You are on page 1of 14

JURNAL PSIKOLOGI

2004, NO. 1, 1 – 14

PERFEKSIONISME, HARGA DIRI, DAN


KECENDERUNGAN DEPRESI
PADA REMAJA AKHIR
Anindito Aditomo dan Sofia Retnowati
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

The relations between perfectionism, self-esteem, and depression were


examined among 77 normal subjects (late adolescence college students).
Multiple regression analysis was conducted to test the hypothesis that general
perfectionism and self-esteem played a significant role in depressive symptoms.
In addition to the regression analysis, product moment analyses were conducted
to determine the correlation of each of the five dimensions of perfectionism with
depressive symptoms. Results indicated that general perfectionism and self-
esteem were significant predictors of depressive symptoms. The regression
model informs that general perfectionism (β= 0,143; p<0,01) and self-esteem
(β= - 0,826; p<0,01) predicted 28,77 percent of the variance of depressive
symptoms. Of the total depression variance predicted, self-esteem contributed
15,21 percent and general perfectionism 10,00 percent, while the remaining 3,56
percent represents an overlap between the two predictors. Examination of each
specific perfectionism dimension revealed that, while all other dimensions were
positively and significantly related with depressive symptoms, one dimension –
personal standards – was not. Results provide support to the view that
perfectionism is a unique construct composed of positive and negative aspects
and have important implications for the understanding and treatment of
perfectionistic college students.
Keywords: depression, perfectionism, self-esteem.

Depresi adalah gangguan psikologis pengalaman hidup negatif, seperti kehi-


yang paling umum ditemui (Rosenhan & langan anggota keluarga, benda berharga
Seligman, 1989). Depresi merupakan atau status sosial. Dengan demikian,
gangguan yang terutama ditandai oleh depresi dapat dipandang sebagai suatu
kondisi emosi sedih dan muram serta kontinum yang bergerak dari depresi
terkait dengan gejala-gejala kognitif, fisik, normal sampai depresi klinis (Caron &
dan interpersonal (APA, 1994). Butcher, 1991).
Sebenarnya, depresi merupakan gejala Gejala-gejala depresi normal, seperti
yang wajar sebagai respon normal terhadap perasaan-perasaan tidak bersemangat,

ISSN : 0215 - 8884


2 ADITOMO & RETNOWATI

sedih, merasa tanpa harapan, dan lain-lain Dari perspektif perkembangan, depresi
biasanya tidak berlangsung lama. Ketika mulai banyak muncul pada masa remaja.
seorang individu berhasil mengatasi gejala- Studi-studi epidemologis menunjukkan
gejala tersebut, suatu cara pandang baru bahwa angka prevalensi depresi untuk
yang lebih dewasa akan muncul. Disini anak-anak adalah 2,5 persen, dan
depresi normal bisa dilihat sebagai meningkat menjadi 8,3 persen untuk remaja
pengalaman yang adaptif (Caron & (Carr, 2001). Bila depresi ringan juga
Butcher, 1991). Depresi menjadi diperhitungkan, angka prevalensi ini
maladaptif dan abnormal bila hadir dalam meningkat sampai 25 persen (Steinberg,
intensitas yang tinggi dan menetap. 2002). Dengan demikian, setidaknya
Literatur psikologi dan psikiatri terdapat tiga juta remaja di Amerika yang
membedakan dua jenis depresi abnormal, menderita depresi. Para peneliti menduga
yaitu depresi mayor (unipolar) dan depresi tingginya angka depresi pada remaja terkait
mania (bipolar) (APA, 1994). Dalam kasus dengan meningkatnya angka perceraian,
depresi mayor, individu akan mengalami tuntutan akademis, dan tekanan sosial
kesedihan yang mendalam, kehilangan (Newsweek, 7 Oktober 2002).
gairah terhadap hal-hal yang Selain itu, depresi pada remaja terkait
menyenangkan atau yang dulu diminati. erat dengan resiko bunuh diri. Resiko ini
Depresi mania adalah depresi mayor yang meningkat pada penderita depresi yang
diselingi periode-periode mania, yang terkait substance abuse atau menggunakan
ditandai dengan perasaan gembira, narkotik dan alkohol, terutama pada remaja
optimisme, dan gairah meluap-luap yang laki-laki. Hubungan antara depresi dan
berlebihan. substance abuse ibarat lingkaran setan.
Seiring dengan memburuknya depresi, Semula, alkohol dan narkotika menjadi
individu akan kehilangan minat terhadap jalan pintas bagi individu depresif untuk
semakin banyak hal dan akhirnya individu melupakan stresor pemicu depresi, namun
dapat kehilangan minat terhadap makan, pada gilirannya justru memperburuk
minum dan seks (Carr, 2001). Selain itu, depresi dan mendorong perilaku bunuh diri.
terkait dengan aspek kognitif depresi, Di tahun 1997, bunuh diri adalah penyebab
individu depresif memusatkan perhatian kematian nomor tiga pada populasi usia 10
secara selektif pada kemungkinan- sampai 24 tahun. Pada remaja yang
kemungkinan dan aspek-aspek buruk dalam menderita gangguan depresi mayor, ada 7
hidup dan lingkungan. Hal ini kemudian persen yang bunuh diri di usia dewasa
mendorong individu depresif mengem- muda (NIMH, 2000). Steinberg (2002)
bangkan cara berpikir yang depresif, seperti bahkan menyebut bahwa ada 10 persen
memandang diri secara inferior, pesimis remaja Amerika yang pernah mencoba
terhadap masa depan, merasa bersalah bunuh diri setidaknya sekali dalam hidup
berlebihan, dan pola-pola perilaku yang mereka.
menghukum. Dalam depresi yang berat, Di Indonesia sendiri angka prevalensi
distorsi kognitif ini mengarah pada depresi remaja belum teridentifikasi secara
membayangkan (ideasi) bunuh diri dan teliti. Meski demikian, depresi terlihat
kadang bahkan pada percobaan bunuh diri manifestasinya dalam bentuk substance
(Rosenhan & Seligman, 1989).

ISSN : 0215 - 8884


PERFEKSIONISME, HARGA DIRI, DAN KECENDERUNGAN DEPRESI … 3

abuse (penyalahgunaan narkotika, obat akibat dari interaksi antara predisposisi-


terlarang, alkohol, dan lain-lain), perilaku predisposisi internal dengan stres
merusak atau agresif (seperti tawuran kehidupan. Predisposisi ini dapat bersifat
pelajar dan kekerasan di sekolah), biologis (seperti sifat yang diturunkan atau
penurunan prestasi belajar, dan lain-lain. Di kondisi neurologis tertentu) serta dapat
Indonesia, narkoba dan tawuran pelajar bersifat psikologis (Steinberg, 2002).
sudah menjadi persoalan serius. Harian Penelitian ini akan difokuskan pada dua
Kompas (13 September 2002) memberita- predisposisi psikologis atau variabel
kan bahwa ada sekitar 4 juta pengguna kepribadian yang relevan dengan populasi
narkoba di Indonesia; 60 sampai 70 mahasiswa baru (remaja akhir), yaitu harga
persennya adalah anak muda atau remaja diri dan perfeksionisme.
berusia 16 sampai 22 tahun. Ichrodjuddin Harga diri adalah salah satu komponen
dari Farmokologi Universitas Diponegoro yang lebih spesifik dari konsep diri, yang
bahkan menyebut bahwa 90 persen melibatkan unsur evaluasi atau penilaian
pengguna narkotika adalah generasi muda, terhadap diri (Robinson, 1991). Bagi
termasuk 25.000 mahasiswa (Kompas, 5 banyak teoretikus kepribadian, seperti Carl
Februari 2001). Maraknya kasus narkoba Rogers, konsep diri merupakan salah satu
dan kenakalan remaja lain di Indonesia bisa aspek kepribadian yang paling penting.
menjadi indikasi tingginya tingkat depresi Konsep diri adalah kerangka kognitif yang
terselubung pada remaja kita. mengorganisir bagaimana kita mengetahui
Dari uraian di muka dapat disimpulkan diri kita dan bagaimana kita memproses
bahwa depresi pada remaja adalah informasi-informasi yang relevan dengan
persoalan yang serius, dengan dampak diri. Konsep diri, termasuk harga diri,
kesehatan dan ekonomi publik yang luas. merupakan aspek yang sangat penting
Sayangnya, remaja yang depresif seringkali dalam berfungsinya manusia, sebagian
tidak mendapat pertolongan yang memadai karena manusia memang sangat memper-
atau bahkan tidak terdeteksi oleh keluarga hatikan berbagai hal tentang diri, termasuk
dan lingkungan. Tanda-tanda gangguan siapa dirinya, seberapa positif atau negatif
depresi pada anak muda sering dipandang seorang individu memandang dirinya,
sebagai gejolak emosional yang wajar bagaimana citra yang ditampilkan pada
terjadi pada tahap perkembangan tersebut. orang lain, dan lain-lain (Byron & Byrne,
Padahal, diagnosis dan perawatan sejak 1994: 499).
awal terhadap depresi amatlah penting Dalam konteks kesehatan mental, harga
untuk perkembangan emosi, sosial dan diri memiliki peran yang penting. Individu
perilaku penderitanya. yang memiliki harga diri tinggi berarti
Terkait dengan identifikasi depresi pada memandang dirinya secara positif. Individu
remaja, diperlukan pengetahuan yang dengan harga diri tinggi sadar akan
mendalam tentang faktor-faktor yang kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan
menyebabkan atau merupakan predisposisi memandang kelebihan-kelebihan tersebut
gangguan depresi. Para peneliti depresi saat lebih penting daripada kelemahannya.
ini umumnya menganut perspektif diatesis- Sebaliknya, individu dengan harga diri
stres, yang memandang depresi sebagai rendah cenderung memandang dirinya

ISSN : 0215 - 8884


4 ADITOMO & RETNOWATI

secara negatif dan terfokus pada kelemahan belum banyak diteliti di Indonesia. Secara
dirinya (Pelham & Swan, dalam Byron & sederhana dapat dikatakan bahwa perfek-
Byrne, 1994). sionisme merupakan hasrat untuk
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan menetapkan dan mencapai standar-standar
kecenderungan untuk mengatribusikan diri dan keberhasilan yang amat tinggi.
kegagalan pada sebab-sebab eksternal Dalam hubungannya dengan kesehatan
daripada internal, serta bisa menunjukkan mental, perfeksionisme dapat menjadi sifat
performa yang baik setelah mengalami yang adaptif dan mendorong seorang
kegagalan maupun keberhasilan (Fitch, individu untuk mencapai prestasi tinggi.
dalam Byron & Byrne, 1994). Bila Parker dan Adkins (dalam Peters, 1996)
dihadapkan pada pengalaman pahit seperti menulis bahwa atlet-atlet profesional tidak
kegagalan, individu dengan harga diri akan bisa berhasil tanpa hasrat yang kuat
tinggi juga lebih tepat dalam melakukan untuk mencapai standar performa yang
pemaknaan. Misalnya, ketika mendapat amat tinggi. Di sisi lain, perfeksionisme
nilai buruk dalam ujian, individu dengan juga dapat menjadi maladaptif, misalnya
harga diri tinggi akan memandang bahwa apabila standar-standar ini begitu tinggi
hal itu terjadi karena kurangnya usaha sehingga individu hampir selalu merasa
(kurang belajar, misalnya), sedangkan gagal dalam melakukan sesuatu. Sifat
individu dengan harga diri rendah ganda ini sudah lama diperhatikan oleh
cenderung memaknainya sebagai akibat beberapa teoretisi psikologi. Adler (dalam
dari kurangnya kemampuan diri (Kernis Rice, 1998), misalnya, mengatakan bahwa
dkk., dalam Byron & Byrne, 1994). perfeksionisme merupakan aspek perkem-
Terkait dengan harga diri, lingkungan bangan yang normal dan hanya menjadi
universitas yang penuh tuntutan akademik masalah ketika individu menetapkan
(intelektual) maupun interpersonal adalah standar-standar superioritas yang tidak
potensi sumber kritik terhadap harga diri, realistis dalam mencapai tujuan atau goals.
yang pada gilirannya bisa berdampak pada Senada dengan Adler, Hamachek
kesehatan mental individu. Variabel harga (dalam Rice, 1998) membagi perfeksio-
diri dipilih karena relevansinya dengan nisme menjadi dua macam: yang normal
konteks kehidupan subjek penelitian. dan yang neurotik. Menurut Hamachek,
Variabel kedua dalam penelitian ini, perfeksionis yang normal dapat menetap-
yaitu perfeksionisme, lebih banyak ditemui kan standar pencapaian mereka dalam
pada individu yang memiliki kapasitas batas-batas keterbatasan dan kekuatan
intelektual di atas rata-rata atau pada mereka. Dengan demikian, kesuksesan
populasi berpendidikan tinggi (Peters, lebih mungkin dicapai. Perfeksionis normal
1996). Dengan demikian, perfeksionisme mendapatkan kepuasan dan kenikmatan
merupakan variabel yang relevan dengan mendalam dari upaya keras dalam
subjek penelitian ini. Perfeksionisme sudah melakukan sesuatu. Sebaliknya, perfek-
lama mendapat sorotan akademik di Barat sionis yang neurotik menetapkan standar
sebagai salah konstruk yang terkait dengan pencapaian yang lebih tinggi daripada yang
berbagai gejala psikologis negatif (Blatt, biasanya dapat dicapai. Mereka sulit
1995). Meski demikian, perfeksionisme merasa puas karena mereka jarang berhasil

ISSN : 0215 - 8884


PERFEKSIONISME, HARGA DIRI, DAN KECENDERUNGAN DEPRESI … 5

melakukan sesuatu sebaik yang mereka mencapai prestasi atau menghasilkan karya
inginkan. Karena itu mereka memandang besar, namun bila berinteraksi dengan life
bahwa dirinya tidak pantas untuk merasa events yang negatif, dapat menghasilkan
puas dan merasa bahwa dirinya tidak depresi (Hewitt dkk., 1995; Blatt, 1995).
berharga karena gagal mencapai standar Perfeksionisme other-oriented terkait
yang mereka tetapkan sendiri. dengan kecenderungan individu menuntut
Berdasarkan berbagai pandangan agar orang lain memenuhi standar-standar
tersebut, dua kelompok penulis, yaitu yang amat tinggi, sedangkan perfeksio-
Hewitt dan Flett (1991, 1993) dan Frost nisme yang socially prescribed adalah
dkk. (dalam Blatt, 1995; Chang, 2000) persepsi bahwa orang lain menuntut dan
secara terpisah mengembangkan teori mengharapkan dirinya untuk selalu berhasil
tentang perfeksionisme dan alat ukurnya. mencapai prestasi dengan standar yang
Masing-masing kelompok ini menyebut tidak realistis. Tuntutan yang datang dari
alat ukur perfeksionisme mereka sebagai orang lain ini terkait dengan persepsi
Multidimensional Perfectionism Scale individu perfeksionis bahwa hal itu harus
(MPS). Untuk membedakan dua skala dipenuhi untuk mendapatkan penerimaan
tersebut dalam tulisan ini skala Frost dkk dan penghargaan dari lingkungannya
akan disebut FMPS (Frost Multidimen- (Blatt, 1995).
sional Perfectionism Scale). Frost dkk. (dalam Blatt, 1995; Dunkley,
Dari serangkaian penyelidikannya, 2000) mengkonseptualisasikan perfeksio-
Hewitt dan Flett (1991, 1993) menyimpul- nisme menjadi enam dimensi: (1) excessive
kan bahwa perfeksionisme memiliki aspek concern over making mistakes (ketakutan
intrapersonal dan aspek sosial. Secara lebih berlebihan terhadap kesalahan), (2) high
spesifik, analisis faktor terhadap MPS personal standards (standar-standar
menghasilkan tiga komponen perfek- personal yang tinggi), (3) perception of
sionisme: self-oriented perfectionism high parental expectations (persepsi bahwa
sebagai dimensi intrapersonal, dan other- orang tua punya harapan-harapan yang
oriented perfectionism dan socially tinggi terhadap diri), (4) perception of high
prescribed perfectionism sebagai dimensi parental criticism (persepsi bahwa orang
sosial atau interpersonalnya. tua amat kritis terhadap diri), (5) doubt
Menurut Hewitt dkk. (1995), regarding the quality of one’s actions
perfeksionisme self-oriented terkait dengan (keraguan tentang kualitas tindakan yang
menetapkan standar yang amat tinggi dilakukan), dan (6) preference for order
terhadap diri dan kritik dan pengawasan and organization (kecenderungan pada
diri berlebihan yang membuat seseorang kerapian dan keteraturan).
tidak bisa menerima kesalahan atau Dua aspek, yaitu standar personal yang
kegagalan. Pendek kata, dimensi perfeksio- tinggi dan keteraturan-kerapian, diasosiasi-
nisme yang ini mengandung hasrat untuk kan dengan kebiasaan kerja yang baik,
terus-menerus berusaha agar tidak pernah kerja keras, dan prestasi tinggi. Aspek-
salah atau gagal. Perfeksionisme self- aspek lain, terutama aspek ketakutan
oriented yang tinggi memiliki potensi berlebihan terhadap kesalahan, persepsi
adaptif sebagai hasrat yang sehat untuk bahwa orang tua menetapkan standar

ISSN : 0215 - 8884


6 ADITOMO & RETNOWATI

tinggi, dan keraguan terhadap kualitas nisme diatas berkorelasi secara berbeda
tindakan, terkait dengan penyesuaian dengan depresi unipolar. Dari hasil
maladaptif. Salah satu aspek positif, yaitu penelitian ini disimpulkan bahwa pasien
keteraturan-kerapian, dipandang kurang depresi memiliki perfeksionisme self-
dekat dengan konsep perfeksionisme oriented yang lebih tinggi dibanding
umum, karena perfeksionis belum tentu kelompok subyek lain. Dengan demikian,
merupakan individu yang teratur, dan perfeksionisme self-oriented dapat
sebaliknya, individu yang sangat rapi dan dipandang sebagai pembeda antara depresi
teratur belum tentu perfeksionis (Frost dengan gangguan kecemasan. Dalam
dkk., dalam Chang, 2000). konsep Frost, self-oriented perfectionism
Bagaimana kaitan antara perfeksio- ini mirip dengan aspek personal standards.
nisme dengan depresi? Seperti diuraikan di Dalam teori Hewitt dan Flett (1991,
atas, perfeksionisme terkait dengan 1993), socially prescribed perfectionism
kebutuhan kuat untuk berhasil. Individu juga merupakan dimensi maladaptif.
yang sangat perfeksionis terus-menerus Dimensi ini secara konseptual serupa
merasa harus membuktikan diri dengan dengan aspek parental expectations dalam
pencapaian yang amat tinggi, tapi sekaligus konsep Frost, hanya yang dimaksud
merasa diadili dan rentan terhadap “pemberi standar tinggi” lebih difokuskan
kemungkinan kegagalan atau kritik di masa pada orang tua. Berasal dari orang tua
depan. Dari uraian diatas, terlihat adanya ataupun orang lain, karena berasal dari luar
beberapa kemiripan antara distorsi kognitif diri, standar-standar yang amat tinggi ini
yang dialami individu depresi dengan seringkali terasa berada di luar kendali. Hal
pemikiran individu perfeksionis yang ini kemudian menghasilkan perasaan-
neurotik. Di antara persamaan ini adalah perasaan yang terkait dengan kegagalan,
individu perfeksionis yang neurotik dan kecemasan, kemarahan, ketidakberdayaan,
individu depresif sama-sama mempersepsi dan tanpa harapan – perasaan-perasaan
apa yang dilakukan seringkali kurang yang erat hubungannya dengan depresi dan
sempurna, penyalahan diri karena kecenderungan bunuh diri. Perbedaannya,
kekurangsempurnaan hasil karya, memper- dalam memprediksi depresi, aspek intra-
sepsi bahwa dirinya inferior, pesimis dalam personal perfeksionisme lebih berinteraksi
memandang masa depan karena dengan stresor-stresor prestasi, sedangkan
memandang bahwa dirinya tidak mampu, aspek interpersonalnya perfeksionisme
dan lain-lain. (socially prescribed atau parental
Kaitan antara perfeksionisme dan expectation dan parental criticism)
berbagai gejala psikologis maladaptif, berinteraksi dengan stresor prestasi
termasuk depresi dan bunuh diri, telah sekaligus interpersonal (Blatt, 1995).
banyak diselidiki secara empiris di dunia Bagaimana kaitan harga diri dengan
akademik Barat. Hewitt dan Flett (1991), perfeksionisme dan depresi? Seperti
misalnya, mencobakan skala mereka pada diuraikan di muka, individu perfeksionis
22 pasien depresi unipolar, 22 subyek menetapkan standar diri dan standar-
kontrol, dan 13 pasien kecemasan untuk standar keberhasilan yang tinggi. Pada
melihat apakah ketiga dimensi perfeksio- perfeksionisme neurotik, standar-standar

ISSN : 0215 - 8884


PERFEKSIONISME, HARGA DIRI, DAN KECENDERUNGAN DEPRESI … 7

ini ditetapkan terlalu tinggi sehingga Antara lain, peran harga diri ditekankan
membuahkan diskrepansi yang besar antara oleh teoretisi psikodinamika kontemporer.
ego-ideal dan ego-faktual. Secara teoretis Bibring (dalam Carr, 2001), misalnya,
perfeksionis neurotis akan didera oleh menjelaskan depresi sebagai ujung dari
perasaan inferior dan harga diri yang rendahnya harga diri yang disebabkan oleh
rendah. besarnya diskrepansi yang besar antara
Teori-teori tentang depresi yang telah diri-ideal dengan diri-faktual. Hal ini dapat
diuraikan diatas melihat adanya peran dilihat pada gambar 1.
harga diri yang rendah dalam depresi.

Diskrepansi antara ego-


ideal dan ego-faktual Self-esteem yang rendah

Peristiwa kehilangan

Ego-ideal yang terlalu


tinggi, tidak realistik Duka berlebihan,
menyalahkan diri, merasa
diri tak berharga

Internalisasi nilai-nilai
perfeksionis orangtua DEPRESI

Pengalaman diasuh
secara keras, ketat dan
perfeksionistik

Gambar 1. Skema Hubungan Antara Perfeksionisme, Harga Diri dan Depresi (Carr, 2001)

Ego-ideal yang tidak realistis ini terkait dipandang terkait dengan pola asuh yang
dengan internalisasi pengalaman diasuh dicirikan oleh tuntutan-tuntutan perfeksio-
orangtua yang terlalu kritis dan nistik. Dengan demikian, teori ini
perfeksionistik. Yang juga relevan bagi memunculkan hipotesis tentang hubungan
penelitian ini adalah bahwa harga diri

ISSN : 0215 - 8884


8 ADITOMO & RETNOWATI

antara perfeksionisme, harga diri dan (1) ketakutan berlebihan terhadap


depresi. kesalahan (misalnya, “Bila saya gagal di
Berdasarkan uraian di muka, penelitian sekolah/kuliah, berarti saya gagal juga
ini ditujukan untuk menguji apakah harga sebagai manusia”), (2) standar personal
diri dan perfeksionisme secara empirik yang tinggi (misalnya, “Dibanding
terbukti memiliki peran signifikan dalam kebanyakan orang, saya menetapkan
memprediksi munculnya gangguan depresi. standar yang lebih tinggi untuk diri saya”),
Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk (3) persepsi bahwa orang tua punya
memeriksa secara lebih spesifik korelasi harapan-harapan yang tinggi terhadap diri
antara masing-masing dimensi perfeksio- (misalnya, “Orang tua saya ingin saya
nisme berdasarkan konsep Frost dkk. menjadi terbaik dalam semua yang saya
(dalam Blatt, 1995; Dunkley, 2000) dengan lakukan”), (4) persepsi bahwa orang tua
depresi. Hipotesis yang diajukan adalah amat kritis terhadap diri (misalnya, Orang
bahwa “perfeksionisme dan harga diri tua saya mencela saya bila saya gagal
memiliki peranan dalam kecenderungan dalam melakukan sesuatu”), dan (5)
depresi, yaitu semakin tinggi perfek- keraguan tentang kualitas tindakan yang
sionisme dan semakin rendah harga diri, dilakukan (milsanya, “Saya butuh waktu
semakin tinggi kecenderungan depresi.” lama untuk bisa berhasil melakukan
sesuatu dengan ‘benar’). Aspek keenam,
yaitu keteraturan-kerapian, tidak dipakai
METODE
dalam penelitian ini, karena berdasarkan
Subjek pendapat Frost (dalam Chang, 2000), aspek
ini tidak diperlukan untuk mengukur
Sejumlah 77 mahasiswa dalam rentang
perfeksionisme umum, seperti yang
usia 18 sampai 22 tahun (remaja akhir)
menjadi tujuan utama penelitian ini. Jumlah
terlibat sebagai subjek penelitian ini.
aitem MPS secara keseluruhan adalah 35
Rentang usia subjek dibatasi untuk
butir.
mengontrol kemungkinan adanya pengaruh
usia dan tahap perkembangan terhadap Seluruh butir skala asli MPS
variabel yang diteliti. Dalam rentang usia diterjemahkan oleh penulis ke dalam
ini, subjek merupakan mahasiswa baru bahasa Indonesia untuk diuji-cobakan.
sampai mahasiswa tingkat dua. Usia rata- Oleh penulis ditambahkan sepuluh aitem
rata subjek adalah 19,89 tahun. baru berdasarkan aspek-aspek berdasarkan
konstruk perfeksionisme Frost. Hal ini
Alat Ukur dilakukan untuk mengantisipasi
kemungkinan gugurnya beberapa aitem
Perfeksionisme. Skala Multidimensional dari skala asli. Dari 45 butir yang
Perfectionism Scale (MPS) yang diujicobakan terdapat 10 aitem yang gugur,
dikembangkan Frost dkk. (dalam Blatt, yaitu 5, 16, 17, 19, 22, 23, 32, 35, 37 dan
1995; Chang, 2000; Rice & Mirzadeh, 44. Setelah aitem-aitem yang gugur ini
2000) digunakan untuk mengukur dibuang, dihasilkan reliabilitas alat ukur
perfeksionisme umum. Skala ini terdiri dari sebesar r = 0,8976 dengan menggunakan
29 butir aitem dan dimaksudkan untuk koefisien alpha dari Cronbach, dan korelasi
mengukur lima aspek perfeksionisme, yaitu antara skor aitem dengan skor total tes

ISSN : 0215 - 8884


PERFEKSIONISME, HARGA DIRI, DAN KECENDERUNGAN DEPRESI … 9

bergerak dari 0,2732 sampai dengan reliabilitas BDI versi Indonesia sebesar
0,7346. 0,775, sedangkan Prabandari (dalam
Harga Diri. Peneliti menggunakan Hasanat 1994) menemukan angka
Skala Harga diri yang diadaptasi dari Skala reliabilitas 0,93.
Self Esteem Rosenberg (dalam Robinson
dkk., 1991), yang dirancang untuk Prosedur
mengukur konstruk harga diri secara Subjek penelitian mengisi format
global. Skala Rosenberg terdiri dari identitas singkat kemudian mengisi skala
sepuluh aitem, yang oleh penulis semuanya yang memuat tiga alat ukur
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. (perfeksionisme, harga diri, dan depresi).
Aitem nomor delapan pada skala Hasil isian subjek untuk masing-masing
Rosenberg diterjemahkan menjadi dua alat ukur dijumlahkan, sehingga didapat
aitem, yaitu menjadi aitem nomor delapan skor total untuk masing-masing alat ukur.
dan nomor sembilan pada Skala Harga Skor total inilah yang digunakan dalam
Diri. Aitem nomor delapan dan sembilan analisis data. Untuk menguji hipotesis
pada Skala Harga Diri tersebut mengacu digunakan teknik regresi jamak (multiple
pada makna yang sama namun dengan regression), yang akan menghasilkan
susunan kata yang berbeda, dengan sebuah model linear dengan dua variabel
pertimbangan agar dapat memilih diantara prediktor (perfeksionisme dan harga diri)
terjemahan yang lebih dimengerti subjek. terhadap kriterion (depresi). Selain itu,
Dari uji coba didapat sembilan aitem analisis korelasi product-moment Pearson
sahih dengan reliabilitas sebesar rtt = digunakan untuk melihat hubungan antara
0,8501, dan koefisien korelasi antara skor tiap aspek perfeksionisme dengan depresi.
aitem dengan skor total bergerak dari
0,3570 sampai dengan 0,7265. HASIL
Depresi. Untuk mengukur gejala Deskripsi Data
depresi digunakan Beck Depression
Inventory (BDI) yang terdiri dari 21 aitem. Deskripsi data untuk variabel depresi
Masing-masing aitem terdiri dari tiga lebih tepat dilihat berdasar kategori tingkat
tingkat pernyataan yang diwakili oleh depresi (lihat tabel 1). Menggunakan
angka 1, 2, dan 3. Skor tiap aitem adalah penggolongan intensitas depresi menurut
angka pernyataan paling tinggi yang dipilih Greist dan Jefferson (dalam Hasanat,
(subjek boleh memilih lebih dari satu 1994), terdapat 33 subjek yang berada pada
pernyataan). Robinson (1991) mencatat kategori depresi normal, 20 depresi ringan,
bahwa BDI memiliki reliabilitas 14 depresi sedang, dan 10 depresi berat.
konsistensi internal yang baik, yaitu 0,93, Terlihat bahwa ternyata pada populasi
dengan reliabilitas test-retest 0,70. mahasiswa (normal) pun terdapat cukup
Validitas BDI berkisar antara 0,6 – 0,9. Di banyak subjek yang mengalami depresi
Indonesia, BDI telah diadaptasi dan sedang dan berat, yang mencakup 31,18
beberapa kali diteliti reliabilitasnya. persen dari seluruh subjek.
Achmad (dalam Hasanat, 1994) mencatat

ISSN : 0215 - 8884


10 ADITOMO & RETNOWATI

Tabel 1. Deskripsi Data Variabel Depresi

Kategori Skor Jumlah Subjek Persentase


Normal 0–9 33 42,85 persen
Ringan 10 – 15 20 25,97 persen
Sedang 16 – 23 15 19,49 persen
Berat > 24 9 11,69 persen
Jumlah 77 100 persen

Uji Asumsi 0,511), dan BDI (Z = 1,112; p = 0,168)


tidak berbeda secara signifikan (semua
Sebelum dilakukan analisis regresi
p>0,05) dengan distribusi skor normal.
untuk menguji hipotesis penelitian, penulis
Hasil uji linieritas antara data
melakukan uji syarat analisis yang meliputi
perfeksionisme dengan depresi
uji normalitas dan uji linieritas. Dalam
menunjukkan hubungan yang linear
penelitian ini digunakan uji normalitas tes
(F=14,094; p=0,00). Demikian pula dengan
one sample Kolmogorov-Smirnov. Uji
hubungan antara harga diri dengan data
normalitas menunjukkan bahwa distribusi
depresi (F=16,183; p=0,00).
skor Skala Perfeksionisme (Z = 0,692; p =
0,724), Skala Harga Diri (Z = 0,820; p =

Uji Hipotesis
Tabel 2. Matriks Korelasi Depresi, Perfeksionisme dan Harga Diri
Korelasi (r)
Variabel Rerata SD Depresi Perfeksionis Harga Diri
Depresi 12,11 6,91 - 0,368** -0,433**
Perfeksionis 81,16 15,37 0,368** - -0,126
Harga Diri 26,28 3,29 -0,433 ** -0,126 -
Keterangan * p<0,05 dan ** p<0,01

Analisis regresi menunjukkan beberapa 0,433; p<0,01). Selain itu, terlihat bahwa
hal. Dari matriks korelasi dapat dilihat korelasi antara harga diri dengan
korelasi antar masing-masing variabel. perfeksionisme tidak signifikan, yang
Korelasi perfeksionisme dan depresi adalah menunjukkan bahwa perfeksionisme dan
sangat signifikan (r=0,368; p<0,01). depresi memang merupakan konstruk yang
Demikian pula dengan korelasi harga diri terpisah.
dan depresi juga sangat signifikan (r=-

ISSN : 0215 - 8884


PERFEKSIONISME, HARGA DIRI, DAN KECENDERUNGAN DEPRESI … 11

Tabel 3. Hasil Uji Regresi


Beta Standar Kesalahan Beta Terstandar t Sig.
Konstanta 22,184 6,947 3,194 0,002
Perfeksionis 0,143 0,044 0,319 3,224 0,002
Harga Diri -0,826 0,208 -0,393 -3,976 0,000

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa Analisis yang lebih spesifik terhadap
model linear yang dihasilkan dengan masing-masing aspek perfeksionisme
memperhitungkan kedua variabel prediktor memperlihatkan bahwa empat aspek
dapat memprediksi kecenderungan depresi perfeksionisme (kekhawatiran berlebih atas
dengan nilai F = 14,948 dan p = 0,000. kesalahan, harapan orang tua, kritik orang
Nilai beta untuk perfeksionisme adalah tua, dan keraguan atas tindakan)
0,14 dengan p=0,002 (sangat signifikan), berkorelasi positif secara sangat signifikan
sedangkan untuk harga diri adalah –0,826 dengan depresi (semua memiliki p < 0,01),
dengan p=0,000 (sangat signifikan), dan sedang aspek standar personal tidak
nilai beta konstanta (titik potong dengan berkorelasi dengan depresi.
sumbu Y atau kriterion) adalah 22,184
pada p=0,002 (sangat signifikan). Dengan DISKUSI
demikian, hipotesis bahwa “perfeksionisme
dan harga diri memiliki peran dalam Hasil analisis regresi kedua variabel
kecenderungan depresi, yaitu semakin prediktor tersebut terhadap kecenderungan
tinggi perfeksionisme dan semakin rendah depresi menunjukkan nilai F=14,948 dan
harga diri, semakin tinggi kecenderungan p=0,000. Dengan demikian, hipotesis
depresi” diterima. “perfeksionisme dan harga diri memiliki
peranan dalam kecenderungan depresi,
Dari analisis regresi terlihat pula bahwa yaitu semakin tinggi perfeksionisme dan
perfeksionisme dan harga diri secara semakin rendah harga diri, semakin tinggi
bersama-sama memiliki sumbangan efektif kecenderungan depresi” terbukti. Selain itu
sebesar 28,77 persen. Perhitungan terhadap didapatkan pula bahwa perfeksionisme
sumbangan relatif masing-masing prediktor umum berkorelasi positif secara sangat
menunjukkan bahwa harga diri lebih signifikan dengan depresi (r = 0,368; p =
berperan dalam depresi daripada 0,000), sedangkan harga diri berkorelasi
perfeksionisme. Dari sumbangan total negatif secara sangat signifikan dengan
28,77 persen, harga diri memiliki depresi (r = -0,433; p=0,000). Dengan
sumbangan unik sebesar 15,21 persen dan demikian, dapat diprediksi bahwa semakin
perfeksionisme 10,00 persen, sedangkan tinggi perfeksionisme dan semakin rendah
sisa 3,56 persen merupakan overlap harga diri seseorang maka semakin tinggi
sumbangan perfeksionisme dan harga diri kecenderungan depresinya, dan sebaliknya.
terhadap depresi. Sumbangan relatif harga Kedua prediktor ini menyumbang 28,77
diri dan perfeksionisme ini didapat dari persen dari variansi kecenderungan depresi
kuadrat nilai korelasi semi parsial masing- pada subjek.
masing terhadap depresi (Howell, 1987).

ISSN : 0215 - 8884


12 ADITOMO & RETNOWATI

Dari penelitian ini dapat disimpulkan Aspek standar personal, yang misalnya
bahwa perfeksionisme dan harga diri tercermin dalam aitem seperti “Amatlah
adalah dua variabel kepribadian atau penting bagi saya untuk menjadi benar-
personality traits yang berperan dalam benar kompeten dalam semua yang saya
depresi. Hal ini konsisten dengan berbagai kerjakan” atau “Dibanding kebanyakan
penelitian tentang depresi sebelumnya orang, saya menetapkan standar yang lebih
(Blatt, 1995; Hewitt & Flett, 1993; Chang, tinggi untuk diri saya,” jelas terkait dengan
2000; Chang & Rand, 2000; Chang & gairah untuk mencapai yang terbaik dan
Sanna, 2001). Penelitian terdahulu juga penetapan standar yang tinggi atau untuk
menemukan bahwa perfeksionisme diri. Dari temuan penelitian ini, dapat
merupakan konstruk yang memiliki dua dikatakan bahwa gairah dan kebutuhan
sisi, yaitu adaptif (positif) dan maladaptif untuk menjadi yang terbaik atau mencapai
(negatif). Perfeksionisme adaptif terkait prestasi tinggi tidak selalu mengarah pada
dengan positive achievement striving, depresi. Meskipun kebutuhan untuk
gairah untuk mencapai yang terbaik dan menjadi yang terbaik dan standar prestasi
penetapan standar yang tinggi atau untuk tinggi merupakan bagian dari
diri tanpa disertai maladaptive evaluatif perfeksionisme, hal ini sendiri belum tentu
concerns atau kecemasan/kekhawatiran mengarah pada depresi. Dalam kehidupan,
berlebih terhadap penilaian oleh orang lain. standar personal yang tinggi ini justru harus
Perfeksionis adaptif memiliki hasrat besar dimiliki untuk dapat menghasilkan karya
untuk mencapai suatu hasil atau prestasi atau prestasi yang luar biasa dan
tinggi, namun tidak mengaitkan kegagalan bermanfaat.
dengan rusaknya eksistensi. Sebaliknya, Yang dapat mengarah pada depresi
perfeksionis maladaptif memandang kega- adalah apabila standar personal ini ada
galan sebagai sesuatu yang mengancam bersamaan dengan sisi lain dari
eksistensi. Perfeksionisme maladaptif perfeksionisme, yaitu pada aspek-aspek
inilah yang erat terkait dengan depresi dan kekhawatiran berlebih atas kesalahan
berbagai gejala psikopatologi lain (Hewitt (“kalau saya tidak menetapkan standar
& Flett, 1995; Blatt, 1995). yang tinggi untuk diri saya, saya tidak akan
Dalam penelitian ini salah satu aspek menjadi orang yang istimewa”), harapan
perfeksionisme, yaitu standar personal, orang tua (“orang tua saya ingin saya
ternyata tidak berkorelasi dengan depresi (r menjadi terbaik dalam semua yang saya
= 0,145; p = 0,104), sedangkan keempat lakukan”), kritik orang tua (“orang tua saya
aspek lainnya, yaitu kekhawatiran berlebih mencela saya bila saya gagal dalam
atas kesalahan, harapan orang tua, kritik melakukan sesuatu”), serta keraguan atas
orang tua, serta keraguan atas tindakan, tindakan (“Suatu tugas belum dapat saya
berkorelasi positif secara sangat signifikan katakan selesai kalau masih ada
dengan depresi. Dengan demikian, dapat kesalahan”).
dikatakan bahwa aspek standar personal Dari temuan ini dapat dikatakan bahwa
merupakan aspek perfeksionisme adaptif harapan tinggi orang tua kepada anak, yang
yang tidak terkait dengan depresi, merupakan hal yang wajar, tidak terlalu
sedangkan empat aspek lainnya merupakan berperan dalam depresi. Yang lebih terkait
aspek maladaptif dari perfeksionisme.

ISSN : 0215 - 8884


PERFEKSIONISME, HARGA DIRI, DAN KECENDERUNGAN DEPRESI … 13

dengan depresi adalah kebiasaan orang tua Carr, A. 2001. Abnormal Psychology.
mengkritik atau mencela anak bila Sussex: Psychology Press.
melakukan kesalahan atau mengalami Carson, R. & Butcher, J.N. 1991. Abnormal
kegagalan. Jadi, meski harapan yang tinggi Psychology and Modern Life. New
dari orang tua dapat menjadi beban anak, York: HarperCollins.
yang lebih penting adalah bagaimana orang
Chang, E.C. 2000. Perfectionism as a
tua menyikapi kesalahan dan kegagalan
Predictor of Positive and Negative
anak serta menghargai kelebihan dan
Psychological Outcomes: Examining a
keberhasilannya.
Mediation Model in Younger and
Selain itu, penelitian ini menunjukkan Older Adults. Journal of Counseling
bahwa harga diri dapat menjadi faktor Psychology. 47, 18 – 26.
resiko dalam depresi, bahkan lebih
Chang, E.C. & Rand, K.L. 2000.
berperan daripada perfeksionisme.
Perfectionism as a Predictor of
Sumbangan unik harga diri terhadap
Subsequent Adjustment: Evidence for
depresi adalah 15,21 persen, sedangkan
a Specific Diathesis-Stress Mechanism
sumbangan unik perfeksionisme terhadap
Among College Students. Journal of
depresi adalah 10,00 persen. Subjek dengan
Counseling Psychology. 47, 129 – 137.
harga diri yang rendah memiliki
kecenderungan untuk mengalami depresi. Chang, E.C. & Sanna, L.J. 2001. Negative
Dengan kata lain, subjek yang memandang Attributional Style as a Moderator of
dan menilai dirinya secara negatif lebih the Link Between Perfectionism and
mungkin mengalami depresi daripada Depressive Symptoms: Preliminary
subjek yang menghargai dirinya secara Evidence for an Integrative Model.
positif. Hal ini juga konsisten dengan teori- Journal of Counseling Psychology. 4,
teori tentang depresi. 490 – 495.
Dunkley, D.M., Blankstein, K.R., Halsall,
DAFTAR PUSTAKA J., Williams, M., & Winkworth, G.
2000. The Relation Between Perfec-
American Psychiatric Association. 1994. tionism and Distress: Hassles, Coping,
Diagnostic and statistical manual of and Perceived Social Support as
mental disorders. 4th ed. Washington, Mediators and Moderators. Journal of
D.C.: American Psychiatric Counseling Psychology. 47, 437 – 453.
Association.
Hartono, D.P., Rihadini, & Yusuf, I. 1997.
Blatt, S.J. 1995. The Destructiveness of Kecenderungan Depresi Pada Remaja
Perfectionism: Implications for the Hubungannya Dengan Sikap Terhadap
Treatment of Depression. American Orang Tua. Laporan Penelitian (tidak
Psychologist. 50, 1003 – 1020. diterbitkan). Semarang: Bagian
Byron, R.A. & Byrne, D. 1991. Social Psikiatri FK UNDIP.
Psychology, Understanding Human Field, A. 2000. Discovering Statistics using
Interaction, Sixth Edition. Needham SPSS for Windows. London: Sage
Heights: Allyn & Bacon. Publications.

ISSN : 0215 - 8884


14 ADITOMO & RETNOWATI

Flett, G.L., Hewitt, P.L., Blankstein, K.R., National Institute of Mental Health. 2000.
& Gray, L. 1998. Psychological Depression in Children and Adoles-
Distress and the Frequency of cents. NIH Publication. No. 00-4744.
Perfectionistic Thinking. Journal of National Mental Health Association. 2002.
Personality and Social Psychology. 75, Adolescent Depression: Helping
1363 – 1381. Depressed Teens. www.nmha.org.
Hasanat, N.U. 1994. Apakah Wanita Lebih Peters, C. 1996. Perfectionism.
Depresif Daripada Pria? Laporan www.nexus.edu
penelitian (tidak diterbitkan).
Rice, K.G., Ashby, J.S., & Slaney, R.B.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi
1998. Self-Esteem as a Mediator
Universitas Gadjah Mada.
Between Perfectionism and
Hewitt, P.L. & Flett, G.L. 1991. Depression: A Structural Equations
Dimensions of Perfectionism in Analysis. Journal of Counseling
Unipolar Depression. Journal of Psychology. 45, 304 – 314.
Abnormal Psychology. 109, 98 – 101.
Retnowati, S. 1988. Hubungan Antara
Hewitt, P.L. & Flett, G.L. 1993. “Locus of Control” dan “ Dependency”
Dimensions of Perfectionism, Daily dengan Depresi Pada Mahasiswa.
Stress, and Depression: A Test of the Laporan penelitian (tidak diterbitkan).
Specific Vulnerability Hypothesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Journal of Abnormal Psychology. 102, Universitas Gadjah Mada.
58 – 65.
Rice, K.G. & Mirzadeh, S.A. 2000.
Hewitt, P.L., Flett, G.L., & Ediger, E. Perfectionism, Attachment, and
1995. Perfectionism and Depression: Adjustment. Journal of Counseling
Longitudinal Assessment of a Specific Psychology. 47, 238 – 250.
Vulnerability Hypothesis. Journal of
Rosenhan, D.L. & Seligman, M.E.P. 1989.
Abnormal Psychology. 105, 276 – 280
Abnormal Psychology, Second Edition.
Howell, D.C. 1987. Statistical Methods for Ontario: Penguin Books.
Psychology. Second Edition. Boston:
Steinberg, L. 2002. Adolescence. Sixth
Duxbury Press.
Edition. New York: McGraw Hill.
March, J. 2003. Treatment for Adolescents
.…..7 Oktober 2002. Three Million Teens
with Depression Study (TADS).
Struggle with Depression; High
Journal of the American Academy of
Divorce Rate, School, Social Pressures
Child and Adolescent Psychiatry.
Cited as Reasons Pushing Kids Over
http://www.findarticles.com.
the Edge. Newsweek.
Merill, K.A., Tolbert, V.E., & Wade, W.A.
……13 September 2002. Sehari, Sekitar 4
2003. Effectiveness of Cognitive
Ton Narkoba Dikonsumsi. Kompas.
Therapy for Depression in a
Community Mental Health Center: A …….5 Februari 2001. 25.000 Mahasiswa
Benchmarking Study. Journal of Terperangkap Narkoba. Kompas.
Consulting and Clinical Psychology.
71, 404 – 409.

ISSN : 0215 - 8884

You might also like