Professional Documents
Culture Documents
2 Tesis USU PDF
2 Tesis USU PDF
TESIS
Oleh
BUNGSU RIANA
067012004/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Bungsu Riana : Pengaruh Karakteristik Individu, Pengetahuan, Sikap Dan Peran Petugas Terhadap…, 2008
USU e-Repository © 2009
PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU, PENGETAHUAN,
SIKAP DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KEPEMILIKAN
RUMAH SEHAT DI KECAMATAN PEUREULAK TIMUR
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2008
TESIS
Oleh
BUNGSU RIANA
067012004/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU,
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERAN PETUGAS
TERHADAP KEPEMILIKAN RUMAH SEHAT DI
KECAMATAN PEUREULAK TIMUR KABUPATEN
ACEH TIMUR TAHUN 2008
Nama Mahasiswa : Bungsu Riana
Nomor Pokok : 067012004
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
(Bungsu Riana)
ABSTRAK
Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
USU Medan atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi
3. Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, selaku Sekretaris Program Studi Administrasi
4. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM, selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah membimbing dan memberi banyak masukan dan arahan kepada penulis
5. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
masukan, arahan, dan bimbingan ilmunya yang sangat berharga dan bermanfaat
7. Ibu Ir. Indra Chahaya, MSi, selaku Anggota Penguji yang telah membantu
dan Ibunda Mertua Fatimah tercinta yang penuh kasih sayang dan kesabaran, serta
ketulusan hati selalu memberi support teladan, spritual dan psikologis serta
mengiringi doa dengan penuh pengharapan kelak ananda menjadi orang yang
bertaqwa kepada Allah SWT dan berguna bagi nusa dan bangsa.
tersayang yang selalu dan senantiasa menunggu dengan kesabaran, kesetiaan dan
baik moril, materi dan pengorbanan lahir batin, mengiringi tangis, tawa, dan
10. Bapak Bupati, Wakil Bupati, Sekda dan seluruh jajaran Pemda Kabupaten Aceh
Timur yang telah banyak membantu penulis dalam proses pendidikan di Sekolah
11. Bapak H.Aiyub, SKM., selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur
beserta staf yang telah banyak memberi data dan informasi, memotivasi penulis
kerjanya.
13. Para masyarakat yang menjadi subjek penelitian yang telah meluangkan waktu
untuk diwawancarai.
telah banyak membantu memberikan saran dan masukan dalam penyusunan tesis
ini.
Kepada Allah SWT kita semua dan segalanya berserah diri dan bertawakkal
Bungsu Riana
RIWAYAT HIDUP
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
BAB 5 PEMBAHASAN............................................................................... 63
5.1 Pengaruh Pendidikan Terhadap Kepemilikan Rumah Sehat.... 63
5.2 Pengaruh Pekerjaan Terhadap Kepemilikan Rumah Sehat...... 64
5.3 Pengaruh Pendapatan Terhadap Kepemilikan Rumah Sehat ... 65
5.4 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepemilikan Rumah .......... 65
5.5 Pengaruh Sikap Terhadap Kepemilikan Rumah Sehat ............ 67
5.6 Pengaruh Peran Petugas Terhadap Kepemilikan Rumah Sehat 68
disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat
berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status
perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak
untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap
sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang
terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya
yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4
Tahun 1992). Menurut World Health Organization (WHO), bahwa rumah adalah
struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna
untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan
keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh
anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu keberadaan
perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan
Indonesia hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat termasuk rumah sehat.
Hal ini merupakan salah satu indikator Indonesia Sehat 2010 dan target Millenium
pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada
rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah tersebut
memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak, mencuci,
rumah, sarana sanitasi, dan perilaku penghuni yang ditinjau dari masing-masing
yang memenuhi syarat sehat untuk tingkat nasional adalah 43,89%. Kondisi sarana
pembuangan limbah yang memenuhi syarat sebanyak 62,11% dan kondisi jamban
yang memenuhi syarat 46,54 % (Depkes RI, 2006), keadaan tersebut menunjukkan
bahwa kondisi perumahan di Indonesia saat ini belum memenuhi syarat kesehatan.
2006, diketahui masalah perumahan sehat masih merupakan masalah utama dalam
67,12% dan 49,20% untuk kondisi jamban. Salah satu Kabupaten yang masih
memiliki perumahan kategori tidak memenuhi syarat adalah Kabupaten Aceh Timur,
dan termasuk dalam 10 besar kabupaten yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Data
Profil Kabupaten Aceh Timur tahun 2006, diketahui kondisi rumah sehat sebanyak
57,23%, rumah kondisi yang memiliki sarana air bersih 24,19%, sarana pembuangan
limbah yang memenuhi syarat sebanyak 26%, dan kondisi jamban 49,46% yang
kecamatan, diketahui kecamatan yang paling rendah cakupan rumah sehat adalah
Kecamatan Peureulak Timur yaitu rumah sehat sebesar 37,15%, kondisi sarana
sampah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 24,54% dan 49,92%, jamban
kesehatan, dibandingkan dengan indikator Indonesia Sehat 2010, yaitu untuk rumah
sehat 80%, dan persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap air bersih
yang menderita DBD 64% dari rumah tidak mempunyai saluran pembuangan air
limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Hasil penelitian Sulistyorini dan
Nindya (2005), bahwa rumah yang mempunyai ventilasi tidak memenuhi syarat
kesehatan 74% berpotensi terhadap kejadian Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA)
pada Balita.
Selain itu dilihat dari beberapa komponen rumah, diketahui rumah yang
dengan baik, akibatnya asap dapur dan asap rokok dapat terkumpul dalam rumah.
Bayi dan anak yang sering menghisap asap lebih mudah terserang ISPA. Rumah yang
lembab dan basah karena banyak air yang terserap di dinding tembok dan matahari
pagi sukar masuk dalam rumah juga memudahkan anak-anak terserang ISPA (Ranuh,
1997).
perumahan rendah.
dengan makhluk rasional, bahwa rasio tidak tergantung pada situasi, sedangkan akal
sehat tergantung pada situasi. Sebagai makhluk rasional, misalkan manusia tahu
berada di suatu tempat yang memang terjaga kebersihannya, akal sehatnya akan
mengatakan bahwa tidak layak ia mengotori tempat itu walau hanya dengan setitik
debu, tempat sampah yang sudah tersedia disitu sehingga akal sehatnya membuang
sampah pada tempatnya. Tingkah laku tidak hanya ditentukan oleh lingkungan dan
sebaliknya, melainkan kedua hal itu saling menentukan dan tidak dapat dipisahkan.
Bahwa banyak perilaku yang tidak sesuai dengan kepemilikan rumah sehat,
terhadap sesuatu mencerminkan perilaku yang positif. Ada beberapa alasan yang
dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan seperti ada tidaknya sarana yang mendukung
suku Dayak terhadap perumahan dan pemukiman sehat salah satunya dipengaruhi
pentingnya rumah sehat, selain itu jumlah petugas kesehatan yang ditugaskan juga
harus mencukupi dan mengakomodir setiap kepala keluarga, sehingga secara rutin
kesehatan yaitu hanya 37,15% dibandingkan dengan indikator Indonesia Sehat 2010,
yaitu cakupan rumah sehat 80%, maka apakah karakteristik individu, pengetahuan,
1.4 Hipotesis
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur dalam
2.4 Rumah
sebagai tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut juga semua
fasilitas dan pelayanan yang diperlukan untuk kesehatan jasmani dan rohani
(Sanropie, 1992).
perumahan yang sehat dan layak huni. Di lain pihak rumah merupakan dambaan
setiap keluarga, artinya setiap keluarga mampu meraihnya sesuai dengan apa yang
diinginkannya, untuk memperolehnya dapat dengan berbagai cara, ada yang mampu
membeli secara tunai dan ada pula yang membeli secara angsuran sesuai dengan
kemampuannya.
menghadapi ketenangan, kebahagiaan bagi setiap penghuninya lahir dan batin pribadi
maupun keluarga.
apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari
Bungsu Riana : Pengaruh Karakteristik Individu, Pengetahuan, Sikap Dan Peran Petugas Terhadap…, 2008
USU e-Repository © 2009
udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan
penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih,
sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan
terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh,
tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan,
Rumah sehat dapat diartikan rumah untuk berlindung, bernaung, dan tempat
makanan yang aman dengan struktur rumah yang aman dengan memberi
kronis dengan memberikan perhatian pada struktur rumah, polusi udara rumah,
polusi udara dalam rumah, keamanan dari bahaya kimia dan perhatian pada
pnggunaan rumah sebagai tempat bekerja, dan c. Stress psikologi dan sosial
melalui ruang yang adekuat, mengurangi privasi, nyaman, memberi rasa aman
pada individu, keluarga dan akses pada rekreasi dan sarana komunitas pada
atas : a. Informasi dan nasehat tentang rumah sehat dilakukan oleh petugas
yang berkaitan dengan perumahan dan hunian harus didasarkan pada proses
kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar
anggota dan penghuni rumah, 3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan
penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan
limbah rumah tangga, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah
antara lain persyaratan sempadan jalan, komponen yang tidak roboh, tidak mudah
rumah yang terdiri dari : langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela
ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, dapur dan pencahayaan dan aspek perilaku.
Aspek perilaku penghuni adalah pembukaan jendela kamar tidur, pembukaan jendela
Komponen yang harus dimiliki rumah sehat adalah : (1) Fondasi yang kuat
dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunanan dengan tanah; (2) Lantai
kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari
badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau
anyaman bambu; (3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan
masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai; (4) Dinding rumah
kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan angin dan
air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan
(privacy) penghuninya; (5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik
matahari, minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks
atau gipsum; serta (6) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar
matahari serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan (Depkes RI, 2001).
Adapun aspek konstruksi atau komponen rumah yang memenuhi syarat rumah
1. Langit–langit.
langit-langit yang tujuannya antara lain: (a) Untuk menutup seluruh konstruksi atap
dan kuda-kuda penyangga, agar tidak terlihat dari bawah,sehingga ruaangan terlihat
rapi dan bersih ; (b) Untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga
menahan tetesan air hujan yang menembus melalui celah-celah atap ; dan (c) Untuk
membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehingga panas atas tidak
harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, (b) Langit-langit
harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga dengan konstruksi bebas
tikus, (c) Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai kecuali,
1,75m, dan e.Ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang kurangnya
sampai 2,40 m.
2. Dinding
Adapun syarat-syarat untuk diding antara lain : (a) Dinding harus tegak lurus
agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding
pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya, (b) Dinding harus terpisah dari
permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan, agar air tanah tidak dapat
meresap naik keatas, sehingga dinding temok terhindar dari basah dan lembab dan
tampak bersih tidak berlumut, dan (c) Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila
lebarnya kurang dari 1 m dapat diberi susunan batu tersusun tegak di atas batu, batu
tersusun tegak di atas lubang harus dipasang balok lantai dari beton bertulang atau
kayu awet.
yang terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter.
3. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk manahan beban diatasnya. Bahan untuk lantai
biasanya digunakan ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak licin,
stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata dan
mudah dibersihkan. Macam-macam lantai : (a) Lantai Tanah Stabilitas. Lantai tanah
stabilitas terdiri dari tanah, pasir, semen, dan kapur. Contoh: Tanah tercampur kapur
dan semen.Untuk mencegah masuknya air kedalam rumah sebaiknya lantai dinaikkan
20cm dari permukaan tanah ; (b) Lantai papan. Pada umumnya lantai papan dipakai
1) Sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah tanah harus ada aliran
tanah yang baik, 2) Lantai harus disusun dengan rapi dan rapat satu sama lain,
sehingga tidak ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk. Lebih
baik jika lantai seperti ini dilapisi dengan perlak atau kampal plastik ini juga
berfungsi sebagai penahan kelembaban yang naik dari di kolong rumah, 3) Untuk
kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap serta untuk
konstruksi diatasnya agar digunakan lantai kayu yang telah dikeringkan dan dan
diawetkan ; (c) Lantai ubin. Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada
Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya.
Penataan ruang dalam rumah harus disesuaikan dengan persyaratan kesehatan rumah,
misalnya pemisahan kamar tidur, dapur dan ruangan lainnya, jumlah kamar tidur
yang cukup untuk seluruh anggota keluarga, jendela yang dibuka pada siang hari agar
cahaya matahari dapat masuk dan udara dapat berputar sehingga akan memperkecil
pemilihan bahan bangunan untuk jendela, pintu dan ventilasi di tiap ruang, ikut
tidur, kamar mandi, jamban, dapur, tempat cuci pakaian, tempat berekreasi dan
tempat beristirahat, dengan tujuan agar setiap penghuninya merasa nikmat dan merasa
a. Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur kepala keluarga (suami
istri) dengan kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, terutama
b. Memilih tata ruangan yang baik, agar memudahkan komunikasi dan perhubungan
antara ruangan di dalam rumah dan juga menjamin kebebasan dan kerahasiaan
d. Bila ruang duduk digabung dengan ruang tidur, maka luas lantai tidak boleh
kurang dari 11 m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2 orang, dalam hal ini
harus dipisah.
e. Dapur (a) Luas dapur minimal 14 m2 dan lebar minimal 1,5 m2., (b) Bila
penghuni tersebut lebih dari 2 orang, luas dapur tidak boleh kurang dari 3 m2, (c)
cuci peralatan dan air bersih, (d) Didapur harus tersedia tempat penyimpanan
bahan makanan. Atau makanan yang siap disajikan yang dapat mencegah
pengotoran makanan oleh lalat. Debu dan lain-lain dan mencegah sinar matahari
langsung.
f. Kamar mandi dan jamban keluarga : 1) Setiap kamar mandi dan jamban paling
sedikit salah satu dari dindingnya yang berlubang ventilasi berhubungan dengan
udara luar. Bila tidak harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis untuk
mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban tersebut, sehingga tidak
mengotori ruangan lain, 2) Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi
yang cukup jumlahnya, dan 3) Jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak
boleh dari 7 orang bila jamban tersebut terpisah dari kamar mandi.
5. Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara
buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang
dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup atau
kurang ventilasi.
oksigen diudara dalam ruangan kediaman, b. Bertambahnya kadar asam karbon (CO2)
dari pernafasan manusia, c.Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan
mulut manusia, d. Suhu udara dalam ruang ketajaman naik karena panas yang
dikeluarkan oleh badan manusia, dan e. Kelembaban udara dalam ruang kediaman
udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan
kedalam ruangan udara yang bersih dan segar melalaui jendela atau lubang angin di
yang berhadapan.
Tetapi gerak udara ini harus dijaga jangan sampai terlalu besar dan keras,
karena gerak angin atau udara angin yang berlebihan meniup badan seseorang, akan
selaput lendir akan berkurang sehingga mengurangi daya tahan pada jaringan dan
selanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan, yang antara lain : masuk angin, pilek
atau kompilasi radang saluran pernafasan. Gejala ini terutama terjadi pada orang yang
peka terhadap udara dingin. Untuk menghindari akibat buruk ini , maka jendela atau
lubang ventilasi jangan terlalu besar/banyak, tetapi jangan pula terlalu sedikit.
banyak jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas dari
sama 1/10 dari luas lantai ruangan, dan setengah dari jumlah luas jendela/lubang itu
harus dapat dibuka. Jendela/lubang angin itu harus meluas kearah atas sampai
setinggi minimal 1,95 di atas permukaan lantai. Diberi lubang hawa atau saluran
angin pada ban atau dekat permukaan langit-langit (ceiling) yang luas bersihnya
umum dan untuk daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim daerah
tersebut. Untuk daerah pengunungan yang berhawa dingin dan banyak angin, maka
luas jendela/lubang angin dapat dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas ruangan.
Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa panas dan
basah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus diperbesar dan dapat
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang memenuhi
syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, maka diperlukan suatu
ruangan, sistem mekanis ini harus bekerja terus menerus selama ruangan yang
pembaharuan udara mekanis adalah kipas angin (ventilating, fan atau exhauster), atau
air conditioning.
6. Pencahayaan
Sanropie (1989) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat untuk penerangan
ruangan melalaui jendela, celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar
yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya alami yang memenuhi syarat kesehatan
untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara
untuk menilai baik atau tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam rumah,
adalah sebagai berikut : 1) baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil ; 2)
cukup, bila samar-samar bila membaca huruf kecil ; 3) kurang, bila hanya huruf
besar yang terbaca dan 4) buruk, bila sukar membaca huruf besar.
oleh letak dan lebar jendela. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada
pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas
jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20 % dari luas lantai.
Apabila luas jendela melebihi 20% dapat menimbulkan kesilauan dan panas,
sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan
pengap.
b. Pencahayaan buatan
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem
pada kuat penerangan yang relatif rendah mampu menghasilkan cahaya yang baik
bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin menggunakan
lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna putih dengan dikombinasikan beberapa
lampu neon.
Untuk penerangan malam hari dalam ruangan terutama untuk ruang baca dan
ruang kerja, penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan 10 watt lampu
Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
yang syaratnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum yang
Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bagi
penghuni rumah untuk digunakan bagi penghuni rumah yang digunakan untuk
kehidupan sehari-hari.
Yang perlu diperhatikan antara lain: a. Jarak antara sumber air dengan sumber
pengotoran (seperti septik tank, tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal
10 meter, b. Pada sumur gali sedalam 3 meter dari permukaan tanah dibuat kedap
air, yaitu dilengkapi dengan cincin dan bibir sumur, dan c. Penampungan air
hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau perpipaan/kran atau
pada tiap negara. Pada umumnya dapat dikatakan dinegara-negara yang sudah
maju, jumlah pemakaian air perhari perkapita lebih besar dari pada negara-negara
a. Syarat Fisik
Yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya
memenuhi standard kualitas harus bebas dari bau (tidak berbau), biasanya
estetika.
tersebut.
b. Syarat Kimia
Yaitu tidak mengandung zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan seperti zat-
zat organik lebih tinggi dari jumlah yang telah ditentukan. Misalnya: KMNO4
c. Syarat bakteriologis
sering menular dengan perantaran air adalah penyakit yang tergolong dalam
bersama faeces penderita, maka disyaratkan air rumah tangga tidak boleh
dikotori faeces manusia. Sebagai petunjuk bahwa air telah dikotori oleh
manusia, adalah adanya E-coli, karena bakteri ini selalu terdapat dalam faeces
manusia baik yang berasal dari orang sakit atau orang sehat, mungkin juga
karena kita menyediakan air rumah tangga yang steril, maka air boleh
Kotoran manusia yaitu segala benda atau zat yang dihasilkan oleh tubuh dan
dipandang tidak berguna lagi sehingga perlu dikeluarkan untuk dibuang. Ditinjau
dari pengertia ini jelaslah bahwa yang disebut kotoran manusia mencakup bidang
yang amat luas. Kotoran manusia ini mempunyai karakteristik tersendiri yang
kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga atau sejumlah
tanah, 2) Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan maupun air tanah.
Kotoran manusia tidak boleh dibuang langsung kesungai, danau, laut, jarak
jamban >10 meter dari sumur dan bila membuat lubang jamban jangan sampai
dijamah oleh lalat. Kotoran manusia yang dibuang harus tertutup rapat, dalam
arti agar lalat tidak bisa menghinggapinya. Oleh karena itu jamban yang sehat
dapat dibuat dengan menggunakan leher angsa atau dilengkapi dengan tutup,
bau yang mengganggu, jamban agar tidak bau perlu dilengkapi leher angsa
atau lubang ventilasi yang cukup besar dan cukup tinggi, dan 6) Konstruksi
1) Pembuangan tinja di atas tanah. Pada cara ini tinja dibuang begitu saja di
2) Kakus lubang gali (pit privy). Cara ini merupakan salah satu yang paling
dengan batu, dapat di tembok ataupun tidak, macam kakus ini hanya baik
3) Kakus Air (Aqua pravy). Cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali,
hanya lubang kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air,
peralihan antara lubang kakus dengan septic Tank. Fungsi dari tank adalah
lalat dan serangga lainnya. Bentuk bulat, bujur sangkar atau 4 persegi
4) Septic Tank. Septic Tank merupakan cara yang paling memuaskan dan
Terdiri dari tanki sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air ruangan
dapat bersifat langsung ataupun tak langsung. Efek langsung misalnya dapat
sanitasi lingkungan.
Air limbah adalah air yang tidak bersih mengandung berbagai zat yang
kompleks pula sumber serta macam air limbah yang ditemui. Dalam kehidupan
sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal adalah : a. Berasal dari rumah
tangga misalnya air, dari kamar mandi, dapur, b. Berasal dari perusahaan
misalnya dari hotel, restoran, kolam renang, c. Berasal dari industri seperti dari
pabrik baja, pabrik tinta dan pabrik cat, dan d. berasal dari sumber lainnya seperti
Sampah adalah semua atau produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat
aktifitas manusia, yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh
pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna. Dalam ilmu
Rubbish ini ada yang mudah terbakar misalnya : kayu, kertas, ada yang tidak
b. Ashes : adalah segala jenis abu, misalnya yang terjadi sebagai hasil
c. Dead animal : adalah segala jenis bangkai terutama yang besar seperti kuda,
sapi, bangkai binatang kecil seperti cicak, lipas tidak termasuk kedalamnya.
d. Street sweeping : adalah segala sampah atau segala kotoran yang berserakan
Syarat tempat sampah : a) terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat
sehingga tidak mudah bocor, kedap air ; b) tempat sampah harus mempunyai
tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibuka,
dikosongkan isinya serta dibersihkan. Sangat dianjurkan agar tutup sampah ini
dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan ; c) ukuran tempat sampah
sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang dan ditutup ; dan 4)
1. Pendidikan
individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan adalah suatu pembentukan
Indonesia adalah tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah
berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luat sekolah dalam rangka
masyarakat.
2. Pekerjaan
3. Pendapatan
makanan, juga semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula status gizi
dengan tingkat penghasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi
karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
(Notoatmodjo, 2003).
adalah individu tahu apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya.
seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh
obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, yang secara garis besar
a. Tahu (know).
Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, termasuk dalam tingkatan ini
adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
b. Memahami (comprehension)
Pada tingkatan ini orang sudah paham dan dapat menjelaskan secara benar
d. Analisis (analysis)
Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah
e. Sintesis (synthetis)
f. Evaluasi (evaluation)
suatu materi atau obyek, dimana penilaian berdasarkan pada kriteria yang dibuat
2.4.4 Sikap
Menurut Azwar (2007), sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan
positif maupun negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap seseorang
setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
komponen pokok yaitu kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
objek dan kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek serta
perilaku (tindakan).
2.4.5 Peran Petugas
Menurut Depkes (1998), peran petugas sanitasi dan kepala puskesmas sangat
puskesmas selama 1 (satu) tahun. Petugas sanitasi dan kepala puskesmas kurang
memahami akan pentingnya inspeksi sanitasi terhadap rumah sehat dan sarana
kesehatan lingkungan, makanya cakupan inspeksi dan sanitasi tidak memenuhi target
yang ditetapkan.
yang bersangkutan atau tidak. Peralatan petugas sanitasi (water test kit dan sanitarian
kit) yaitu informasi mengenai peralatan yang didapatkan dengan kondisi berfungsi
perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik. Beberapa cara yang dapat diterapkan
sebagai usaha meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat adalah sebagai
berikut :
a. Menggalakkan penyuluhan tentang hidup sehat. Kepedulian dari lembaga-
kutukan adalah tidak relevan sama sekali. Masyarakat harus diberitahu bahwa
dilakukan terhadap ibu rumah tangga, karena kondisi kesehatan keluarga erat
dilakukan posyandu. Ibu rumah tangga dapat dianjurkan untuk memulai perilaku
Masyarakat lebih tertarik dengan hal-hal yang praktis dan kurang sukar
dan membantu. Contoh lingkungan sehat bagi masyarakat yang cocok adalah
yang cukup syarat kesehatan, air yang cukup tersedia, dan tempat pembuangan air
Dari adanya contoh-contoh seperti ini, masyarakat akan mengerti bahwa dengan
yang sehat dan terhindar dari penyakit-penyakit yang timbul karena keadaan
seperti balai desa dan pusat pelayanan kesehatan tersebut sering dikunjungi
masyarakat.
teknis sanitasi yang cocok bagi suatu wilayah, kadangkala dapat timbul dari
masyarakat sendiri. Hal ini merupakan sumbangan besar bagi terlaksananya usaha
kadang hanya tidak sengaja. Sebagai contoh, pemanfaatan sampah rumah tangga
oleh masyarakat tani untuk dijadikan kompos. Tujuan utama mereka adalah untuk
menambah bahan organik pada tanaman yang diusahakan. Secara tidak sadar
terhadap apa yang telah dilakukan, pemberian tambahan sarana-sarana dan hadiah
dengan kesehatan.
dan pangan, sehingga rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja secara
sehat adalah tingkat ekonomi masyarakat yang masih rendah; pekerjaan, lingkungan
fisik, biologi, sosial dan budaya setempat yang belum mendukung; tingkat kemajuan
menunjukkan resiko bermakna yakni jenis lantai, jenis dinding, jendela kamar tidur,
ventilasi, pencahayaan dan kepadatan penghuni. Selain itu apabila faktor lingkungan
dianalisis bersama-sama dengan faktor sosial (umur, tempat kerja, media informasi
yang ada, tingkat pendidikan, ternyata menunjukkan hasil yang bermakna penyakit
berbasis lingkungan.
tentang apa yang dilakukannya ; b) Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat dan
melakukannya ; dan d) Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh
Menurut Depkes (1998), peran petugas sanitasi dan kepala puskesmas sangat
puskesmas selama 1 (satu) tahun. Petugas sanitasi dan kepala puskesmas kurang
memahami akan pentingnya inspeksi sanitasi terhadap rumah sehat dan sarana
kesehatan lingkungan, makanya cakupan inspeksi dan sanitasi tidak memenuhi target
yang ditetapkan.
2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Individu
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pendapatan
Pengetahuan tentang
rumah sehat Rumah :
- Sehat
- Tidak Sehat
Sikap tentangGambar
rumah 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
sehat
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang ada di
Kecamatan Peureulak Timur Kabupaten Aceh Timur Tahun 2008 berjumlah 2259
kepala keluarga.
Lameshow (1997) :
Bungsu Riana : Pengaruh Karakteristik Individu, Pengetahuan, Sikap Dan Peran Petugas Terhadap…, 2008
USU e-Repository © 2009
n=
{Z 1−α / 2 Po (1 − Po) + Z 1− β Pa (1 − Pa) }
2
( Pa − Po) 2
Dimana :
n = Besar sampel
Penyelesaian :
n = ⎢
{
⎡ 1,96 0,5723 (1 − 0,5723) + 0,80 0,6723 (1 − 0,6723) } ⎤⎥2
⎢ (0,6723 − 0,5723) 2 ⎥
⎣ ⎦
=
{1,96 0,5723 . 0,4277 + 0,80 06723 . 0,3277 }2
(0,1) 2
=
{1,96 0,244 + 0,80 0,22 }2
(0,1) 2
=
{(1,96 x 0,493) + 0,80 x 0,469}2
(0,01)
{0,966 + 0,375}
=
0,01
1,3412
=
0,01
1,798
= = 179,8 ≈ 180 rumah
0,01
Berdasarkan perhitungan tersebut diatas maka jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah 180 rumah. Untuk pengambilan sampel pada 5 desa yang terpadat rumah
Jannah, 2006) yang terdapat di Kecamatan Peureulak Timur Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2008 dengan terlebih dahulu diketahui sampel fraction yaitu perbandingan
populasi
sampel x total sampel
totalpopulasi
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2008 yaitu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Jumlah Jumlah
No Desa Perhitungan
Populasi Sampel
1 Alue Bugeng 260 260/1100 x 180 43
2 Krueng Lintang 225 225/1100 x 180 37
3 Jengki 215 215/1100 x 180 35
4 Seunebok Tengoh 205 205/1100 x 180 33
5 Tualang Pateng 195 195/1100 x 180 32
Total 1100 180
Sumber : Kantor Camat Kecamatan Peureulak Timur Tahun 2007.
simpel random sampling yaitu mengambil sampel dengan metode acak atau undian
berpedoman pada kuesioner dan checklist untuk observasi terhadap kondisi rumah
(untuk mengukur intensitas cahaya). Sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan
pendapatan keluarga.
c. Pendapatan, yaitu penghasilan keluarga setiap bulan dari hasil pekerjaan utama
pentingnya rumah sehat, dan efek kesehatan bila tidak memanfaatkan rumah
sehat.
komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni memenuhi syarat kesehatan
a. Komponen rumah
debu, kotoran lain yang jatuh dari atap dan mudah dibersihkan serta tidak
rawan kecelakaan.
permanen, baik yang terbuat dari anyaman bambu atau ilalang (bukan
3. Lantai adalah dasar/alas rumah yang berfungsi agar tidak masuk air bila
hujan, baik yang dari tanah, papan/anyaman bambu yang lekat dengan tanah/
4. Jendela adalah ruang untuk proses sirkulasi udara dalam suatu ruangan yang
luas lubang udara minimal 1/10 dari luas ruang agar udara tidak berbau
pengap sehingga penghuni ruang tidak sesak nafas dalam waktu yang lama
5. Ventilasi adalah ruang untuk sirkulasi udara 10% dari luas lantai yang
6. Ruang asap dapur adalah lubang untuk keluar asap dari proses masak-
memasak dari dapur keluar rumah dalam bentuk corong (exhause fan) dan
tidak mencemari ruang dapur dan rumah dengan luas lubang 10% dari luas
secara normal.
b. Sarana sanitasi
1. Sarana air bersih adalah suatu fasilitas untuk penggunaan dan pengelolaan air
3. Sarana pembuangan air limbah (SPAL) adalah saluran tempat pembuangan air
kotor yang berasal dari rumah tangga dalam keadaan tertutup dan tidak
sampah sementara di rumah tangga dalam keadaan tertutup, kedap air dan
c. Perilaku penghuni adalah sikap, kebiasaan dan tindakan penghuni terhadap segala
a. Pendidikan
menggunakan kuesioner, skala ukur ordinal, hasil ukur dapat dikelompokkan dalam
kategori : 1) rendah, jika tamat SD ; 2) sedang, jika tamat SLTP/SLTA, 3) tinggi, jika
b. Pekerjaan
alat ukur kuesioner, skala ukur ordinal, hasil ukur dapat dikategorikan menjadi :
alat ukur kuesioner, skala ukur ordinal, hasil ukur dapat dikelompokkan dalam
kategori :
d. Pengetahuan
skala ukur ordinal, dengan alternatif jawaban 3 (tiga) yaitu benar diberi skor 3,
kurang diberi skor 2 (dua), tidak benar diberi skor 1 (satu). Hasil ukur
dikategorikan menjadi baik dan kurang baik. Hasil ukur baik apabila responden
mendapatkan skor ≥50% dengan rentang (16,5-30) dan hasil ukur kurang baik
apabila responden mendapatkan skor <50% dengan rentang antara (1-15,5). Skor
ini didapatkan dengan cara menjumlahkan skor tertinggi pada setiap jawaban dari
e. Sikap
skala ukur ordinal, dengan alternatif jawaban 3 (tiga) yaitu setuju diberi skor 3
(tiga), kurang setuju diberi skor 2 (dua), dan tidak setuju diberi skor 1 (satu).
Hasil ukur dikategorikan menjadi baik dan kurang baik. Hasil ukur baik apabila
responden mendapatkan skor ≥50% dengan rentang (16,5-30) dan hasil ukur
kurang baik apabila responden mendapatkan skor <50% dengan rentang antara
(1-15,5). Skor ini didapatkan dengan cara menjumlahkan skor tertinggi pada
f. Peran Petugas
ukur ordinal, dengan alternatif jawaban 3 (tiga) yaitu pernah diberi skor 3 (tiga),
kadang-kadang diberi skor 2 (dua), tidak pernah diberi skor 1 (satu). Hasil ukur
kategori menjadi baik dan kurang baik. Hasil ukur baik apabila responden
mendapatkan skor ≥50% dengan rentang (8-15) dan hasil ukur kurang baik
apabila responden mendapatkan skor <50% dengan rentang antara (1-7). Skor ini
didapatkan dengan cara menjumlahkan skor tertinggi pada setiap jawaban dari
Rumah sehat
rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni dengan menggunakan alat ukur
kuesioner, skala ukur ordinal, hasil ukur dapat dikelompokkan dengan kategori :
a. Apabila jumlah nilai kali bobot kumulatif : komponen rumah, sarana sanitasi dan
b. Apabila jumlah nilai kali bobot kumulatif : komponen rumah, sarana sanitasi dan
25
a. Bobot komponen rumah : ( x 100 % = 31,25%) = 31
80
20
b. Bobot sarana sanitasi : ( x 100 % = 25%) = 25
80
35
c. Bobot perilaku penghuni : ( x 100 % = 43,75%) = 44
80
independen. Bila hasil uji pada analisis bivariat menunjukkan nilai p<0,25 maka
variabel tersebut dapat masuk ke dalam model multivariat dengan uji regresi logistik.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
a. Letak Geografis
adalah :
Aceh Timur, dengan luas wilayah 241,75 Km2 yang beriklim tropis dengan musim
kemarau antara bulan Maret-Agustus dan musim hujan antara bulan September -
Februari. Suhu maksimum rata-rata perbulan 30° C dan suhu minimum rata-rata
b. Demografi
sebanyak 12.808 jiwa, yang terdiri dari 6244 laki-laki dan 6564 perempuan yang
tersebar di 20 desa.
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk berdasarkan Desa di Kecamatan Peureulak
Timur tahun 2008
a. Karakteristik Responden
responden berumur < 35 tahun, dan 37,8% umur 35-45 tahun, 21,7% umur > 45
tahun, dengan tingkat pendidikan 53,3% termasuk kategori sedang, 23,9 termasuk
kategori rendah dan 22,8% termasuk kategori tinggi. Status pekerjaan responden
43,3% termasuk kategori tidak bekerja dan dengan tingkat pendapatan rendah 52,2%
dan pendapatan tinggi 47,8%. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2.
b. Pengetahuan
menjawab dengan benar tentang dinding rumah sehat, mayoritas responden (40,0%)
menjawab dengan benar tentang lantai rumah yang sehat, mayoritas responden
(40,6%) menjawab dengan benar tentang syarat ventilasi yang memenuhis syarat
benar syarat sarana air bersih, mayoritas responden (42,2%) menjawab dengan
kurang benar saluran air limbah yang memenuhi syarat kesehatan, sedangkan
dan kurang benar masing-masing 40,6%. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel
4.3.
Jawaban
Kurang Tidak
No Indikator Pengetahuan Benar
Benar Benar
n % n % n %
1 Langit-langit rumah 80 44, 66 36, 34 18,
4 7 9
2 Dinding rumah sehat 63 35, 61 33, 56 31,
0 9 1
3 Lantai rumah sehat 72 40, 52 28, 56 31,
0 9 1
4 Ventilasi rumah sehat 73 40, 64 35, 43 23,
6 6 9
5 Asap dapur 81 45, 59 32, 40 22,
0 8 2
6 Pencahayaan 75 41, 79 43, 26 14,
7 9 4
7 Sarana air bersih 73 40, 59 32, 48 26,
6 8 7
8 Jamban 71 39, 68 37, 41 22,
4 8 8
9 Saluran air limbah 64 35, 76 42, 40 22,
6 2 2
10 Pembuangan sampah 73 40, 73 40, 34 18,
6 6 9
Berdasarkan perhitungan jumlah skor pada indikator pengetahuan dengan
dikategorikan menjadi kategori baik dan kurang. Hasil penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4.4
memnpunyai pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 103 orang (57,2%), dan hanya
c. Sikap
menyatakan setuju tentang langit-lagit rumah sehat harus bersih, mayoritas respoden
(40,6%) menyatakan setuju jika dinding rumah sehat permanen, mayoritas responden
(44,4%) menyatakan setuju jika ventilasi rumah sehat harus ≥10% dari luas lantai
rumah, mayoritas responden (52,2%) menyatakan setuju jika rumah sehat memiliki
saluran pembuangan asap dapur, mayoritas responden (48,7%) menyatakan setuju
bahwa rumah sehat harus mempunyai pencahayaan yang terang dan tidak silau.
bahwa rumah sehat harus memiliki sarana air bersih, mayoritas responden (52,8%)
menyatakan setuju bahwa jamban keluarga dalam rumah sehat harus berbentuk leher
angsa dan mempunyai septic tank, myoritas responden (47,2%) menyatakan setuju
bahwa saluran pembuangan air limbah pada rumah sehat harus memenuhi syarat
kesehatan dan mayoritas responden (45,0%) menyatakan setuju bahwa rumah sehat
harus mempunyai tempat pembuangan sampah. Hasil penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4.5.
Jawaban
Kurang Tidak
Indikator Sikap Setuju
Setuju Setuju
n % n % n %
1. Langit-langit rumah bersih 93 51,7 61 33,9 26 14,4
2. Dinding yang permanen 73 40,6 61 33,9 46 25,6
3. Lantai rumah sehat 80 44,4 50 27,8 50 27,8
4. Ventilasi rumah sehat jika ≥10% luas 84 46,7 72 40,0 24 13,3
lantai
5. Ada Saluran pembuangan asap dapur 94 52,2 52 28,9 34 18,9
6. Pencahayaan terang dan tidak silau 88 48,9 66 36,7 26 14,4
7. Sarana air bersih harus ada 86 47,8 53 29,4 41 22,8
8. Jamban berbentuk leher dan ada septic 95 52,8 47 26,1 38 21,1
tank
9. Saluran air limbah memenuhi syarat 85 47,2 58 32,2 37 20,6
kesehatan
10.Pembuangan sampah harus ada 81 45,0 72 40,0 27 15,0
Keterangan n = Jumlah Responden
Berdasarkan perhitungan jumlah skor pada indikator sikap responden maka
variabel sikap responden dapat dikategorikan menjadi baik dan kurang. Hasil
mempunyai sikap kategori baik terhadap rumah sehat yaitu sebanyak 95 orang
d. Peran Petugas
Peran petugas dalam penelitian ini didasarkan pada 5 (lima) indikator yang
kondisi rumah dan sanitasi rumah penduduk, dan mayoritas responden (41,1%)
mengatakan kadang-kadang petugas kesehatan memberi informasi pengadaan rumah
Jawaban
Kadang Tidak
Indikator Peran Petugas Pernah
-kadang Pernah
n % n % n %
1. Membuat pertemuan tentang rumah sehat 84 46,7 70 38, 26 14,4
9
2. Melakukan penyuluhan rumah sehat 66 36,7 68 37, 46 25,8
8
3. Diskusi pentingnya rumah sehat 64 35,6 68 37, 48 26,7
8
4. Meninjau kondisi dan sanitasi rumah 78 43,3 67 37, 35 19,4
2
5. Memberi informasi pengadaan rumah sehat 63 35,0 74 41, 43 23,9
1
maka variabel peran petugas dapat dikategorikan menjadi baik dan kurang. Hasil
terhadap kepemilikan rumah sehat termasuk kategori kurang, yaitu sebanyak 126
komponen rumah, ketersediaan sarana dan prasarana serta perilaku penghuni rumah.
langit rumah, tetapi masih kotor dan sulit dibersihkan, mayoritas responden (47,8%)
mempunyai lantai yang terbuat dari papan, mayoritas responden (99,4%) mempunyai
ventilasi tetapi luas <10% luas lantai dan ≥10% luas lantai, mayoritas responden
(45,6%) mempunyai lubang asap dapur dengan lubang >10 % dari luas lantai dapur,
terang.
sarana air bersih, milik sendiri tetapi tidak memenuhi syarat kesehatan, mayoritas
responden (34,4%) mempunyai jamban keluarga tetapi bukan bentuk leher angsa, dan
tidak ada tutup, mayoritas responden (37,2%) mempunyai tempat pembuangan air
Hasil Penilaian
Komponen Rumah Sehat 0 1 2 3 4
n % n % n % n % n %
1. Langit-langit - - 36 20, 14 80, - - - -
0 4 0
2. Dinding - - 74 41, 86 47, 2 11,1 - -
1 8 0
3. Lantai 1 7,8 55 30, 11 61, - - - -
4 6 1 7
4. Jendela Kamar 1 0,6 17 99, - - - - - -
9 4
5. Jendela Ruang Keluarga 2 11, 15 88, - - - - - -
1 7 9 3
6. Ventilasi 6 3,3 87 48, 87 48, - - - -
3 3
7. Lubang Asap Dapur 2 14, 72 40, 82 45, - - - -
6 4 0 6
8. Pencahayaan 4 23, 78 43, 59 32, - - - -
3 9 3 8
9. Sarana Air Bersih 2 14, 54 30, 53 29, 2 15,6 1 10,6
6 4 0 4 8 9
10.Jamban 2 11, 62 34, 60 33, 2 15,6 1 5,6
0 1 4 3 8 0
11.Tempat pembuangan air 2 11, 63 35, 67 37, 2 16,1 - -
limbah 1 7 0 2 9
12.Membuka jendela kamar 2 12, 64 35, 64 35, - -
2 2 6 6
13.Buka jendela ruang 5 29, 85 47, 42 23, - - - -
keluarga 3 4 2 3
14.Bersihkan 5 0,6 84 46, 41 22, - - - -
rumah&halaman 5 7 8
15.Buang tinja di Jamban 4 25, 80 44, 55 30, - - - -
5 0 4 6
16.Buang sampah di 4 27, 76 42, 55 30, - - - -
tempatnya 9 2 2 6
Ket : n = Jumlah Responden
kepemilikan rumah sehat dapat dikategorikan menjadi sehat dan tidak sehat. Hasil
rumah yang sehat hanya sebanyak 57 orang (31,7%) dan yang mempunyai rumah
Kepemilikan
Rumah Sehat p
Jumlah
No Variabel Independen Tidak value
Sehat
Sehat
n % n % n %
PENGETAHUAN
Baik 44 77,2 59 48,0 103 57,2
Kurang 13 22,8 64 52,0 77 47,8 0,000
Total 57 100,0 123 100,0 180 100
SIKAP
Baik 40 70,2 55 44,7 95 52,8
Kurang 17 29,8 68 55,3 85 47,2 0,001
Total 57 100,0 123 100,0 180 100
PERAN PETUGAS
Kepemilikan
Rumah Sehat p
Jumlah
No Variabel Independen Tidak value
Sehat
Sehat
n % n % n %
Baik 10 17,5 44 35,8 54 30,0
Kurang 47 82,5 79 64,2 126 70,0 0,013
Total 57 100,0 123 100,0 180 100
untuk rumah tidak sehat mayoritas (54,5%) terdapat pada pendidikan sedang
Hasil uji statistik dengan uji chi square menunjukkan ada hubungan signifikan antara
pada responden yang bekerja dibandingkan responden yang tidak bekerja (31,6%).
Sedangkan rumah tidak sehat mayoritas juga terdapat pada responden yang bekerja
(51,2%) dibandingka dengan responden yang tidak bekerja (48,8%). Hasil uji statistik
dengan uji chi square menunjukkan ada hubungan signifikan antara pekerjaan dengan
rendah (40,4%). Sedangkan rumah tidak sehat mayoritas (57,7%) terdapat pada
(48,0). Hasil uji statistik dengan uji chi square menunjukkan ada hubungan signifikan
sikap kurang (29,8%). Sedangkan rumah tidak sehat mayoritas (55,3%) terdapat pada
responden dengan sikap kurang dibandingkan dengan sikap baik (44,7%). Hasil uji
statistik dengan uji chi square menunjukkan ada hubungan signifikan antara sikap
pada responden dengan peran petugas kategori kurang baik dibandingkan responden
yang peran petugas yang baik (17,5%). Sedangkan untuk rumah tidak sehat mayoritas
(64,2%) juga terdapat pada responden dengan peran petugas kategori kurang baik
(35,8%). Hasil uji statistik dengan uji chi square menunjukkan ada hubungan
probabilitas pada variabel yang diuji di analisis bivariat mempunyai nilai p<0,25.
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas, diketahui bahwa ada 4 (empat) variabel yang
dikeluarkan dari analisis Uji Regresi Logistik karena mempunyai nilai p < 0,025.
kepemilikan rumah sehat adalah variabel pengetahuan dengan nilai β = 6,896, artinya
responden yang mempunyai rumah tidak sehat resikonya enam kali lebih besar,
yang berpengetahuan baik setelah variabel sikap dikontrol dan variabel sikap dengan
nilai β = 4,330, artinya responden yang mempunyai rumah tidak sehat resikonya
empat kali lebih besar, penyebabnya adalah sikap yang kurang dibandingkan dengan
variabel pengetahuan dan sikap responden terhadap kepemilikan rumah sehat makin
besar nilai Exp (β), makin kuat pengaruh variabel terhadap kepemilikan rumah sehat.
Dari kedua variabel tersebut di atas terlihat bahwa variabel yang paling
seseorang maka kemungkinan untuk mempunyai rumah yang sehat akan semakin
yang mempunyai rumah sehat terdapat pada responden yang berpendidikan kategori
sedang.
menengah ke atas akan mempunyai keinginan untuk memiliki rumah sehat, dan ia
lebih mengetahui komponen-komponen apa saja yang harus dipenuhi suatu rumah
sehat. Karena pada prinsipnya pendidikan adalah pintu masuk seseorang untuk
mengambil suatu keputusan, termasuk untuk memiliki suatu rumah sehat. Hal ini
sesuai dengan dengan pendapat Cumming, dkk yang dikutip oleh Azwar, (2007)
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Lubis (2002), bahwa tingkat pendidikan
rendah maka pengetahuan cara hidup sehat belum dipahami dengan baik. Tingkat
pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik, sehingga
memungkinkan menyerap informasi-informasi juga dapat berpikir secara rasional
dalam menanggapi informasi atau setiap masalah yang dihadapi dalam membentuk
(2003), bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah kenyamanan. Kenyamanan hidup
dalam suatu rumah, artinya semakin tinggi pendidikan seseorang, maka kebutuhan
pekerjaan dengan kepemilikan rumah sehat. Secara proporsi kepemilikan rumah sehat
berstatus bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang telah bekerja
mempunyai kesempatan yang besar untuk memiliki rumah sehat. Rasa ingin memiliki
rumah sehat tersebut berkaitan dengan ada tidaknya penghasilan yang tetap, artinya
orang yang sudah bekerja biasanya mempunyai sejumlah pengahasilan setiap hari
Bila dikaitkan dengan teori Maslow (1943) yang dikutip oleh Malayu (2002),
bahwa jika seseorang yang ingin memiliki kebutuhan rasa aman dan kenyamanan
maka akan melakukan berbagai upaya untuk mencapainya, dan salah satu faktor
pendukungnya adalah kecukupan akan penghasilan, dan ini hanya diperoleh jika ia
hubungan signifikan dengan kepemilikan rumah sehat. Hal ini juga didukung oleh
rumah sehat 59,6% mempunyai pendapatan kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan
memiliki suatu rumah sehat. Masyarakat Indonesia pada umum mempunyai harapan
dan keinginan untuk memiliki rumah tempat hidup dan berkeluarga. Hal ini sangat
relevan dengan jumlah penghasilan yang diperolehnya setiap hari atau setiap bulan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Panudju (1999), bahwa sdalah
salah satu faktor yang mempengaruhi kepemilikan rumah sehat adalah faktor
tersebut menyangkut seluruh aspek penilaian suatu rumah sehat yang dibuktikan
yang dinilai sebagai syarat rumah sehat, dan 57,2% pengetahuan responden termasuk
baik.
Hasil uji regresi logistik diperoleh bahwa variabel yang paling berpengaruh
terhadap kepemilikan rumah sehat adalah variabel pengetahuan dengan nilai koefisien
regresi (β) sebesar 6,896, artinya responden yang mempunyai rumah tidak sehat
resikonya enam kali lebih besar, penyebabnya adalah tingkat pengetahuan kurang
untuk mempunyai rumah yang layak dan sehat. Pengetahuan juga merupakan salah
satu domain enting terhadap perilaku seseorang. Perilaku dalam penelitian ini adalah
mengenai perilaku yang mengarah kepada kepemilikan rumah sehat, karena salah
satu indikator komponen rumah sehat adalah perilaku penghuni rumah. Menurut
Rogers, dalam Notoatmodjo (2003), Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Semakin tinggi
masyarakat suku Dayak yang memiliki rumah sehat dipengaruhi oleh pemahaman
mereka tentang pentingnya rumah sehat. Secara proporsi juga menunjukkan bahwa
responden yang mempunyai rumah sehat sederhana 76,2% terdapat pada responden
dengan kepemilikan rumah sehat, dan demikian juga dengan hasil regresi logistik
mayoritas responden (70,2%) terdapat pada responden dengan sikap kategori baik.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik sikap seseorang terhadap pentingnya
rumah sehat, dan komponen rumah sehat maka akan semakin besar peluangnya untuk
mengambil suatu keputusan untuk memiliki rumah yang layak dan sehat. Hasil uji
regresi logistik menunjukkan nilai β = 4,330 dan p value =0,000 yang berarti terdapat
pengetahuan dengan nilai β = 6,896, artinya responden yang mempunyai rumah tidak
sehat resikonya enam kali lebih besar, penyebabnya adalah tingkat pengetahuan
sikap dikontrol dan variabel sikap dengan nilai β = 4,330, artinya responden yang
mempunyai rumah tidak sehat resikonya empat kali lebih besar, penyebabnya adalah
sikap yang kurang dibandingkan dengan responden yang mempunyai sikap baik
variabel pengetahuan dan sikap responden terhadap kepemilikan rumah sehat makin
besar nilai Exp (β), makin kuat pengaruh variabel terhadap kepemilikan rumah sehat.
Dari kedua variabel tersebut di atas terlihat bahwa variabel yang paling
Secara teoritis sikap adalah respon terhadap suatu objek. Menurut Sarwono
(2007), bahwa sikap seseorang didasari oleh pengetahuan dan rasa membutuhkan
sesuatu, dalam hal ini berkaitan dengan kepemilikan rumah sehat. Jika seseorang
mempunyai sikap positif dan baik terhadap pentingnya suatu rumah yang sehat, maka
dia biasanya akan melakukan serangkaian kegiatan atau menempuh cara untuk dapat
Penelitian ini sejalan dengan hasil temuan Sudjarwo dalam Azwar (2007),
menyatakan bahwa sikap yang positif terhadap sesuatu mencerminkan perilaku yang
positif. Ada beberapa alasan yang menyebabkan untuk berperilaku negatif contohnya
membuang sampah tidak pada tempat yang telah disediakan dan membuang kotoran
manusia tidak pada tempatnya (WC), peneliti menduga bahwa karakteristik individu
juga oleh faktor lingkungan seperti ada tidaknya sarana yang mendukung untuk
berperilaku sehat.
dalam memberikan informasi tentang rumah sehat maupun ikut serta dalam
pengadaan rumah sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari indikator peran
petugas terhadap kepemilikan rumah sehat secara keseluruhan diharapkan akan
memberikan stimulant bagi masyarakat untuk dapat memiliki rumah yang sehat,
meskipun diawali dari hal yang paling mudah misalnya membersihkan halaman dan
rumah setiap hari. Namun dalam hal sekecil tersebut peran petugas dinilai sangat
penting.
Hasil proporsi juga mendukung bahwa peran petugas kategori kurang baik
mayoritas (64,2%) terdapat pada responden yang memiliki rumah tidak sehat. Hal ini
dalam pencanangan atau penyuluhan rumah sehat maka akan semakin besar
kemungkinan masyarakat untuk bisa memiliki rumah sehat atau minimal perubahan
penerimaan masyarakat suku Dayak terhadap perumahan dan pemukinan sehat salah
6.3 Kesimpulan
Timur
program setiap bulan sehingga akan lebih untuk mengetahui masalah yang terjadi
2. Petugas kesehatan (sanitarian) lebih pro aktif turun ke lapangan untuk memberi
masyarakat bahwa kondisi perumahan dan lingkungan yang dihadapi tidak sehat.
rumah sehat.
4. Aparat desa/kelurahan perlu lebih berperan aktif dalam memotivasi warga atau
Blaang. C.D. 1996. Perumahan dan Pemukiman Sebagai Kebutuhan Pokok. Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta.
__________. 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Ditjen PPM dan PL.
Jakarta.
__________. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor Cetakan II. Depkes RI.
Jakarta.
Dinkes. 2006. Profil Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Banda Aceh
Komisi WHO mengenai Kesehatan dan Lingkungan. 2001. Planet Kita Kesehatan
Kita. Kusnanto H. (editor) Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Krieger J and Higgins DL. 2002. Housing and Health : Time Again for Public Action.
Am. J.Public Health.
Malayu, S.P., 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta
Notoatmodjo Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Panudju. B. 1999. Pengadaan Rumah Kota dengan Peran Serta Masyarakat
Berpenghasilan Rendah. Alumni. Bandung.
Prasetyo B. Jannah ML. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Ranuh. IGN. 1997. Masalah ISPA dan Kelangsungan Hidup Anak. Continuing
Eduation Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya.
Riduan. 2005. Skala Pengukuran Variabel Penelitian. Cetakan III. Bandung. Alfabeta.
Slamet. S.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Bandung.
Sulistyorini. L. dkk. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian ISPA pada
Anak Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 2 No.1 Juli 2005.
Syafri. Guricci. 1993. Tantangan Pembangunan Bidang Kesehatan selama
Pembangunan Jangka Panjang Tahap II, Implikasinya terhadap Pembangunan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Masyarakat. FKM-UI. Jakarta.
Taylor. Vicki. 2002. Health Hardware for Housing dor Rural and Remote
Indegenous Communities. Central Australian Division of General Practice.
Australia.
Universitas Sumatera Utara. 2007. Panduan Penelitian Proposal dan Tesis. AKK.
Sekolah Pascasarjana – USU. Medan.
Wahyuni. dkk. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan
Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Vol 2 No.1 Juli 2005.