Professional Documents
Culture Documents
Pasca Panen Nilam PDF
Pasca Panen Nilam PDF
Ma’mun
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111
I. PEMANENAN
Panen nilam dilakukan pada saat umur tanaman 6-8 bulan (panen
pertama) dan umur 3-4 bulan panen berikutnya. Batang nilam dipotong,
sebaiknya menggunakan gunting setek, ukuran potongan 15-20 cm di atas
permukaan tanah dengan meninggalkan 1 batang utama. Terna nilam yang
sudah dipanen dibersihkan dari bahan lain seperti rumput dan tanah.
2.1. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah mengurangi kandungan air di dalam
bahan. Pada proses pengeringan sebagian besar air dalam terna menguap
dan meninggalkan ruang kosong pada bahan. Akibat adanya ruang kosong
ini maka jaringan bahan mengkerut dan sel minyak pecah sehingga minyak
mudah keluar pada proses penyulingan. Penyulingan daun segar tidak
dianjurkan karena rendemen minyak yang dihasilkan rendah. Sel-sel yang
mengandung minyak sebagian terdapat di permukaan dan sebagian lagi di
bagian dalam dari daun. Pada penyulingan daun segar hanya didapat
minyak yang berada di permukaan saja. Pengeringan akan memberikan
rendemen minyak yang lebih besar karena dinding-dinding sel lebih mudah
ditembus uap.
Pengeringan dilakukan dengan cara menghamparkan terna nilam di
atas lantai jemur yang dibuat dari semen, atau alas tikar atau menggunakan
rak bambu. Hamparan/lapisan terna nilam tidak terlalu tebal (maksimum 20
cm). Selama penjemuran, terna nilam harus dibulak-balik agar
Tabel 1. Pengaruh cara pengeringan terhadap kadar dan mutu minyak nilam
Kadar Kadar patchouli
Cara pengeringan minyak alcohol
(%) (%)
Dijemur 2 hari @ 5 jam 3,75 31,58
Dijemur 2 hari @ 7 jam 2,65 33,52
Dijemur 2 jam dan dilayukan 7 hari 2,52 32,93
Sumber : Hobir et al. (2003)
a. Perajangan
Terna nilam terdiri dari batang, cabang, ranting dan daun nilam.
Seluruh bagian terna nilam harus dimasukkan ke dalam ketel suling. Tujuan
perajangan adalah untuk meratakan distribusi bahan dalam ketel suling
sehingga dapat dicegah terjadinya jalur uap dalam ketel suling sehingga
aliran uap dapat merata di dalamnya. Perajangan terna juga dapat
meningkatkan daya muat tangki suling. Untuk tangki suling kapasitas kecil
perajangan terna sangat dianjurkan, tetapi pengaruhnya relatif kecil dalam
usaha meningkatkan rendemen minyak. Perajangan bisa dilakukan dengan
menggunakan golok atau alat pemotong. Ukuran panjang rajangan sekitar
5 – 10 cm. Komposisi antara batang dan daun nilam akan berpengaruh
terhadap minyak yang dihasilkan. Pada Tabel 3 dapat dilihat pengaruh
perbandingan bobot batang dan daun dalam terna terhadap rendemen
minyak hasil penyulingan. Dari tabel tersebut terlihat bahwa semakin besar
persentase bobot batang dan ranting dalam terna akan semakin rendah
rendemen minyak hasil penyulingan. Perbandingan yang baik antara batang
dan daun adalah 33% batang dan 66% daun atau 1 : 2.
Hal ini disebabkan kandungan minyak dalam batang, cabang atau
ranting jauh lebih kecil (0,4 - 0,5%) dibandingkan dalam daun (5 - 6%).
III. PENYULINGAN
PA M A
WA x x WB
PB M B
Dimana : A = minyak. B = air
WA dan WB = berat komponen A dan B dalam kondensat
MA dan MB = berat molekul zat/cairan A dan B
PA dan PB = tekanan uap bagian A dan B
Dari persamaan di atas, akan dapat diperkirakan jumlah uap air yang
diperlakukan untuk menyuling suatu bahan jika tekanan dan berat molekul
masing-masing komponen/cairan diketahui pada suhu penyulingan. Dengan
mengetahui kadar minyak dalam bahan dan melalui persamaan di atas,
maka kebutuhan uap air yang diperlukan pada proses penyulingan dapat
diketahui.
b. Jenis-Jenis Penyulingan
Pada umumnya penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan
3 cara:
1. Penyulingan dengan cara direbus, bahan terendam di dalam air.
2. Penyulingan secara dikukus, pada sistem ini bahan berada pada jarak
tertentu di atas permukaan air.
3. Penyulingan dengan uap langsung dimana bahan berada dalam ketel
suling dan uap air dialirkan dari ketel uap ke bagian bawah ketel
suling.
Untuk minyak nilam, cara penyulingan yang dianjurkan adalah cara
(2) dan (3), tergantung pada kondisi (modal, areal pertanaman dan situasi
lapang). Kapasitas tangki suling umumnya dinyatakan dalam volume,
misalnya dalam liter. Kerapatan (bulk density) terna nilam kering berkisar
antara 90 - 120 g/liter, tergantung dari persentase daun dan kadar airnya.
c. Peralatan Penyulingan
c.1. Alat penyulingan cara dikukus
Bagian utama dari alat penyulingan ini adalah tungku pemanas, tangki
suling, pendingin dan pemisah/penampung minyak (Gambar 1). Kapasitas
ketel suling untuk cara ini sebaiknya hanya sampai 150 kg terna kering atau
sekitar 1.600 liter volume efektif. Hal ini disebabkan kecepatan penyulingan
umumnya rendah karena untuk menguapkan air hanya alas ketel suling saja
yang dapat dipanaskan. Seperti diketahui sampai batas tertentu makin besar
kecepatan penyulingan makin banyak minyak yang akan tersulingkan. Nilai
maksimum kadar minyak nilam dalam destilat adalah 0,12 - 0,13%. Untuk
meningkatkan kecepatan penyulingan, gas hasil pembakaran sebelum
2. Ketel suling
Bahan konstruksi dapat berupa plat besi digalvanis, carbon steel dan
terbaik dari besi tahan karat ( stainless steel). Bentuk dari ketel dapat berupa
silinder atau silinder konikal (besar ke atas). Bentuk silinder konikal
digunakan untuk memudahkan membongkar bahan sesudah penyulingan
dengan bantuan katrol. Untuk keperluan ini plat berlobang penahan
terna/daun nilam dilengkapi dengan rantai besi atau jaring.
Pada penyulingan dengan sistem kohobasi dimana air bekas
penyulingan dialirkan kembali ke ketel suling secara otomatis maka
penggunaan air untuk penyulingan akan sangat berkurang. Untuk
menghindari kehilangan panas sebaiknya ketel suling diberi isolator misalnya
tanah liat yang dijepit dengan bambu atau bahan lainnya yang mudah
didapatkan.
3. Pendingin
Pipa pendingin sebaiknya dari besi tahan karat, kalau tidak dari
carbon steel yang relatif tahan asam/karat, daya pakai panjang dan daya
hantar panas baik. Pemakaian pipa ledeng kurang baik karena mudah
berkarat. Tipe pendingin dapat berupa lingkaran (coil), segi empat dan
banyak pipa (multitubular) seperti terlihat pada Gambar 2. Pendingin tipe
coil dan segi empat umumnya direndam dalam bak air yang terbuat dari
beton atau besi plat (air selalu mengalir). Sedangkan tipe multitubular
menggunakan pipa silinder besar yang terbuat dari besi tahan karat sebagai
bak pendingin.
1. Ketel uap
Tipe dan kapasitas ketel uap bermacam-macam dari yang sederhana
buatan lokal sampai yang besar/buatan pabrik. Tipe sederhana (buatan
bengkel kecil) umumnya berbentuk silinder gepeng, dibuat dari plat besi dan
diletakkan horizontal di atas tungku bata. Agar ketel uap bekerja efektif dan
bertekanan yang lebih besar dari 1 atm, sebaiknya di dalamnya dilengkapi
pipa api/gas, sehingga kecepatan penyulingan dapat ditingkatkan, yang
menyebabkan waktu penyulingan dapat dipersingkat. Untuk ini ketel uap
harus dilengkapi dengan pengukur tekanan (manometer), klep keselamatan
(safety valve) dan pipa penduga (pengukur air dalam ketel).
3. Pendingin
Alat pendingin yang digunakan pada prinsipnya sama dengan
penyulingan secara dikukus. Hanya saja kalau kapasitas ketel suling besar
maka air dalam bak pendingin harus mengalir. Sedangkan kalau
menggunakan alat pendingin tipe multitubular dan tekanan penyulingan
cukup tinggi maka dianjurkan alat pendingin diperlengkapi dengan pipa
(vent) untuk mengeluarkan uap air karena air pendingin cukup panas.
4. Pemisah/penampung minyak
Penampung minyak sama dengan yang digunakan pada penyulingan
cara dikukus. Hanya saja untuk penyulingan dengan tekanan relatif tinggi
dan kecepatan penyulingan besar, maka ruangan pemisah minyak minimum
tiga ruangan, agar pemisahan minyak sempurna. Pada kondisi ini biasanya
minyak teremulsi sehingga agak sukar terpisah dari air dalam waktu singkat
selama penyulingan.
Bahan konstruksi alat suling akan mempengaruhi mutu minyak
terutama dalam karakteristik warnanya. Alat penyuling dari bahan plat besi
(MS) tanpa digalvanis akan menghasilkan minyak yang berwarna gelap dan
keruh karena karat. Oleh sebab itu dianjurkan untuk menggunakan alat
Karakteristik Syarat
DAFTAR PUSTAKA
Ma’mun. 2008. Pemurnian Minyak Nilam dan Minyak Daun Cengkeh Secara
Kompleksometri. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Perkebunan, Bogor.
Ma’mun and Molide Rizal. 2007. Quality and Contamination of Essential Oils
from Several Production Areas of Indonesia. International Seminar On
Essential Oil.
Rusli, S. 1989. Rekayasa Alat Penyuling Minyak Atsiri Hemat Energi. Balai
Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat.
Rusli, M. 2007. Cara Produksi yang Baik Minyak Nilam. Direktorat Industri
Kecil dan Menengah.