You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan kota-kota di dunia termasuk di Indonesia cukup pesat. Pertumbuhan


suatu kota dapat disebabkan oleh pertambahan penduduk kota, urbanisasi, dan kemajuan
teknologi yang membantu kehidupan penduduk di kota. Wilayah kota atau urban bersifat
heterogen ditinjau dari aspek struktur bangunan dan demografis. Susunan, bentuk,
ketinggian, fungsi, dan usia bangunan berbeda-beda.

Mata pencaharian, status sosial, suku bangsa, budaya, dan kepadatan penduduk juga
bermacam-macam. Selain aspek bangunan dan demografis, karakteristik kota
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti topografi, sejarah, ekonomi, budaya, dan
kesempatan usaha. Karakteristik kota selalu dinamis dalam rentang ruang dan waktu.

Kota Palu merupakan ibukota provinsi Sulawesi Tengah yang berada di Lembah
Palu. Kota Palu berbatasan langsung dengan Kabupaten Sigi di Selatan, Kabupaten
Donggala di Utara dan Barat, serta Kabupaten Parimo di Barat. Kota Palu asal mulanya
dari kata Topalu’e yang memiliki arti tanah yang terangkat. Awal mulanya, Kota Palu
adalah lautan yang kemudian berubah menjadi daratan lembah karena dulunya terjadi
gempa yang mengakibatkan adanya pergeseran lempeng Palu Koro. Kota Palu terletak
memanjang dari timur ke barat disebelah utara garis katulistiwa dalam koordinat 0,35 –
1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Luas wilayahnya 395,06 km2 dan terletak di Teluk Palu
dengan dikelilingi pegnungan. Kota Palu terletak pada ketinggian 0 – 2500 m dari
permukaan laut dengan keadaan topografis datar hingga pegunungan. Sedangkan dataran
rendah umumnya tersebut disekitar pantai. Karena letaknya yang strategis olehnya Kota
Palu di dijadikan pintu gerbang perkembangan kota di Provinsi Sulawesi Tengah.

Sejarah awal terbentuknya Kota Palu diawali dengan bermukimnya warga asli suku
Kaili di bataran sungai Palu wilayah barat tepatnya di wilayah sekitaran Kecamatan
Tatanga yang dulunya disebut juga dengan desa Tatanga atau artinya adalah
dipertengahan menurut Prof. Matulada dalam Bukunya yang berjudul Sejarah
Kebudayaan To’Kaili (1983). Awal perkembangan kota ini adalah kota Kolonial yang
mana Permukiman pertama berasal dari bantaran sungai lalu membentuk pusat kegiatan,
pemerintahan, dan distriik di wilayah seberangnya. Berdasarkan latar belakang
permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
observasi mengenai sejarah pertumbuhan struktur ruang Kota Palu dan perkembangan
yang terjadi hingga saat ini melalui sejarah yang dibaca.
1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dari latar belakang diatas adalah

1. Bagaimana Sejarah perkembangan awal Kota Palu?

2. Bagaimana struktur pola ruang Kota Palu yang berkaitan dengan sejarahnya?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Mampu Mengidentifikasikan sejarah perkembangan awal Kota Palu

2. Mampu memahami struktur dan pola ruang Kota Palu


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Konsentris (Concentric Theory)

Teori tentang struktur ruang kota yang pertama adalah teori konsentris yakni teori yang
dikemukakan oleh Ernest W. Burgess, seorang sosiolog asal Amerika Serikat yang meneliti
kota Chicago pada tahun 1920. Ia berpendapat bahwa kota Chicago telah mengalami
perkembangan dan pemekaran wilayah seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah
penduduk. Perkembangan itu semakin meluas menjauhi titik pusat hingga mencapai daerah
pinggiran. Zona yang terbentuk akibat pemekaran wilayah ini mirip sebuah gelang yang
melingkar.

Teori ini memungkinkan terjadi pada daerah eropa dan amerika seperti london, kalkuta,
chicago dan Adelaide (Australia) dimana lingkungannya yang sangat mudah untuk
dibangunnya jalur transportasi. Di Indonesia, teori seperti ini sangat sulit terwujud (hanya di
kota-kota besar) karena lingkungan di Indonesia banyak yang merupakan daerah
pegunungan, berlembah, memiliki sungai besar dan daerah yang terpisah laut.

2.2. Teori Sektoral (Sector Theory)

Teori tentang struktur ruang kota yang kedua adalah teori sektoral yakni teori yang
dikemukakan oleh Hommer Hoyt dari hasil penelitiannya yang dilakukannya pada tahun
1930-an di kota Chicago. Hommer Hoyt berpendapat bahwa unit-unit kegiatan di perkotaan
tidak menganut teori konsentris melainkan membentuk unit-unit yang lebih bebas. Ia
menambahkan bahwa daerah dengan harga tanah yang mahal pada umumnya terletak di luar
kota sedangkan harga tanah yang lebih murah biasanya merupakan jalur-jalur yang
bentuknya memanjang dari pusat kota (pusat kegiatan) menuju daerah perbatasan.

2.3. Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)

Teori tentang struktur ruang kota yang ketiga adalah teori inti ganda yakni teori yang
dikemukakan oleh dua orang ahli geografi yang bernama Harris dan Ullman pada tahun 1945.
Mereka berdua berpendapat bahwa teori konsentris dan sektoral memang terdapat di
perkotaan namun apabila dilihat lebih dalam lagi, maka akan didapati kenyataan yang lebih
kompleks.

Kenyataan yang kompleks ini disebabkan karena dalam sebuah kota yang berkembang akan
tumbuh inti-inti kota yang baru yang sesuai dengan kegunaan sebuah lahan, misalnya adanya
pabrik, universitas, bandara, stasiun kereta api dan sebagainya. Nah, inti-inti kota tersebut
akan menciptakan suatu pola yang berbeda-beda karena kita tentunya akan tahu bahwa
sebuah tempat yang dibuka (misalnya pabrik), maka disekitarnya akan tumbuh pemukiman
kos-kosan, perdagangan kecil dan sebagainya yang tentunya semua ini akan ikut
mempengarui struktur ruang kota. Biasanya faktor keuntungan dari segi ekonomilah yang
melatar belakangi munculnya inti-inti kota ini.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Sejarah Perkembangan Kota Palu

kota palu pada awalnya ialah kota kecil dan menjadi pusat kerajaan palu. Asal usul
Palu sendiri berasal dari kata topalu'e yang dimana memiliki arti "tanah yang
terangkat". Pada awalnya daerah ini adalah lautan yang dilintasi oleh lempeng yaitu
"palu koro" karena terjadinya gempa dan pergeseran lempeng, daerah yang tadinya
lautan terangkat dan membentuk daratan lembah yang sekarang disebut dengan lembah
palu. awal mula pembentukan kota palu berasal dari penduduk desa Bontolevo di
pegunungan Ulayo. setelah terjadi pergeseran penduduk ke daratan rendah, akhirnya
mereka sampai di boya, yang sekarang ini disebut dengan Pogego (daerah Palu Barat).
Suku yang mendiami lembah palu ialah suku kaili.

Ada beberapa pendapat mengenai etimolgi dari kata kaili tersebut antara lain yakni
nama kalili ini muncul dari nama buah dan pohon kaili yang tumbu dan menyebar di
lembah palu. Masyrakat suku ini mendiami sebagian besar wilayah sulawesi tengah
meliputi kota palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Kulawi, Parigi, dan Ampana,
sebagian Kabupaten Poso dan sebagian kecil juga di bagian Kabupaten Buol dan Toli-
Toli. Bahasa Kaili memiliki banyak versi atau beragam terbagi di masing masing
daerah sulawesi tengah sendiri, misalnya contoh masyarakat palu menggunakan bahasa
kaili ledo, untuk masyarakat tavaili, kayumalue, wani, pantoloan, toaya bahkan sampai
di daerah parigi meraka menggunakan kaili ledo, untuk vatunonju kaili edo, masyarakat
pakuli kaili ado, daerah lasoani menggunakan kaili Tara dan masih banyak lagi karena
menerut sepengatahuan penulis bahasa kalili memiliki kurang lebih sampai seratus
lebih versi atau ragamnya.

Kota Palu awalnya adalah kota kecil yang menjadi pusat kerajaan Palu. Setelah
penjajahan Belanda maka kerajaan ini merupakan bagian dari wilayah kekuasaan,
Onder Afdeling Palu. Onder Afdeling Palu membawahi 3 Landschap yakni :

1. Landschap Palu yang terdiri dari :

a. Distrik Palu Timur;

b. Distrik Palu Tengah; dan

c. Distrik Palu Barat

2. Landschap Kulawi

3. Landschap Sigi Dolo


Pada saat Perang Dunia II sekitar tahun 1942 Kota Donggala sebagai ibukota
Afdeling Donggala dihancurkan baik oleh pasukan Sekutu maupun Jepang sehingga
pusat pemerintahan dialihkan ke Palu sekitar tahun 1950, yang berdasarkan Undang-
Undang Nomor 44 tahun 1950 menjadi wilayah daerah Sulawesi Tengah dan
berkedudukan di Poso, sedangkan Kota Palu hanya merupakan tempat kedudukan
Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) setingkat Wedana. Lebih jauh Kota Palu
berkembang setelah dibentuknya Residen Koordinator Sulawesi Tengah Tahun 1957
membuat status Kota Palu menjadi Ibukota Karesidenan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1964 dengan terbentuknya Propinsi
Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, telah memberi arti dan peran yang lebih baik bagi
Kota Palu karena menjadi Ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah.

Dengan semakin besarnya peran kota ini dalam bidang pemerintahan dan
pembangunan, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978 maka Kota
Palu di tetapkan menjadi Kota Administratif.

Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1994 telah dibentuk


Kotamadya Daerah Tingkat II Palu yang mempunyai Wilayah meliputi : Kota
Administratif Palu dan Sebagian wilayah Kecamatan Tavaili

Secara administratif Wilayah Kota Palu terdiri dari :

a. Kecamatan Palu Utara;

b. Kecamatan Palu Timur;

c. Kecamatan Palu Barat; dan

d. Kecamatan Palu Selatan


Awal mulanya permukiman pertama dikaota ini terdapat didaerah tatanga tepatnya
disebelah barat sungai kota palu yang berdekatan dengan jembatan 1. Desa inilah yang
menjadi cikal bakal awal bermukimnya warga kaili sehingga kota palu dapat
dikategorikan sebagai kota kolonial di pinggiran sungai. Lalau kemudian membangun
pusat bisnis di seberang sungai bagian timur tepatnya di kecamatan palu selatan, maka
dari itu timbulah awal kota yang tidak terencana.

3.2. Struktur dan Pola Kota Perkembangan Kota Palu


Berdasarkan sejarah pembentukkan Kota Palu yang telah penulis paparkan diatas dapat
kami info bahwasanya awal mula perkembangan kota palu memang berawal dari pinggiran
sungai palu yang ada di wilayah Barat dengan aksebiltas sungai namun lambat laun
pembangunan mulai berkembang kearah wilayah Timur. Seiring dengan berjalannya waktu,
Kota Palu semakin berkembang pesat menjadi sebuah kota yang mulai merata
pembangunannya. Akan tetapi jika melihat struktur kota palu yang mengikuti teori inti
ganda dimana dalam sebuah kota yang berkembang akan tumbuh inti-inti kota yang
baru yang sesuai dengan kegunaan sebuah lahan, misalnya adanya pabrik,
universitas, bandara, stasiun kereta api dan sebagainya.

Saat ini Pembangunan Kota Palu memang terbilang merata hanya pada wilayah Barat dan
Timurnya saja yang berbatasan langsung dengan Sungai Palu. Hal ini dapat terlihat
banyaknya kantor-kantor Pemerintaha, Pusat Kegiatan, dan Pemukiman Padat berada di
wilayah Pertengahannya di sekitaran sungai Palu bagian Timur maupun bagian Baratnya
sehingga memang terkesan seperti kota sektoral akan tetapi jika kita melihat pola
perkembangan di pinggiran kita seperti di pinggiran timur, barat, maupun utara terlihat
seperti perkembangan kota secara Inti Ganda yang mana di pengaruhi oleh pusat kegiatan2
yang baru.

Peta Penggunaan Lahan Kota Palu

Seperti munculnya pusat kegiatan pendidikan berupa iniversitas tadulako hal ini
menyebabkan terjadinya pertumbuhan disekitarnya, dapat kita lihat sekarang banyak kios-
kios yang tersebar di sekitaran kawasan universitas selain kios terdapat juga lapak-lapak
fotocopy yang pastinya sangat menguntungkan dari segi ekonomi. Dengan tersedianya
fasilitas-fasilitas yang mendukung telah banyak tumbuh permukiman disekitaran kawasan
ini yang pastinya akan mengubah pola struktur kota namun kurangnya penerangan jalan
maka sering terjadi masalah sosial seperti penjambretan dimalam hari.

Selain itu diseblah utara kota palu terdapat pelabuhan dengan adanya pusat kegitan tersebut
maka akan mendorong penduduk untuk bermukim disekitar kawasan pelabuhan ini karna
melihat potensi ekonomi yang besar disisi lain disekitar kawasan pelabuhan ini telah
dijadikan kawasa ekonomi khusus, faktor-faktor inilah yang akan mendorong perubahan
pola struktur ruang kota.

Dengan semakin berkembangnya kota palu maka dibagian selatan kota palu dibangun
bandara yang membantu menunjang aksebilitas kota hal ini memicu para developer
membangun suatu usaha dengan mendirikan hotel tepat korudor menuju bandara. Selain
para developer masyarakat juga banyak yang mendirikan kios-kios disekitran koridor ini
sehingga kawasan ini yang dulunya masih terdapat laha kosong kini telah banyak
masyarakat yang bermukim di sekitan pusat pertumbuhan yang baru ini.
Namun sebelum perkembangan di wilayah utara, timur, dan selatan wilaya barat kota palu
telah lama berkembang sebagai kawasan perdagangan tepatnya di koridor imam bonjol dan
gajah mada ini terlihat dari bangunan yang ada seperti toko-toko yang bergaya arsitektur tua
namun dengan adanya pusat perdagangan ini membuat persebaran permukiman diwilayah
barat kota palu ini khususnya disekitaran kawasan perdagangan ini.

Selain pusat kegiatan banyak pula pusat permukiman baru yang mulai tumbuh dengan
sering berjalannya waktu, seperti pusat permukiman yang ada di pengawu dengan kebutuhan
masyarakat untuk bermukim mereka mengelola lahan kosong sehinnga menjadi tempat
bermukim yang layak yang akhirnya melebar sampai ke kaki gunung gawalise

Disebelah utara kota palu tepanya dikecamatan tondo yang dulunya hutan dan laha kosong
sekarang telah berubah menjadi permukiman warga. Hal inilah yang memicu suatu
perubahan tatanan struktur ruang kota palu.
BAB IV

PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan penulis diatas dapat kami simpulkan bahwa Perkembangan


wilayah kota Palu adalah perkembangan kota yang bercirikan kota Kolonial yang
mana perkembangan awal kota ini terlihat diawali dari wilayah pesisir sungai yang
kemudian berkembang kebelakang hingga akhirnya hanya terpusat, akan tetapi
seiring dengan perkembangan wilayah kota ini wilayah-wilayah yang berada di
pinggiran kota mulai berkembang juga dengan dibangunnya pusat-pusat aktivitas
masyarakat yang baru seperti Mall, Pelabuhan, Bandara, pusat pendidikan, pusat
industri dan lain sebagainya sehingga membuat struktur perkembangan kota ini
terlihat seperti kota berinti ganda hal ini dibuktikan dengan berkembangnya
beberapa wilayah yang cukup jauh dari pusat kegiatan kota di sekitaran pinggitan
sungai Palu.

4.2. Saran

Makalah ini tidaklah sempurna, maka dari itu saya berharap agar dosen dan teman -
teman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi makalah ini agar
lebih bermanfaat bagi orang lain.

You might also like