Professional Documents
Culture Documents
Ahmad Faizun Niam-11161030000084
Ahmad Faizun Niam-11161030000084
faizyahut@gmail.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dewasa ini terdapat banyak kekeliruan yang terjadi dalam hal penggunaan
bahasa. Kekeliruan ini biasa terjadi dalam hal penulisan maupun pelafalan. Paling
sering, remaja lah yang menjadi pelaku dalam hal ini, sehingga perlu ada
pencerdasan di kalangan remaja terkait penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dalam kehidupan sehari-hari, baik penulisan maupun pelafalan.
LANDASAN TEORI
METODOLOGI PENELITIAN
PEMBAHASAN
1
2
3
Setelah mengetahui teori dan metodologi penelitian ini, kita akan berlanjut
pada pembahasan mengenai kesalahan-kesalahan penulisan yang terjadi pada
salah satu skripsi mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter,
khususnya dalam hal pemakaian tanda baca. Pertama, dalam penulisan landasan
teori mengenai status gizi, Rezki menuliskan “…penilaian klinis, penilaian
biokimia dan penilaian biofisik.” yang merupakan kekeliruan dalam pemakaian
tanda baca koma (,). Koma dalam penggunaannya, digunakan untuk memisah
unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Pada unsur yang kedua
terakhir koma masih harus ditulis, baru kemudian dilanjutkan dengan ‘dan’, dan
diakhiri dengan unsur terakhir yang ingin disebutkan dalam tulisan.
Lain dari hal itu, kesalahan pemakaian koma (,) sebagai pemisah antara
unsur-unsur dalam suatu pemerincian hanya ditemukan pada kasus tersebut di
atas. Dalam pemerincian-pemerincian lainnya, tidak ditemukan adanya kesalahan
dalam penulisan. Hal ini menunjukkan Rezki cukup teliti dalam penulisan tanda
baca koma (,).
Kesalahan yang kedua terjadi pada penulisan tanda baca titik dua (:).
Kesalahan ini terjadi dalam penulisan rumusan masalah. Rezki menuliskan
“…penulis merumuskan pertanyaan, yaitu : …” yang merupakan kekeliruan
dalam penulisan tanda titik dua. Penggunaan titik dua sebagai akhir dari
pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan memang sudah
sesuai, namun penulisan titik dua tidak dipisahkan oleh spasi. Penulisan titik dua
seharusya setelah kata ‘yaitu’ tanpa dipisahkan oleh spasi.
Berbeda dengan kekeliruan menggunakan tanda baca koma, kekeliruan
penulisan titik dua ini berhasil ditemukan oleh penulis lebih dari tiga kali,
sehingga penulis beranggapan bahwa Rezki belum menguasai pemakaian tanda
baca titik dua. Walaupun pada halaman lain, masih ditemukan penulisan tanda
baca titik dua yang benar, yaitu tidak dipisah oleh spasi, kesalahan penulisan jauh
lebih banyak ditemukan.
Dalam skripsinya, Rezki menulis, “Pada jenis kelamin laki – laki, penyakit
ini…” yang merupakan kesalahan penggunaan tanda pisah. Kata ‘laki-laki’ di atas
merupakan kata ulang, sehingga bukan tempatnya menggunakan tanda pisah
sebagai penghubung dua kata yang diulang. Seperti yang penulis paparkan di
kesalahan sebelumnya, fungsi dari tanda pisah adalah menyampaikan maksud
‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Salah satu dari kesalahan tersebut dapat kita lihat dalam poin-poin
mengenai petunjuk WHO (World Health Organization) untuk diagnosis TB pada
anak. Rezki mengemukakan dalam poin satu (1), “Anak sakit…dengan diagnosis
pasti”. Kalimat tersebut sudah selesai, namun tidak diberikan tanda titik di
akhirnya. Padahal setelahnya sudah ganti baris dengan poin yang baru, yaitu poin
dua (2). Kesalahan dalam penggunaan tanda titik ini juga terjadi berulang kali,
yang paling sering adalah tidak mengakhiri suatu kalimat dengan tanda titik.
SIMPULAN
Ambo, F. Bahasa Indonesia: Buku Pegangan Mata Kuliah Dasar Umum. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan
Tinggi. 1984