You are on page 1of 37

BAB I

TEORI

1.1. Pengertian Laporan Audit

Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi,

sistem, proses, atau produk. Sedangkan Laporan audit dapat didefinisikan sebagai sarana

untuk mengomunikasikan pekerjaan audit dan temuan audit secara komprehensif, yang

diberikan oleh tim audit kepada organisasi audit.

Berikut beberapa pengertian laporan audit :

1. Menurut Boynton Johnson Kell, laporan audit adalah media formal yang digunakan

oleh auditor dalam mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang

kesimpulan atas laporan keuangan yang di audit.

2. Menurut Mulyadi, laporan audit adalah suatu media yang dipakai oleh auditor dalam

berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor

menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan.

Yang dimaksud dengan laporan audit atau audit report yaitu laporan auditor yang

menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan dengan norma pemeriksaan akuntan, disertai

dengan pendapat mengenai kewajaran atas laporan keuangan perusahaan yang diperiksa,

jenis pendapat yang dikenal ialah wajar tanpa syarat (unqualified clean), wajar dengan syarat

(qualified), menolak dengan memberikan pendapat (adverse), dan menolak tanpa

memberikan pendapat sama sekali (disclaimer).

1.2. Fungsi dan Tujuan Laporan Audit

Laporan audit memiliki tiga fungsi bagi klien atau manajemen, yaitu

mengkomunikasikan, menjelaskan, dan mempengaruhi. Kemudian laporan audit memiliki

1
tiga tujuan utama. Jika auditor tidak dapat mencapai tujuan ini, laporan mereka hanya akan

membuang-buang waktu saja. Di dalam laporannya, auditor hendaknya berusaha untuk :

a. Menginformasikan, yaitu menceritakan hal-hal yang mereka temui.

b. Mempengaruhi, yaitu meyakinkan manajemen mengenai nilai dan validasi dari temuan

audit.

c. Memberikan hasil, yaitu menggerakkan manajemen kearah perubahan dan perbaikan.

1.3. Manfaat- manfaat Pemeriksaan Akuntansi

Pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh eksternal auditor (KAP) sebagai

pihak yang independen dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut :

1. Pihak Perusahaan yang diaudit

Menambah kredibilitas laporan keuangan badan usaha / organisasi. Dapat mengurangi

kecurangan di kalangan manajemen dan para karyawan perusahaan. Dapat memberikan

dasar yang lebih di percaya untuk penyiapan surat pemberitahuan pajak dan laporan

keuangan yang harus diserahkan kepada pemerintah , sehingga mengurangi audit

pemerintah. Dapat membuka pintu masuknya sumber-sumber pembiayaan dari luar

(investor). Seringkali dapat menyingkapkan kesalahan/ penyimpangan moneter dalam

catatan keuangan klien, sehingga dapat menemukan biaya atau pendaptan yang hilang.

2. Pihak–pihak luar perusahaan yang diaudit :

a. Dapat memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada para investor / kreditor untuk

mengambil keputusan yang menyangkut pemberian kredit.

b. Dapat memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon investor

untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan manajemen.

c. Dapat memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan asuransi untuk

menyelesaikan klaim atas kerugian yang bisa diasuransikan.

2
d. Dapat memberikan dasar yang obyektif kepada serikat buruh dalam menyelesaikan

sengketa mengenai upah dan tunjangan.

e. Dapat memberikan dasar yang independen kepada pembeli maupun penjua luntuk

menentukan syarat-syarat pembelian, penjualan atau penggabungan perusahaan.

f. Dapat memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada para pelanggan atau klien

untuk menilai profitabilitas atau rentabilitas perusahaan, efisiens ioperasionalnya dan

keadaan keuangannya.

3. Pihak Pemerintah dan Badan Hukum Dapat memberikan tambahan kepastian yang

independen tentang kecermatan dan keterandalan kepada badan pemerintah.

Dapat memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak dibidang hukum

untuk mengurus harta/ menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan dan menentukan

pelaksanaan perjanjian, persekutuan dengan cara semestinya. Dapat memegang peranan

yang menentukan dalam mencapai tujuan undang-undang keamanan Nasional.

1.4. Macam-macam laporan Audit

1. Audit keuangan

Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan suatu entitas (perusahaan atau

organisasi) yang akan menghasilkan pendapat (opini) pihak ketiga mengenai relevansi,

akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Tujuan audit atas laporan keuangan

antara lain adalah untuk menginformasikan kepada organisasi audit dan/atau pimpinan

auditan, tentang opini/pernyataan pendapat auditor, apakah laporan keuangan yang

disajikan oleh auditan telah sesuiai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Standar Pelaporan untuk audit atas laporan keuangan menurut PSA-IAPI dapat

dijelaskan sebagai berikut :

3
a) Standar Pelaporan Pertama

“Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip lain yang berlaku secara

komprehensif.”

b) Standar Pelaporan Kedua

“Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip

akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan

denganpenerapan prinsip akuntansi tersebut dalam perode sebelumnya.”

c) Standar Pelaporan Ketiga

“Pengungkapan informatif dalam laporan keungan harus dipandsng memadi, kecuali

dinyatakan lain dalam laporan audit.”

d) Standar Pelaporan Keempat

“Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan

secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus

dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan

auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang yang

dilaksanakan,jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor”.

2. Audit operasional

Audit Operasional adalah pengkajian atas setiap bagian organisasi terhadap

prosedur operasi standar dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan

untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan .

4
3. Audit ketaatan

Audit Ketaatan adalah proses kerja yang menentukan apakah pihak yang

diaudit telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh

pihak yang berwenang.

4. Audit investigatif

Audit Investigatif adalah Serangkaian kegiatan mengenali (recognize),

mengidentifikasi (identify), dan menguji (examine) secara detail informasi dan fakta-

fakta yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian

untuk mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan

keuangan suatu entitas (perusahaan/organisasi/negara/daerah).

1.5. Peranan laporan audit

Selain sebagai ringkasan dari pekerjaan audit dan temuan audit, Laporan audit juga

merupakan dasar dalam membuat Surat Opini Audit, Rekomendasi dan membuat Keputusan

Audit. Peranan utama dari Laporan Audit adalah:

1. Laporan audit adalah jalan utama bagi institusi audit untuk memahami informasi

tentang proses audit. Tim audit harus menyerahkan laporan kepada institusi audit yang

menugaskan pada saat audit selesai sehingga institusi audit dapat memahami proses dan

hasil dari audit yang dilakukan oleh tim audit tersebut.

2. Laporan audit adalah dasar dalam pembuatan Surat Opini Audit dan Keputusan Audit.

Laporan Audit mengevaluasi kewajaran, ketaatan dan kinerja dari auditan dan

memberikan opini dan rekomendasi berdasarkan temuan audit. Berdasarkan informasi

tersebut institusi audit membuat Surat Opini Audit dan Keputusan Audit.

3. Laporan audit adalah dasar yang penting untuk mengumpulkan dan mengolah informasi

audit. Laporan audit menyampaikan informasi dan masalah yang berhubungan dengan

5
belanja dan peendapatan serta kegiatan-kegiatan ekonomi yang relevan dari institusi

atau proyek yang diaudit. Institusi audit dapat memproses lebih lanjut informasi yang

penting dan masalah yang disajikan dalam Laporan Audit dan melalui Laporan Audit

ini institusi audit dapat menyediakan informasi tentang isu-isu individual atau informasi

yang terintegrasi kepada institusi audit di tingkat yang lebih tinggi, dan depertemen

yang berkompeten lainnya. Menurut Modul Manajemen Audit BPK-RI, laporan audit

tertulis berfungsi untuk :

a. Mengkomunikasikan hasil audit kepada pejebat pemerintah, yang bewenang

berdasarkan peraturan perudang-undangan yang berlaku,

b. Membuat hasil audit terhindar dari kesalahpahaman,

c. Membuat hasil audit sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi

terkait, dan

d. Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan perbaikan yang

semestinya telah dilakukan.

1.6. Syarat-syarat Laporan Audit

Pada setiap akhir pelaksanaan audit, auditor harus menyiapkan konsep Laporan Audit.

Isi konsep Laporan Audit tersebut harus mudah dimengerti dan bebas dari penafsiran ganda

serta memenuhi standar pelaporan yaitu:

1. Lengkap. Laporan harus memuat semua informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi

tujuan audit, meningkatkan pemahaman yang benar dan memadai atas hal yang

dilaporkan, dan memenuhi persyaratan isi laporan.

2. Akurat. Laporan harus menyajikan bukti yang benar dan menggambarkan temuan

dengan tepat. Satu ketidakakuratan dalam laporan dapat menimbulkan keraguan atas

validitas sebuah laporan dan dapat mengalihkan perhatian pembaca dari substansi

6
laporan tersebut. Laporan harus memasukkan hanya informasi, temuan, dan simpulan

yang didukung bukti kompeten dan relevan dalam KKP. Bukti yang dilaporkan harus

mencerminkan kebenaran logis atas masalah yang dilaporkan.

3. Obyektif. Laporan harus disajikan secara seimbang dalam isi dan nada. Ini berarti

auditor harus menyajikan hasil audit secara netral dan menghindari kecenderungan

melebih-lebihkan atau terlalu menekankan kinerja yang kurang.

4. Meyakinkan. Laporan audit harus menjawab tujuan audit, temuan disajikan secara

persuasif, dan kesimpulan serta rekomendasi disusun secara logis berdasarkan fakta

yang disajikan.

5. Jelas. Laporan audit harus mudah dibaca dan dipahami. Laporan harus ditulis dengan

bahasa yang jelas dan sesederhana mungkin, sepanjang hal ini dimungkinkan. Jika

digunakan istilah teknis, singkatan, dan akronim yang tidak begitu dikenal, hal itu

harus didefinisikan dengan jelas. Penggunaan akronim diusahakan seminimal

mungkin. Pengorganisasian materi laporan seara logis dan keakuratan serta ketepatan

dalam menyatakan fakta dan dalam mengambil simpulan, adalah penting untuk

kejelasan dan pemahaman bagi pembaca Laporan Audit.

6. Ringkas. Laporan audit harus disajikan secara ringkas tidak lebih panjang dari yang

diperlukan untuk mendukung pesan. Jika terlalu rinci, dapat menurunkan kualitas

laporan bahkan dapat menyembunyikan pesan yang sesungguhnya dan mengurangi

minat pembaca. Pengulangan yang tidak perlu juga harus dihindari.

7
1.7. Jenis-Jenis Opini Akuntan

Menurut SPAP (PSA 29 SA Seksi 508) ada 5 jenis pendapat akuntan, yaitu:

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified Opinion)

Akan diberikan oleh akuntan publik jika auditor telah melaksanakan

pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh IAI (Standar

Profesional Akuntan Publik), dan telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian yang

cukup untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan material

atau penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum(SAK).

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqulified

Opinion with explanatory language).

Akan diberikan oleh akuntan publik jika terdapat keadaan tertentu yang

mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan dalam laporan audit,

meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan

oleh auditor.

Misalnya :

a. Pendapat sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.

b. Adanya keadaan-keadaan yang luar biasa,

c. Diantara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam

penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya,

d. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan keuangan

komparatif,

e. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh BAPEPAM, namun

tidak disajikan atau tidak review.

8
3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,

posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan

dengan yang dikecualikan.

Pendapat ini diberikan bilamana:

a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit,

dan ia berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa

pengecualian, dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.

b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari

SAK, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan

pendapat tidak wajar.

4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Laporan keuangan menyajikan secara tidak wajar posisi keuangan, hasil

usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia. Pendapat ini diberikan bila menurut pertimbangan auditor,

laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Auditor harus menjelaskan dalam

paragraf terpisah sebelum paragraph pendapat dalam laporannya, semua alasan yang

mendukung pendapat tidak wajar, dampak utama hal yang menyebabkan pemberian

pendapat tidak wajar, terhadap posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan

arus kas.

5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion).

a. Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak

menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

9
b. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan

atau tidak merumuskan suatu pendapa tentang kewajaran laporan keuangan sesuai

dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia.

c. Jika auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk

memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan.

1.8. Unsur-unsur Laporan Audit

a. Judul, “Laporan Audit Independen”.

b. Alamat , “Pihak yang memberi penugasan”.

c. Paragraf Pendahuluan, Harus berisi:

 Pernyataan telah melakukan Pemeriksaan.

 Periode Laporan keuangan yang diaudit.

 Jenis Laporan keuangan.

 Tanggung jawab manajemen terhadap Laporan keuangan.

 Tanggung jawab auditor terhadap pernyataan pendapat atas Laporan keuangan

yang diaudit.

d. Paragraf Ruang Lingkup

 Pernyataan auditor , bahwa pelaksanaan Pemeriksaan sesuai dengan standar

auditing yang disahkan oleh IAI.

 Pernyataan auditor bahwa Pemeriksaan dilakukan dengan perencanaan,

pengujian, pengumpulan Bukti- bukti dan pengungkapan dalam Laporan

keuangan.

e. Paragraf Pendapat

Auditor menyatakan pendapatnya, terhadap Laporan keuangan secara keseluruhan pada

nilai yang material.

f. Identitas Kantor Akuntan Publik, “Nama, No register, Tanda tangan.

10
g. Tanggal Laporan, “Tanggal yang dicantumkan adalah tanggal diselesaikannya

pemeriksaan”.

Untuk pendapat selain pendapat wajar tanpa pengecualian, maka unsur laporan audit

ditambah “paragraph penjelasan” sebagai penjelasan atas pengecualian pos dalam

laporan keuangan atau ketidakwajaran dalam laporan keuangan.

1.9. Standar Laporan Audit Tanpa Pengecualian

1.9.1. Bagian dari Standar Laporan Audit Tanpa Pengecualian

Laporan audit standar pengecualian berisi tujuh bagian yang berbeda:

1. Judul laporan

Standar audit mensyaratkan bahwa laporan harus di beri judul dan judulnya

memasukan data independent. Misalnya, judul yang tetap adalah “ laporan auditor

independent”, atau “opini akuntan independent”

2. Alamat laporan audit

Laporan biasanya di alamatkan pada perusahaan, pemegang sahamnya atau dewan

direksi.

3. Paragraf pembuka

Paragraf pertama laporan terdiri atas tiga hal yaitu:

a. Berisi pernyataan sederhana bahwa KAP sudah menyelesaikan audit

b. Berisi daftar laporan keuangan yang di audit, termasuk tanggal neraca dan periode

akuntansi untuk laporan laba rugi dan laporan aliran kas

c. Paragraf pembuka menyatakan bahwa laporan ini adalah tanggung jawab

manajemen dan tanggung jawab auditor adalah memberikan opini atas laporan

berdasarkan audit

11
4. Paragraf ruang lingkup

Paragraf ruang lingkup merupakan pernyataan faktual mengenai apa yang dilakukan

auditor dalam audit

5. Paragraf opini

Paragraf terakhir dalam laporan standar menyatakan tentang kesimpulan auditor

berdasarkan hasil audit. paragraf opini dinyatakan dalam bentuk opini dan bukan

pernyataan atas fakta absolut atau jaminan.

Paragraf opini langsung berkaitan dengan standar pertama dan ke empat pada standar

pelaporan audit yang berlaku umum. Auditor di isyaratkan untuk menyatakan opini

atas laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk kesimpulan bahwa perusahaan

telah mengikuti prinsip akuntansi berlaku umum di indonesia.

6. Tanda tangan, nama akuntan publik, nomor lisensi akuntan publik, dan nomor lisensi

akuntan publik

Nama tersebut mengidentifikasikan akuntan publik yang melakukan audit (rekanan

KAP). Nomor lisensi dari akuntan publik dan KAP juga di perlukan

7. Tanggal Laporan Audit

Tanggal pelaporan yang ttepat adalah salah satu yang harus di penuhi dalam prosedur

audit lapangan. Tanggal ini penting bagi pengguna laporan karena mengindikasikan

tanggal terakhir pertangung jawaban auditor dalam melakukan telaah atas kejadian-

kejadian penting yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan.

1.9.2. Kondisi untuk Laporan Standar Audit Tanpa Pengecualian

Laporan audit tanpa pengecualian diterbitkan bila kondisi-kondisi tersebut terpenuhi:

a) Semua laporan --- Neraca, Laba-rugi, Laba ditahan, dan laporan arus kas sudah

termasuk dalam laporan keuangan

12
b) Ketiga standar umum telah dipatuhi dalam semua hal yang berkaitan dengan

penugasan.

c) Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul dan auditor telah melaksanakan

penugasan audit ini dengan cara yang memungkinkannya untuk menyimpulkan bahwa

ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipenuhi.

d) Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku umum. Hal ini juga berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah

tercantum dalam catatan kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan.

e) Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan

sebuah paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.

1.10. Laporan Audit Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan atau Modifikasi Kata

Suatu audit yang lengkap telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan dan

laporan keuangan telah disajikan dengan wajar, tetapi auditor yakin bahwa penting atau wajib

untuk memberikan informasi tambahan. Laporan audit wajar tanpa pengecualian dengan

paragraf penjelasan atau modifikasi perkataan sesuai dengan kriteria audit yang lengkap

dengan hasil yang memuaskan dan laporan keuangan yang disajikan secara wajar, tetapi

auditor merasa penting atau wajib untuk memberikan informasi tambahan. Dalam laporan

audit dengan pengecualian, tidak wajar, atau menolak memberikan pendapat, auditor tidak

melaksanakan audit yang memuskan, tidak yakin bahwa laporan keuangan disajikan secara

wajar atau tidak independen.

Penyebab utama dari adanya paragraf penjelasan atau odifikasi kata dalam laporan

standar tanpa pengecualiaan:

1. Kurangnya penerapan konsiten atas prinsip akuntansi berlaku umum

2. Keraguan atas kelangsungan usaha perusahaan

13
3. Auditor menyetujui adanya perbedaan dengan prinsip yang wajib diterapkan

4. Penekanan atas suatu hal

5. Pelaporan yang melibatkan auditor lain

Keempat penyebab yang pertama mensyaratkan adanya paragraf penjelasan. Untuk

setiap kasus tiga standar paragraf pelaporan dimasukan tanpa pengecualiaan dan paragraf

penjelasan yang terpisah sebelum pargraf opini.

Hanya laporan yang melibatkan adanya auditor lain yang menggunakan modifikasi

kata dalam laporan auditor. Laporan ini meliputi tiga paragraf, dan keseluruhanya

dimodifikasi.

1.10.1.1. Penerapan GAAP yang kurang konsisten

Standar pelaporan kedua mensyratkan auditor memperhatikan kondisi dimana

prinsip akuntansi tidak diterapkan secara konsisten dalam periode berjalan bila dibandingkan

dengan periode sebelumnya. Prinsip akuntansi berlaku umum mensyaratkanbahwa perubahan

dalam prinsip akuntansi bersifat dan dampaknya telah diungkapkan dengan memeadai. Saat

muncul perubahan material, auditor harus memodifikasi laporan dengan menambahkan

paragraf penjelasan tambahan yang membahas perubahan. Materialitas perubahan dievaluasi

berdasarkan dampak perubahan tahun berjalan. Paragraf penjelasan ini dibutuhkan, baik

untuk perubahan yang sukarela maupun yang diperlukan sesuai ketentuan akuntansi yang

baru.

1.10.1.2. Konsistensi versus keterbandingan

Auditor harus membedakan antara perubahan yang memengaruhi konsitensi dan

perubahan yang dapat mempengaruhi perbandingan, tetapi tidak memepengaruhi konsistensi.

Berikut adalah contoh perubahan yang mempengaruhi konsistensi dan memerlukan paragraf

penjelasan jika material:

14
1. Perubahan dalam prinsip akuntansi,s eperti perubahan dari penilaian persediaan

FIFO ke LIFO

2. Perubahan entitas,seperti dimasukanya perusahaan tambahan dalam laporan

keuangan konsolidasi

3. Koreksi atau keslaahan mengenai prinsip, dengan mengubah prinsip akuntansi yang

tidak berlaku umum menjadi berlaku umum, dengan memasukkan koreksi atas

kesalahan yang terjadi.

Hal-hal yang perlu dimasukan dalam laporan audit:

1. Perubahan estimasi, seperti penurunan umur ekonomis aset untuk tujuan depresiasi

2. Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip,seperti kesalahan matematis pada

perhitungan tahun sebelumnya

3. Variasi format dan penyajian dalam informasi keuangan

4. Perubahan karena perbedaan transaksi atau kejadian yang substansial, seperi usaha

penelitian dan penegmbangan yang luar biasa atau penjualan anak perusahaan.

Bagian-bagian yang secara material memengaruhi keterbandingan laporan

keuangan biasanya memerlukan pengungkapan dalam penjelasan tambahan.

Laporan audit dengan pengecualian untuk pengungkapan yang tidak memadai.

1.10.1.3. Keraguan tentang kelangsungan usaha

Meskipun tujuan audit tidak ditujukan unutk mengevaluasi kesehatan keuangan

suatu bisnis, auditor memiliki tanggung jawab berdasarkan PSA 30 (SA 341) utuk

mengevaluasi apakah perusahaan memiliki kelangsungan usaha, berikut ini faktor yang

menyebabkan keraguan akan kemampuan perusahaan untuk memiliki kelangsungan usaha.

Yaitu:

1. Terjadi kerugian operasioanl cukup besar atau kekurangan modal kerja

15
2. Ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban saat jatuh tempo

3. Kehilangan konsumen terbesar, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan,

seperti gempa bumi,atau banjir atau masalah ketenagakerjaan yang tidak lazim

4. Tuntuan hukum, pelanggaran undang-undang atau hal sejenis yang dapat

menganggu kemampuan perusahaan dalam beroperasi.

PSA 30 mengizinkan tetapi tidak mensyaratkan diterbitkanya laporan tanpa opini bila

terjadi keraguan substansial dalam hal kelangsungan usaha. Kriteria untuk diterbitkanya

laporan tanpa opini selain penambahan paragraf penjelasan tidak disebutkan dalam standar,

dan jenis opini ini jarang diterbitkan dalam praktik.

1.10.1.4. Laporan yang melibatkan auditor lain

1. Tidak membuat referensi dalam laporan audit

Pendekatan ini biasanya diikuti saat auditor lain mengaudit bagian laporan audit

yang tidak material, auditor lain disupervisi dengan ketat oleh auditor utama, atau

auditor utama telah menalaah secara seksama hasil kerja auditor lain tersebut

2. Membuat referensi dalam laporan (laporan dengan modifikasi data)

Laporan ini disebut opinin atau laporan bersama. Laporan bersama tanpa

pengecualiaan boleh dilakukan bila hasil kerja auditor lain tidak dapat ditelaah atau

bila bagian dari laporan keuangan yang di audit oleh KAP lain merupakan bagian

material dari keseluruhannya.

3. Memberikan opini dengan pengecualian

Opini dengan pengecualian dan tidak memberikan opini, bergantung pada

matrealitas, yang disyaratkann jika auditor utama tidak mau mengasumsikan

bahwa terdapat tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan auditor lain.

Auditor utama juga memutuskan bahwa kualifikasi diperlukan untuk laporan

16
keselurahn jika auditor lain memberikan opini dengan pengecualiaan dalam bagian

auditnya.

1.11. Laporan Audit yang Berbeda dengan Laporan Audit Tanpa Pengecualian

Tiga kondisi yang mensyaratkan tidak diterbitkannya opini tanpa pengecualian yaitu :

1. Ruang lingkup audit dibatasi (pembatasan ruang lingkup)

Saat auditor tidak dapat mengakumulasi bukti yang memadai untuk menyimpulkan

bahwa laporan keuangan dinyatakan sesuai dengan GAAP, pembatasan ruang lingkup

pun muncul. Ada dua penyebab pembatasan yang disebabkan karena kondisi di luar

kendali klien atau auditor.

2. Laporan keuangan tidak dibuat sesuai dengan prinsip berlaku umum (berbeda dengan

GAAP)

Jika klien memaksa penggunaan biaya penggantian aset tetap atau penilaiaan

persediaan pada harga jual. Sedangkan seharusnya menggunakan harga historis, maka

auditor tidak dapat memberikan opini tanpa pengecualian. Jika konteks ini merujuk

pada prinsip akuntansi, maka pertimbangan mengenai kecukupan seluruh

pengungkapan informasi, termasuk penjelasan tambahan, sangat penting.

3. Auditor tidak independen

Indepedensi biasanya ditentukan dari peraturan 101 pada kode etik

Bila salah satu dari tiga jenis di atas terjadi dan material, maka laporan selain laporan

tanpa pengecualian harus diterbitkan. Tiga jenis laporan audit diterbitkan di bawah kondisi

tersebut : opini dengan pengecualian, opini tidak wajar, atau tidak memberikan opini.

1.11.1. Opini dengan pengecualian

Laporan dengan opini dengan pengecualian adalah laporan yang dapat dihasilkan dari

pembatasan ruang lingkup auditor atau tidak ditreapkanya prinsip akuntansi berlaku umum.

Laporan opini dengan pengecualian dapat digunakan hanya satu auditor menyimpulkan

17
bahwa keseluruhan laporan keuangan dinyatakan dengan wajar.Laporan dengan tidak

memberikan opini atau opini menolak harus digunakan jika auditor yakin bahwa kondisi yang

dilporkan sangat material. Oleh karena itu, opini dengan pengecualian merupakan opini yang

paling baik setelah opini tanpa pengecualian.

1.11.2. Opini tidak wajar

Opini tidak wajar digunakan hanya jika auditor yakin bahwa keseluruhan laoran

keuangan secara material telah salah saji atau menyesatkan karena tidak di nyatakan dengan

wajar sesuai posisi keuangan atau hasil operasi dan aliran kas sesuai GAAP. Laporan audit

dengan opini wajar dapat muncul bila auditor mengetahui, setelah melakukan investigasi

memadai, ketidaksesuain dengan GAAP. Hal ini tidak lazim dan jarang digunakan.

1.11.3. Tidak memberikan opini

Laporan dengan tidak memberikan opini diterbitkan bila auditor tidak dapat

meyakinkan dirinya bahwa laporan keuangan keseluruhan dinyatakan dengan wajar.

1.12. Materialitas

Materialitas adalah faktor penting dalam mempertimbangkan jenis laporan yang tepat

untuk diterbitkan dalam keadaan tertentu. Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan

akuntansi dan pelaporan audit,adalah : “Suatu salah saji dalam laporan keuangan,dapat

dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan

pemakai laporan keuangan yang rasional”.

Dalam menerapkan definisi ini,digunakan tiga tingkatan materialitas dalam

mempertimbangkan jenis laporan yang akan dibuat. Jumlah tidak material.Jika terdapat salah

saji dalam laporan keuangan,tetapi cenderung tidak mempengaruhi keputusan pemakai

laporan,salah saji tersebut dianggap tidak material. Jumlahnya material tetapi tidak

menganggu laporan keuangan secara keseluruhan.Tingkat materialitas kedua terjadi jika salah

18
saji di dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi keputusan pemakai,tetapi keseluruhan

laporan keuangan tersebut tersaji dengan benar sehingga tetap berguna.

Jumlah sangat material atau pengaruhnya sangat meluas sehingga kewajaran laporan

keuangan secara keseluruhan diragukan.Tingkat materialitas tertinggi terjadi jika para

pemakai dapat membuat keputusan yang salah jika mereka mengandalkan laporan keuangan

secara keseluruhan.

1.12.1. Keputusan Mengenai Materialitas

Keputusan materialitas-kaitan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.Jika

seorang klien tidak menerapkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan benar laporan

audit dapat wajar tanpa pengecualian,wajar dengan pengecualian atau tidak wajar,tergantung

kepada materialitas dari penyimpangan tersebut.Harus dipertimbangkan beberapa aspek dari

materialitas.

a) Jumlah rupiah dibandingkan tehadap tolok ukur tertentu

b) Daya ukur

c) Sifat salah saji.

Salah saji berikut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan dan

dengan demikian juga akan mempengaruhi pendapat auditor,dengan cara yang berbeda dari

salah saji yang lazim terjadi :

1. Transaksi-transaksi adalah melanggar hokum

2. Sesuatu pos yang dapat mempengaruhi periode mendatang,meskipun jumlahnya tidak

berarti jika hanya periode sekarang yang diperhitungkan.

3. Sesuatu yang menimbulkan akibat “psikis”(sebagai contoh,laba kecil versus kerugian

kecil,atau saldo bank versus cerukan)

19
4. Sesuatu yang dapat menimbulkan konsekuensi penting bila dipandang dari segi

kewajiban kontrak (contoh : pelanggan persyaratan kredit dapat mengakibatkan

dibatalkannya fasilitas kredit tersebut).

Keputusan materialitas-kaitan dengan pembatasan lingkup audit.Besar kecilnya salah

saji yang mungkin terjadi akibat pembatasan lingkup audit penting untuk diperhatikan dalam

menentukan jenis pendapat yang sesuai,yaitu apakah laporan wajar tanpa pengecualian,wajar

dengan pengecualian atau pernyataan tidak memberikan pendapat.

1.13. Proses keputusan auditor untuk laporan audit

a. Menentukan kondisi yang ensyratkan perbedaan dengan laporan standar tanpa

pengecualian

Auditor mengidentifikasi kondisi saat mereka melakukan audit dan memasukan

informasi mengenai kondisi dalam berkas audit yang di bahas dalam laporan audit.

Jika kondisi-kondisi tersebut tidak muncul, maka seperti yang terjadi di dalam banyak

audit, auditor menerbitkan laporan audit standar tanpa pengecualian.

b. Menentukan aterialitas untuk setiap kondisi

Jika terdapat situasi yang mensyartkan perbedaan dari opini standar tanpa

pengecualian, maka auditor harus mengevaluasi potensi dampaknya atas laporan

keuangan.

c. Menentukan jenis laporan yang tepat untuk kondisi tertentu, pada tingkat materialitas

tertentu

Setelah membuat dua keputasan pertama, mudah menentukan jenis opini yang tepat

dengan menggunakan bantuan pengambilan keputusan.

20
d. Menulis laporan audit

Sebagian besar KAP memiliki bentuk baku terkomputerisasi yang memasukan kata-

kata tepat untuk kondisi yang berbeda-beda agar dapat membantu auditor dalam

menulis laporan audit.

1.13.1. Terdapat lebih dari satu kondisi yang mensyaratkan perbedaan dan modifikasi

Auditor sering menemukan situasi yang melibatkan lebih dari satu kondisi yang

mensyaratkan perbedaan dari laporan tanpa pengecualian atau modifikasi laporan

standar.dalam kondisi tersebut auditor harus memodifikasi opininya untuk setiap kondisi,

kecuali jika ada suatu kondisi yang berdampak pada netralisasi kondisi lainya

1.13.2. Jumlah pargraf dalam laporan keuangan

Jumlah pargraf dalam laporan sebagai sinyal penyting apakah laporan keuangan

sudah disajikan dengan benar, laporan tiga pargraf biasanya menunjukan tidak ada

pengecualian dalam audit. Akan tetapi, laporan tiga pargraf diterbitkan ketika auditor tidak

memberikan opini karena pembatasan ruang lingkup atau untuk laporan tanpa pengecualian

ganbungan yang melibatkan auditor lain. Lebih dari tiga paragraf mengindikasikan adanya

beberapa jenis pengecualian atau penjelasan yang diperlukan.

21
Contoh laporan audit laparan keuangan perusahaan

PT FISHINDO KUSUMA SEJAHTERA Tbk

LAPORAN KEUANGAN

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2004

DENGAN ANGKA PERBANDINGAN TAHUN 2003 DAN

LAPORAN AKUNTAN INDEPENDEN

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Laporan No. AR – 377

Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris

PT Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk

Kami telah mengaudit neraca PT Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk (Perusahaan) pada tanggal

31 Desember 2004, serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas

untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab

manajemen Perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas

laporan keuangan berdasarkan audit kami. Laporan keuangan Perusahaan untuk tahun yang

berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 diaudit oleh auditor independen lain, yang

laporannya tertanggal 12 Maret 2004 menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan

paragraf penjelasan sehubungan dengan dampak dari memburuknya kondisi ekonomi di

Indonesia terhadap Perusahaan.

22
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan

Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar

kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji

material. Suatu audit meliputi pemeriksaan atas dasar pengujian, bukti-bukti yang

mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi

penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh

manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami

yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan tersebut di atas menyajikan secara wajar dalam

semua hal yang material, posisi keuangan Perusahaan tanggal 31 Desember 2004, hasil

usaha, perubahan ekuitas serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Seperti dijelaskan pada Catatan 2n dan 28, sejak tanggal 1 Januari 2004, Perusahaan telah

menerapkan lebih awal Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 (Revisi

2004) mengenai estimasi kewajiban imbalan pasti. Laporan keuangan tahun 2003 telah

disajikan kembali untuk mencerminkan penerapan PSAK tersebut.

Laporan keuangan terlampir mengungkapkan dampak kondisi ekonomi Indonesia terhadap

Perusahaan serta tindakantindakan yang telah dilaksanakan dan rencana-rencana yang akan

dilaksanakan untuk menghadapi kondisi ekonomi tersebut. Perbaikan atas kondisi ekonomi

tersebut tergantung pada kebijakan fiskal dan moneter yang akan dilaksanakan oleh

Pemerintah Indonesia, suatu tindakan yang berada di luar kendali Perusahaan untuk mencapai

23
pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, tidaklah mungkin untuk menentukan dampak masa

depan kondisi ekonomi terhadap likuiditas dan penghasilan Perusahaan.

ADI JIMMY ARTHAWAN

Drs. Jimmy Jansen, Ak.

NIAP. 99.1.0571

Jakarta, 23 Maret 2005

24
Contoh Laporan Audit Independen Pemerintah

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Jl. Jenderal MT Haryono Kav. 45 – 46 Jakarta Selatan 12770. Telp. (021) 7945460, Fax

(021)7495483

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Kepada Para Pengguna Laporan Keuangan

Pemerintah Provinsi Banten

Tahun Anggaran (TA) 2004

Berdasarkan Ketentuan Pasal 23E Perubahan Ketiga Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1973, dan Pasal

31 UU No.17 Tahun 2003, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)

telah memeriksa Laporan Keuangan Provinsi Banten TA 2004 yang telah disusun oleh

Pemerintah Provinsi Banten. Laporan Keuangan tersebut adalah tanggung jawab

Pemerintah Provinsi Banten. Tanggung jawab BPK-RI terletak pada pernyataan pendapat

atas Laporan Keuangan TA 2004 berdasarkan Pemeriksaan BPK-RI.Pemeriksaan atas

Laporan Keuangan Daerah tersebut dilakukan dengan berpedoman pada Standar Audit

Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan oleh BPK-RI. Standar tersebut mengharuskan BPK-

RI untuk merencanakan, mengumpulkan bukti yang cukup dan melaksanakan

pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai sebagai dasar untuk

memberikan pendapat.

25
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Daerah TA 2004 bertujuan untuk memberikan

keyakinan apakah Laporan Keuangan TA 2004 telah disajikan secara wajar sesuai dengan

Prinsip Akuntansi yang ditetapkan di dalam Peraturan Perundangan yang berlaku.

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Provinsi Banten TA 2004 hanya meliputi pengujian

atas Laporan Perhitungan APBD TA 2004 dan Laporan Aliran Kas TA 2004, sedangkan

pemeriksaan atas Neraca Daerah tidak dilakukan karena sampai dengan pemeriksaan

berakhir, Neraca belum selesai disusun. Atas hal-hal yang disajikan dalam Laporan

Realisasi APBD TA 2004, kami tidak memperoleh keyakinan yang memadai pada:

a. Pengelompokan penerimaan dividen Bank Jabar sebesar Rp7.704.504.829,00

dan kontribusi dari PT PLN (Persero) sebesar Rp1.000.000.000,00 dalam obyek

penerimaan jasa giro tidak tepat.

b. Penganggaran dan Pertanggungjawaban Belanja Rumah Tangga Dewan dan

Belanja Penunjang Aspirasi sebesar Rp9.301.000.000,00 yang tidak sesuai

ketentuan.

c. Pengeluaran Belanja Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten TA 2004

senilai Rp2.353.940.760,00 yang tidak didukung dengan bukti yang sah.

d. Bantuan Instansi Vertikal sebesar Rp2.097.050.000,00 yang digunakan tidak

sesuai dengan ketentuan.Berdasarkan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan

Provinsi Banten TA 2004, BPK-RI berpendapat bahwa Laporan Keuangan berupa

Laporan Realisasi APBD dan Laporan Aliran Kas Provinsi Banten TA 2004, kecuali

akibat atas hal-hal yang dimuat dalam paragraph sebelumnya, telah disajikan secara

wajar untuk semua hal yang material sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang

ditetapkan di dalam berbagai peraturan perundangan yang berlaku.

Di dalam hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Provinsi Banten TA 2004, BPK-

26
RI menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah

dan DPRD Provinsi Banten dalam upaya penyempurnaan Laporan Keuangan Daerah

sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Jakarta, Juli 2005

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan III BPK-RI di Jakarta

Ketua Tim,

Dwi Setiawan S, S.E., Ak, M.Si

Akuntan REG-NEG D-13.194

27
BAB II

KASUS

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di

Indonesia pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia

Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit

oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam

menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah

dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan

kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan

keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih

rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu

timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp

2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9

miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1

miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada

dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur

produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1

dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan

dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.

Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya

pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang

tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.

28
Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan

keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal

mendeteksi kecurangan tersebut. Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal

mengungkapkan tentang kasus PT.Kimia Farma dalam rangka

restrukturisasi PT.Kimia Farma Tbk, Ludovicus Sensi W selaku partner dari KAP Hans

Tuanakotta dan Mustofa yang diberikan tugas untuk mengaudit laporan

keuangan PT.Kimia Farma untuk masa lima bulan yang berakhir 31 Mei 2002, tidak

menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian persediaan barang dan jasa

dan kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2001.

Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan dalam harian Kontan yang menyatakan bahwa

kementrian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik pemerintah

di PT.Kimia Farma setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan dalam

laporan keuangan pada semester I tahun 2002.

29
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Pembahasan Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma

Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam diperoleh bukti sebagai berikut.

Terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT.Kimia Farma, adapun

dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang

berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp.32,7 milyar yang merupakan 2,3% dari penjualan dan

24,7% dari laba bersih PT.Kimia Farma Tbk.Selain itu kesalahan juga terdapat pada :

a. Unit industri bahan baku, kesalahan berupa overstated pada penjualan sebesar

Rp.2,7 milyar. Unit logistik sentral, kesalahan berupa overstated pada persediaan

barang sebesar Rp.23,9 miliar.

b. Unit pedagang besar farmasi (PBF), kesalahan berupa overstated pada persediaan

barang sebesar Rp.8,1 milyar. Kesalahan berupa overstated pada penjualan

sebesarRp.10,7 milyar. Kesalahan-kesalahan penyajian tersebut dilakukan oleh

direksi periode 1998 – juni 2002 dengan cara :

c. Membuat dua daftar harga persediaan yang berbeda masing-masing diterbitkan pada

tanggal 1 Februari 2002 dan 3 Februari 2002, dimana keduanya merupakan master

price yang telah diotorisasi oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur

Produksi PT.Kimia Farma. Master price per 3 Februari 2002 merupakan master

price yang telah disesuaikan nilainya (mark up) dan dijadikan dasar sebagai

penentuan nilai persediaan pada unit distribusi PT.Kimia Farma per 31 Desember

2001.

d. Melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada unit PBF dan unit bahan baku.

Pencatatan ganda dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan.

30
Berdasarkan uraian tersebut tindakan yang dilakukan oleh PT.Kimia Farma terbukti

melanggar peraturan Bapepam no. VIII.G.7 tentang pedoman penyajian laporan keuangan.

poin 2, Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3 Kesalahan Mendasar, sebagai

berikut:

a. “Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis,

kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta

dan kecurangan atau kelalaian.”

b. Pihak-Pihak yang terlibat

 Manajemen lama PT Kimia Farma Tbk

 kuntan publik Hans Tuanakota Mustofa (HTM)

 Ludovicus Sensi W rekan KAP Hans Tuanakota Mustofa (HTM) selaku

auditorPT.Kimia Farma.

 Direksi lama PT.Kimia Farma periode 1998 – juni 2002

Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan pasal 102 UU nomor 8

tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pasal 61 PP no.45 tahun 1995 tentang penyelenggaraan

kegiatan bidang pasar modal maka PT.Kimia Farma Tbk, dikenakan sanksi administratif

berupa denda yaitu sebesar Rp.500 juta. Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal, maka:

1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan

membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas

Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan

per 31 Desember 2001.

2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor

PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,-

(seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak

31
berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia

Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai

dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya

unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena

dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP

SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04

Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang

dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan

pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.

Terjadinya penyalah sajian laporan keuangan yang merupakan indikasi dari tindakan

tidak sehat yang dilakukan oleh manajemen PT. Kimia Farma, yang ternyata tidak

dapat terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan pada periode

tersebut.

Solusi Terkait Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma berdasarkan

kronologis yang telah penulis jabarkan pada kasus diatas, seharusnya akuntan publik

bertindak secara independen karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan

melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar

Modal 1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga

hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya

tersebut tidak dilaporkan maka auditor tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan

yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten

yang melakukan pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian

kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan

yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit

sesuai dengan standar profesional akuntan publik.

32
Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan

keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa

(HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan

laporan fiktif atau tidak.

Berkaitan dengan sikap Skeptisme Profesional seorang auditor, sehingga jika akuntan

publik tersebut tidak menerapkan sikap skeptisme profesional dengan seharusnya hingga

berakibat memungkinkannya tidak terdeteksinya salah saji dalam laporan keuangan yang

material yang pada akhirnya merugikan para investor. Seorang auditor seharusnya

professional, jujur dan lebih teliti dengan bidangnya untuk menghindari kesalahan laporan

keuangan yang diauditnya karena Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal

bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal Lembaga

Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi para akuntan publik untuk

mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik dalam kesalahan pencatatan laporan

keuangan baik disengaja ataupun tidak disengaja.

Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak

terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi

yang menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan

sudah melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang

menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat

pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan

dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para

akuntan publik.

Hukuman bagi kasus PT.Kimia Farma, Tbk adalah

Dilihat dari pihak yang terlibat :

1.Manajemen Lama PT.Kimia Farma, Tbk

33
2.Akuntan public Hans Tuanakota Mustofa(HTM)

3.Auditor PT.Kimia Farma, Tbk

4.Direksi Lama PT.Kimia Farma, Tbk

Maka sesuai dengan pasal 102 UU Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pasal 61

PP No.45 tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan bidang pasar modal maka PT.Kima

Farma, Tbk dikenakan sangsi administrasi berupa denda yaitu sebesar Rp 500.000.000

Pasal 5 huruf n Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:

1. Direksi Lama PT.Kimia Farma, Tbk diwajibkan membayar sejumlah Rp

1.000.000.000 utnuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek

penggelembungkan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.

2. Auditor PT.Kimia Farma, Tbk diwajibkan membayar sejumlah Rp 100.000.000

untuk disetor ke Kas Negara, karena atas resiko audit yang tidak berhasil

mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT.Kimia Farma,

Tbk tersebut meskipun telah dilakukan prosedur audit sesuai dengan SPAP, tetapi

KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal

menerapkan Pesyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110

(Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen) paragraph 4 Persyaratan

Profesional dimana disebutkan bahwa persyaratan professional yang dituntut dari

auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman

berpraktik sebagai auditor independen.

Prinsip Etika Profesi Akuntansi Kasus PT.Kimia Farma, Tbk adalah

1. Tanggung jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, setiap anggota

mempunyai peran penting dalam masyarakat. Anggota juga harus selalu

bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesame anggota untuk

34
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan

menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.

Berdasarkan kasus : Setiap anggota tidak menjalankan fungsi perannya dengan

baik , tidak mempunyai rasa tanggung jawab atas setiap kewajibannya menjalankan

tugas dengan benar dimana terbukti bahwa dikorupsinya laba bersih hingga Rp

32.6 Miliyar.

2. Integritas

Karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional, kualitas yang

melandasi kepercayaan public dan patokan bagi anggota dalam menguji keputusan

yang diambilnya antara lain bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus

mengorbankan rahasia penerima jasa. Berdasarkan kasus : Anggota tidak berterus

terang dalam penyajian laporan keuangan baik pada penyajian berdasarkan

persediaan barang maupun penyajian berdasarkan penjualan di PT.Kimia Farma,

Tbk.

3. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan

ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan

keterampilan profesioanl pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa

klien memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.

Hal ini mengandung bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan

jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.

Berdasarkan kasus : Pada seorang auditor tidak menjalankan prinsip yang sesuai

dengan SPAP jadi tidak dikatakan layak sebagai seorang auditor dikarenakan

auditor PT.Kimia Farma, Tbk tidak melaukan teknik disampling pada unit-unit .

Sesuai dengan SPAP SA Seksi 110 (seorang auditor menuntut orang yang benar-

35
benar memiliki pendidikan dan berpengalaman berpraktik sebagai auditor

idenpenden).

4. Perilaku Profesional

Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus

dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima

jasa, pihak ketiga, anggota yang lain seperti staf, pemberi kerja dan masyarakat

umum. Berdasarkan kasus : Anggota tidak berlaku konsisten dalam berperilaku

etika untuk dipandang baik yang terbukti dengan tidak tertib dilakukannya kaedah-

kaedah sebagai mana sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3.2 Kesimpulan dan Saran

3.2.1 Kesimpulan

Seorang akuntan publik dalam melaksanakan auditnya pada umumnya

berdasarkan kepada sampling, makanya ketika ditemukan di kemudian hari terdapat

kesalahan yang tidak terdeteksi merupakan hal yang wajar, karena menurut SA Seksi

110 paragraf 1 menyebutkan: (1) Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor

independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran,

dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan

arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Pada akhirnya semua hal ini kembali kepada masing-masing individu

auditornya dalam melaksanakan jasa profesionalnya yang menuntut sikap independensi,

obyektifitas, kejujuran, integritas yang tinggi, serta kemampuan profesional dalam

bidangnya

36
3.2.2 Saran

a. Bagi Perusahaan

Perusahaan harus membuatkan laporan keuangan yang material dan jelas

sesuai dengan format dan standar yang berlaku agar tidak ada

kesalahpahaman atas salah saji material.

b. Auditor atau Kantor Akuntan Publik

KAP atau auditor harus harus bersikap independen, menerapkan etika profesi

dan menggunakan penerapan standar yang jelas dalam melakukan audit

sehingga mudah dipahami klien.

37

You might also like