You are on page 1of 22

MAKALAH

SUB-SUB HUKUM PERDATA

Dosen Pembimbing:

KHAIRUL AZWAR ANAS, SH., MH

Disusun Oleh:

WING FADILLAH ACHBAR


NIM. 17600037

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM


(STIH) PERSADA BUNDA
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami bisa

menyusun makalah tentang “Sub – Sub Hukum Perdata” ini dengan tepat pada

waktunya.

Makalah ini berisikan informasi tentang pemahaman apa saja mengenai

hukum perdata baik itu pengertian, asas-asas yang terkandung, isi hukum perdata

dan keadaan hukum perdata yang ada di Indonesia saat ini. Diharapkan makalah

ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang wawasan mengenai

hukum perdata ini.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa

makalah ini masih jauh dari sempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari

semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Pekanbaru , April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3


A. Sub – Sub Hukum Perdata .....................................................................3
B. Pengertian dan Asas-asas Perkawinan Menurut Hukum Perdata
Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 .......................................12

BAB III PENUTUP ..............................................................................................18


A. Kesimpulan ..........................................................................................18
B. Saran ....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai manusia yang berada di bumi dan berada dalam suatu Negara,

maka sangatlah lazim apa bila dalam suatu Negara mempunyai/memiliki

peraturan-peraturan tentang ketertiban dalam suatu Negara, karena apabila

suatu Negara tidak mempunyai undang-undang/peraturan-peraturan maka

Negara tersebut akan porak poranda atau tidak aman. Karena begitu pentingnya

undang-undang maka di Negara kita ini di buatlah undang-undang dasar 1945

(UUD 45) dan undang-undang Negara yang lain, yang kesemuanya itu

berisikan tentang ketertiban dalam Negara sekaligus sanksi dari pasal-pasal

yang dilanggarnya.

Walaupun dinegara kita ini sudah ada undang-undang tapi mengapa di

Negara kita masih banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi baik dari

pihak masyarakat maupun pihak kepemerintahan. Oleh karena itu kami akan

mempelajari atau membahas tentang hukum-hukum Negara yang berada di

Indonesia, diantaranya hukum perdata, hukum pidana, hukum tata usaha dan

lain-lain.

B. Rumusan masalah

1. Sub – Sub Hukum Perdata ?

2. Pengertian dan Asas-asas Perkawinan Menurut Hukum Perdata Dan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

1
C. Tujuan

Agar dapat mempermudah dalam belajar mahasiswa dalam

mengetahui Sub-sub hukum perdata.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sub-Sub Hukum Perdata

1. Hukum Perdata Indonesia

Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan

larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan

pemberlakuaanya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya

ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Salah satu bidang hukum

yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan

hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat

atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum

(misalnya politik dan pemilu) (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan

sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum

pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau

warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang,

perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan

tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.

Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan

sistem hukum tersebut juga mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain

sistem hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan

Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran atau negara-negara yang

3
terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum Eropa

kontinental, sistem hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem

hukum lainnya. Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata

di Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan.

Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang

berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari

Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW)yang berlaku di kerajaan

Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda)

berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama

Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda

sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa

penyesuaian. Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer)

terdiri dari empat bagian, yaitu:

1. Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum

keluarga, yaitu hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban

yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan mengenai

timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan,

perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus

untuk bagian perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah

dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU nomor 1 tahun

1974 tentang perkawinan.

2. Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu

hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum

yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak kebendaan, waris dan

4
penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi benda berwujud

yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat

tertentu); benda berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya

selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak bergerak; dan benda

tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian

tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku

dengan di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu

pula bagian mengenai penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak

berlaku dengan di undangkannya UU tentang hak tanggungan.

3. Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau

kadang disebut juga perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya

mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang mengatur tentang

hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain

tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari

(ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang timbul dari adanya

perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian.

Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang

(KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan

KUHPer, khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian

khusus dari KUHPer.

4. Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian; mengatur hak dan kewajiban

subyek hukum (khususnya batas atau tenggat waktu) dalam

mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan hal-hal yang

berkaitan dengan pembuktian.

5
Sistematika yang ada pada KUHP tetap dipakai sebagai acuan oleh

para ahli hukum dan masih diajarkan pada fakultas-fakultas hukum di

Indonesia.

2. Hukum Pidana Indonesia

Berdasarkan isinya, hukum dapat dibagi menjadi 2, yaitu hukum

privat dan hukum publik (C.S.T Kansil).Hukum privat adalah hukum yg

mengatur hubungan orang perorang, sedangkan hukum publik adalah hukum

yg mengatur hubungan antara negara dengan warga negaranya. Hukum

pidana merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pidana terbagi menjadi

dua bagian, yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formil. Hukum

pidana materiil mengatur tentang penentuan tindak pidana, pelaku tindak

pidana, dan pidana (sanksi). Di Indonesia, pengaturan hukum pidana materiil

diatur dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP). Hukum pidana

formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana materiil. Di Indonesia,

pengaturan hukum pidana formil telah disahkan dengan UU nomor 8 tahun

1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP).

3. Hukum Tata Negara

Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara,

yaitu antara lain dasar pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan

lembaga-lembaga negara, hubungan hukum (hak dan kewajiban) antar

lembaga negara, wilayah dan warga negara.

4. Hukum Tata Usaha (Administrasi) Negara

Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur

kegiatan administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan

6
pemerintah dalam menjalankan tugasnya hukum administarasi negara

memiliki kemiripan dengan hukum tata negara.kesamaanya terletak dalam hal

kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal perbedaan hukum tata negara

lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh

suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah,untuk hukum

administrasi negara dimana negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum

tata usaha negara juga sering disebut HTN dalam arti sempit.

5. Hukum Acara Perdata Indonesia

Hukum acara perdata Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang

tata cara beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum

perdata. Dalam hukum acara perdata, dapat dilihat dalam berbagai peraturan

Belanda dulu(misalnya; Het Herziene Inlandsh Reglement/HIR, RBG,

RB,RO).

6. Hukum Acara Pidana Indonesia

Hukum acara pidana Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang

tata cara beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum

pidana. Hukum acara pidana di Indonesia diatur dalam UU nomor 8 tahun

1981.

Asas Dalam Hukum Acara Pidana

Asas didalam hukum acara pidana di Indonesia adalah:

1. Asas perintah tertulis, yaitu segala tindakan hukum hanya dapat

dilakukan berdasarkan perintah tertulis dari pejabat yang berwenang

sesuai dengan UU.

7
2. Asas peradilan cepat, sederhana, biaya ringan, jujur, dan tidak

memihak, yaitu serangkaian proses peradilan pidana (dari penyidikan

sampai dengan putusan hakim) dilakukan cepat, ringkas, jujur, dan adil

(pasal 50 KUHAP).

3. Asas memperoleh bantuan hukum, yaitu setiap orang punya

kesempatan, bahkan wajib memperoleh bantuan hukum guna

pembelaan atas dirinya (pasal 54 KUHAP).

4. Asas terbuka, yaitu pemeriksaan tindak pidana dilakukan secara terbuka

untuk umum (pasal 64 KUHAP).

5. Asas pembuktian, yaitu tersangka/terdakwa tidak dibebani kewajiban

pembuktian (pasal 66 KUHAP), kecuali diatur lain oleh UU.

7. Hukum Antar Tata Hukum Hukum

Antar tata hukum adalah hukum yang mengatur hubungan antara dua

golongan atau lebih yang tunduk pada ketentuan hukum yang berbeda.

8. Hukum Adat di Indonesia

Hukum adat adalah seperangkat norma dan aturan adat yang berlaku

di suatu wilayah.

9. Hukum Islam di Indonesia

Hukum Islam di Indonesia belum bisa ditegakkan secara menyeluruh,

karena belum adanya dukungan yang penuh dari segenap lapisan masyarakat

secara demokratis baik melalui pemilu atau referendum maupun amandemen

terhadap UUD 1945 secara tegas dan konsisten. Aceh merupakan satu-

satunya provinsi yang banyak menerapkan hukum Islam melalui Pengadilan

8
Agama, sesuai pasal 15 ayat 2 Undang-Undang RI No. 4 Tahun 2004 Tentang

Kekuasaan Kehakiman yaitu : Peradilan Syariah Islam di Provinsi Nanggroe

Aceh Darrussalam merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan

agama sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan agama,

dan merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum

sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan umum.

Advokat

Sejak berlakunya UU nomor 18 tahun 2003 tentang advokat, sebutan

bagi seseorang yang berprofesi memberikan bantuan hukum secara swasta -

yang semula terdiri dari berbagai sebutan, seperti advokat, pengacara,

konsultan hukum, penasihat hukum - adalah advokat.

Advokat dan Pengacara

Kedua istilah ini sebenarnya bermakna sama, walaupun ada beberapa

pendapat yang menyatakan berbeda. Sebelum berlakunya UU nomor 18 tahun

2003, istilah untuk pembela keadilan plat hitam ini sangat beragam, mulai

dari istilah pengacara, penasihat hukum, konsultan hukum, advokat dan

lainnya. Pengacara sesuai dengan kata-kata secara harfiah dapat diartikan

sebagai orang yang beracara, yang berarti individu, baik yang tergabung

dalam suatu kantor secara bersama-sama atau secara individual yang

menjalankan profesi sebagai penegak hukum plat hitam di pengadilan.

Sementara advokat dapat bergerak dalam pengadilan, maupun bertindak

sebagai konsultan dalam masalah hukum, baik pidana maupun perdata. Sejak

diundangkannya UU nomor 18 tahun 2003, maka istilah-istilah tersebut

distandarisasi menjadi advokat saja.

9
Dahulu yang membedakan keduanya yaitu Advokat adalah seseorang

yang memegang izin ber"acara" di Pengadilan berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kehakiman serta mempunyai wilayah untuk "beracara" di seluruh

wilayah Republik Indonesia sedangkan Pengacara Praktek adalah seseorang

yang memegang izin praktek / beracara berdasarkan Surat Keputusan Pengadilan

Tinggi setempat dimana wilayah beracaranya adalah "hanya" diwilayah

Pengadilan Tinggi yang mengeluarkan izin praktek tersebut. Setelah UU No. 18

th 2003 berlaku maka yang berwenang untuk mengangkat seseorang menjadi

Advokat adalah Organisasi Advokat.(Pengacara dan Pengacara Praktek/pokrol

dst seteah UU No. 18 tahun 2003 dihapus)

Konsultan Hukum

Konsultan hukum atau dalam bahasa Inggris counselor at law atau legal

consultant adalah orang yang berprofesi memberikan pelayanan jasa hukum

dalam bentuk konsultasi, dalam sistem hukum yang berlaku di negara masing-

masing. Untuk di Indonesia, sejak UU nomor 18 tahun 2003 berlaku, semua

istilah mengenai konsultan hukum, pengacara, penasihat hukum dan lainnya

yang berada dalam ruang lingkup pemberian jasa hukum telah distandarisasi

menjadi advokat.

Aksa dan Polisi

Dua institusi publik yang berperan aktif dalam menegakkan hukum

publik di Indonesia adalah kejaksaan dan kepolisian. Kepolisian atau polisi

berperan untuk menerima, menyelidiki, menyidik suatu tindak pidana yang

terjadi dalam ruang lingkup wilayahnya. Apabila ditemukan unsur-unsur tindak

10
pidana, baik khusus maupun umum, atau tertentu, maka pelaku (tersangka) akan

diminta keterangan, dan apabila perlu akan ditahan. Dalam masa penahanan,

tersangka akan diminta keterangannya mengenai tindak pidana yang diduga

terjadi. Selain tersangka, maka polisi juga memeriksa saksi-saksi dan alat bukti

yang berhubungan erat dengan tindak pidana yang disangkakan. Keterangan

tersebut terhimpun dalam berita acara pemeriksaan (BAP) yang apabila

dinyatakan P21 atau lengkap, akan dikirimkan ke kejaksaan untuk dipersiapkan

masa persidangannya di pengadilan. Kejaksaan akan menjalankan fungsi

pengecekan BAP dan analisa bukti-bukti serta saksi untuk diajukan ke

pengadilan. Apabila kejaksaan berpendapat bahwa bukti atau saksi kurang

mendukung, maka kejaksaan akan mengembalikan berkas tersebut ke kepolisian,

untuk dilengkapi. Setelah lengkap, maka kejaksaan akan melakukan proses

penuntutan perkara. Pada tahap ini, pelaku (tersangka) telah berubah statusnya

menjadi terdakwa, yang akan disidang dalam pengadilan. Apabila telah

dijatuhkan putusan, maka status terdakwa berubah menjadi terpidana.

KUH Perdata

Yang dimaksud dengan Hukum perdata Indonesia adalah hukum perdata

yang berlaku bagi seluruh Wilayah di Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di

Indonesia adalah hukum perdata baratBelanda yang pada awalnya berinduk pada

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang aslinya berbahasa Belanda atau

dikenal dengan Burgerlijk Wetboek dan biasa disingkat dengan B.W. Sebagian

materi B.W. sudah dicabut berlakunya & sudah diganti dengan Undang-Undang

RI misalnya mengenai UU Perkawinan, UU Hak Tanggungan, UU Kepailitan.

11
Pada 31 Oktober 1837, Mr.C.J. Scholten van Oud Haarlem di angkat menjadi

ketua panitia kodifikasi dengan Mr. A.A. Van Vloten dan Mr. Meyer masing-

masing sebagai anggota yang kemudian anggotanya ini diganti dengan Mr.

J.Schneither dan Mr. A.J. van Nes. Kodifikasi KUHPdt. Indonesia diumumkan

pada tanggal 30 April 1847 melalui Staatsblad No. 23 dan berlaku Januari 1948.

Setelah Indonesia Merdeka berdasarkan aturan Pasal 2 aturan peralihan UUD

1945, KUHPdt. Hindia Belanda tetap dinyatakan berlaku sebelum digantikan

dengan undang-undang baru berdasarkan Undang – Undang Dasar ini. BW

Hindia Belanda disebut juga Kitab Undang – Undang Hukun Perdata Indonesia

sebagai induk hukum perdata Indonesia.

Isi KUH Perdata

KUH Perdata terdiri dari 4 bagian yaitu :

1. Buku 1 tentang Orang / Personrecht

2. Buku 2 tentang Benda / Zakenrecht

3. Buku 3 tentang Perikatan /Verbintenessenrecht

4. Buku 4 tentang Daluwarsa dan Pembuktian /Verjaring en Bewijs

B. Pengertian Dan Asas-asas Perkawinan Menurut Hukum Perdata Dan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Pengertian Perkawinan

KUHPerdata tidak memberikan pengertian mengenai perkawinan.

Perkawinan dalam hukum perdata adalah perkawinan perdata, maksudnya

adalah perkawinan hanya merupakan ikatan lahiriah antara pria dan wanita,

12
unsur agama tidak dilihat. Tujuan perkawinan tidak untuk memperoleh

keturunan oleh karena itu dimungkinkan perkawinan in extrimis.

Sebaliknya, Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dan

wanita dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan menurut Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 bukan hanya ikatan lahiriah saja, tapi juga ada

ikatan batiniah, dimana ikatan ini didasarkan pada kepercayaan calon suami

isteri. Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan

adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan

kepercayaannya itu.

Asas-asas Perkawinan

1. Asas-asas perkawinan menurut KUHPerdata

a. Asas monogami. Asas ini bersifat absolut/mutlak, tidak dapat

dilanggar.

b. Perkawinan adalah perkawinan perdata sehingga harus dilakukan di

depan pegawai catatan sipil.

c. Perkawinan merupakan persetujuan antara seorang laki-laki dan

seorang perempuan di bidang hukum keluarga.

d. Supaya perkawinan sah maka harus memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan undang-undang.

e. Perkawinan mempunyai akibat terhadap hak dan kewajiban suami

dan isteri.

13
f. Perkawinan menyebabkan pertalian darah.

g. Perkawinan mempunyai akibat di bidang kekayaan suami dan isteri

itu.

2. Asas-asas perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

a. Asas Kesepakatan (Bab II Pasal 6 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974),

yaitu harus ada kata sepakat antara calon suami dan isteri.

b. Asas monogami (Pasal 3 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974). Pada

asasnya, seorang pria hanya boleh memiliki satu isteri dan seorang

wanita hanya boleh memiliki satu suami, namun ada perkecualian

(Pasal 3 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974), dengan syarat-syarat yang

diatur dalam Pasal 4-5.

c. Perkawinan bukan semata ikatan lahiriah melainkan juga batiniah.

d. Supaya sah perkawinan harus memenuhi syarat yang ditentukan

undang-undang (Pasal 2 UU No. 1 Tahun 1974).

e. Perkawinan mempunyai akibat terhadap pribadi suami dan isteri.

f. Perkawinan mempunyai akibat terhadap anak/keturunan dari

perkawinan tersebut.

g. Perkawinan mempunyai akibat terhadap harta suami dan isteri

tersebut.

Dengan adanya perkawinan akan menimbulkan akibat baik terhadap

suami istri, harta kekayaan maupun anak yang dilahirkan dalam perkawinan.

1. Akibat Perkawinan Terhadap Suami istri

a. Suami istri memikul tanggung jawab yang luhur untuk menegakan

rumah tangga berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 30).

14
b. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan

kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan dalam

pergaulan hidup bersama dalam masyarakat (Pasal 31 ayat (1)).

c. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hokum

(ayat 2).

d. Suami adalah kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga.

e. Suami istri menentukan tempat kediaman mereka.

f. Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati,

saling setia.

g. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu

sesuai dengan kemampuannya.

h. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya.

2. Akibat Perkawinan Terhadap Harta Kekayaan

a. Timbul harta bawaan dan harta bersama.

b. Suami atau istri masing-masing mempunyai hak sepenuhnya

terhadap harta bawaan untuk melakukan perbuatan hokum apapun.

c. Suami atau istri harus selalu ada persetujuan untuk melakukan

perbuatan hukum terhadap harta bersama (Pasal 35 dan 36).

3. Akibat Perkawinan Terhadap Anak

a. Kedudukan anak

 Anak yang dilahirkan dalam perkawinan adalah anak yang sah

(Pasal 42)

 Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai

hubungan perdata dengan ibunya dan kerabat ibunya saja.

15
b. Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak

 Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-

anaknya sampai anak-anak tersebut kawin dan dapat berdiri

sendiri (Pasal 45).

 Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendaknya

yang baik.

 Anak yang dewasa wajib memelihara orang tua dan keluarga

dalam garis keturunan ke atas sesuai kemampuannya, apabila

memerlukan bantuan anaknya (Pasal 46).

c. Kekuasaan orang tua

 Anak yang belum berumur 18 tahun atau belum pernah kawin

ada di bawah kekuasaan orang tua.

 Orang tua dapat mewakili segala perbuatan hokum baik di

dalam maupun di luar pengadilan.

 Orang tua dapat mewakili segala perbuatan hokum baik di

dalam maupun di luar pengadilan.

 Orang tua tidak boleh memindahkan hak atau menggadaikan

barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum

berumur 18 tahun atau belum pernah kawin

 Kekuasaan orang tua bisa dicabut oleh pengadilan apabila:

 Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anak

 Ia berkelakuan buruk sekali

16
 Meskipun orang tua dicabut kekuasaannya, tetap berkewajiban

untuk memberi biaya pemeliharaan kepada anaknya.

Sedang yang dimaksud dengan kekuasaan orang tua adalah:

Kekuasaan yang dilakukan oleh ayah dan ibu terhadap anak yang belum

mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan.

Isi kekuasaan orang tua adalah:

1. Kewenangan atas anak-anak baik mengenai pribadi maupun harta

kekayaannya.

2. Kewenangan untuk mewakili anak terhadap segala perbuatan hokum di

dalam maupun di luar pengadilan.

Kekuasaan orang tua itu berlaku sejak kelahiran anak atau sejak hari

pengesahannya.

Kekuasaan orang tua berakhir apabila:

 Anak itu dewasa

 Anak itu kawin

 Kekuasaan orang tua dicabut

17
BABA III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar

individu dalam pergaulan masyarakat. Sedangkan hukum perdata material

adalah menerangkan perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum serta

hukuman-hukuman apa yang dapat dijatuhkan.

Hukum perdata formal adalah menunjukkan cara mempertahankan

atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan maka

hukum formil itu menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim.

Dalam hukum perdata juga ada asas-asa dan juga sumber-sumber

hukum, sejarah hukum perdata di Indonesia juga tak lepas dari Belanda.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami susun tentang Hukum Perdata.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari pada sempurna

dan juga masih banyak kesalahan, untuk itu kami harapkan kritik dan saran

yang membangun dari para pembaca agar dalam pembuatan makalah

selanjutnya menjadi lebih baik, semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat kepada kita.

18
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 2002. Demokrasi,HAM,dan Masyarakat Madani. Jakarta ;

Prenada Media. 2. Budiyanto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta ;

Erlangga. 3. Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila.Yogyakarta ; Paradigma.

Suteng, Bambang. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta ; Erlangga

UUD 1945

19

You might also like