Professional Documents
Culture Documents
Komplikasi Nifas
Komplikasi Nifas
Kandungan kolostrum :
Lebih banyak mineral & protein dibanding ASI.
IgA melawan bakteri saluran cerna yang patogen.
Kandungan faktor imun lain : komplemen, makrofag,
limfosit, lactoferrin, lactoperoksidase & lisozim.
Jarang
Terjadi sumbatan saluran oleh air susu yang membeku
dan terkumpul pada satu bagian, menyebabkan tumor
kistik.
Dapat hilang spontan atau dilakukan aspirasi.
KELAINAN SEKRESI ASI
Keluarnya ASI tergantung dari pertumbuhan
kelenjar-kelenjar susu pada masa kehamilan.
Agalaktia : air susu tidak keluar
Poligalaktia : pengeluaran air susu berlebih.
Galaktorea : keluarnya air susu terus menerus
walau bayi sudah disapih.
Umumnya ASI dapat keluar setelah 3 hari
postpartum.
PENGHENTIAN LAKTASI
Keadaan yang tidak memungkinkan laktasi :
– Bayi lahir mati atau meninggal setelah menyusu
– Kontraindikasi menyusui pada ibu
– Ibu tidak mau menyusui.
Terdapat breast engorgement & nyeri.
Penanganan :
Menggunakan bra yang sesuai
Analgetik untuk mengurangi rasa sakit
Balutan pada payudara
Bromokriptin : supresi produksi ASI
GANGGUAN JALAN LAHIR
Fistula vesikovagina dan rektovagina
Adanya saluran yang menghubungkan antara vesika
urinaria/uretra atau rektum dan vagina inkontinensia urin /
inkontinensia alvi
Terjadi nekrosis setelah 5 – 7 hari postpartum akibat
penekanan terlalu lama pada jalan lahir atau adanya tindakan
operatif yang sukar.
Penanganan :
Lakukan kateterisasi selama 2 – 3 minggu dalam keadaan
asepsis untuk merangsang penutupan spontan dari fistula.
Bila tidak ada penyembuhan spontan dilakukan repair.
Bila repair berhasil, lakukan konseling untuk kehamilan
berikutnya.
Anatomi traktus genitalia potongan midsagital
GANGGUAN TRAKTUS URINARIUS
Retensi urin : ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin (berkemih)
Faktor predisposisi :
Berkurangnya tonus pada kandung kemih
Trauma : penekanan kepala menyebabkan edema pada basal
vesika, terutama pada kala II lama, bayi besar, tindakan operatif.
Nyeri : menghambat relaksasi otot sfinkter
Spasme uretra
Penanganan :
Berkemih se”nyaman” mungkin.
Ekstra cairan per oral untuk merangsang refleks berkemih
Analgetik untuk mengurangi nyeri
Latihan otot dasar panggul untuk memperbaiki tonus sfinkter
Kateterisasi bila seluruh usaha tidak berhasil
Risiko retensi urin berkepanjangan :
1. Atonia vesika “kebocoran” pada vesika urinaria
2. Hipertrofi vesika pembentukan divertikel
3. Refluks urin ke ureter infeksi; pielonefritis, hidronefritis, gagal
ginjal.
Urin residu : jumlah urin pada vesika setelah berkemih, normal<60 ml
Dapat terjadi residu urin meningkat akibat retensi urin dan
menyebabkan overdistensi vesika. Bila dicurigai residu urin
berlebih, lakukan kateterisasi.
Komplikasi :
1. Sistitis
2. Pembentukan batu saluran kemih
3. Divertikulum
4. Kerusakan otot berkemih (detrusor)
INKONTINENSIA URIN
Terdiri dari :
Stress inkontinensia
– Keluarnya urin spontan saat batuk, bersin atau
peningkatan tekanan intraabdomen yang tiba-tiba.
Faktor predisposisi :
– Kelemahan otot penunjang dasar vesika
– Kelemahan otot dasar panggul dan sfinkter uretra
– Adanya sistokel
– Obesitas
– Partus lama yang menekan otot dasar panggul.
True inkontinensia : terjadi pada partus lama/persalinan
dengan bantuan alat kateterisasi postpartum
– Akibat pembentukan fistula
– Akibat adanya “kebocoran”
Penanganan :