperoleh pada saat praktikum adalah sebagai variabel Rf agar dapat dilakukan pengaturan nilai penguatan
berikut : sehingga dapat sesuai dengan kriteria berkhausen.
 Sedangkan osilator umpan balik LC yang digunakan yaitu
rangkaian Collpitts, Clapp, dan Hartley. Prinsip yang
digunakan yaitu frekuensi resonansi dari resonator berfungsi
untuk menciptakan dan mempertahankan kestabilan osilsi
dengan melakukan umpan balik positif.
 Pengendalian amplituda bertujuan untuk menjaga kestabilan
osilasi dengan mempertahankan nilai amplituda pada
berbagai nilai penguatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
untuk menjamin terjadinya osilasi dapat dilakukan dengan
rangakaian pengendalian amplituda.
 Penurunan suhu akan meningkatkan kestabilan dengan cara
menurunkan tegangan output. Namun dengan tegangan
Gambar 4-20 Hasil Output Pada Rangkaian Osilator Hartley output yang menurun ini, frekuensi osilasi yang dibangkitkan
menjadi semakin dekat dengan frekuensi osilasi ideal.
Frekuensi resonansi berdasarkan teori adalah sebagai berikut :
1 1 1 1
𝑓= = = 219.53kHz DAFTAR PUSTAKA
2𝜋 √𝐶𝐿 𝑇 2𝜋 √18𝑛(2.2𝑢 + 27𝑢)
Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai hasil simulasi [1] Mervin T.Hutabarat, Petunjuk Pratikum Elektronika
sebesar 225,18 kHz. Frekuensi resonansi hartley terjadi pada II , Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI - ITB,
frekuensi tinggi tidak seperti pada osilator collpitts yang terjadi 2015.
pada frekuensi rendah. Didapatkan pula nilai 𝐿 𝑇 sebagai berikut : [2] https://www.scribd.com/document/293577995/EL3
𝐿 𝑇 = 𝐿1 + 𝐿2 = 29,2 µH 109-4-13213060
Osilator Hartley menggunakan prinsip dasar yang sama [3] http://api.puro.del.ac.id/v1/file/9b26aeb345c0a1b24
dengan osilator LC sebelumnya, yaitu memanfaatkan self 9479a322fe6b5
resonance dengan mengguna-kan rangkaian umpan balik untuk
menstabilkan gelombang sinusoidal output.
Prinsip dual ini juga seharusnya terlihat dari frekuensi
resonansi yang dihasilkan yaitu frekuensi Hartley merupakan
frekuensi tinggi sedangakan frekuensi Collpittd merupakan
frekuensi rendah. Namun nilai frekuensi resonansi yang diperoleh
dari hasil percobaan lumayan jauh berbeda dengan hasil
perhitungan. Dimana seharusnya diperoleh nilai frekuensi resonansi
dalam orde ratusan kHz (sesuai perhitungan). Sedangkan nilai
frekuensi yang diperoleh dari hasil percobaan hanya sebesar
5.431kHz. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya nilai
toleransi kapasitor dan induktor yang cukup besar sehingga kurang
sesuai dengan nilai komponen sebenarnya.
Pada dunia nyata, osilator Hartley lebih jarang digunakan
daripada osilator Collpitts. Hal ini karena osilator Hartley
menggunakan lebih banyak inductor yang memiliki dimensi lebih
besar dan factor kualitas yang jauh lebih rendah dibandingkan
dengan kapasitor sehingga akan lebih sulit untuk diprediksi dan
dianalisis secara presisi.

 Osilator Kristal
Pada percobaan ini, praktikan tidak melakukan pengamatan
karena tidak tersedianya kristal.

V. KESIMPULAN
 Rangkaian osilator dapat berupa rangkaian pembangkit
sinusoidal maupun non-sinusoidal.
 Kriteria Barkhausen adalah syarat osilasi dengan Aβ = 1.
 Prinsip pembangkitan sinyal sinusoidal adalah dengan
menggunakan rangkaian umpan balik positif. Rangkaian
tersebut haruslah memenuhi kriteria barkhausen yaitu
A(Ѡ)β(Ѡ)=1∠0O, yang berarti penguatan openloop sama

You might also like