You are on page 1of 10

1

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Univariat

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil analisis univariat sebagai

berikut:

1. Usia

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi usia pasien Gagal

Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah
Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Tahun 2016

Usia Frekuensi Persentase (%)


> 25 tahun 57 93,4
≤ 25 tahun 4 6,6
Jumlah 61 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui sebagian besar usia pasien Gagal Ginjal Kronik

(GGK) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016 adalah

> 25 tahun yaitu sebanyak 57 ornag (59,3%).

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi jenis kelamin pasien

Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar

Lampung tahun 2016 sebagai


2

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Tahun 2016

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Perempuan 23 37,7
Laki-laki 38 62,3
Jumlah 61 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui sebagian besar jenis kelamin pasien Gagal Ginjal

Kronik (GGK) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun

2016 adalah laki-laki yaitu sebanyak 38 orang (62,3%).

3. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi pendidikan pasien

Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar

Lampung tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Tahun 2016

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


SD 10 16,4
SMP 16 26,2
SMA 32 52,5
Perguruan Tinggi 3 4,9
Jumlah 61 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui sebagian besar pendidikan pasien Gagal Ginjal

Kronik (GGK) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun

2016 adalah setingkat SMA yaitu sebanyak 32 orang (52,5%).


3

4.1.2 Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil analisis bivariat sebagai

berikut:

1. Hubungan usia dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan usia dengan pasien Gagal Ginjal

Kronik (GGK) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun

2016 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hubungan usia dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016

GGK Total OR
P-
Usia GGK Bukan GGK n %
value 95% CI
n % n %
> 25 tahun 39 68,4 18 31,6 57 100 2,167
≤ 25 tahun 2 50,0 2 50,0 4 100 0,036
Jumlah 41 67,2 20 32,8 61 100 0,282-16,628

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden dengan usia > 25 tahun yang

mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 39 orang (68,1%) sedangkan yang

tidak mengalami GGK 18 orang (31,6%). Kemudian responden dengan usia ≤ 25

tahun yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 2 orang (50,0%)

sedangkan yang tidak mengalami GGK 2 orang (50,0%).

Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh p-value = 0,036 yang berarti ada

hubungan usia dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit Pertamina

Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016. Kemudian diperoleh nilai OR = 2,167

yang berarti bahwa responden dengan usia > 25 tahun mempunyai risiko sebesar
4

2,167 kali mengalami gagal ginjal kronik dibandingkan dengan responden yang

berusia ≤ 25 tahun.

2. Hubungan jenis kelamin dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan jenis kelamin dengan pasien

Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar

Lampung tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hubungan jenis kelamin dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016

GGK Total OR
P-
Jenis kelamin GGK Bukan GGK n %
value 95% CI
n % n %
Perempuan 18 78,3 5 21,7 23 100 2,348
Laki-laki 23 60,5 15 39,5 38 100 0,025
Jumlah 41 67,2 20 32,8 61 100 0,718-7,681

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa responden dengan jenis kelamin

perempuan yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 18 orang (78,3%)

sedangkan yang tidak mengalami GGK 5 orang (21,7%). Kemudian responden

dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak

23 orang (60,5%) sedangkan yang tidak mengalami GGK 15 orang (39,5%).

Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh p-value = 0,025 yang berarti ada

hubungan jenis kelamin dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit

Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016. Kemudian diperoleh nilai OR

= 2,348 yang berarti bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki mempunyai

risiko sebesar 2,348 kali mengalami gagal ginjal kronik dibandingkan dengan

responden yang berjenis kelamin perempuan.


5

3. Hubungan pendidikan dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan pendidikan dengan pasien Gagal

Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hubungan pendidikan dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016

GGK Total OR
P-
Pendidikan GGK Bukan GGK n %
value 95% CI
n % n %
SD 5 50,0 5 50,0 10 100
SMP 11 68,8 5 31,3 16 100
SMA 24 75,0 8 25,0 32 100 0,283 -
Perguruan Tinggi 1 33,3 2 66,7 3 100
Jumlah 41 67,2 20 32,8 61 100

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa responden dengan pendidikan SD yang

mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 5 orang (50,0%) sedangkan yang

tidak mengalami GGK 5 orang (50,0%), responden dengan pendidikan SMP yang

mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 11 orang (68,8%) sedangkan yang

tidak mengalami GGK 5 orang (31,3%), responden dengan pendidikan SMA yang

mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 24 orang (75,0%) sedangkan yang

tidak mengalami GGK 8 orang (25,0%) dan responden dengan pendidikan perguruan
6

tinggi yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 1 orang (33,3%)

sedangkan yang tidak mengalami GGK 2 orang (66,7%).

Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh p-value = 0,283 yang berarti tidak

ada hubungan pendidikan dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit

Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hubungan usia dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan usia > 25

tahun yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 39 orang (68,1%)

sedangkan yang tidak mengalami GGK 18 orang (31,6%). Kemudian responden

dengan usia ≤ 25 tahun yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 2 orang

(50,0%) sedangkan yang tidak mengalami GGK 2 orang (50,0%).

Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh p-value = 0,036 yang berarti

ada hubungan usia dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit

Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016. Kemudian diperoleh nilai OR

= 2,167 yang berarti bahwa responden dengan usia > 25 tahun mempunyai risiko

sebesar 2,167 kali mengalami gagal ginjal kronik dibandingkan dengan responden

yang berusia ≤ 25 tahun.

Usia (umur) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan).

Usia meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit tertentu. Pada

umumnya kualitas hidup menurun dengan meningkatnya umur. Penderita gagal ginjal

kronik usia muda akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik oleh karena
7

biasnya kondisi fisiknya yang lebih baik dibandingkan yang berusia tua. Penderita

yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia masih muda

mempunyai harapan hidup yang lebih tinggi, sebagai tulang punggung keluarga,

sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga atau anak-anaknya. Tidak

sedikit dari mereka merasa sudah tua, capek hanya menunggu waktu, akibatnya

mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi hemodialisa (Sunaryo, 2010).

Menurut WHO, usia juga erat kaitannya dengan prognosis penyakit dan harapan

hidup mereka yang berusia antara 25->55 tahun kecenderungan untuk terjadi berbagai

komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat besar bila dibandingkan dengan

yang berusia dibawah 40 tahun.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan usia

dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin

Bandar Lampung tahun 2016, dimana semakin bertambah usia maka kemungkinan

mengalami Gagal Ginjal Kronik (GGK) semakin besar.

4.2.2 Hubungan jenis kelamin dengan pasien Gagal Ginjal Kronik

(GGK)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan jenis kelamin

perempuan yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 18 orang (78,3%)

sedangkan yang tidak mengalami GGK 5 orang (21,7%). Kemudian responden

dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak

23 orang (60,5%) sedangkan yang tidak mengalami GGK 15 orang (39,5%).


8

Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh p-value = 0,025 yang berarti

ada hubungan jenis kelamin dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah

Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016. Kemudian diperoleh

nilai OR = 2,348 yang berarti bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki

mempunyai risiko sebesar 2,348 kali mengalami gagal ginjal kronik dibandingkan

dengan responden yang berjenis kelamin perempuan.

Penelitan Yuliaw (2010) menyatakan, bahwa responden memiliki karakteristik

individu yang baik hal ini bisa dilihat dari jenis kelamin, bahwa perempuan lebih

banyak menderita penyakit gagal ginjal kronik, sedangkan laki-laki lebih rendah dan

responden laki-laki mempunyai kualitas hidup lebih jelek dibandingkan perempuan,

semakin lama menjalani terapi hemodialisa akan semakin rendah kualitas hidup

penderita.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

jenis kelamin dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit Pertamina

Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016, dimana jenis kelamin laki-laki

mempunyai kemungkinan lebih besar mengalami Gagal Ginjal Kronik (GGK).

4.2.3 Hubungan pendidikan dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan pendidikan

SD yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 5 orang (50,0%) sedangkan

yang tidak mengalami GGK 5 orang (50,0%), responden dengan pendidikan SMP

yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 11 orang (68,8%) sedangkan

yang tidak mengalami GGK 5 orang (31,3%), responden dengan pendidikan SMA
9

yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 24 orang (75,0%) sedangkan

yang tidak mengalami GGK 8 orang (25,0%) dan responden dengan pendidikan

perguruan tinggi yang mengalami gagal ginjal kronik (GGK) sebanyak 1 orang

(33,3%) sedangkan yang tidak mengalami GGK 2 orang (66,7%).

Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh p-value = 0,283 yang berarti

tidak ada hubungan pendidikan dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah

Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016.

Yuliaw (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa, pada penderita yang

memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas juga

memungkinkan pasien itu dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang di

hadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, berpengalaman, dan mempunyai

perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian, mudah mengerti tentang apa

yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, serta dapat mengurangi kecemasan sehingga

dapat membantu individu tersebut dalam membuat keputusan. Hasil penelitian ini

didukung dengan teori dimana pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

penting untuk terbentuknya tindakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan pendidikan dengan pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Rumah Sakit

Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung tahun 2016, dimana pendidikan seseorang

tidak menjadi faktor risiko terjadnunya Gagal Ginjal Kronik (GGK).

4.3 Keterbatasan Penelitian


10

Pada penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan seperti data rekam

medik yang tidak semuanya lengkap sesuai dengan data yang dibutuhkan oleh

peneliti, data rekam medik yang ada di rumah sakit masih didokumentasikan secara

manual sehingga menyulitkan peneliti dalam membuat rekapitulasi data yang

dibutuhkan.

You might also like