Professional Documents
Culture Documents
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik
BAB I
PENDAHULUAN
Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa kebutuhan amonia di dalam negeri cenderung
mengalami peningkatan rata-rata 10.40 % per tahun. Hal ini disebabkan oleh sudah
2
c. Proces Lurgi
Pada proses Lurgi reaksinya berlangsung dalam reactor fixed bed dengan
menggunakan oksigen dan steam pada kisaran tekanan 2000 – 3000 kPa (20 – 30 atm).
Oksigen dan steam dimasukkan kedalam gasifier melalui celah ke dalam rotary grate.
Temperatur gasifikasi sekitar 560 – 620 oC dan tergantung dari karakteristik umpan.
Kandungan metan dan karbondioksida masing-masing 10% dan 28% dalam gasifier.
Crude gas dari Lurgi gasifier yang diproses dalam beberapa langkah yaitu pengolahan
limbah panas, shift conversion, penghilangan tar, phenol dan produk lain. Nitrogen cair
melalui proses scrubbing akan menghasilkan gas sintesis yang murni dilanjutkan proses
kompresi dan terakhir proses pembuatan amonia.
d. Proses Koppers – Totzek
Proses ini berawal dari gasification steam generation washing pada fase cair
dengan tekanan yang rendah dan suhu yang tinggi. Campuran homogen dari batubara,
oksigen dan steam memiliki suhu 1925oC. Steam dan karbon bereaksi endotermik
sehingga terjadi penurunan suhu hingga 1480oC. Gas sintesis yang dihasilkan memiliki
sulfur, CO dan CO2 yang bersifat racun bagi katalis, sehingga perlu dilakukan proses
penghilangan sulfur, CO dan CO2. Gas sintesis yang telah murni kemudian diumpankan
dalam ammonia converter dengan katalis Fe2O3 yang sangat reaktif pada suhu 300 oC –
500oC. Konversi amonia overall yang dihasilkan proses ini adalah 88,8%. (Kirk Othmer,
1998)
Untuk dapat mengetahui proses yang akan dipilih dalam memproduksi amonia
maka dapat dilihat kondisi operasi pada masing-masing proses seperti pada tabel 2.1.
Berdasarkan tabel 2.1 maka Proses yang dipilih adalah Kellogg Process (USA) karena
konversi sangat tinggi pada tekanan dan suhu rendah dapat menghasilkan amonia yang
lebih banyak, hal lain juga didukung oleh aktivitas katalis Ruthenium 20 kali lebih
besar dibandingkan katalis besi (Fe , Al2O3, Fe2O3).
Tabel 2.1 Perbandingan Data kondisi Proses Pembuatan Amonia
Air
Air Nitrogen
Separator Mixer
CH4, H2
N2 CO, CO2
Steam Drum Refrigerator
Uap Air NH3
katalis
3H2 + N2 2NH3
Dalam condensor, produk amonia akan dicairkan sehingga terpisah dari gas sintesis
yang belum terkonversi. Gas sintesis yang belum terkonversi diumpankan dalam gas
separator untuk memisahkan komponen gas yang ada. CH 4 dan Ar di alirkan ke fuel
gas. Sedangkan nitrogen dan hydrogen direcycle menuju synthesis gas compressor
untuk diumpankan kembali ke ammonia converter. Laju alir produk NH3 yang
dihasilkan adalah 6 ton/jam. (Data Perhitungan di Lampiran E).
2.4 Pemakaian Katalis
Katalis yang digunakan dalam reaksi pembuatan amonia ini adalah katalis
(Ruthenium, ZnO,CoMo, Nikel) dan absorbent (MDEA, Benfield).Katalis yang
7
digunakan berbasis Ruthenium (Ru) dengan support Magnesium Oksida (MgO) yang
diteliti oleh Muhler, dkk (2004). Katalis berbasis Ruthenium (Ru) dipilih karena mampu
mengkonversi hingga produk 20 % per pass pada suhu 250-300oC dan tekanan 3-5 MPa
(Larrichev, 2007). Sedangkan dengan katalis Fe, kondisi operasi pada suhu 380-520 oC
dan tekanan 120-220 bar (Forni dan Pernicone, 2006). Sehingga energi terpakai jauh
lebih hemat.
MgO dipilih sebagai support katalis karena lebih stabil dibandingkan support
karbon konvensional yang mudah terhidrogenasi (Muhler, 2004). Aktivitas Katalis Ru
5-20 kali lebih besar dari katalis besi (Appl, 1999, hal 62 dan Muhler, 2004). Katalis
dibuat dengan mengkontakkan Ru melalui impregnasi support dengan Ru3(CO)12 dalam
tetrahydtofurane, atau melalui chemical vapour deposition (CVD) Ru3(CO)12. Promotor
yang baik (alkali logam, alkali logam bumi, lantanida, dan kombinasinya) kemudian
ditambahkan. Katalis diaktivasi dengan perlakuan hidrogen. Recovery katalis dilakukan
dengan mencuci spent katalis untuk mendapatkan kembali promoter. Katalis sisa cucian
dipanaskan 70oC dalam pelarut asam nitrit 1 M berlebih. Support MgO berubah menjadi
larutan magnesium nitrat, dipisahkan dari sisa logam Ru dengan sentrifugasi atau
penyaringan.
2.5 Kinetika Reaksi
Konstanta kecepatan reaksi pembuatan amonia dapat dinyatakan dalam
Ea
persamaan : k A. exp Pers. 2.1
RT
11727
k 3,64.10 8 exp Pers. 2.2
T
dalam hubungan ini :
k : konstanta kecepatan reaksi
A : pre exponential factor (1/jam)
Ea : energi aktivasi (kkal/kmol)
R : tetapan gas (kkal/kmol.K)
T : suhu operasi (K)
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu, maka
kecepatan reaksi pembentukan amonia akan semakin besar. Akan tetapi, reaksi
pembentukan amonia merupakan reaksi yang bersifat sangat eksotermis sehingga akan
8
melepaskan panas yang sangat besar. Panas reaksi akan dilepaskan oleh permukaan
katalis dan menyebabkan suhu naik dengan cepat, sehingga efektifitas dan umur katalis
akan terus berkurang. Untuk itu, maka diperlukan adanya kontrol temperatur yang baik
melalui pendinginan. (Kirk Otmer, 1978).