You are on page 1of 15

Vaskularisasi Extremitas Superior serta Mekanisme Pembekuan Darah

Mitha Wulandari, Jackson Renaldo, Theresia Ervina, Niko Julian, Ermenilda Sonia Dacamis,
Salma Mardiah, Ellon Julian, Zoey Abigail – Kelompok A6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

Abstrak
Vaskularisasi ekstremitas superior terbagi atas Regio scapularis (bahu), regio brachii (lengan
atas), regio antebrachi (lengan bawah), dan regio manus ( tangan). Denyut nadi adalah
denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat
dari denyutan jantung atau kontraksi ventrikel kiri jantung. Pembuluh darah sebagai media
penyebaran tersusun atas tiga lapisan, yakni (dari luar ke dalam) tunika adventitia, tunika
media, dan tunika intima. Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah
dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh
manusia. Adapun juga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah, Komponen
darah dan Mekanisme pembekuan darah.
Kata Kunci : Vaskularisasi ekstremitas superior, pembuluh darah, faktor-faktor tekanan darah,
komponen darah dan mekanisme pembekuan darah

Abstract
Superior limb vascularization is divided into the scapularis (shoulder) region, the brachii
region (upper arm), the antebrachi region (forearm), and the human (hand) region. The pulse
is the pulse of the arteries of the blood waves that flow through the blood vessels as a result of
heart pulsation or left ventricular heart contraction. The blood vessels as a spreading medium
are composed of three layers, ie (from the inside out) tunica adventitia, tunica media, and
intima tunica. Blood pressure is the force needed to allow blood to flow in the blood vessels
and circulate to reach all the tissues of the human body. As for the factors that can affect blood
pressure, blood component and blood clotting mechanism.
Keywords: Superior limb vascularization, blood vessels, blood pressure factors, blood
components and blood clotting mechanisms

1
Pendahuluan

Manusia memiliki sirkulasi darah tertutup yaitu pada pembuluh darah yang berguna untuk
menghantarkan darah ke jaringan-jaringan tubuh guna menutrisi dan memberi oksigen.
Pembuluh darah pada ektremitas superior bermula dari arteri dan vena subclavia yang berubah
menjadi arteri dan vena axillaris yang nantinya akan bercabang-cabang lagi menjadi beberapa
arteri dan vena yang berjalan kearah distal dan memperdarahi lengan sampai ke jari-jari.
Proses pemompaan darah ini akan menghasilkan tekanan darah sistolik yang normalnya
berkisar antara 100 – 120 mmHg dan juga proses kembalinya darah dan juga menutupnya katup
aorta yang akan menimbulkan tekanan diastoliknya berkisar antara 70 – 80 mmHg. Tekanan
sistolik yang mencapai 140 mmHg atau lebih dan diastoliknya 90 mmHg atau juga lebih, sudah
dianggap perlu mendapatkan pengobatan karena yang bersangkutan sudah bisa dikatagorikan
sebagai pengidap penyakit darah tinggi (hipertensi).1
Sirkulasi darah itu sendiri dapat terpengaruhi oleh kemampuan darah untuk melakukan
pembekuan darah yang berguna untuk menghentikan pendarahan yang terjadi pada pembuluh
darah. Gangguan pada kemampuan darah untuk membeku akan ikut mengganggu tekanan
darah pada orang itu sendiri.
Makalah ini dibuat berdasarkan rumusan masalah pada skenario dimana seorang perempuan
berusia 52 tahun dibawa ke UGD karena lemas dan pucat akibat pendarahan pervagina.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mampu untuk memahami dan menjelaskan
mengenai mekanisme pembekuan darah pada manusia.

Makroskopis pembuluh darah extremitas superior

Vaskularisasi arteri extremitas superior


Arteri yang memperdarahi extremitas atas berasal dari a. subclavia yang kemudian akan
berubah menjadi a.axllaris yang nantinya akan akan membentuk cabang kembali menjadi a.
thoracalis suprema, a. thoracoacromialis, a. thoracica interna, a. subscapularis, a. circumflexa
humeri anterior, dan a. circumflexa humeri posterior.1 A. axillaris nantinya akan berubah
menjadi a. brachialis setelah melewati sisi kaudal m. pectoralis major pada regio brachii.2
Cabang-cabang a. brachialis antara lain;2
 A. profunda brachii
A. profunda brachii yang berjalan bersama-sama dengan n. radialis dan
mempercabangkan a. collateralis media untuk m. triceps brachii, a. nutricia humeri
untuk humerus, dan berakhir sebagai a. collateralis radialis. Cabang-cabang a.

2
collateralis radialis di daerah siku mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang a.
recurrens radialis.
 A. collateralis ulnaris superior
A. collateralis ulnaris superior berjalan ke arah distalis bersama-sama dengan n.
ulnaris. Di epicondylus medialis humeri a. collateralis ulnaris superior mengadakan
hubungan dengan a. recurrens ulnaris.
 A. collatteralis ulnaris inferior
A. collateralis ulnaris inferior terutama memberi darah pada m. brachialis. Cabangnya
yakni r. dorsalis menembus septum intermusculare mediale tepat proximalis dari
epicondylus medialis humeri, lalu berjalan besama-sama dengan n. ulnaris dan a.
collateralis superior dan mengadakan anastomosis dengan a. recurrens ulnaris.
A. brachialis nantinya akan berjalan bersama n. medianus dan vv. brachiales melewati fibrosus
lacertus pada fossa cubiti dan bercang menjadi dua pembuluh yang tidak lain adalah a. radialis
dan a. ulnaris.2

A. radialis nantinya akan berjalan menuju kearah distal pada sulcus antebrachii radialis. A.
radialis akan bercabang menjadi beberapa pembuluh antara lain, a. reccurens radialis, ramus
dorsalis manus, ramus volaris superficialis, dan a. princeps pollicis. A. radialis akan berjalan
menurun diantara otot-otot fleksos dan profundus. Bergerak melintasi fovea radialias lalu
berjalan di antara dua capus musculi interoseus dorsalis I lalu memasuki telapak tangan dan
memberi suplai utama pada prcus palmaris profundus.

A. Ulnaris merupakan salah satu percabangan dari a. brachialis. A. ulnaris akan berjalan turun
kearah ulnaris pada distalis bawah m. pronator teres. Sebelum masuk ke m.pronator teres, a.
ulnaris akan memberi cabang lain yaitu a. interossa communis. A. ulnaris akan berjalan terus
menuju distal bersama dengan n. ulnaris diantara m. flexor digitorum sublimis dan m. flexor
carpi ulnaris. Selain itu, a. ulnaris juga bercabang menjadi a. recurrens ulnaris yang akan
mengikuti m. pronator teres kearah proximal dan beranastomosis dengan aa. collateralis brachii
ulnares superior et inferior.2

A. interossea communis yang merupakan salah satu cabang dari a. ulnaris yang akan bercabang
lagi menjadi a. interossea volaris dan a. interossea dorsalis. A. interossea dorsalis nantinya akan
menembus membrane interossea dan bercabang lagi menjadi a. interossea recurrens pada
permukaan dorsalis articulatio cubiti menuju permukaan dorsalis membrane interossea. A.

3
interossea volaris berjalan pada permukaan volaris membrane interossea, kemudian menembus
membrane interossea proximalis dari pergelangan tangan dan berakhir pada rete carpi dorsale.2

Gambar 1. Vaskularisasi extremitas superior

Pembuluh balik ektremitas superior

Pembuluh balik biasanya mempunyai nama yang sama dengan arterinya, kecuali beberapa vena
tertentu di lengan ada pembuluh balik di bawah kulit yang terdiri dari v. cephalica, v. basilica,
dan v. mediana cubiti. Pembuluh ini penting untuk mengambil contoh darah dan untuk
transfuse darah atau infus cairan. Darah dari tubuh kiri dan kanan bagian atas akhirnya
bermuara pada v. brachiocephalica kiri dan kanan untuk selanjutnya diteruskan ke vena cava
superior.1

Mikroskopis pembuluh darah

Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang mengandung banyak oksigen dan nutrisi yang bertugas
menghantarkan darah keseluruh jaringan pada tubuh

Arteri memiliki 3 macam lapisan, yaitu;3

4
 Tunika intima, lapisan paling dalam yang terdiri dari lapisan sel endotel dan sisi luar
lapisannya terdapat lapisan subendotel. Diantara tunika intima dan tunika media
terdapat tunika elastika interna.
 Tunika media, lapisan tengah yang terdiri dari otot polos yang melingkari pembuluh
darah.
 Tunika adventisia, lapisan paling luar yang terdiri dari jaringan ikat dan pada
perbatasannya dengan tunika media terdapat tunika elastika eksterna.
Terdapat 3 macam pembuluh arteri, antara lain;3

 Pembuluh arteri besar, digolongkan dalam arteri tipe elastik. Memiliki dinding yang
relative tipis. Kandungan serat elastin menyebabkan potongan segar dindingnya
terlihat kuning. Sel endotel tunika intimanya berbentuk polygonal tidak memanjang.
Lapisan subendotel terdiri atas serat elastin dan kolagen serta tebaran fibroblas. Sulit
dikendalikan tunika elastika interna yang jelas. Tunika media dicirikan oleh banyak
membrane elastin, 40-60 jumlahnya, tersusun melingkar sepusat. Ruangan di antara
membran elastin mengandung fibroblas, bahan dasar amorf, jala – jala serat elastin
halus dan serat otot polos yang berjalan melingkar. Tunika adventisia berupa selubung
tipis. Tidak jelas adanya tunika elastika eksterna.
 Pembuluh arteri sedang, digolongkan dalam arteri tipe muskular. Dinding arteri tipe
muskular relative tebal yang terutama disebabkan banyaknya serat otot di dalam tunika
media. Mereka disebut arteri distribusi. Tunika intima mempunyai tiga lapisan. Lamina
elastika interna sangat jelas. Tunika medianya hampir semuanya dibentuk oleh serat
otot polos yang tersusun melingkar. Tunika adventisia setebal tunika media. Terdiri dari
jaringan ikat longgar yang mengandung kolagen dan elastin yang hampir semuanya
memanjang dan melingkari.
 Arteriol (pembulu arteri kecil), pembuluh bergaris tengah 100µm atau kurang,
mempunyai tunika intima terdiri atas endotel dan membrane elastika interna saja.
Tunika media terdiri atas satu sampai lima lapis utuh sel otot dengan serat-serat elastin
bertebar di antaranya. Tunika adventisia yang biasanya lebih tipis dari tunika medianya,
berupa selapis jaringan ikat yang mengandung serat kolagen dan elastin yang tersusun
memanjang.

Vena

5
Berbeda dari arteri, vena atau pembuluh balik merupakan pembuluh yang biasanya memiliki
ukuran yang lebih besar daripada arteri yang didampinginya namun memiliki dinding yang
lebih tipis dikarenakan berkurangnya jumlah otot polos dan jaringan elastin.3,4 Struktur yang
terdapat pada vena namun tidak ada pada arteri adalah katup vena yang berfungsi untuk
mencegah darah untuk kembali ke pembuluh darah sebelumnya dengan cara menutup saat
pembuluh vena terisi oleh darah.3

Pembuluh balik atau vena terdiri dari 3 macam pembuluh sama halnya dengan arteri, antara
lain;3,6

 Pembuluh vena besar, pembuluh dengan tunika intima berstruktur sama dengan vena
yang lebih kecil, tetapi agak tebal. Tunika media kurang berkembang dan otot polos
pembentuknya sanagat berkurang. Tunika adventisia paling tebal dari ketiga
lapisannya, dan terdiri dari tiga lapis. Di luar tunika media berupa suatu lapis
mengandung jaringan ikat padat fibroelastis dengan serat kolagen kasar, yang sering
tersusun berbentuk uliran terbuka.
 Pembuluh vena kecil dan sedang, pembuluh dengan tunika intima berstruktur sama
dengan vena yang lebih kecil, tetapi agak tebal. Tunika media kurang berkembang dan
otot polos pembentuknya sanagat berkurang. Tunika adventisia paling tebal dari ketiga
lapisannya, dan terdiri dari tiga lapis. Di luar tunika media berupa suatu lapis
mengandung jaringan ikat padat fibroelastis dengan serat kolagen kasar, yang sering
tersusun berbentuk uliran terbuka.
 Venula (pembuluh vena terkecil), merupakan pembuluh vena yang paling kecil
mempunyai intima yang terdiri atas endotel saja dengan selubung serat kolagen di
luarnya. Saat garis tengahnya mencapai 50 µm, mulai ada serat otot polos. Pada venula
200µm atau lebih serat otot melingkar telah membentuk lapisan sempurna, setebal 1-3
lapis di luar endotel/ tunika adventisia tebal dibandingkan keseluruhan dindingnya tipis.
Kapiler

Pembuluh kapiler merupkan pembuluh paling kecil yang menghubungkan pembuluh arteri dan
aorta yang hanya bisa dilewati oleh satu sel eritrosit saja dikarenakan ukurannya yang hanya
mencapai 8-12 mikron. Pembuluh kapiler merupakan pembuluh yang bertugas sabagai tempat
bertukarnya zat di dalam jaringan. Pembuluh kapiler iu sendiri terdiri dari sel endotel berbentuk
gepeng dan lonjong yang menonjol kearah dalam lumen kapiler serta sel perisit yang diduga
sebagai sel yang belum berkembang menjadi sel lain dan menonjol keluar lumen kapiler.6

6
Pembuluh kapiler terdiri dari 3 macam, antara lain;6

 Kapiler tipe visceral (fenestrated capillary), pembuluh kapiler fenestrata dijumpai


dalam mukosa usus, berbagai kelenjar endokrin, glomerulus ginjal dan pankreas. Pada
endotel, di seitar inti, sitoplasmanya sangat tipis dan ditembusi dikarenakan adanya
pori-pori yang bergaris tengah 30-50 nm. Sel-sel endotel kapiler ini dipisahkan satu
sama lain oleh gap junction.
 Kapiler tipe muscular (continous capillary), jenis kapiler yang banyak dijumpai pada
jaringan termasuk otot, paru, sususan saraf pusat dan kulit. Ciri yang khas adalah di
dalamnya terdapat filamen halus dan banyak vesikel kecil (vesikel pinositotik atau
keveol intrasel) sepanjang permukaan sel yang menghadap ke lumen maupun membran
basal. Vesikel tersebut bergaris tengah 50-70 nanometer. Sel-sel endotel diperlekatkan
oleh sejumlah taut kedao (interdigitated junctions) atau taut sederhana yang nantinya
akan membentuk sawar darah.
 Sinusoid (discontinuous capillary), merupakan kapiler yang memiliki lumen realtif
lebih besar dari kapiler normal dan berdinding tipis. Garis tengahnya mencapai 30µm
atau lebih dan mempunyai dinding berkelok-kelok tak beraturan. Dinding terdiri atas
sel endotel bukan merupakan lapisan utuh terdapat celah yang lebar diantara sel-sel
tersebut. Kapiler jenis ini biasa terdapat pada hati, lien, korteks adrenal, adenohipofisis.

Vasa Vasorum

Vasa vasorum merupakan arteriol dan venula yang memberikan nutrisi pada vena dan arteri
dengan diameter diatas 1 mm dengan dinding yang tebal. Vasa vasorum masuk melalu tunika
adventisia dan akan terus masuk sebagai kapiler padat dan dapat mencapai tunika media untuk
memberi nutrisi. Vasa vasorum pada umumnya tidak terdapat pada tunika intima namun pada
beberapa kasus pada vena besar dimana kapiler dapat masuk sampai tunika intima dikarenakan
rendahnya tekanan vena dan oksigen sehingga kapiler harus masuk lebih dalam.3

Komponen Darah
Meskipun secara makroskopis berbentuk cair, sebenarnya darah terdiri dari bagian yang cair
dan padat. Apabila diperiksa di bawah mikroskop, tampak banyak benda bundar kecil di
dalamnya, yang dikenal sebagai korpuskulus darah atau sel darah. Sel-sel darah merupakan
bagian yang padat, sedangkan cairan tempat sel-sel ini berada merupakan bagian cair yang

7
disebut plasma. Sel-sel darah membentuk 45% seluruh volume darah dan plasma membentuk
55% seluruh volume darah.4

Gambar 2. Komponen darah

Plasma darah

Plasma atau bagian cair darah adalah cairan jernih berwarna kekuningan. Komponen plasma :
Air membentuk sekitar 90% volume plasma. Air dalam plasma berfungsi menyuplai air segar
untuk mencuci sel-sel tubuh dan memperbaharui air yang terdapat di dalam sel-sel tersebut.
60% berat badan kita adalah air dan pada pria dengan berat badan 70 kg, hal itu berarti sekitar
46 lliter. Dari 46 liter tersebut, sekitar 29 liter terdapat di dalam sel (cairan intrasel) dan 17
liter terdapat di luar sel (cairan ekstrasel). Cairan ekstrasel terbagi atas cairan di dalam
pembuluh darah (3 liter) dan cairan pencuci sel yang disebut cairan interstisial (14 liter).

Garam mineral mencakup garam-garam klorida, fosfat, dan karbonat dari natrium, kalium, dan
kalsium. Keseimbangan akurat berbagai garam ini diperlukan untuk fungsi normal jaringan
tubuh, dan terdapat sekitar 0,9% zat anorganik.garam-garam didalam plasma diperlukan untuk
membentuk protoplasma dan berfungsi sebagai zat buffer (dapar) yang akan menetralisir asam
atau basa sdi dalam tubuh dan mempertahankan pH normal darah.

Protein plasma : albumin, globulin, fibrinogen, protombin, dan heparin. Protein plasma
membuat konsistensi darah lengket, yang disebut viskositas, yang diperlukan untuk mencegah
cairan berlebihan menembus dinding kapiler masuk ke dalam jaringan. Kelebihan cairan di
dalam jaringan dikenal sebagai edema. Viskositas darah juga berperan mempertahankankan

8
tekanan darah. Albumin dibentuk di hati, sedangkan globulin dihasilkan oleh sejenis sel darah
putih yang disebut limfosit. Fibrinogen dan protombin diproduksi di dalam hati dan keduanya
diperlukan untuk mekanisme pembekuan darah. Plasma tanpa fibrinogen disebut serum. Serum
bisa ditemukan sebagai cairan kuning yang keluar dari luka setelah bekuan darah terbentuk.
Heparin juga dihasilkan oleh hati dan berfungsi mencegah pembekuan di dalam pembuluh
darah.5

Sel-sel darah

Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih). Sel darah
putih itu sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu granular (netrofil, eosinofil, basofil) dan
agranular (limfosit dan monosit).

Eritrosit

Sel darah merah merupakan sel darah yang paling banyak terdapat pada darah. Eritrosit
merupakan diskus bikonkaf dengan membrane yang memiliki permeable tinggi dan elastic
sehingga bersifat fleksibel yang memungkinkan eritrosit untuk melalui pembuluh kecil
(kapiler).7 Dikarenakan bentuknya yang berupa diskus bikonkaf dengan bentuk bulat gepeng
dengan lekukan di tengah yang membuat eritrosit memiliki luas permukaan yang lebar dan
mempermudah saturasi oksigen dengan hemoglobin. Hemoglobin hanya terdapat pada sel
darah merah. Hemoglobin terdiri dari protein globin yang merupakan protein yang terbentuk
dari empat rantai polipeptida dan juga gugus heme yang merupakan empat gugus nonprotein
yang di dalamnya terdapat ion besi.7,8 Hemoglobin pada sel darah merah berfungsi untuk
mengikat protein dikarenakan adanya gugus heme yang mengandung ion besi. Sedangkan pada
gugus residu hemoglobin terdapat gugus residu histidin yang dapat mengikat oksigen dan
gugus residu valin yang dapat mengikat karbon dioksida.

Leukosit

Leukosit atau sel darah putih merupakan sel darah yang bersifat fagositosis yang bertugas
sebagai sistem pertahanan imun tubuh. Sebagian besar aktivitas dari leukosit terjadi di jaringan
dibandingkan dengan pembuluh darah.7 Leukosit memiliki kemampuan untuk menembus
kepiler darah untguk masuk ke jaringan. Terdapat lima macam leukosit pada sel darah manusia
yang dibedakan lagi berdasarkan ada tidaknya granula pada sitoplasmanya. Jenis leukosit yang

9
bergranula terdiri dari netorfil, eosinofil, dan basofil. Sedangkan leukosit yang tidak bergranula
terdiri atas 2 yaitu monosit dan limfosit.7,8

 Netrofil
Netrofil merupakan sel darah putih paling banyak pada sel darah dengan jumlah sekitar
60% dalam tubuh. Granula pada netrofil berwarna merah mudah. Netrofil memiliki
inti yang bersegmen dengan jumlah 2-5 segmen yang dihubungkan oleh benang
kromatin tipis. Netrofil merupakan sel darah putih yang sangat aktif dalam
memfagositosis bakteri dan juga virus yang masuk kedalam tubuh terutama pada
bagian tubuh yang cedera. Netrofil pada pria dan wanita dapat dibedakan dikarenakan
netrofil pada wanita memiliki bangunan khusus berukuran kecil yang melekat pada
salah satu segemn intinya yang disebut drumstick.
 Eosinofil
Eosinofil merupakan leukosit yang memiliki inti bilobus (dua inti). Granula pada
eosinofil berwarna merah jingga dengan bentuk yang besar dan kasar. Jumlah eosinofil
pada sel darah putih hanya berkisar antara 1-3%. Kemampuan fagositosis eosinofil
terbilang lebih lemah daripada kemampuan fagositosis netrofil dan basofil. Jumlah
eosinofil akan meningkat disaat terjadinya reaksi alergi pada tubuh manusia. Eosinofil
berfungsi untuk detoksikasi histamine yang diproduksi oleh sel mast dan cedera yang
sedang mengalami inflamasi.
 Basofil
Basofil memiliki inti yang tidak tentu dan sulit untuk dilihat karena tertutup oleh
granula kasar berwarna kebiruan. Jumlah basofil pada sel darah putih merupakan yang
paling sedikit yaitu hanya mencapai 1% dari jumlah leukosit. Basofil bersifat
fagositosis. Selain itu basofil juga melepaskan heparin yang ikut membantu dalam
pembekuan darah.
 Limfosit
Limfosit pada sel darah putih berjumlah sekitar 30%. Inti dari limfosit berbentuk bulat
dengan warna biru gelap. Pada inti terapat cekungan kecil tempat beradanya granula-
granula azurofil. Limfosit dibentuk dari sel-sel batang padang sumsum tulang.
Limfosit dibagi menjadi limfosit B dan limfosit T. Limfosit B tetap tinggal di dalam
sumsum tulang dan membantu pembentukan antibody. Sedangkan limfosit T akan
berpindah menuju kelenjar timus dan berubah menjadi sel T. Salah satu contoh peran

10
limfosit T yaitu, limfosit sitotoksik-T yang menghancurkan sel yang terserang oleh
virus.
 Monosit
Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Jumlah monosit berkisar antara 1-6% dari
jumlah sel darah putih. Monosit memiliki inti besar dengan bentuk seperti ginjal
dengan vakuol-vakuol pada intinya. Granula azurofil dapat dilihat pada lekukan pada
intinya. Di dalam jaringan, monosit akan membesar dan menjadi makrofag. Monosit
bersama dengan netrofil merupakan leukosif utama yang sangat efektif dan memiliki
umur yang cukup panjang.

Gambar 3. Sel darah putih (leukosit)


https://mediskus.com/penyakit/7-penyebab-leukosit-tinggi-leukositosis
Trombosit

Trombosit merupakan fragmen-fragmen sel yang berasal dari megakariosit. Megakariosit itu
sendiri adalah sel besar dengan banyak nucleus. Dalam keadaan normal, trombosit pada tubuh
manusia berjumlah 150.000-450.00 per mm3. Trombosit berfungsi dalam pembekuan darah
guna mencegah kehilangan darah yang berlebihan serta ikut membantu memperbaiki pembuluh
darah yang cedera atau robek.8 Trombosit beredar dalam pembuluh darah dan akan aktif bila
mendapat rangsang dari endotel yang mengalami cedera. Trombosit akan melekat pada endotel
dan berkumpul untuk melakukan proses pembekuan darah agar darah yang keluar atau hilang
dapat dibatasi serta memulai pemulihan.8

Pembekuan darah

11
Pembekuan darah atau dapat juga disebut hemostasis merupakan proses untuk
mempertahankan darah agar tetap berada dalam pembuluh darah yang mengalami kerusakan.8
Hemostasis memiliki tiga tahapan yaitu vasokontriksi, penutupan sementara oleh trombosit,
dan koagulasi dimana bekuan mulai dibentuk untuk menutupi lubang sampai jaringan selesai
diperbaiki.7,8 Pada fase vasokontriksi, pembuluh darah akan berkontraksi saat pembuluh darah
mengalami kerusakan dikarenakan adanya sinyal berupa zat vasokonstrikyor parakrin yang
dilepaskan endotel.8 Vasokontriksi ini akan menurunkan aliran dan tekanan darah untuk
sementara. Setelah fase vasokonstriksi, maka fase kedua dimana terjadinya jaringan yang rusak
akan disumbat oleh trombosit.8 Pembentukan sumbatan akan diawali dengan adanya adhesi
trombosit, dengan menempelnya trombosit pada jaringan kolagen yang berada pada daerah
yang rusak. Trombosit yang menempel ini nantinya akan menyebabkan pengaktifan sitokin ke
sekitar jaringan yang rusak. Faktor-faktor trombosit ini akan memperkuat vasokonstriksi dan
mengaktifkan lebih banyak trombosit, yang akan menggumpal dan membentuk sumbat halus
trombosit. Setelah terbentuknya sumbat halus trombosin, fase ketiga akan dimulai dengan
pembentukan jalinan protein fibrin yang akan menstabilkan sumbat trombosit untuk
membentuk bekuan.8 Fibrin merupakan produk paling akhir dari rangkaian reaksi enzimatik
yang biasa disebut dengan kaskade kogulasi. Kaskade kogulasi akan meningkatkan adhesi dan
agregasi trombosit di sekitar jaringan rusak. Setelah pembuluh yang rusak kembali pulih,
bekuan darah nantinya akan mengerut disaat fibrin dilarutkan oleh enzim plasmin. Kemampuan
hemostasis sangat dibutuhkan oleh tubuh yang bilamana kemampuan hemostasisnya terlalu
sedikt makan dapat terjadi pendarahan yang berlebihan. Sedangkan pada hemostasis yang
berlebihan akan menyebabkan terjadinya trombus yang merupakan bekuan darah pada dinding
pembuluh darah yang normal dan dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah
sehingga aliran darah terhenti. Pembekuan darah dapat terjadi akibat dua faktor, yaitu faktor
intrinsik dan ektrinsik.7,8 Jalur intrinsik dapat terjadi dikarenakan adanya pengaruh atau
kerusakan dari dalam pembuluh darah sedangkan faktor ektrinsik dapat terjadi bila terjadi
kerusakan pada jaringan akbiat pengaruh dari luar. Pada jalur intrinsik, faktor XII (faktor
Hageman) diaktifkan karena adanya kontak dengan kolagen pada permukaan pembuluh yang
mengalami kerusakan atau bisa juga karena kontak dengan benda asing. Jalur ini
mengakibatkan terjadinya pembekuan di dalam pembuluh darah yang rusak. Faktor XII akan
mengaktifkan faktor XI, IX, X hingga mengaktifkan protrombin menjadi trombin yang akan
mengubah fibrinogen menjadi fibrin dan juga mengaktifkan faktor XIII agar jala fibrin menjadi
lebih stabil dan bekuan dapat terbentuk.8 Sedangkan pada faktor ektrinsik, jalur pembekuan

12
darahnya dimulai akibat terjadinya kerusakan pada jaringan akibat pengaruh dari luar yang
mengaktifkan jaringan tromboplatin (faktor III). Faktor III ini nantinya akan langsung
mengaktifkan faktor X dan berlanjut dengan pengaktifan protrombin menjadi thrombin hingga
terjadi pembekuan darah.8

Tekanan darah

Tekanan darah merupakan tekanan yang terjadi pada darah disaat darah dipompa oleh jantung
dari ventrikel kiri menuju ke seluruh tubuh.7 Tekanan darah yang tertinggi terdapat pada arteri
yang berasal dari pompa ventrikel kiri yang disebut dengan tekanan sistolik dengan rata-rata
120 mmHg. Tekanan sistolik akan terus menurun sampai ke tekanan terendah yang disebut
dengan tekanan diastolic pada masa diastolic ventrikel dengan rata-rata tekananya 80 mmHg.
Tekanan yang meningkat dalam waktu cepat yang terjadi pada ventrikel kiri mendorong darah
ke dalam aorta dapat dirasakan sebagai nadi, atau gelombang tekanan, yang dialirkan pada
arteri dalam bentuk cairan. Amplitudo gelombang akan terus menurun hingga menghilang
dalam kapiler. Tekanan nadi, ukuran kekuatan gelombang tekanan dapat dicari dengan
mengurangi tekanan sistolik dengan tekanan diastolic. Tekanan darah dapat diukur dengan
mengunakan sfigmomanometer dengan memasang manset diatas a. brachialis dan meraba
distal a. radialis lalu melakukan oklusi sampai detak pada a. radialis menghilang. Dengan
menggunakan stetoskop pada a. brachialis dan melepaskan oklusi secara perlahan kita akan
mendengar detakan pertama yang merupakan tekanan sistolik dan detakan terakhir sebelum
detakan hilang yang disebut tekanan diastolic.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah

Tekanan darah arteri mencerminkan kemampuan tekanan pendorong yang ditimbulkan oleh
kerja ventrikel kiri jantung. Tekanan arteri rata-rata secara terus menerus diperhatikan oleh
baroreseptor.8 Naiknya tekanan arteri rata-rata dapat terjadi dikarenakan meningkatnya volume
darah dan berkurangnya elastisitas darh pembuluh darah dan sebaliknya pada penurunan
tekanan darah. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan pada tekanan darah antara
lain,

 Aliran balik vena menuju jantung. Bila aliran balik vena menurun maka kemampuan
ventrikel pada fase sistolik untuk memompa darah dan tekanan darah akan menurun.

13
Aliran pembuluh balik vena dapat dipengaruhi oleh berbagai hal salah satunya
gravitasi saat tubuh dalam keadaan berdiri yang akan memberi tahanan pada aliran
balik vena. Dalam keadaan tertahan seperti ini, vena mendapat bantuan untuk
mempemudah pompa darahnya ke jantung yaitu, katup yang menghalangi darah masuk
kembali ke pembuluh sebelumnya, pompa otot pernapasan yang membantu menambah
tekanan pada vena, pompa yang dibantu oleh otot yang bergerak, serta kontriksi dari
vena itu sendiri.
 Elastisitas pada dinding arteri. Pada saat ventrikel berkontraksi, darah akan memasuki
pembuluh arteri besar (aorta) yang akan membuat dinding pada pembuluh membesar
(berdistensi) dan dikarenakan dinding pembuluh yang bersifat elastis membuat dinding
pembuluh dapat kembali normal. Elastisitas pada dinding arteri diperlukan untuk
mempertahankan tekanan diastole. Semakin tua seseorang maka keelastisitas dari
pembuluh darah itu sendiri akan berkurang sehingga memungkinkan orang tersebut
mengalami kenaikan tekanan darah.
 Viksositas darah. Tinggi rendahnya viksositas darah dipengaruhi oleh banyaknya
jumlah sel darah merah dan protein plasma berupa albumin. Semakin besar viksositas
dari darah maka tekanan darah juga akan ikut meningkat dan sebaliknya. Dalam
keadaan kekurangan sel darah merah, vasokontriksi akan terjadi guna menahan
tekanan darah agar tetap dalam keadaan normal.
 Kehilangan darah (pendarahan). Pada pendarahan kecil, tekanan darah akan menurun
untuk sementara waktu dan tekanan akan kembali normal dengan bantuan peningkatan
vasokontriksi. Sedangkan pada pendarahan besar atau berat, sel darah akan terus
berkurang dan akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah yang tidak dapat
dipertahankan oleh vasokontriksi.
 Hormon, dalam pengaruhnya terhadap tekanan darah hanya bersifat sementara. Salah
satu contonya disaat manusia merasa bahagia atau takut, maka hormone adrenalin akan
dikeluarkan sehingga akan mengakibatkan sekresi epinefrin dan nonepinefrin.
Epinefrin memiliki kemampuan untuk meningkatkan vasokontriksi yang
menyebabkan naiknya tekanan udara.
 Resistensi dari perifer. Resistensi ini merupakan resistensi pada pembuluh darah yang
dapat menahan aliran darah.

Kesimpulan

14
Pembuluh darah merupakan bagian dari sistem kardiovaskular yang terdiri atas arteri, arteriol,
kapiler, venula, dan vena. Masing-masing memiliki struktur yang berbeda sesuai dengan
ukuran dan fungsinya. Arteri berperan sebagai saluran transit cepat bagi darah dari jantung
menuju ke jaringan dan Reservoar (penampung) tekanan sedangkan vena berperan sebagai
reservoir darah dan jalan resistensi rendah untuk darah kembali kejantung. Tekanan darah
dipengaruhi oleh cardiac output dan resistensi perifer total. Pembekuan darah juga
menyebabkan luka seseorang atau perdarahan seseorang berhenti. Pada kasus, pendarahan
kelahiran pervagina dapat terjadi dikarenakan terganggunya mekanisme pembekuan darah
pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah tidak dapat memperbaiki diri sendiri.
Pendarahan ini dapat berpengaruh pada tekanan darah diakibatkan adanya kehilangan darah
yang dapat mengakibatkan anemia sehingga tekanan darah menurun.

Daftar Pustaka
1. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Penerbit Grasindo; 2009.h.52-67.
2. Wong WW, Kindangen K, Listiawati E. Buku ajar anatomi sistem kardiovaskular. Jakarta:
Penerbit Bagian Anatomi FK UKRIDA; 2013.h.40-6.
3. Gunawijawa FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik
histologi. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2010.h.74-83.
4. Burkitt HG, Young B, Heath JW. Buku ajar dan atlas wheater histology fungsional. Edisi
3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Kim E. Buku ajar fisiologi kedokteran. Editor bahasa indonesia : Dian Rahmdani Edisi 24.
Jakarta: EGC. 2014.h.324-26.
6. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. 10th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007. p. 368.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed.8th. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2014: h. 416-536

8. Silverthorn DU. Fisiologi maunusia sebuah pendekatan terintegrasi. 6th ed. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013. h. 529-579

15

You might also like