Professional Documents
Culture Documents
Perbandingan Malaria 2014 - 2015
Perbandingan Malaria 2014 - 2015
PENDAHULUAN
1
Indikator keberhasilan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2010-2014 adalah menurunkan angka kesakitan malaria dan kematian penyakit
malaria, pada tahun 2015 menjadi 1 per 1.000 penduduk dari baseline tahun 1990
sebesar 4,7 per 1.000 penduduk. Indikator lain yang perlu diperhatikan adalah target
MDGs yaitu angka kematian malaria dan proporsi balita yang tidur dalam
perlindungan kelambu berinsektisida dan proporsi balita yang diobati. 1
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui
program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini,
pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vektor yang kesemuanya
ditujukan untuk memutus mata rantai penularan malaria.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Disebabkan oleh P.malariae. Gejala demam berulang dengan interval
bebas demam 3 hari.
5. Malaria knowlesi
Disebabkan oleh P.knowlesi. Gejala demam menyerupai malaria
falsiparum.
Setiap kasus dengan keluhan demam atau riwayat demam harus selalu
ditanyakan riwayat kunjunganke daerah endemis malaria
4
b) Pemeriksaan fisik
1. Suhu tubuh aksiler > 37,5 °C
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3. Sklera (mata) ikterik dan pembesaran limpa (splenomegali)
4. Pembesaran hati (hepatomegali)
c) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan mikroskopis pemeriksaan Sediaan Darah (SD) tebal dan
tipis untuk menentukan:
1. Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
2. Spesies dan stadium plasmodium
3. Kepadatan parasit
b. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/
RDT)
Mekanisme kerja test ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,
dengan menggunakan metode imunikromatografi. Sebelum
menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal
kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan rapid diagnostic test tidak
digunakan untuk mengevaluasi pengobatan.
Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut (paroksismal) yang
didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian
5
berkeringat. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal
dari daerah non endemis). Selain gejala klasik diatas, dapat ditemukan gejala lain
seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot. Gejala tersebut
biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis.1,2
Manifestasi Klinis malaria dapat berupa malaria tanpa komplikasi dan malaria
berat. Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang laboratorium. Untuk malaria berat
6
Manifestasi Klinis Malaria
Anak-anak yang terkena malaria dibagi menjadi dua kelompok: mereka yang
tidak mempunyai atau yang hanya sedikit mempunyai imunitas karena kurangnya
kontak sebelumnya dengan penyakit, yang menjadi sakit serius jika tidak diobati; dan
mereka yang mempunyai tingkat toleransi pada umur sekitar 10 tahun karena infeksi
malaria berulang pada awal masa anak dimana mereka telah bertahan hidup,
walaupun pertumbuhan dan perkembangannya dapat terganggu. Toleransi terhadap
malaria juga muncul berdasarkan pada faktor keturunan yang mengubah keparahan
penyakit; seperti toleransi yang ditemukan pada orang Afrika atau orang-orang
keturunan Afrika. Pada anak yang mempunyai imun-sebagian, parasitemia berat
dapat terjadi dengan beberapa gejala, atau infeksi interkuren dapat memperbaharui
aktivitas infeksi malaria yang tidak aktif.
Pada anak non imun, tanda-tanda Klinis biasanya tampak 8-15 hari sesudah
infeksi dan tidak dapat dibedakan. Perubahan perilaku seperti rewel, anoreksia,
menangis tidak seperti biasanya, mengantuk, atau gangguan tidur dapat diamati.
Demam mungkin tidak ada atau sedikit demi sedikit naik selama 1-2 hari, atau
mulainya dapat mendadak dengan suhu mencapai 40,6oC (105oF) atau tanpa
menggigil sebagai prodromal. Sesudah masa waktu yang bervariasi, suhu turun ke
normal atau lebih rendah, dan berkeringat.4
Demam paroksismal mungkin sangat singkat atau mungkin berakhir selama 2-
12 jam, polanya yang khas biasanya kurang tampak pada anak kurang dari 5 tahun.
Keluhan meliputi nyeri kepala, mual, nyeri menyeluruh, terutama punggung, dan
kadang-kadang nyeri dalam perut, bila limpa telah membengkak dengan cepat akan
terasa nyeri. Pada infeksi vivax dan quartana yang didominasi oleh satu kelompok,
demam merupakan manifestasi khas, yang pertama terjadi dalam interval 48 jam dan
yang terakhir dalam interval 72 jam. Angka sel darah merah dan kadar Hb dapat
menurun dengan cepat, leukopenia bervariasi.4
Pada infeksi falsifarum demam kurang khas dan bahkan dapat terus menerus;
demam ini mungkin di tutupi oleh manifestasi berat yang berhubungan dengan sistem
otak, paru, usus, atau kemih. Komplikasi serebral dibuktikan oleh konvulsi atau
7
koma, tanda-tanda neurologis pada bayi dan anak adalah karena kenaikan tekanan
intracranial dan gangguan motor neuron atas dan batang otak yang simteri. Motalitas
sekitar 20%, dan yang bertahan hidup 18% menunjukkan sekuele neurologis seperti
kebutaan korteks, monoparesis dan cacat bicara. Mual dan muntah yang terus
menerus, hati yang membesar dan nyeri tekan, dan icterus progresif dapat
berkembang menjadi gagal hati; diare berat dapat terjadi atau kadang-kadang
menyerupai tanda-tanda apendisitis akut.4
1. Demam
Demam pada malaria merupakan akibat dari proses skizogoni (pecahnya sejumlah
skizon matang) dan dikeluarkannya merozoid dan masuk ke dalam pembuluh darah
sehingga merangsang keluarnya antigen-antigen berupa makrofag, monosit dan
limfosit. Setelah itu, sitokin (TNF) akan merangsang hipotalamus sehingga
menimbulkan gejala demam. Stadium puncak demam dimulai pada saat rasa dingin
sekali berubah menjadi demam sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa
demam seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya ada mual dan muntah,
nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu naik sampai
41oC (106oF) atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam. 5,6
2. Menggigil
Pada bagian dorsomedial dari hipotalamus posterior dekat dinding ventrikel
ketiga merupakan area pusat motorik primer untuk menggigil. Area ini
normalnya dihambat oleh sinyal dari pusat demam pada area preoptik-
hipotalamus anterior, tapi dirangsang oleh sinyal dingin dari kulit dan medulla
spinalis. Ketika terjadi peningkatan yang tiba-tiba dalam produksi demam, pusat
ini teraktivasi ketika suhu tubuh turun bahkan hanya beberapa derajat dibawah
nilai suhu kritis. Pusat ini kemudian meneruskan sinyal yang menyebabkan
menggigil melalui traktus bilateral turun ke batang otak, ke dalam kolumna
lateralis medulla spinalis, dan akhirnya, ke neuron motorik anterior. Sinyal ini
8
tidak teratur, dan tidak benar-benar menyebabkan gerakan otot yang sebenarnya.
Sebaliknya, sinyal tersebut meningkatkan tonus otot rangka diseluruh tubuh.
Ketika tonus meningkat diatas tingkat kritis, proses menggigil dimulai. Selama
proses menggigil maksimum, pembentukan demam tubuh dapat meningkat
sebesar 4-5 kali dari normal. Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin
sekali, sehingga menggigil. Penderita menutupi badannya dengan baju tebal dan
selimut. Nadinya cepat, tetapi lemah, bibir dan jari tangan menjadi biru, kulinya
kering dan pucat. Kadang-kadang disertai muntah. Pada anak sering disertai
kejang. Stadium ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam.6,7
3. Berkeringat
Rangsangan area preoptik di bagian anterior hipotalamus baik secara listrik atau
oleh panas yang berlebihan akan menyebabkan keringat. Impuls saraf dari area
yang menyebabkan keringat ini di hantarkan melalui jaras otonom ke medulla
spinalis dan kemudian melalui jaras simpatis mengalir ke kulit di seluruh tubuh.
Peningkatan suhu tubuh tambahan sebesar 1oC, menyebabkan pengeluaran
keringat yang cukup banyak untuk membuang 10 kali kecepatan pembentukan
panas. Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak
sehingga tempat tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang
sampai di bawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan
waktu bangun, merasa lemah tetapi lebih sehat. Stadium ini berlangsung 2
sampai 4 jam.6,7
4. Konjungtiva anemis
Pada malaria terjadi anemia. Derajat anemia tergantung pada spesies parasite
yang menyebabkannya. Anemia tampak jelas pada malaria falsifarum dengan
penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat yaitu semua stadium eritrosit. Pada
plasmodium vivax menyerang eritrosi muda (2%), dan Plasmodium malariae
menyerang eritrosit tua (1%). Anemia disebabkan oleh beberapa faktor:
9
- Penghancuran eritrosit yang mengandung parasite dan yang tidak
mengandung parasite terjadi di dalam limpa. Dalam hal ini faktor autoimun
memegang peranan.
- Reduced survival time (eritrosit normal yang tidak mengandung parasite
tidak dapat hidup lama)
- Diseritropoeisis (gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoisis dalam sum-sum tulang, retikulosit tidak dilepaskan dalam
peredaran perifer.
Jenis anemia pada malaria adalah hemolitik, normokrom dan normositik atau
hipokrom. Dapat terjadi trombositopenia baik pada infeksi plasmodium
fasiparum maupun plasmodium vivax.6
10
2.5 Bahaya Malaria2
Jika tidak ditangani segera, dapat menjadi malaria berat yang
menyebabkan kematian.
Malaria Berat
Gambaran Laboratorium:
1. Hipoglikemia: gula darah < 40 mg %
2. Asidemia (pH : <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L
3. Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokrit <15%) Hemoglobinuri
4. Hiperparasitemia (di daerah endemis rendah : > 2 % atau > 100.000
parasit/uL; daerah endemis tinggi > 5% atau >250.000 parasit/uL
5. Hiperlaktatemia (laktat > 5 ugr/L
6. Gagal ginjal akut (urin < 0,5 ml/kgBB/jam dalam 6 jam)
11
Malaria Falciparum berat
Malaria falciparum berat adalah jika ditemukan plasmodium falciparum stadium
aseksual ditambah satu atau beberapa keadaan dibawah ini :
Jika ditemukan P.falciparum atau P.vivax stadium aseksual atau RDT positif
ditambah satu atau beberapa keadaan di bawah ini:
1 Gangguan kesadaran atau koma :GCS < 11 pada orang dewasa atau
Blantry Coma score kurang dari 3 pada anak
2 Kelemahan : kelemahan umum yang menyebakan seseorang tidak
dapat duduk, berrdiri atau berjalan tanpa bantuan.
3 Kejang multiple : lebih dari dua episode dalam 24 jam
4 Sesak napas, Respiratory Distress ( pernafasan asidosis)
5 Gagal sirkulasi atau syok: syok kompensasi ditandai dengan ),
Capiraly refile time lebih dari atau sama dengan 3 detik.
Dekompesasi syok ditandai dengan tekanan sistolik <80 mm Hg
pada orang dewasa, pada anak: < 70 mmHg`
6 Ikterus : plasma atau serum bilirubin lebih dari 50 µmol/L ( 3
mg/ds), dengan jumlah parasit lebih dari 100.000 µmol /L
7 Perdarahan yang signifikan: termaksud rekuren atau perdarahan
yang berkepanjangan dari hidung, gusi, atau vena pucture;
hematemesis, atau melena.
8 Edema Paru (secara radiologi dikonfirmasi atau saturasi kurang
dari 92% dengan frekuensi nafas lebih dari 30x/menit, seering
dengan krepitasi pada auskultasi
9 Hipoglikemia: gula darah < 40 mg % atau kurang dari 2,2 mmol /L
10 Asidemia (pH : <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15
mmol/L atau tingkat plasma laktat lebih atau sama dengan 5
mmol/L.
11 Anemia malaria berat (Hb < 5 gr% atau hematokrit <15%) pada
anak , 12 tahun ( kurang dari 7 gr/ds dan hematokrit <20%) dengan
jumlah parasit > 10.000
12
12 Hiperparasitemia : plasmmodium palcifarum 10
13 Gangguan ginjal ; plasma aratau serum keratinin > 265 mmol/L (
3 mg/ds) atau urea darah >20 mmol/L.
Keterangan Gebrak Malarian 2014 Gebrak Malaria 2015
Gangguan kesadaran atau koma + +
GCS < 11 pada orang dewasa atau
Blantry Coma score kurang dari 3
pada anak
Kelemahan otot (tak bisa + +
13
Black Water Fever + -
Perdarahan spontan + +
rekuren atau perdarahan yang
berkepanjangan dari hidung, gusi,
atau vena pucture; hematemesis,
atau melena.
Hiperparasitemia + +
di daerah endemis plasmmodium palcifarum 10
rendah : > 2 % atau >
100.000 parasit/uL;
14
daerah endemis tinggi
> 5% atau >250.000
parasit/uL
Gangguan Ginjal + +
Gagal ginjal akut (urin Gangguan ginjal ; plasma aratau
< 0,5 ml/kgBB/jam serum keratinin > 265 mmol/L ( 3
dalam 6 jam) mg/ds) atau urea darah >20
mmol/L.
Malaria pada wanita hamil jika tidak diobati dapat menyebabkan keguguran,
kurang bulan (prematur), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dan lahir mati.
15
2.6 Penatalaksanaan Malaria4
16
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 ≥ 15 ≥ 15
bulan Bulan Tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 4 4
Tabel 2 Pengobatan malaria vivax menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin
17
kg kg kg kg kg 59 kg
kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 ≥ 15 ≥ 15 ≥ 15
bulan Bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun
DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
1-3
Amodiakuin ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2 2 3
18
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP atau
kombinasi Artesunat + Amodiakuin. Dosis pemberian obatnya sama dengan
untuk malaria vivaks.
19
kg kg kg 40 kg kg 59 kg
kg
10-
0-1 2-11 1-4 5-9 ≥ 15 ≥ 15 ≥ 15
14
bulan Bulan Tahun tahun tahun Tahun tahun
tahun
DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
1-3
Amodiakuin ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
1 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1 1
Dosis obat
Amodiakuin basa = 10 mg/kgbb
Artesunat = 4 mg/kgbb.
Catatan :
b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan
c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal
20
a. Pengobatan malaria berat di Puskesmas / Klinik non Perawatan
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat dberikan
artemeter intramuskular atau kina drip.
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam
artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium bikarbinat 5%. Keduanya
dicampur untuk membuat 1 ml larutan sodium artesunat. Kemudian diencerkan
dengan dextrose 5% atau NaCl 0,9% sebanyak 5 ml sehingga didapat konsentarasi
60 mg/6ml (10mg/ml). Obat diberikan secara bolus perlahan-lahan
Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgBB intravena sebanyak 3 kali jam
0,12,24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgBB intravena setiap 24 jam sehari sampai
penderita mampu minum obat.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan
regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) + primakuin (sesuai dengan jenis
plasmodiumnya.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan
regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) + primakuin (sesuai dengan jenis
plasmodiumnya).
21
Kemasan dan cara pemberian kina drip
Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat. Obat ini
diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat intravena/artemeter
intramuskular dan pada ibu hamil trimester pertama.
Obat ini dikemas dalam bentuk pil kina dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500
mg/2 ml.
Kina HCl 25% (per-infus) dosis 10 mg/kgBB (bila umur < 2 bulan : 6 – 8 mg/kg
BB) direncanakan dengan Dekstrose 5 % atau NaCl 0,9% sebanyak 5-10 cc/kgBB
diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.
Catatan :
1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi jantung
dan dapat menimbulkan kematian.
22
Pengobatan malaria falsiparum yang tidak respon terhadap pengobatan
DHP. Lini kedua: Kina + Doksisiklin/ Tetrasiklin + Primakuin. Dosis kina = 10
mg/kgBB/kali (3x/ hari selama 7 hari), Doksisiklin = 3,5 mg/kgBB per hari
(dewasa, 2x/hr selama7 hari), 2,2 mg/kgBB/hari ( 8-14 tahun, 2x/hr selama7 hari),
Tetrasiklin = 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7 hari).
Terapi untuk anak-anak dan dewasa malaria falciparum tanpa komplikasi (kecuali ibu
hamil trimester pertama) dengan satu rekomendasi artemisin atau artemisin combine
therapy (ACT):
o Artemeter + lumefantrine
o Artesunate + amodiaquine
o Artesunate + mefloquine
o Dihydroartemisinin + piperaquine
o Artesunate + sulfadoxine-pyrimethamine (SP)
b. dan Ovale
Lini pertama: Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP), diberikan
peroral satu kali per hari selama 3 hari,primakuin= 0,25mg/kgBB/hari (selama 14
hari). Pengobatan malaria vivax yang tidak respon terhadap pengobatan DHP.
Lini kedua: Kina + Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7
hari), Primakuin = 0,25 mg/kgBB (selama 14 hari).
Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh):
1. Diberikan lagi regimen DHP yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan
menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
2. Dugaan relaps pada malaria vivax adalah apabila pemberian Primakiun dosis
0,25 mg/kgBB/hr sudah diminum selama 14 hari dan penderita sakit kembali
dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah
pengobatan.
23
c. Pengobatan Malaria Malariae
Cukup diberikan DHP 1 kali perhari selama 3 hari dengan dosis sama dengan
pengobatan malaria lainnya dan dengan dosis sama dengan pengobatan malaria
lainnya dan tidak diberikan Primakuin.
d. Pengobatan Infeksi Campuran Antara Malaria Falsiparum Dengan Malaria
Vivax/Malaria Ovale Dengan DHP.
Pada penderita dengan infeksi campuran diberikan DHP 1 kali per hari selama 3
hari, serta DHP 1 kali per hari selama 3 hari serta Primakuin dosis 0,25 mg/kgBB
selama 14 hari.
e. Pengobatan malaria pada ibu hamil
Trimester pertama diberikan Kina tablet 3x 10mg/ kg BB + Klindamycin
10mg/kgBB selama 7 hari.
Trimester kedua dan ketiga diberikan DHP tablet selama 3 hari.
f. Pencegahan/profilaksis
Doksisiklin 1 kapsul 100 mg/hari diminum 2 hari sebelum pergi hingga 4 minggu
setelah keluar/pulang dari daerah endemis.
Semua kasus yang dicurigai malaria harus dilakukan permeriksaan laboratorium
mikroskpis atau rapid diagnostik test untuk mengkonfirmasi diagnosis. Keduanya
dapat menjadi pendukung dalam diagnosa malaria
Ketika defisiensi G6PD tidak diketahui dan tes G6PD tidak memungkinkan,
keputusan untuk memberikan primakuin harus didasarkan pada penilaian terhadap
resiko dan manfaat dari primakuin`
24
Pada wanita hamil dan ibu menyususi, pertimbangkan kemopropilkasis dengan
clorokuin sampai ibu melahirkan dan ibu selesai menyusui, kemudian pada status
G6PD, terapi dengan primakuin untuk mecegah relaps
Terapi pada dewasa dan anak pada malaria berat (terutama bayi, wanita hamil dan
semua trimester dan ibu menyususi) dengan artesunat intravena atau intramuscular
paling sedikit 24 jam sampai mereka bisa mengkomsumsi obat oral. Seorang pasien
harus menerima paling sedikit 24 jam terapi parenteral dan dapat diberikan terapi
oral, terapi dengan ACT selama 3 hari (ditambah primakuin dosis tunggal pada
daerah dengan tingkat penularan rendah.
Anak dengan berat badan < 20 kg harus diberikan artesunat dosis tinggi (3
mg/kg/BB/1 kali pemberian) kemudian pada anak besar dan dewasa (2,4 mg/kgBB/
1 kali pemberian) untuk memastikan sensitivitas obat Alternative Obat Parenteral
Ketika Artesunat Tidak Sesuai.
Jika artesunat tidak sesuai, gunakan artemeter dan kina sebagai pilihan untuk terapi
pada anak dan dewasa dengan malaria berat.
25
Pengobatan pada ibu hamil trimester pertama
Pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi pada ibu hamil trimester pertama
diberikan Quinin + clindamicyn selama 7 hari.
Hiperparasitemia
Orang dengan malaria Falsiparum hiperparasitemia memiliki risiko kegagalan
pengobatan, malaria berat dan meninggal dunia, seharusnya diawasi untuk menerima
terapi ACT.
Terapi malaria vivaks, ovale, malariae dan knowlesi
tanpa komplikasi
Jika spesiaa malaria tidak diketahui dengan pasti, obati seperti malaria Falsiparum
tanpa komplikasi.
26
Pada daerah yang masih peka terhadap klorokuin, obati orang dewasa dan anak
dengan infeksi P.Vivaks, P.Ovale, P.Malariae atau P. Knowlesi dengan ACT (kecuali
ibu hamil pada trimester pertama) atau klorokuin.
Pada daerah dengan resisitensi klorokuin, terapi pada orang dewasa dan anak-anak
dengan menggunakan terapi ACT P.vivax, P. ovale, P. malariae, atau knowlesi tanpa
komplikasi (kecuali ibu hamil pada trimester pertama)
Terapi pada ibu hamil pada trimester pertama yangresisten terhadap cloroquin pada
infeksi P.vivax dengan menggunakan kuinin.
Pada daerah yang penyebaran malaria dari tingkat menengah ke tinggi di Africa,
dimana Sp masih efektif, menyediakan terapi pencegahan dengan Sp pada bayi (umur
27
< 12 bulan). Pada pemberian vaksinasi kedua dan ketiga untuk melawan difteri,
tetanus, dan pertussis (DPT) dan vaksin campak.
Pada daerah dengan penyebaran malaria secara musiman yang tinggi di bagian Sub-
Sahel di Afrika, menyediakan pencegahan malaria musiman dengan per bulan
Amodiakuin + SP untuk semua anak berumur kurang dari 6 tahun selama setiap
musim penyebaran.
Semua program malaria seharusnya secara teratur memonitor efisiensi terapeutis obat
anti malaria menggunakan protocol standar WHO.
Obat-obat berguna pada IPTp, SMC, dan IPTi seharusnya tidak digunakan pada
komponen pengobatan lini pertama pada Negara atau bagian yang sama.
Kegunaan :
FDC jauh lebih baik dibandingkan yang lepasan, atau formula tunggal, dan
Untuk anak muda dan bayi, formula anak, dengan formula padat (contohnya
tablet) lebih daik daripada formula cair.
28
BAB III
PENUTUP
Malaria terdiri dari malaria dengan komplikasi dan tanpa komplikasi. Keduanya
memiliki pengobatan masing-masing untuk malaria dengan plasmodium falciparum,
vivax, ovale, dan malariae. Pengobatan terbaru menurut WHO yang membedakan
dengan pengobatan menurut sumber Gebrak malaria tahun 2014 yaitu:
29
DAFTAR PUSTAKA
30