You are on page 1of 20

MASJID NABAWI

Masjid Nabawi, adalah salah satu mesjid terpenting yang terdapat di Kota Madinah, Arab Saudi
karena dibangun oleh Nabi Muhammad dan menjadi tempat makam beliau dan para
sahabatnya. Masjid ini merupakan salah satu masjid yang utama bagi umat Muslim setelah
Masjidil Haram di Mekkah dan Masjidil Aqsa di Yerusalem. Masjid ini juga merupakan Masjid
terbesar ke-2 di dunia, setelah Masjidil Haram di Mekkah.

Keutamaan Masjid Nabawi


Keutamaannya dinyatakan oleh Nabi , sebagaimana diterima dari Jabir ra. (yang artinya):
"Satu kali salat di masjidku ini, lebih besar pahalanya dari seribu kali salat di masjid yang lain, kecuali di
Masjidil Haram. Dan satu kali salat di Masjidil Haram lebih utama dari seratus ribu kali salat di masjid
lainnya." (Riwayat Ahmad, dengan sanad yang sah)
Diterima dari Anas bin Malik bahwa Nabi bersabda (yang artinya):
"Barangsiapa melakukan salat di mesjidku sebanyak empat puluh kali tanpa luput satu kali salat pun juga,
maka akan dicatat kebebasannya dari neraka, kebebasan dari siksa dan terhindarlah ia dari kemunafikan."
(Riwayat Ahmad dan Thabrani dengan sanad yang sah)
Dari Sa’id bin Musaiyab, yang diterimanya dari Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda (yang
artinya):
"Tidak perlu disiapkan kendaraan, kecuali buat mengunjungi tiga buah masjid: Masjidil Haram, masjidku ini,
dan Masjidil Aqsa." (Riwayat Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)

Berdasarkan hadis-hadis ini maka Kota Madinah dan terutama Masjid Nabawi selalu ramai
dikunjungi umat Muslim yang tengah melaksanakan ibadah haji atau umrah sebagai amal sunah.

1. Sejarah Pembangunan

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun Masjid Nabawi pada bulan Raibul Awal
di awal-awal hijarahnya ke Madinah. Pada saat itu panjang masjid adalah 70 hasta dan lebarnya
60 hasta atau panjangnya 35 m dan lebar 30 m. Kala itu Masjid Nabawi sangat sederhana, kita
akan sulit membayangkan keadaannya apabila melihat bangunannya yang megah saat ini. Lantai
masjid adalah tanah yang berbatu, atapnya pelepah kurma, dan terdapat tiga pintu, sementara
sekarang sangat besar dan megah.

Area yang hendak dibangun Masjid Nabawi saat itu terdapat bangunan yang dimiliki oleh
Bani Najjar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Bani Najjar, “Wahai Bani
Najjar, berilah harga bangunan kalian ini?” Orang-orang Bani Najjar menjawab, “Tidak, demi
Allah. Kami tidak akan meminta harga untuk bangunan ini kecuali hanya kepada Allah.” Bani
Najjar dengan suka rela mewakafkan bangunan dan tanah mereka untuk pembangunan Masjid
Nabawi dan mereka berharap pahala dari sisi Allah atas amalan mereka tersebut.

Anas bin Malik yang meriwayatkan hadis ini menuturkan, “Saat itu di area pembangunan
terdapat kuburan orang-orang musyrik, puing-puing bangunan, dan pohon kurma. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk memindahkan mayat di makam tersebut,
meratakan puing-puing, dan menebang pohon kurma.”
Pada tahun 7 H, jumlah umat Islam semakin banyak, dan masjid menjadi penuh, Nabi
pun mengambil kebijakan memperluas Masjid Nabawi. Beliau tambahkan masing-masing 20
hasta untuk panjang dan lebar masjid. Utsman bin Affan adalah orang yang menanggung biaya
pembebasan tanah untuk perluasan masjid saat itu. Peristiwa ini terjadi sepulangnya beliau dari
Perang Khaibar.

Masjid Nabawi adalah masjid yang dibangun dengan landasan ketakwaan. Di antara
keutamaan masjid ini adalah dilipatgandakannya pahala shalat di dalamnya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ إِ اَّل ْال َمس ِْجدَ ْال َح َر‬،ُ‫ص ََلةٍ فِي َما ِس َواه‬
‫ام‬ ِ ‫ض ُل ِم ْن أ َ ْل‬
َ ‫ف‬ َ ‫ص ََلة ٌ فِي َمس ِْجدِي َهذَا أ َ ْف‬
َ

“Shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 kali shalat di masjid selainnya, kecuali Masjid al-
Haram.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Mimbar Nabi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫اض ْال َجنا ِة َو ِم ْنبَ ِري َعلَى َح ْو‬


‫ضي‬ ِ َ‫ضةٌ ِم ْن ِري‬
َ ‫َما بَيْنَ َب ْيتِي َو ِم ْنبَ ِري َر ْو‬

“Antara rumahku dan mimbarku ada taman dari taman-taman surga, dan mimbarku di atas
telagaku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Awalnya Nabi berkhutbah di atas potongan pohon kurma kemudian para sahabat
membuatkan beliau mimbar, sejak saat itu beliau selalu berkhutbah di atas mimbar. Dari Jabir
radhiallahu ‘anhu bahwa dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat khutbah Jumat berdiri di
atas potongan pohon kurma, lalu ada seorang perempuan atau laki-laki Anshar mengatakan,
‘Wahai Rasulullah, bolehkah kami membuatkanmu mimbar?’ Nabi menjawab, ‘Jika kalian mau
(silahkan)’. Maka para sahabat membuatkan beliau mimbar. Pada Jumat berikutnya, beliau pun
naik ke atas mimbarnya, terdengarlah suara tangisan (merengek) pohon kurma seperti tangisan
anak kecil, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendekapnya. Pohon it uterus
‘merengek’ layaknya anak kecil. Rasulullah mengatakan, ‘Ia menagis karena kehilangan dzikir-
dzikir yang dulunya disebut di atasnya’.” (HR. Bukhari)

Di antara keagungan dan keutamaan mimbar ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang seseorang bersumpah di dekatnya, barangsiapa bersumpah di dekat mimbar tersebut
dia telah berdusta dan berdosa.

ْ ‫ ِإ اَّل َو َج َب‬،‫ب‬
ُ ‫ت لَهُ النا‬
‫ار‬ ْ ‫ َولَ ْو َعلَى ِس َواكٍ َر‬،ٍ‫ين آثِ َمة‬
ٍ ‫ط‬ ٍ ‫ َعلَى َي ِم‬،ٌ‫ف ِع ْندَ َهذَا ْال ِم ْن َب ِر َع ْبد ٌ َو ََّل أ َ َمة‬
ُ ‫ََّل َيحْ ِل‬

“Janganlah seorang budak laki-laki atau perempuan bersumpah di dekat mimbar tersebut. Bagi
orang yang bersumpah, maka dia berdosa…” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dan Hakim)
3. Raudhah

Raudhah adalah suatu tempat di Masjid Nabawi yang terletak antara mimbar beliau dengan
kamar (rumah) beliau. Rasulullah menerangkan tentang keutamaan raudhah,

‫ضي‬ ِ َ‫ضةٌ ِم ْن ِري‬


ِ ‫ َو ِم ْنبَ ِري َعلَى َح ْو‬،‫اض ال َجنا ِة‬ َ ‫ “ َما بَيْنَ بَ ْيتِي َو ِم ْنبَ ِري َر ْو‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن النبي قال‬

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Antara
rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman-taman surga. Dan mimbarku di atas
telagaku.” (HR. Bukhari).

Jarak antara mimbar dan rumah Nabi adalah 53 hasta atau sekitar 26,5 m.

4. Shufah Masjid Nabawi

Setelah kiblat berpindah (dari Masjid al-Aqsha mengarah ke Ka’baj di Masjid al-Haram).
Rasulullah mengajak para sahabatnya membangun atap masjid sebagai pelindung bagi para
sahabat yang tinggal di Masjid Nabawi. Mereka adalah orang-orang yang hijrah dari berbagai
penjuru negeri menuju Madinah untuk memeluk Islam akan tetapi mereka tidak memiliki kerabat
di Madinah untuk tinggal disana dan belum memiliki kemampuan finasial untuk membangun
rumah sendiri. Mereka ini dikenal dengan ash-habu shufah.

5. Rumah Nabi

Mungkin kata rumah terlalu berlebihan untuk menggambarkan kediaman Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, karenanya lebih tepat kalau kita sebut dengan istilah kamar. Kamar Nabi yang
berdekatan dengan Masjid Nabawi adalah kamar beliau bersama ibunda Aisyah radhiallahu
‘anha. Nabi Muhammad dimakamkan di sini, karena beliau wafat di kamar Aisyah, kemudian
Abu Bakar radhiallahu ‘anhu dimakamkan pula di tempat yang sama pada tahun 13 H, lalu
Umar bin Khattab pada tahun 24 H.

6. Keadaan Makam Nabi

Makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap kiblat kemudian di belakang beliau
(dikatakan di belakang karena menghadap kiblat) terdapat makam Abu Bakar ash-Shiddiq dan
posisi kepala Abu Bakar sejajar dengan bahu Nabi. Di belakang makam Abu Bakar terdapat
makam Umar bin Khattab dan posisi kepala Umar sejajar dengan bahu Abu Bakar. Di zaman
Nabi kamar beliau berdindingkan pelepah kurma yang dilapisi dengan bulu. Kemudian di zaman
pemerintahan Umar bin Khattab dinding kamar ini diperbaiki dengan bangunan permanen.

Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur Madinah ia kembali merenovasi kamar
tersebut, lebih baik dari sebelumnya. Setelah dinding tersebut roboh dan menyebabkan kaki
Umar bin Khattab terlihat (kemungkinan roboh karena faktor alam sehingga tanah makam
tergerus dan kaki Umar menjadi terlihat), Umar bin Abdul Aziz kembali membenahinya dengan
bangunan batu hitam. Setelah itu diperbaiki lagi pada tahun 881 H. Subhanallahu, kejadian ini
menunjukkan kebenaran sabda Nabi bahwa jasad seorang yang mati syahid itu tidak hancur.
Umar bin Khattab syahid terbunuh ketika menunaikan shalat subuh.

7. Usaha Pencurian Jasad Nabi

Pertama, pencurian jasad Nabi di makamnya pertama kali dilakukan oleh seorang pimpinan
Dinasti Ubaidiyah, al-hakim bi Amrillah (wafat 411 H). Ia memerintahkan seorang yang
bernama Abu al-Futuh Hasan bin Ja’far. Al-Hakim memerintahkan Hasan bin Ja’far agar
memindahkan jasad Nabi ke Mesir. Namun dalam perjalanan menuju Madinah angin yang
kencang membinasakan kelompok Abu al-Futuh Hasan bin Ja’far.

Kedua, gagal pada upaya pertamanya, al-Hakim bi Amrillah belum bertaubat dari makar yang ia
lakukan. Ia memerintahkan sejumlah orang untuk melakukan percobaan kedua. Al-Hakim bi
Amrillah mengirim sekelompok orang penggali kubur menuju Madinah. Orang-orang ini
diperintahkan untuk menetap beberapa saat di daerah dekat Masjid Nabawi. Beberapa saat
mengamati keadaan, mereka mulai melaksanakan aksinya dengan cara membuat terowongan
bawah tanah. Setelah dekat dengan makam, orang-orang menyadari adanya cahaya dari bawah
tanah, mereka pun berteriak “Ada yang menggali makam Nabi kita!!” Lalu orang-orang
memerangi sekelompok penggali kubur ini dan gagallah upaya kedua dari al-Hakim bi Amrillah.
Kedua kisah ini selengkapnya bisa dirujuk ke buku Wafa al-Wafa, 2: 653 oleh as-Samhudi.

Ketiga, upaya pencurian jasad Nabi kali ini dilakukan atas perintah raja-raja Nasrani Maroko
pada tahun 557 H. saat itu Nuruddin az-Zanki adalah penguasa kaum muslimin di bawah
Khalifah Abbasiyah. Dalam mimpinya Nuruddin az-Zanki bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan beliau mengatakan “Selamatkan aku dari dua orang ini -Nabi menunjuk dua orang
yang terlihat jelas wajah keduanya dalam mimpi tersebut-.” Nuruddin az-Zanki langsung
berangkat menuju Madinah bersama dua puluh orang rombongannya dan membawa harta yang
banyak. Setibanya di Madinah, orang-orang pun mendatanginya, setiap orang yang meminta
kepadanya pasti akan dipenuhi kebuthannya.

Setelah 16 hari, hampir-hampir seluruh penduduk Madinah datang menemuinya, namun ia belum
juga melihat dua orang yang ditunjuk oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpinya.
Ia pun bertanya, “Adakah yang tersisa dari penduduk Madinah?” Masyarakat menjawab, “Ada,
dua orang kaya yang sering berderma, mereka berasal dari Maroko.” Masyarakat menyebutkan
tentang keshalehan keduanya, tentang shalatnya, dan apabila keduanya dipinta pasti memberi.
Ternyata dua orang inilah yang dilihat az-Zanki dalam mimpinya dan keduanya sengaja tinggal
sangat dekat dengan kamar Nabi. Az-Zanki menanyakan perihal kedatangan mereka ke Madinah.
Keduanya menjawab mereka hendak menunaikan haji.

Az-Zanki menyelidiki dan mendatangi tempat tinggal mereka, ternyata rumah tersebut kosong.
Saat ia mengelilingi tempat tinggal dua orang Maroko ini, ternyata ada sebuah tempat –semisal
ruangan kecil- yang ada lubangnya dan berujung di kamar Nabi. Keduanya tertangkap ‘basah’
hendak mencuri jasad Nabi, keduanya pun dibunuh di ruang bawah kamar Nabi tersebut.
Selengkapnya lihat Wafa al-Wafa 2: 648.
Keempat, upaya pencurian jasad Nabi oleh orang-orang Nasrani Syam. Orang-orang ini masuk
ke wilayah Hijaz, lalu membunuh para peziarah kemudian membakar tempat-tempat ziarah.
Setelah itu mereka mengatakan bahwa mereka ingin mengambil jasad Nabi di makamnya. Ketika
jarak mereka denga kota Madinah tinggal menyisakan perjalanan satu hari, mereka bertemu
dengan kaum muslimin yang mengejar mereka. Mereka pun dibunuh dan sebagiannya ditangkap
oleh kaum muslimin (Rihlatu Ibnu Zubair, Hal: 31-32)

8. Amalan Bid’ah Terkait dengan Ziarah ke Masjid Nabawi

Sering dijumpai peziarah Masjid Nabawi mengusap-usap kamar Nabi ini, bahkan ada yang
menciuminya dalam rangka mengharap berkah. Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ulama telah
sepakat, barangsiapa yang berziarah ke makam Nabi Muhammad atau ke makam nabi selain
beliau atau makam orang-orang shaleh, makam sahabat, makam ahlul bait, atau selain mereka,
tidak boleh mengusap-usap atau menciumnya, bahkan tidak ada satu pun benda mati di dunia ini
yang disyariatkan untuk dicium kecuali hajar aswad.” (Majmu’ Fatawa, 27:29)

Tidak boleh juga untuk thawaf mengelilingi kamar Nabi, thawaf adalah salah satu bentuk
ibadah, dan tidak diperkenankan beribadah kecuali hanya kepada Allah. Ada juga dijumpai
sebagian peziarah Masjid Nabawi yang bersujud mengarah ke makam Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini semua adalah ritual-ritual yang haram dilakukan ketika
berziarah ke Masjid Nabawi.

9. Perluasan Masjid Nabawi

– Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melebarkan Masjid Nabawi pada tahun ke-7 H,
sepulangnya beliau dari Khaibar.

– Pada zaman Umar bin Khattab, tahun 17 H, Masjid Nabawi kembali diperluas. Umar juga
menambahkan sebuah tempat yang agak meninggi di luar masjid yang dinamakan batiha.
Tempat ini digunakan oleh orang-orang yang hendak mengumumumkan suatu berita,
membacakan syair, atau hal-hal lainnya yang tidak terkait syiar agama. Sengaja Umar
membuatkan tempat ini untuk menjaga kemuliaan masjid.

– Perluasan masjid di masa Utsman bin Affan tahun 29 H.


– Perluasan masjid oleh Khalifah Umayyah, Walid bin Abdul Malik pada tahun 88-91 H.
– Perluasan masjid oleh Khalifah Abbasiyah, al-Mahdi pada tahun 161-165 H.
– Perluasan oleh al-Asyraf Qayitbay pada tahun 888 H.
– Perluasan oleh Sultan Utsmani, Abdul Majid tahun 1265-1277 H.
– Perluasan oleh Raja Arab Saudi, Abdul Aziz alu Su’ud tahun 1372-1375 H.
– Perluasan oleh Khadimu al-Haramain asy-Syarifain, Fahd bin Abdul Aziz alu Su’ud
tahun 1406-1414 H.
– Perluasan masjid yang saat ini sedang berlangsung oleh Khadimu al-Haramain asy-
Syarifain, Abdullah bin Abdul Aziz.
MASJIDIL HARAM

Masjidil Haram (‫ )المسجد الحرام‬adalah sebuah masjid di kota Mekkah, yang dipandang sebagai
tempat tersuci bagi umat Islam. Masjid ini juga merupakan tujuan utama dalam ibadah haji.
Masjid ini dibangun mengelilingi Ka'bah, yang menjadi arah kiblat bagi umat Islam dalam
mengerjakan ibadah Salat. Masjid ini juga merupakan Masjid terbesar di dunia. Imam Besar
masjid ini adalah Syaikh Abdurrahman As-Sudais, seorang imam yang dikenal dalam membaca
Al Qur'an dengan artikulasi yang jelas dan suara yang merdu dan Saykh Shuraim. Muadzin besar
dan paling senior di Masjid Al-Haram adalah Ali Mulla yang suara adzannya sangat terkenal di
dunia islam termasuk pada media international

Masjidil Haram adalah masjid yang dibangun pertama kali oleh para malaikat jauh sebelum
penciptaan umat manusia, saat itu Allah SWT mentahbiskan sebuah tempat di muka bumi untuk
merefleksikan rumah di surga yang bernama Baitul Ma’mur (Arab: ‫البيت المعمور‬, “The Worship
Place of Angels”, “Tempat Bersembahyang Para Malaikat”). Dari waktu ke waktu, Masjidil
Haram rusak akibat badai (banjir) dan dibangun kembali.

Menurut Islam Masjidil Haram dibangun


kembali oleh Ibrahim (Abraham), dengan bantuan
dari anaknya Ismail (Ismael). Mereka diperintah oleh
Allah untuk membangun masjid tersebut, dan Ka’ba.
Batu Hitam (Hajar Aswad) terletak di bagian bawah
dari sudut timur Ka’ba, dipercaya sebagai satu-
satunya peninggalan yang asli dari Ibrahim. Ka’ba
adalah kiblat bagi semua muslim di bumi dalam
melaksanakan sholat yang menunjukkan kesatuan
diantara semua umat. Di dalam ajaran Islam
disebutkan secara spesifik kalau tidak ada yang ajaib
berkenaan dengan Masjidil Haram kecuali untuk oasis zam-zam yang mana tidak pernah kering
semenjak ia ditemukan.

Umat Islam percaya tempat dimana Ismail dan ibunya mencari air adalah di sekitar
masjid. Dikisahkan, Siti Hajar berlari diantara dua bukit Safa dan Marwah mencari air untuk
anak bayinya, hingga akhirnya Allah SWT menunjukkan padanya sumber zam-zam, dimana air
tetap mengalir tanpa henti hingga hari ini.

Setelah Hijrah (pindahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah), dan setelah
kemenangannya ia kembali ke Makkah, Nabi Muhammad SAW dan Ali ibn Abu Thalib
menghancurkan semua berhala yang ada di dalam dan di sekitar Ka’ba. Disinilah awal
permulaan penguasaan Islam atas Ka’ba, dan bangunan masjid yang ada di sekitarnya.

Renovasi pertama pada masjid dilakukan pada tahun 692. Sebelum renovasi tersebut,
tembok terluar dari masjid ditinggikan dan langit-langit masjid pun didekorasi, Masjidil Haram
masih merupakan area kecil terbuka dengan Ka’ba berada di tengah. Hingga akhir tahun 700,
pilar tua yang terbuat dari kayu dari masjid telah diganti dengan pilar marmer dan bagian sisi
masjid sebagai tempat sholat diperlebar di kedua sisinya bersamaan dengan dibangunnya
menara.

Masjid kembali direnovasi pada tahun 1570 oleh arsitek pribadi Sultan Salim II dan
membuat penggantian atap yang semula hanya berupa lapangan datar dengan menambahkan
kubah-kubah yang didekorasi dengan kaligrafi di dalamnya dan pemberian pilar-pilar tambahan
yang baru. Bangunan tersebut adalah bagian yang paling lama bertahan bahkan lebih tua dari
Ka’ba sendiri (kecuali Hajar Aswad) yang mana masih dalam bentuknya hingga pada bentuk ke-
empat nya pada tahun 1629. Pemerintahan Arab Saudi menyatakan bahwa tahun 1570
merupakan tahun awal dalam penambahan elemen arsitektural pada masjid.

Masjid ini berbentuk empat persegi dan dibangun mengelilingi


Ka’bah, berbeda dengan masjid manapun didunia, shaf di Masjidil
Haram ini berbentuk lingkaran, semuanya menghadap ke Ka’bah yang
berada di tengah-tengah. Ini merupakan keunikan yang tidak dimiliki
masjid manapun di dunia. Adapun Spesifikasi Masjidil Haram :

 Luas Masjidil Haram ± 656.000 m², dapat menampung 730.000


jamaah dalam satu waktu sholat berjamaah pada hari biasa dan lebih
dari 1juta jamaah pada musim Haji
 Memiliki Tiga Lantai
 Menara berjumlah tujuh buah
 Keistimewaan masjid ini adalah : Sholat di masjid ini lebih utama dari sholat 100.000 kali di
masjid lain.

Masjidil Haram adalah masjid Raksasa hingga


memiliki sangat banyak pintu yaitu ada 4 pintu
utama dan 45 pintu biasa, tiap pintu memiliki
nama sendiri karena banyaknya jumlah pintu
tersebut tak heran jika banyak jamaah yang
tersesat ketika keluar dari Masjidil Haram. Inilah
nama-nama Bab (pintu) Masjidil Haram :

1. KA’BAH
Adalah bangunan yang menyerupai bentuk
kubus, tempat ini merupakan bangunan pertama
yang ada diatas muka bumi yang digunakan sebagai kiblat dalam menjalankan ibadah Shalat
oleh umat Islam, sebagai mana firman Allah SWT dalam (QS. Ali Imran : ayat 96) yang artinya;
“Sesungguhnya permulaan rumah yang dibuat manusia untuk tempat beribadah itulah rumah yang di
Bakkah (Mekkah), yang dilimpahi berkah dan petunjuk bagi alam semesta”.

Ka’bah disebut pula Baitullah (Rumah Allah) atau Baitul Atiq (Rumah Kemerdekaan)
dibangun berupa tembok persegi empat dari batu-batu besar berwarna kebiru-biruan yang berasal
dari gunung-gunung sekitar Mekkah. Fondasinya dari batu marmer setebal ± 25 cm,
pembangunan Ka’bah menurut sejarah berlangsung 10 generasi.
1. Generasi I oleh Malaikat ± 2.000 tahun sebelum Nabi Adam diciptakan
2. Generasi II oleh Nabi Adam
3. Generasi III oleh Nabi Syits putra Nabi Adam
4. Generasi IV oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
5. Generasi V oleh suku Amaliqah
6. Generasi VI oleh suku Jurhum
7. Generasi VII oleh Qushai bin Kilab
8. Generasi VIII oleh Abdul Muthalib
9. Generasi IX oleh suku Quraisy
10. Generasi X oleh Abdullah bin Zubair

Setiap sudut dinding Ka’bah memiliki nama :

 Sebelah Utara Rukun Iraqi (Irak)


 Sebelah Barat Rukun Syami (Suriah)
 Sebelah Selatan Rukun Yamani (Yaman)
 Sebelah Timur Rukun Aswad (Hajar Aswad)

2. KISWAH

Adalah Penutup keempat dinding Ka’bah yang tergantung dari atap sampai
kaki terbuat dari kelambu sutra hitam, lebar total 658 M² biaya yang
dikeluarkan untuk pembuatan kiswah in 17.000.000 riyal dengan tenaga kerja
sebanyak 240 orang, hal ini telah dilakukan sejak zaman Nabi Ismail. Kiswah
tiap tahun diganti, dilakukan pada tanggal 10 Djulhijjah ketika para jamaah
sedang berada di Mina, Kiswah ini dihiasi dengan tulisan Al-Qur’an yang
disulam secara khusus dengan benang emas.

3. PINTU KA’BAH

Disebut juga dengan nama Al-Burk, ini terbuat dari bahan emas murni
99 karat, dengan berat keseluruhan 280 kg. Letak pintu ini dari lantai
thawaf adalah 2,25 meter sedangkan daun pintu itu sendiri panjangnya
3,06 meter dengan lebar 1,68 meter. Pintu yang sekarang ini adalah
hadiah dari Raja Khalid bin Abdul Aziz, karena dalam sejarahnya pintu
ini telah berubah-ubah baik dari bahan baku,seni dan bentuknya.
Hadits Nabi yang mengatakan ; “Siapa yang masuk ke Baitullah
berarti dia masuk dalam kebaikan, keluar dari kejahatan dan dia
mendapatkan ampunan” (HR. Ath –Thabrani dari Ibnu Abbaas).

4. HAJAR ASWAD

Adalah batu hitam yang terletak disudut sebelah tenggara Ka’bah, yaitu sudut dimana Thawaf
dimulai. Hajar Aswad berasal dari syurga yang dibawa oleh Malaikat Jibril atas perintah Allah
SWT, batu ini terdiri dari 8 keping yang terkumpul diikat dengan lingkaran perak.
5. MIHZAB (Talang Emas)

Talang air ini dulunya tidak ada karena Ka’bah belum memiliki atap,
namun pada saat renovasi Ka’bah yang dilakukan suku Quraisy,
bangunan ini diberi atap, hingga memerlukan talang air. Talang air sering
diganti dan yang ada sekarang adalah hadiah dari Sultan Abdul Majid
Khan Bin Sultan Muhammad Khan dari Konstantinopel pada tahun 1276 H (1859 M) bahannya
dilapisi emas seberat 40 kg. Pada tahun 317 H. Letak talang emas ini persis di depan Hijr Ismail,
tempat dimana talang ini berada oleh Khalifah Utsman disebut pintu surga.

5. MAQAM IBRAHIM

Adalah tempat bekas berdirinya Nabi Ibrahim AS tatkala membangun Ka’bah


dan terbuat dari batu dan salah satu Mu’jizat yang diberikan Allah SWT
kepada Nabi Ibrahim, batu tersebut dapat naik dan turun sesuai kehendak
Nabi Ibrahim AS ketika membangun tembok Ka’bah. Letak maqam Ibrahim
berhadapan dengan Pintu Ka’bah.

6. HIJIR ISMAIL

Adalah salah satu bagian dari Ka’bah, dipagari oleh tembok


rendah (al-Hatim) berbentuk setengah lingkaran. Ditempat ini
sering dipakai jamaah Haji maupun Umrah untuk melakukan
sholat sunnah karena diyakini sebagai salah satu tempat yang
mustajab untuk berdo’a, Hijir Ismail ini dahulu adalah pondasi
rumah keluarga Ibrahim.

6. MULTAZAM

Adalah dinding atau tembok antara Hajar Aswad dengan pintu Ka’bah.
Tempat ini dipergunakan oleh jamaah Umrah maupun Haji untuk
bermunajat kepada Allah SWT setelah selesai melakukan thawaf.
Jarang orang tidak meneteskan air mata disini, disamping terharu akan
kebesaran Allah SWT, Multazam juga salah satu tempat paling
musatajab, sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah dalam haditsnya
yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dari Ibnu Abbas yang artinya :
“Antara Rukun Hajar Aswad dan pintu Ka’bah disebut Multazam.
Tidak ada orang yang meminta di Multazam, melainkan Allah SWT
Kabulkan permintaannya itu”.
7. ZAM-ZAM

Dalam bahasa arab berarti air yang melimpah, sumur di bawah


tanah yang terletak ± 20 meter sebelah Tenggara Ka’bah ini
mengeluarkan air bersih dan jernih yang tiada henti, dan
diamanatkan agar sewaktu meminum air Zam-zam harus niat.
Sebelum minum air zam-zam kita menghadap ke Ka’bah
bermunajat kepada Allah SWT sebagai berikut :

Bismillahirrahmaanirrahiim
“Ya Allah, aku mohon pada-Mu ilmu pengetahuan yang bermanfaat, rezeki yang luas dan
disembuhkan dari segala macam penyakit”.

Tentang air Zamzam ini sejarahnya tidak dapat dipisahkan dari isteri Nabi Ibrahim AS
yaitu Siti Hajar dan putranya Ismail AS, waktu itu Ismail AS ibunya ditinggalkan oleh Nabi
Ibrahim AS di Mekkah, mereka kehabisan air minum, maka Siti Hajar berlari kecil dari Bukit
Shafa ke Bukit Marwah sebanyak 7 kali (sekarang dikenal dengan Sa’i) untuk mendapatkan air,
namun tak menemukan setetes air pun. Hingga akhirnya Allah SWT mengkarunia Siti Hajar
beserta Nabi Ismail AS mata air yang terus mengalir dan dapat dinikmati hingga kini oleh
seluruh umat islam yang berhaji maupun umrah.

9. MAS’A

Adalah sebutan untuk tempat para jamaah haji/umrah melakukan


Sa’i, yang dibangun untuk menghubungkan antara Bukit Shafa
dan Bukit Marwah. Terbuat dari lantai pualam sepanjang 405 m.
Jamaah haji/umrah yang melakukan Sa’i harus melalui jalur
tersebut sebanyak 7 kali pulang pergi, kini telah dibangun
menjadi dua tingkat, jumlah jarak yang ditempuh antara Shafa
dan Marwah adalah 7 x 405 m = 2.835 meter.
MASJID AL-AQSA

Masjid Al-Aqsa, juga ditulis Al-Aqsha (‫المسجد اَّلقصى‬, arti harfiah: "masjid terjauh") adalah
salah satu tempat suci agama Islam yang menjadi bagian dari kompleks bangunan suci di Kota
Lama Yerusalem (Yerusalem Timur). Kompleks tempat masjid ini (di dalamnya juga termasuk
Kubah Batu) dikenal oleh umat Islam dengan sebutan Al-Haram Asy-Syarif atau "tanah suci yang
mulia". Tempat ini oleh umat Yahudi dan Kristen dikenal pula dengan sebutan Bait Suci (bahasa
Ibrani: ‫הַ ר הַ בַ יִ ת‬, Har haBáyit, bahasa Inggris: Temple Mount), suatu tempat paling suci dalam
agama Yahudi yang umumnya dipercaya merupakan tempat Bait Pertama dan Bait Kedua dahulu
pernah berdiri.

Masjid Al-Aqsa secara luas dianggap sebagai tempat suci ketiga oleh umat Islam.
Muslim percaya bahwa Muhammad diangkat ke Sidratul Muntaha dari tempat ini setelah
sebelumnya dibawa dari Masjid Al-Haram di Mekkah ke Al-Aqsa dalam peristiwa Isra' Mi'raj.
Kitab-kitab hadist menjelaskan bahwa Muhammad mengajarkan umat Islam berkiblat ke arah
Masjid Al-Aqsa (Baitul Maqdis) hingga 17 bulan setelah hijrah ke Madinah. Setelah itu kiblat
salat adalah Ka'bah di dalam Masjidil Haram, Mekkah, hingga sekarang. Pengertian Masjid Al-
Aqsa pada peristiwa Isra' Mi'raj dalam Al-Qur'an (Surah Al-Isra' ayat 1) meliputi seluruh
kawasan Al-Haram Asy-Syarif.

Masjid Al-Aqsa pada awalnya adalah rumah ibadah kecil yang didirikan oleh Umar bin
Khattab, salah seorang Khulafaur Rasyidin, tetapi telah diperbaiki dan dibangun kembali oleh
khalifah Umayyah Abdul Malik dan diselesaikan oleh putranya Al-Walid pada tahun 705
Masehi. Setelah gempa bumi tahun 746, masjid ini hancur seluruhnya dan dibangun kembali
oleh khalifah Abbasiyah Al-Mansur pada tahun 754, dan dikembangkan lagi oleh penggantinya
Al-Mahdi pada tahun 780. Gempa berikutnya menghancurkan sebahagian besar Al-Aqsa pada
tahun 1033, namun dua tahun kemudian khalifah Fatimiyyah Ali Azh-Zhahir membangun
kembali masjid ini yang masih tetap berdiri hingga kini. Dalam berbagai renovasi berkala yang
dilakukan, berbagai dinasti kekhalifahan Islam telah melakukan penambahan terhadap masjid
dan kawasan sekitarnya, antara lain pada bagian kubah, fasad, mimbar, menara, dan interior
bangunan. Ketika Tentara Salib menaklukkan Yerusalem pada tahun 1099, mereka
menggunakan masjid ini sebagai istana dan gereja, namun fungsi masjid dikembalikan seperti
semula setelah Shalahuddin merebut kembali kota itu. Renovasi, perbaikan, dan penambahan
lebih lanjut dilakukan pada abad-abad kemudian oleh para penguasa Ayyubiyah, Mamluk,
Utsmaniyah, Majelis Tinggi Islam, dan Yordania. Saat ini, Kota Lama Yerusalem berada di
bawah pengawasan Israel, tetapi masjid ini tetap berada di bawah perwalian lembaga wakaf
Islam pimpinan orang Palestina.

Pembakaran Masjid Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969 telah mendorong berdirinya
Organisasi Konferensi Islam yang saat ini beranggotakan 57 negara. Pembakaran tersebut juga
menyebabkan mimbar kuno Shalahuddin Al-Ayyubi terbakar habis. Dinasti Bani Hasyim
penguasa Kerajaan Yordania telah menggantinya dengan mimbar baru yang dikerjakan di
Yordania, meskipun ada pula yang menyatakan bahwa mimbar buatan Jepara digunakan di
masjid ini
Nama Masjid al-Aqsa bila diterjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia,
maka ia berarti "masjid terjauh". Nama ini berasal dari keterangan dalam Al-Qur'an pada Surah
Al-Isra' ayat 1 mengenai Isra Mi'raj. Isra Mi'raj adalah perjalanan yang dilakukan Muhammad
dari Masjid Al-Haram menuju Masjid Al-Aqsa, dan kemudian naik ke surga. Dalam kitab Shahih
Bukhari dijelaskan bahwa Muhammad dalam perjalanan tersebut mengendarai Al-Buraq. Istilah
"terjauh" dalam hal ini digunakan dalam konteks yang berarti "terjauh dari Mekkah".

Selama berabad-abad yang dimaksud dengan Masjid Al-Aqsa sesungguhnya tidak hanya
masjid saja, melainkan juga area di sekitar bangunan itu yang dianggap sebagai suatu tempat
yang suci. Perubahan penyebutan kemudian terjadi pada masa pemerintahan kesultanan
Utsmaniyah (kira-kira abad ke-16 sampai awal 1918), dimana area kompleks di sekitar masjid
disebut sebagai Al-Haram Asy-Syarif, sedangkan bangunan masjid yang didirikan oleh Umar bin
Khattab disebut sebagai Jami' Al-Aqsa atau Masjid Al-Aqsa.

1. Pra konstruksi

Area masjid ini dahulu adalah bagian perluasan pembangunan bukit oleh Raja Herodes
Agung, yang dimulai pada tahun 20 SM. Herodes memerintahkan tukang batu untuk memotong
permukaan batu di sisi timur dan selatan bukit, dan melapisinya. Sisa-sisa pembangunan tersebut
saat ini masih dapat ditemukan di beberapa lokasi. Ketika Bait Kedua masih berdiri, situs tempat
masjid saat ini berdiri disebut dengan nama Serambi Salomo, dan pada tiap sisinya terdapat
gudang kuil yang dinamakan chanuyot, yang memanjang sampai ke sisi selatan bukit. Konstruksi
tiang-tiang kolom besar persegi di bagian utara masjid serta tembok-temboknya, baru-baru ini
ditetapkan memiliki usia jauh lebih tua daripada yang diperkirakan sebelumnya oleh peneliti-
peneliti terdahulu (berdasarkan tulisan para saksi mata dari masa itu), yaitu bahwa konstruksi
tersebut berasal dari masa kekuasaan Romawi. Tembok-tembok tersebut dibangun kembali atau
diperkuat tidak lama setelah penghancuran Yerusalem pada tahun 70 Masehi. Struktur bawah
tanah bangunan ini berasal dari masa kembalinya orang Yahudi dari pembuangan Babilonia
mereka, yaitu 2.300 tahun yang lalu. Situasi politik telah menyebabkan penggalian lebih lanjut di
area tersebut tidak memungkinkan. Pada saat gempa bumi tahun 1930-an merusak masjid ini,
penanggalan atas beberapa bagian yang terbuat dari kayu sempat dilakukan, yang menunjukkan
kurun 900 SM. Kayu-kayu tersebut adalah cypress (sejenis cemara) dan akasia. Jenis yang
disebut terakhir menurut Alkitab digunakan oleh Raja Salomo dalam konstruksi bangunan-
bangunannya di bukit tersebut pada sekitar 900 SM. Bersama dengan Bait Suci, chanuyot yang
ada ikut hancur oleh serangan Kaisar Romawi Titus (saat itu masih jenderal) pada tahun 70.
Kaisar Yustinianus membangun sebuah gereja Kristen di situs ini pada tahun 530-an, yang
dipersembahkan bagi Perawan Maria dan dinamakan "Gereja Bunda Kita". Gereja ini
belakangan dihancurkan oleh Kaisar Sassania Khosrau II pada awal abad ke-7, hingga tersisa
sebagai reruntuhan.

2. Konstruksi Umayyah

Tidak diketahui secara tepat kapan Masjid Al-Aqsa pertama kali dibangun dan siapa yang
memerintahkan pembangunannya, namun dapat dipastikan bahwa pembangunannya dilakukan
pada masa awal pemerintahan Umayyah di Palestina. Berdasarkan kesaksian Arculf, seorang
biarawan Galia yang berziarah ke Palestina pada 679-82, sejarawan arsitektur Sir Archibal
Creswell berpendapat bahwa Umar bin Khattab mungkin adalah orang yang pertama kali
mendirikan bangunan persegi empat primitif berkapasitas 3.000 jamaah di suatu tempat di Al-
Haram Asy-Syarif (Bukit Bait Suci). Bagaimanapun juga, Arculf mengunjungi Palestina pada
masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan. Dengan demikian, adalah mungkin bahwa
Muawiyah lah yang memerintahkan pembangunan dan bukan Umar. Pendapat terakhir ini
didukung oleh tulisan dari ulama Yerusalem awal Al-Mutahhar bin Tahir Al-Maqdisi. Analisis
atas panel dan balok kayu yang diambil dari bangunan ini selama renovasi pada tahun 1930-an
menunjukkan bahwa kayu-kayu tersebut adalah cedar Libanon dan cypress. Penanggalan
radiokarbon menunjukkan berbagai macam usia, beberapa bahkan setua abad ke-9 SM, yang
menunjukkan bahwa beberapa dari kayu tersebut sebelumnya telah digunakan pada bangunan-
bangunan yang lebih tua.

3. Gempa bumi dan pembangunan kembali

Pada tahun 746, Masjid Al-Aqsa rusak akibat gempa


bumi, yaitu empat tahun sebelum Abul Abbas As-Saffah
menggulingkan Ummayah dan mendirikan kekhalifahan
Abbasiyah. Khalifah Abbasiyah yang kedua Abu Jafar
Al-Mansur pada tahun 753 menyatakan niatnya untuk
memperbaiki masjid itu. Ia memerintahkan agar
lempengan emas dan perak yang menutupi gerbang
masjid dilepaskan dan dicetak menjadi uang dinar dan dirham untuk membiayai kegiatan
rekonstruksi, yang diselesaikan pada tahun 771. Gempa kedua yang terjadi pada tahun 774
kemudian merusak sebagian besar perbaikan Al-Mansur itu, kecuali perbaikan pada bagian
selatan masjid. Pada tahun 780, khalifah selanjutnya Muhammad Al-Mahdi membangunnya
kembali, tapi ia mengurangi panjangnya serta memperbesar lebarnya. Renovasi Al-Mahdi adalah
renovasi pertama yang diketahui memiliki catatan tertulis yang menjelaskan hal itu. Pada tahun
985, seorang ahli geografi Arab kelahiran Yerusalem bernama Al-Maqdisi mencatat bahwa
masjid hasil renovasi memiliki "lima belas lengkungan dan lima belas gerbang".

Pada tahun 1033 terjadi lagi sebuah gempa bumi, yang sangat merusak masjid. Antara
tahun 1034 dan 1036, khalifah Fatimiyah Ali Azh-Zhahir membangun kembali dan merenovasi
masjid secara menyeluruh. Jumlah lengkungan secara drastis dikurangi dari lima belas menjadi
tujuh. Azh-Zhahir membangun empat buah arkade untuk aula tengah dan lorong, yang saat ini
berfungsi sebagai fondasi masjid. Aula tengah diperbesar dua kali lipat dari lebar lorong lainnya,
dan memiliki ujung atap besar yang di atasnya dibangun sebuah kubah dari kayu.

4. Masa modern

Renovasi pertama pada abad ke-20 dilakukan pada


tahun 1922, yaitu setelah Majelis Tinggi Islam Yerusalem di
bawah pimpinan Amin Al-Husseini mempekerjakan Ahmet
Kemalettin Bey, seorang arsitek berkebangsaan Turki, untuk
merestorasi Masjid al-Aqsa dan monumen-monumen di
sekitarnya. Dewan tersebut juga menugaskan arsitek-arsitek Inggris, ahli-ahli Mesir, dan para
pejabat lokal untuk ikut berpartisipasi dan mengawasi perbaikan yang dilakukan pada tahun
1924–25 di bawah pengawasan Kemalettin. Renovasi
meliputi penguatan fondasi kuno masjid Umayyah,
perbaikan tiang-tiang kolom interior, penggantian balok-
balok, pendirian perancah, perawatan lengkungan dan bagian
dalam kubah, pendirian kembali dinding selatan, serta
penggantian tiang kayu di ruangan tengah dengan tiang
beton. Renovasi tersebut juga menampilkan kembali mosaik
era Fatimiyah dan kaligrafi di lengkungan-lengkungan
interior yang sebelumnya tertutupi oleh lapisan pelapis.
Lengkungan-lengkungan dihiasi dengan gipsum berwarna
hijau dan emas dan balok kayu landasannya digantikan dengan tembaga. Seperempat dari jendela
kaca patri juga diperbaharui dengan hati-hati agar dapat melestarikan desain asli Abbasiyah dan
Fatimiyahnya. Kerusakan hebat telah terjadi karena gempa bumi tahun 1927 dan 1937, namun
masjid itu diperbaiki kembali pada tahun 1938 dan 1942.

5. Arsitektur

Bangunan Masjid Al-Aqsa berbentuk persegi, dan luasnya beserta area di sekitarnya
adalah 144.000 m2, sehingga dapat menampung sampai dengan 400.000 jamaah.Panjang
bangunan masjid adalah 272 kaki (83 m), dan lebarnya 184 kaki (56 m), dan dapat menampung
sampai 5.000 jamaah.

Kubah

Berbeda dengan Kubah Batu yang mencerminkan arsitektur


Byzantium klasik, kubah Masjid Al-Aqsa menunjukkan ciri
arsitektur Islam awal. Kubah yang asli dibangun oleh Abdul
Malik bin Marwan, namun sekarang sudah tidak ada lagi
sisanya. Bentuk kubah seperti yang ada saat ini awalnya
dibangun oleh Ali Azh-Zhahir dan terbuat dari kayu yang
disepuh dengan lapisan enamel timah.Pada tahun 1969,
kubah dibangun kembali dengan menggunakan beton dan dilapisi dengan aluminium yang
dianodisasi sebagai ganti dari bentuk aslinya yaitu lapisan enamel timah yang berusuk. Pada
tahun 1983, aluminium yang menutupi bagian luar diganti lagi dengan timah untuk
menyesuaikan dengan desain asli Azh-Zhahir.

Menara masjid

Masjid ini memiliki empat menara di sisi selatan, utara, dan barat. Menara pertama,
dikenal sebagai Al-Fakhariyyah, dibangun pada tahun 1278 di bagian barat daya masjid atas
perintah sultan Mamluk, Lajin. Menara ini dibangun dalam gaya tradisional Suriah, dengan
landasan dan poros bangunan berbentuk persegi, serta dibagi menjadi tiga lantai dengan cetakan
hias. Pada bagian atasnya terdapat dua deret muqarnas (ceruk hias) sebagai dekorasi untuk
balkon muazzin. Ceruk hias ini dilingkupi oleh suatu bilik persegi, yang pada bagian atasnya
terdapat kubah batu berlapis timah.

Menara kedua, yang dikenal dengan nama Al-


Ghawanimah, dibangun di sisi barat laut Al-Haram Asy-
Syarif (Bukit Bait Suci) pada tahun 1297–98 oleh arsitek
Qadi Sharafuddin Al-Khalili, atas perintah Sultan Lajin.
Menara ini memiliki tinggi 37 meter.dan hampir seluruhnya
terbuat dari batu, selain dari kanopi kayu yang terletak di
atas balkon muazzin. Karena struktur bangunannya yang
kokoh, menara Al-Ghawanimah hampir tidak terpengaruh
oleh berbagai gempa bumi yang terjadi. Menara ini dibagi
menjadi beberapa tingkat oleh cetakan batu dan galeri-galeri
dengan bentuk hiasan menyerupai stalaktit. Dua tingkat
pertama berukuran lebih luas dan menjadi landasan menara.
Keempat tingkat selanjutnya dilingkupi oleh ruangan
berbentuk silinder dan sebuah kubah bulat. Tangga untuk
dua lantai pertama terletak di luar bangunan, tetapi
kemundian menjadi tangga dalam berbentuk spiral sejak dari lantai tiga sampai mencapai balkon
muazzin.

Menara terakhir dan yang paling terkenal adalah Bab Al-Asbat. Menara ini dibangun
pada tahun 1367. Menara ini berupa poros batu silinder (dibangun kemudian pada masa
Utsmaniyah), yang berdiri di atas landasan berbentuk persegi panjang dari masa Mamluk, dan di
terdapat formasi transisi yang berbentuk segitiga.Poros bangunan menyempit pada bagian balkon
muazzin, dilengkapi beberapa jendela melingkar, serta pada bagian atasnya terdapat kubah
berbentuk bulat. Kubah ini dibangun kembali setelah terjadinya gempa bumi Lembah Yordan
1927.

Fasad dan serambi


Bagian depan (fasad) masjid ini dibangun pada 1065 Masehi
atas perintah khalifah Fatimiyah Al-Mustanshir. Di bagian
muka terdapat bangunan pagar langkan (balustrade) berupa
lorong-lorong beratap (arkade) dengan tiang-tiang kolom
kecil. Tentara Salib merusak fasad ini ketika mereka
memerintah Palestina, namun Ayyubiyah memperbaiki dan
membangunnya kembali. Fasad juga mengalami
penambahan berupa penempelan ubin pada dindingnya.
Bahan bekas pakai yang digunakan untuk membangun
lengkungan fasad antara lain termasuk bahan hias pahatan yang diambil dari bangunan-bangunan
Tentara Salib di Yerusalem. Terdapat empat belas lengkungan batu di sepanjang fasad, sebagian
besar bergaya Romantik. Mamluk menambahkan lengkungan-lengkungan terluar, yang dibangun
dengan mengikuti desain yang sama. Pintu masuk ke masjid adalah dengan melalui lengkungan
tengah pada fasad tersebut. Sebuah bangunan serambi (bilik) terletak di bagian atas fasad ini.
Bagian tengah serambi dibangun oleh Ksatria Templar pada masa Perang Salib Pertama, namun
Al-Muazzam kemenakan Shalahuddin adalah yang memerintahkan dibangunnya bangunan
serambi itu sendiri pada tahun 1217.
Interior
Masjid Al-Aqsa memiliki tujuh buah lorong dengan ruang
yang ditunjang oleh tiang-tiang melengkung (hypostyle
nave), serta beberapa ruang kecil tambahan di sisi sebelah
barat dan timur pada bangunan masjid bagian selatan.
Terdapat pula 121 jendela kaca patri dari era Abbasiyah dan
Fatimiyah, dimana seperempatnya telah selesai direstorasi
pada tahun 1924.

Ruangan dalam masjid memiliki 45 tiang kolom, 33 diantaranya


terbuat dari marmer putih dan 12 lainnya dari batu. Barisan tiang
kolom pada lorong-lorong tengah berbentuk kokoh dan kerdil,
dengan ukuran lingkar 30,6 cm dan tinggi 54 cm, akan tetapi empat
barisan tiang kolom lainnya memiliki ukuran yang lebih lebih
proporsional. Terdapat empat jenis desain yang berbeda untuk
bagian kepala tiang kolom. Kepala tiang di lorong tengah berbentuk
kokoh dan berdesain primitif, sedangkan kepala tiang yang di bawah
kubah berdesain gaya Korintus dan terbuat dari marmer putih Italia.
Kepala tiang di lorong timur memiliki desain berbentuk keranjang
yang besar, sementara kepala tiang di sebelah timur dan barat kubah
juga berbentuk keranjang tetapi berukuran lebih kecil dan lebih proporsional. Terdapat palang
penghubung antara tiang kolom dan tembok penyangga yang satu dengan yang lainnya, yang
terbuat dari balok kayu yang dipotong sederhana dan berlapis selubung kayu dengan ukiran
seadanya. Mimbar masjid dibuat oleh seorang pengrajin bernama Akhtarini yang berasal dari
Aleppo atas perintah Sultan Nuruddin Zengi. Mimbar tersebut dimaksudkan sebagai hadiah
untuk masjid ketika Nuruddin membebaskan Yerusalem, dan pengerjaannya memakan waktu
selama enam tahun (1168-1174).

Air mancur tempat wudhu

Air mancur tempat wudhu utama, yang bernama al-Kas


("mangkuk"), terletak di bagian utara yaitu antara masjid
dan Kubah Batu.Para jamaah menggunakannya untuk
wudhu, yaitu ritual pencucian wajah, lengan, rambut,
telinga, dan kaki yang dilakukan umat Islam sebelum
beribadah, termasuk di masjid. Bangunan ini pertama kali
dibangun pada tahun 709 pada masa pemerintahan
Umayyah, tetapi antara tahun 1327-1328 Gubernur Tankiz memperbesarnya untuk dapat
melayani lebih banyak jamaah. Meskipun pada awalnya air berasal dari Kolam Salomo yang ada
di dekat Betlehem, saat ini air berasal dari pipa yang terhubung ke sumber air kota Yerusalem.
Renovasi al-Kas pada abad ke-20 telah menambahkannya dengan keran air dan tempat duduk
batu.
Kiblat pertama

Sejarah penting Masjid Al-Aqsa dalam Islam juga mendapatkan penekanan lebih lanjut,
karena umat Islam ketika salat pernah berkiblat ke arah Al-Aqsa selama empat belas atau tujuh
belas bulan setelah peristiwa hijrah mereka ke Madinah tahun 624. Menurut Allamah
Thabathaba'i, Allah menyiapkan umat Islam untuk perpindahan kiblat tersebut, pertama-tama
dengan mengungkapkan kisah tentang Ibrahim dan anaknya Ismail, doa-doa mereka untuk
Ka'bah dan Mekkah, upaya mereka membangun Baitullah (Ka'bah), serta perintah
membersihkannya untuk digunakan sebagai tempat beribadah kepada Allah. Kemudian
diturunkanlah ayat-ayat Al-Qur'an yang memerintahkan umat Islam untuk menghadap ke arah
Masjid Al-Haram dalam salat mereka.

Perubahan arah kiblat adalah alasan mengapa Umar bin Khattab, salah seorang Khulafaur
Rasyidin, tidak salat menghadap batu Ash-Shakhrah di Bukit Bait Suci ataupun membangun
bangunan di sekitarnya; meskipun ketika Umar tiba di sana pada tahun 638, ia mengenali batu
tersebut yang diyakini sebagai tempat Muhammad memulai perjalanannya naik ke surga. Hal ini
karena berdasarkan yurisprudensi Islam, setelah arah kiblat berpindah, maka Kab'ah di Mekkah
telah menjadi lebih penting daripada tempat batu Ash-Shakhrah di Bukit Bait Suci tersebut.

Berdasarkan riwayat-riwayat yang umum dikenal dalam tradisi Islam, Umar memasuki
Yerusalem setelah penaklukannya pada tahun 638. Ia diceritakan bercakap-cakap dengan Ka'ab
Al-Ahbar, seorang Yahudi yang telah masuk Islam dan ikut datang bersamanya dari Madinah,
mengenai tempat terbaik untuk membangun sebuah masjid. Al-Ahbar menyarankan agar masjid
dibangun di belakang batu Ash-Shakhrah "... maka seluruh Al-Quds (berada) di depan Anda".
Umar menjawab, "Ka'ab, Anda sudah meniru ajaran Yahudi". Namun, segera setelah percakapan
ini Umar dengan jubahnya mulai membersihkan tempat yang telah dipenuhi dengan sampah dan
puing-puing tersebut. Demikian pula kaum Muslim pengikutnya turut serta membersihkan
tempat itu. Umar kemudian mendirikan salat di tempat yang diyakini sebagai tempat salat
Muhammad pada saat Isra Mi'raj, dan Umar di tempat itu membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dari
Surah Sad. Oleh karenanya, berdasarkan riwayat tersebut maka Umar dianggap telah
menyucikan kembali situs tersebut sebagai masjid.

Mengingat kesucian Bukit Bait Suci, sebagai tempat yang dipercayai pernah digunakan
untuk berdoa oleh Ibrahim, Daud, dan Sulaiman, maka Umar mendirikan sebuah rumah ibadah
kecil di sudut sebelah selatan area tersebut. Ia secara berhati-hati menghindarkan agar batu Ash-
Shakhrah tidak terletak di antara masjid itu dan Ka'bah, sehingga umat Islam hanya akan
menghadap ke arah Mekkah saja ketika mereka salat.
Status religius

Yerusalem oleh banyak kalangan umat Islam dianggap


sebagai tempat yang suci, sesuai penafsiran mereka atas
ayat-ayat suci Al-Qur'an dan berbagai hadist. Abdallah El-
Khatib berpendapat bahwa kira-kira terdapat tujuh puluh
tempat di dalam Al-Qur'an di mana Yerusalem disebutkan
secara tersirat.Yerusalem juga sering disebut-sebut di dalam
kitab-kitab hadist. Beberapa akademisi berpendapat bahwa
status kesucian Yerusalem mungkin dipengaruhi oleh
meningkatnya penyebarnya sejenis genre sastra tertentu, yaitu Al-Fadhail (sejarah kota-kota);
sehingga kaum Muslim yang terinspirasi, khususnya selama periode Umayyah, mengangkat
status kesucian kota itu melebihi statusnya menurut kitab suci. Akademisi-akademisi lainnya
mempertanyakan keberadaan motif-motif politik Dinasti Umayyah, sehingga Yerusalem
kemudian dianggap suci bagi umat Islam.

You might also like