Professional Documents
Culture Documents
Referat Dr. Agus
Referat Dr. Agus
FORENSIK KLINIK
1
1.2 Pemeriksaan Anus
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda kekerasan seksual yang
terdapat pada korban sodomi, berikut adalah caranya :
1. Atur posisi pasien, lebih baik dalam posisi tidur miring baik untuk laki-laki
maupun perempuan.
2. Kenakan sarung tangan sekali pakai
3. Inspeksi jaringan perianal dan palpasi kulit sekitarnya.
4. Dengan tangan tidak dominan, renggangkan bokong, lalu inspeksi area anal
untuk mengetahui karakteristik kulit, lesi. Perhatikan apakah tanda-tanda
kekerasan pada bagian ini.
5. Untuk melihat bagian dalam anus, oleh lubrikan pada jari telunjuk yang sudah
menggunakan sarung tangan, kemudian perlahan masukkan ke dalam lubang
anus. Perhatikan apakah terdapat nyeri tekan.
6. Perhatikan saat mengeluarkan tangan, apakah terdapat darah/feses yang
menempel pada sarung tangan
Kemungkinan bila terjadi hubungan seksual secara anal akan menyebabkan luka
pada anal berupa robekan, ireugaritas, keadaan fissura. Jika kasus yang dihadapi
adalah kasus homoseks antara dua pria, maka pembuktian secara kedokteran forensik
adalah: adanya sperma serta air mani baik dalam dubur maupun mulut korban, dan
mendapatkan adanya unsur-unsur yang terdapat dalam anus; juga perlu diperiksa
bentuk dubur, bagi yang telah sering melakukan persetubuhan melalui dubur, maka
bentuk dari dubur akan mengalami perubahan, duburnya terbuka, berbentuk corong
(funnel shape), dan otot sfingternya sudah tidak dapat berfungsi dengan baik.
Untuk menentukan adanya sperma dalam dubur pasangannya sama seperti untuk
menentukan sperma atau air mani pada vagina, untuk melihat unsur-unsur yang ada
dalam dubur yang terbawa atau melekat pada penis, dapat dibuat sediaan langsung
dengan atau tanpa pewarnaan.
2
2. Mekanisme
Bila tubuh terkena trauma fisik atau mekanik, dapat mengakibatkan
kerusakan. Tubuh mempunyai batas kemampuan untuk mengatasi trauma
tersebut, dengan adanya daya lentur dari jaringan lunak atau kekuatan otot-
otot rangka. Bila traumanya melebihi batas kemampuan, maka terjadi luka
yang dapat berupa : penekanan, penarikann, torsi, pemutusan dan kerusakan
jaringan. Hasil dari kerusakan tersebut tidak hanya tergantung dari macamnya
ruda paksa, akan tetapi tergantung juga dari daerah mana yang terkena.
a. Kontusi / luka memar
Luka memar adalah luka karena kekerasan dengan benda
tumpul dimana permukaan kulit dapat rusak atau tidak, tetapi jaringan
dibawah kulit bengkak dan berwarna merah kebiruan yang disebabkan
oleh karena ekstravasasi kapiler yang pecah ke jaringan ikat sekitarnya.
3
d. Luka iris
Luka iris adalah luka yang disebabkan senjata yang tepinya
tajam yang menimbulkan luka pada bagian yang tajam dari senjata
yang ditekan dan ditarik (irisan) pada permukaan kulit, sedang
kekuatan yang digunakan relatif ringan.
e. Incisi / luka tusuk
Luka tusuk adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam
runcing/ tumpul yang menembus kulit dan jaringan dibawahnya.
f. Luka bacok
Luka bacok adalah luka karena persentuhan benda tajam (bisa
agak tumpul) yang agak berat dimana persentuhannya di ayunkan
dengan kekuatan.
3. Klasifikasi luka
a. Luka yang tidak menimbulkan halangan untuk sementara dalam
melakukan pekerjaan sehari-hari atau luka ringan
b. Luka yang menimbulkan halangan untuk sementara dalam melakukan
pekerjaan sehari-hari atau luka sedang
c. Luka berat ada 7 :
Luka yang tidak ada harapan sembuh atau menimbulkan bahaya maut
(misalnya : luka tusuk pada perut).
− Luka yang menyebabkan tidak mampu melakukan pekerjaan
sehari-hari selama seumur hidup (misalnya : pemain piano yang
kehilangan jari-jarinya, dokter bedah tulang yang kehilangan
fungsi tangannya).
− Luka yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera.
− Cacat berat misalnya kaki atau tangan putus karena amputasi.
− Mengalami kelumpuhan.
− Wanita hamil yang mengalami keguguran.
− Terganggunya daya pikir lebih dari 4 minggu.
4
BAB II
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
5
2.2 Pengambilan Darah
Pada pemeriksaan spesimen darah, selalu diberi label pada tabung sampel
darah catatan dari pembuluh darah femoral dan jantung.
1. Darah yang diperiksa :
a. Darah yang diperiksa 20cc dalam tabung dengan permukaan merah.
b. 20 cc dalam 2 x 10 cc permukaan abu-abu ; (bahan pengawet
potassium oxalate dan sodium fluoride).
c. 10 cc dengan warna permukaan keunguan (Pengawet EDTA). Tabung
ini untuk analisa DNA.
d. Untuk analisa dari bahan-bahan yang mudah menguap, darah harus
ditaruh didalam tabung tes dengan tutup yang dapat diputar sehingga
komponennya tidak tercampur dengan tutup karetnya.
2. Pada kasus mayat yang tidak diotopsi:
a. Darah diambil dari vena femoral. Jika vena ini tidak berisi, dapat
diambil dari subclavia.
b. Pengambilan darah dengan cara jarum ditusuk pada trans-thoracic
secara acak, secara umum tidak bisa diterima, karena bila tidak berhati-
hati darah bisa terkontaminasi dengan cairan dari esophagus, kantung
perikardial, perut/ cavitas.
3. Untuk mayat yang diotopsi:
a. Darah diambil dari vena femoral.
b. Jika darah tidak dapat diambil dari vena femoral, dapat diambil dari :
− Vena subklavia
− Aorta
− Arteri pulmonary
− Vena cava superior
− Jantung
c. Darah seharusnya diberi label sesuai dengan tempat pengambilan.
d. Pada kejadian yang jarang terjadi, yang biasanya berhubungan dengan
trauma massive, darah tidak dapat diambil dari pembuluh darah tetapi
terdapat darah bebas pada rongga badan.
6
e. Tabung reaksi yang telah ditutup kapas berlemak
f. Baskom yang berisi desinkfektan
g. Garam Fisiologis
2. Prosedur Kerja
a. Berkomunikasilah dengan baik dengan pasien terlebih dahulu, setelah
suasana mulai kondusif, mulailah langkah-langkah pengambilan
sample.
b. Suruh pasien berbaring pada kursi yang telah disiapkan khusus untuk
pengambilan sample swab vagina dengan menekuk lutut hingga dekat
paha.
c. Bersihkan labia mayora dengan garam fisiologis.
d. Masukkan spekulum ke lubang vagina, buka spekulum hingga terlihat
serviks.
e. Oleskan lidi kapas pada bagian tersebut sebanyak dua kali
pengambilan.
f. Kembalikan posisi spekulum pada posisi semula.
g. Keluarkan perlahan.
h. Rendam pada baskom yang berisi desinkfektan.
i. Taruh lidi kapas tadi pada tabung reaksi.
j. Tutup rapat dengan kapas berlemak yang terbungkus kertas perkamen.
k. Bawa ke laboratorium untuk diperiksa.
7
b. Label spesimen
c. Sarung tangan sekali pakai
d. Larutan anti septik
e. Kapas sublimat
f. Formulir Laboratorium
g. Urinal (Pispot) jika klien tidak dapat berjalan
h. Baskom air hangat
i. Waslap
j. Sabun
k. Handuk
2. Prosedur pelaksanaan:
a. Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan
b. Untuk klien yang dapat berjalan
c. Antar klien ke kamar kecil
d. Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan parineal
dengan sabun dan air
e. Untuk klien wanita: bersihkan daerah parineal dari depan kebelakang
dengan menggunakan kapas desinfektan steril hanya sekali pakai
f. Untuk klien laki – laki:
− Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis tertarik
− Dengan gerakan memutar, bersihkan saluran kencing. Gunakan
steril hanya sekali pakai kemudian buang. Bersihkan area
beberapa inci dari penis
3. Cara Pengambilan Sampel
8
b. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina
dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah
pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah
dipakai ke tempat sampah.
e. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan
dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas
penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
c. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat.
Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan
kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat
sampah.
9
e. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan
dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas
penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
10
Ikatan-iakatan tersebut untuk mencegah tercampurnya isi usus bagian oral
dengan isi usus bagian anal.
Wadah:
11
f. Korban dibawa ke RS dengan disertai permohonan visum et repertum.
2. Pengambilan & Pengumpulan bahan
Harus dijaga:
a. Syarat medicolegal
b. Chain of evidence
Bahan-bahan tersebut:
b. Stat. II : Hati + 500 gram, Otak + 500 gram,P aru + 250 gram
Bahan-bahan lain:
b. Urine (100 ml )
a. Sisa makanan/minuman
Kasus-kasus tertentu
a. Keracunan Alkohol :
− Darah V.Femoralis
− Urine
− Sum-sum tulang
− Jaringan otot
12
Wadah II : organ hati, empedu, otak, ginjal dll
3. Pengiriman:
a. Sertakan contoh bahan pengawet (100 ml) dalam botol bersih, dilabel
& segel.
d. Via Paket.
4. Syarat-syarat surat:
5. Isi label:
a. Identitas korban
13
c. Pembanding: contoh tanah radius 5 m dengan kedalaman yang sama
dengan jenazah
14
BAB III
LABORATORIUM FORENSIK
1. Sperma cair
Hisap dgn semprit/pipet→ masukkan tab atau dengan kapas, keringkan beri
label, kirim.
Misal celana, bila masih basah, keringkan bila kering potong yang ada
nodanya → amplop , beri label, kirim ke lab.
Misal karpet, potong bagian yang ada noda masukkan dlm amplop, beri label,
dikirim.
c. Kirim ke lab
15
3.2 Pemeriksaan Bercak Darah
1. Sampel darah cair
a. Darah dari seseorang
− Diambil dgn semprit, masukkan ke dlm tabung yg ada EDTA
+/- 1ml darah.
− Beri label, simpan di pendingin atau dikirim ke lab.
b. Darah cair di TKP
− Ambil dgn semprit/pipet/kain → masukkan ke tab.dgn EDTA.
− Bila membeku → ambil dengan spaltel
− Beri label, simpan di pendingin atau dikirim ke lab.
c. Darah cair dalam air/salju/es
− Segera mungkin, ambil secukupnya → dalam botol
− Hindari kontaminasi, beri label, simpan atau kirim ke lab.
2. Bercak darah basah
a. Dipakaian
− Pakaian dgn noda ditempatkan pd permukaan bersih dan
dikeringkan.
− Setelah kering → masukkan kantong kertas/amplop
− Beri label, kirim ke kab.
b. Benda dengan bercak darah basah
− Bila benda kecil biarkan kering, tapi pada benda besar hisap
bercak tersebut dengan kain katun dan keringkan.
− Masukkan amplop, beri label dan kirim
3. Bercak darah kering
a. Pada benda yang dapat dipindahkan
− Mis; senjata, kain → kumpulkan
− Tiap item → masukkan dlm kantong kertas
− Beri label, kirim ke lab
b. Pada benda padat dgn permukaan kasar
− Mis; lantai → bercak dikerok → masukkan amplop
− Beri label, kirim
c. Pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan
− Bercak digosok dgn kapas basah dgn saline/air steril
− Kapas dikeringkan → masukkan kantong plastik
4. Bercak darah kering pada karpet/benda yang dapat dipotong
a. Potong bagian yang ada nodanya
b. Tiap potongan beri label
c. Sertakan potongan yang tidak ada nodanya sebagai kontrol
d. Kirim ke lab
5. Percikan Darah Kering
a. Gunakan celotape, tempelkan pada percikan noda
b. Masukkan celotape tersebut dalam kantong plastik
c. Kirim ke lab
16
3.3 Histopatologi Forensik
1. Histologi
a. Histo = jaringan
b. Logos = ilmu
c. Ilmu yang mempelajari struktur anatomi dan jaringan di bawah
mikroskop (tingkat seluler).
2. Patologi
Ilmu yang mempelajari tentang penyakit, penyebab, mekanisme, dan
perubahan-perubahannya, dilihat dari tingkat selular
3. Tujuan
d. Gambaran intravitalitas
17
pada jarak fokus yang lain. Metode ini sangat berguna dalam pekerjaan forensik, di
mana detail kecil pada adegan kejahatan atau kecelakaan mungkin sering menjadi
signifikan. Trace bukti seperti sidik jari dan tanda selip sangat penting, dan mudah
direkam menggunakan macroscopy.
2. Hasil:
a. Test getah paru (+) : korban sempat/pernah bernafas dalam air.
b. Test getah paru (-) : korban meninggal terlebih dahulu baru masuk
kedalam air/tidak sempat bernafas dalam air.
Airnya jernih sama dengan air minum
Spasme laring
Vagal refleks
18
botol tumpah. Yaitu dengan cara menarik tali yang mengikat alas botol
dan mengulur tali yang mengikat leher botol.
d. Dengan keluarnya seluruh air dan botol menjadi kosong maka botol
akan vaccum sehingga gas CO2 masuk kedalam botol.
e. Setelah botol teriisi gas CO2 maka botol diangkat keatas dengan cara
botol dibalik lagi, seperti posisi semula agar gas CO2 dapat terbawa
terus kedalam botol (gas CO2 lebih berat daripada udara).
f. Setelah sampai diatas, botol segera ditutup rapat, berikan label dan
disegel.
2. Test CO2 ada dua yaitu :
a. Kualitatif : dengan pemberian larutan Ca(OH)2 yang jernih dan baru
dibuat atau larutan Ba(OH)2 pada botol yang berisis udara yang
diambil dari tempat sempel. Apabila terdapat endapan putih kapur dari
CaCO3 atau BaCO3 maka berarti gas CO2 positif
CaOH2+CO2 CaCO3+H2O
BaOH2+CO2 BaCO3+H2O
b. Kuantitatif :
− Grafimetri (penimbangan terhadap endapan yag terjadi)
− Volumetri (dengan menitrasi kelebihan larutan basa
CaOH2/BaOH2 dengan konsentrasi tertentu.
− Chromatografi gas (kualitatif dan kuantitatif )
3. Hasil:
a. Keracunan gas CO2 : darah berwarna hitam
b. Keracunan gas CO dan HCN (kluwek,pete,gaplek) : cherry red
19
a. (+): korban keracunan gas CO, korban sebelum/setelah mati dibunuh
menghirup asap,perokok berat
b. (-): korban tidak menghirup asap, spasme laring ,vagal refleks
20
3.8 Emboli Udara Vena
Terjadi karena vena teriris(biasanya V.jugularis dileher) sehingga udara masuk ke
dalampembuluh darah vena kemudian menuju ke jantung kanan cab. Arteri
pulmonale ke paru-paru menyebabkan sesak.
Korban meninggal karena kapiler paru buntuoleh udara sehingga terjadi asphyxia.
(jumlah udara yang dapat menyebabkan kematian antara 100-150 cc).
Otopsi: Kulit dinding thorax dibuka sternum dipotong pada proc. Xypoideus
setinggi ICS II dibawah costa II supaya V. Brachialis cab V. Clavicula tidak terpotong
ambil dan gunting pericard dengan posisi Y terbalik dengan pinset tarik ujung-
ujung potongan pericard seperti Y terbalik isi dengan air sampai menggenang
tusuk atrium kanan,ventrikel kanan,arteri pulmonalis ada gelembung udara positif.
Penyebab emboli udara vena:
1. Luka pada pembuluh balik leher( terutama V.Jugularis)
2. Abortus provocatus criminalis dengan cara penyemprotan
3.11 Pneumothorax
1. Adanya udara dalam rongga thorax
2. Otopsi :
a. Buka kulit dinding thorax dengan potongan huruf “I” atau “Y”
b. Setelah terlihat costa tarik potongan costa, tarik potongan kulit hingga
membentuk kantong.
c. Kemudian isi air sampai menggenangi.
d. Kemudian tusuk paru-paru diantara ICS2,
3. Test (+) bila ada gelembung udara
4. Pada gas pembusukan ditemukan gelembung udara sedikit.
22