You are on page 1of 124

2012

PENCEMARAN UDARA
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

POSO NASUTION
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
7/18/2012
PENCEMARAN UDARA

DISUSUN OLEH :

Poso Nasution 21080110110031

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penyusun dapat

menyelesaikan buku yang berjudul “Pendahuluan Pencemaran Udara”. Buku yang

disusun ini merupakan salah ujian pengganti matakuliah Pencemaran Udara.

Penyusunan buku ini berfungsi untuk menambah wawasan serta pengetahuan pembaca

mengenai Pencemaran Udara.

Atas tersusunnya buku ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penyusun, hingga terselesaikannya buku ini. Namun

penyusun menyadari, buku yang penyusun susun ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan dari berbagai pihak. Sebagai

manusia biasa, penyusun berusaha dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin,

dan sebagai manusia biasa juga penyusun tidak luput dari segala kesalahan dan

kekhilafan dalam menyusun buku ini.

Untuk menyempurnakan buku ini, penyusun dengan senang hati akan menerima

kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Sehingga di kemudian

hari penyusun dapat menyempurnakan buku ini dan penyusun dapat belajar dari

kesalahan-kesalahan yang telah penyusun lakukan.

Akhirnya penyusun berharap semoga buku ini dapat bermanfaat khusunya bagi

penyusun dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan. Amin.

Semarang, 18 Juli 2012

iii
BHOPAL TRAGEDY
Tragedi Bhopal pada 3 Desember 1984 adalah musibah industri terburuk
dalam sejarah dunia. Ia diakibatkan pengeluaran 40 metrik ton metil isosianat
(MIC) secara tak sengaja dari pabrik pestisida Union Carbide yang terletak di kota
Bhopal, di negara bagian Madhya Pradesh di India.
Pabrik tersebut dibuka pada 1969 dan diperluas untuk menghasilkan
karbaril pada 1979. MIC merupakan perantara dalam pemhasilan karbaril.
Tragedi Bhopal merupakan salah satu insiden industri paling mematikan di
dunia. Lebih dari 500.000 penduduk terkena dampak gas beracun. 120.000 di
antaranya bahkan menderita berbagai penyakit, seperti kebutaan, kesulitan
bernafas, serta kerusakan ginjal dan hati.
Kejadian ini terjadi pada dini hari, awan gas metil melayang-layang di
atmosfer Bhopal. Ketika itu warga yang masih tidur terbangun akibat ledakan
dahsyat. Mereka berlarian keluar dari rumah. Namun hal itu malah membuat
mereka mengalami kontak langsung dengan gas yang mematikan. Di luar tembok
pabrik, ketenangan warga dengan cepat menjadi kekacauan. Orang berlari ke
segala arah. Dalam waktu beberapa jam saja, lebih dari 3.000 orang tewas. Ribuan
lainnya tewas pada hari-hari, bulan-bulan, dan tahun-tahun berikutnya. Orang
masih terus meninggal (akibat bencana itu). Gas beracun methyl-isocyanat ini
dalam jumlah kecilpun dapat membuat mata terbakar, begitu juga selaput lendir
serta paru-paru. Beberapa bulan setelah kejadian itu ratusan bayi terlahir mati atau
cacat berat. Sejumlah penduduk buta. Sampai sekarang ribuan warga menderita
penyakit paru-paru, kanker atau kemandulan.

Banyak orang yang menghirup udara yang sangat beracun pada malam itu
mengalami kematian yang mengerikan dengan kegagalan beberapa organ. Mereka
yang selamat pun enderita beberapa penyakit selama 25 tahun.Sebuah laporan dari
Departemen Relief tragedi Gas Negara mengatakan bahwa tingkat morbiditas
(kejadian penyakit) adalah hampir 20% di antara orang yang terkena dampak gas
dibandingkan dengan sekitar 5% di kalangan penduduk yang tidak terpengaruh.

Dampak yang timbul bila menghirup gas MIC (methyl isocyanate), penguhirup
akan mengalami penyakit jangka pendek

1
1. Kebutaan
2. Kesulitan bernafas
3. Kerusakan Ginjal dan Hati

Dampak penyakit Jangka panjang :


1. Keturunan cacat
2. Kanker
3. Kebutaan

Dampak lain dari tragedi yang sedang berlangsung dari Bhopal adalah
limbah kimia beracun tergeletak di tempat ditinggalkan pabrik pestisida. Beberapa
komite sempat memeriksa dan menemukan 44.000 kg residu gas beracun dan
25.000 kg naphthol alpha berbaring di tempat terbuka sejak tahun 1984. Berbagai
penelitian telah menetapkan bahwa tanah, air tanah, sayuran dan bahkan air susu
ibu memiliki jejak-jejak bahan kimia beracun.
Air yang mereka minum masih mengandung kadar racun yang tinggi dan anak-
anak mereka pun lahir cacat. Studi Medis Bhopal (BMA) yang berpusat di Inggris
melaporkan bahwa bencana itu masih menyisakan level toksin yang tinggi.
Kandungan zat beracun carbon tetrachloride dari air tanah di Bhopal masih 900-
2.400 kali lebih tinggi dari ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan
Dunia. Selain itu, kadar chloroform dari air tanah itu dua kali lipat lebih besar dari
batas maksimal yang ditetapkan Badan Perlindungan Lingkungan Hidup
AS.Pabrik mengeluarkan porsi sampah beracun yang sangat besar ungkap Colin
Toogood Pemimpin Studi Ilmiah BMA. Di beberapa bagian pabrik dengan
kedalaman tanah 100 meter ditemukan kadar racun mencapai 100 persen. Ada
juga area di mana kita bisa menemukan sampah merkuri di atas permukaan tanah,
kata Toogood. Sementara itu, ratusan ribu orang lainnya menderita penyakit
kronis jangka panjang. Akibatnya, banyak anak yang lahir 25 tahun setelah
kejadian terinfeksi gas beracun

Sebuah tim pakar perusahaan Union Carbide mengatakan, penyebab


ledakan terjadi karena ada air masuk ke dalam tanki gas. Sehingga terjadi reaksi
berantai yang menyebabkan panas dan memicu pembentukan karbon dioksida.

2
Tekanan hebat yang terjadi, menyebabkan sebuah ventil pecah dan sekitar 40 ton
gas amat beracun sianida serta gas beracun lainnya menyebar keluar. Reaksi yang
kemudian terjadi menghasilkan banyak gas beracun dan memaksa pengeluaran
tekanan secara darurat. Gasnya keluar sementara penggosok kimia yang
seharusnya menetralisir gas tersebut sedang dimatikan untuk perbaikan.
Penyelidikan yang dilakukan menyatakan bahwa beberapa langkah keselamatan
lainnya tidak dijalankan dan standar operasi di pabrik tersebut tidak sesuai dengan
standar di pabrik Union Carbide lainnya. Selain itu, ada kemungkinan langkah-
langkah keselamatan tersebut dibiarkan sebagai bagian dari "prosedur
penghematan" yang dilakukan perusahaan tersebut di pabrik itu.
Selain itu, berdasarkan keterangan yang dipublikasikan di wikipedia.org, ada
beberapa faktor penyebab yang memungkinkan kecelakaan di pabrik milik Union
Carbide ini terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain:
 Penggunaan bahan kimia berbahaya atau B3, dalam hal ini methyl
isocyanate, menggantikan bahan kimia yang kurang berbahaya, karena
alasan biaya produksi.
 Menyimpan bahan kimia berbahaya (methyl isocyanate) dalam jumlah
yang besar di dalam tanki, bukan dalam drum ukuran 200 liter.
 Adanya pipa yang sudah terkorosi tetapi masih dioperasikan.
 Program maintenance peralatan pabrik yang buruk, setelah pabrik berhenti
beroperasi pada tahun 80-an.
 Kegagalan beberapa sistem keselamatan pabrik karena program perawatan
yang buruk.
 Penonaktifan beberapa peralatan keselamatan karena alasan biaya,
termasuk sistem refrigerasi (pendingin) untuk methyl isocyanate, yang
sebenarnya dapat mencegah terjadinya tragedi ini.

Setelah bencana, ada kecaman dari dunia internasional untuk bantuan bagi
para korban dan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas kebocoran gas.
Pabrik pestisida yang mengalami kebocoran gas merupakan milik Union Carbide
India, sebuah anak perusahaan dari Union Carbide yang berbasis di Amerika
Serikat. Mereka diminta untuk membayar kompensasi dan mengatur perawatan
medis untuk korban.

3
Pada bulan Februari 1989, Mahkamah Agung mengumumkan menyetujui
rencana pembangunan sebuah pemukiman bagi para korban Bhopal dan Union
Carbide setuju untuk membayar Rs 713 crore untuk kompensasi kepada korban,
sementara pemerintah sepakat untuk mencabut semua kasus pidana terhadap itu.
Namun, karena tekanan publik yang intens dan kemarahan karena membiarkan
penjahat tersebut bebas, pengadilan setuju untuk membuka kembali kasus-kasus
kriminal pada tahun 1991. Dua kali angsuran kompensasi - hingga Rs setiap
25.000 - telah diberikan sampai saat ini untuk korban luka, satu pada tahun 1994
dan berikutnya pada tahun 2004.

KESIMPULAN

Tragedi Bhopal terjadi pada 3 Desember 1984 di kota Bhopal, di negara bagian
Madhya Pradesh di India. Tragedi ini terjadi karena pengeluaran 40 metrik ton
metil isosianat (MIC) secara tak sengaja dari pabrik pestisida Union Carbide yang
terletak di kota Bhopal. . Lebih dari 500.000 penduduk terkena dampak gas
beracun. 120.000 Di antaranya bahkan menderita berbagai penyakit, seperti
kebutaan, kesulitan bernafas, serta kerusakan ginjal.

4
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK
LINGKUNGAN NOMOR : KEP-205/BAPEDAL/07/1996 TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
SUMBER TIDAK BERGERAK

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

Menimbang :

a. bahwa sebagai pelaksanaan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup


Nomor : Kep-13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak, perlu dirumuskan pedoman teknis pengendalian pencemaran
udara sumber tidak bergerak;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan tentang Pedoman
Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak;

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok


Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Nomor 12 Tahun
1982, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103/M Tahun 1993
tentang Pengangkatan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 1994 tentang
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-
13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak;
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-
15/MENLH/4/1996 tentang Program Langit Biru;
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-
16/MENLH/4/1996 tentang Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I
Program Langit Biru;
7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor :
Kep-135 Tahun 1995 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan;
8. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor :
Kep-136 Tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Wilayah (Bapedal Wilayah).

5
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN KEPALA
BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
SUMBER TIDAK BERGERAK

Pasal 1

1. Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak


ini diperlukan sebagai pedoman teknis dalam upaya pengendalian
pencemaran udara bagi:
a. Instansi terkait;
b. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Gubernur Daerah Istimewa,
Gubernur Daerah Khusus Ibukota dan Bupati/Walikotamadya
Kepala Daerah Tingkat II;
c. Penanggung jawab kegiatan dari sumber tidak bergerak.
2. Pedoman teknis pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk:
a. Pelaksanaan pemantauan kualitas udara sebagaimana tersebut
dalam Lampiran I yang meliputi:
1. Mekanisme kunjungan Pendahuluan;
2. Periode pemantauan;
3. Penetapan lokasi pemantauan emisi dan ambien;
4. Pemasangan alat pemantauan kualitas udara;
5. Pelaporan;
b. pengambilan contoh uji dan analisis sebagaimana tersebut dalam
Lampiran II yang meliputi:
1. Metode penentuan tempat pengambilan contoh uji titik-titik
lintas dalam emisi sumber tidak bergerak;
2. Metode penentuan kecepatan aliran dan tingkat aliran
volumetrik gas dalam emisi sumber tidak bergerak;
3. Metode penentuan komposisi dan berat molekul gas dalam
emisi sumber tidak bergerak;
4. Metode penentuan kandungan uap air gas buang dalam
cerobong dari emisi sumber tidak bergerak;
5. Metode pengujian kadar partikulat dalam emisi sumber
tidak bergerak secara Isokinetik;
6. Metode pengujian opasitas dalam emisi sumber tidak
bergerak secara visual;
7. Metode pengujian kadar Sulfur Dioksida (SO2) dalam emisi

6
sumber tidak bergerak dengan alat Spektrofotometer secara
Turbidimetri;
8. Metode pengujian kadar Sulfur Dioksida (SO2) dalam emisi
sumber tidak bergerak secara Titrimetri;
9. Metode pengujian kadar Nitrogen Oksida (NOX) dalam
emisi sumber tidak bergerak dengan alat Spektrofotometer
secara Kolorimetri;
10. Metode pengujian kadar Total Sulfur Tereduksi (TRS)
dalam emisi sumber tidak bergerak secara Oksida Termal;
11. Metode pengujian kadar Klorin dan Klor Dioksida (Cl2 dan
ClO2) dalam emisi sumber tidak bergerak secara Titrimetri;
12. Metode pengujian kadar Hidrogen Klorida (HCl) dalam
emisi sumber tidak bergerak dengan alat Spektrofotometer
secara Merkuri Tiosianat;
13. Metode pengujian kadar Hidrogen Klorida (HCl) dalam
emisi sumber tidak bergerak secara Titrimetri;
c. Persyaratan cerobong sebagaimana tersebut dalam Lampiran III
yang meliputi:
1. Pengaturan cerobong.
2. Lubang sampling.
3. Sarana pendukung.
d. Unit pengendalian pencemaran udara sebagaimana tersebut dalam
Lampiran IV yang antara lain:
1. Electrostatic Precipitator.
2. Siklon.
3. Pengumpul proses basah (Wet Process Collector).
4. Cartridge Collector.
5. Baghouses.

Pasal 2

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan : di Jakarta
Pada tanggal : 10 Juli 1996
Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan,

7
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KEPALA
BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
NOMOR : KEP-205/BAPEDAL/07/1996
TANGGAL : 10 JULI 1996
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
SUMBER TIDAK BERGERAK

PELAKSANAAN PEMANTAUAN KUALITAS UDARA

1. Mekanisme Kunjungan Pendahuluan

Mekanisme kunjungan pendahuluan meliputi:

a. Perencanaan

Perencaan dalam kunjungan pendahuluan meliputi:

 koordinasi dengan Pemda dalam hal perijinan;


 koordinasi pihak industri untuk memasuki lokasi;
 Informasi tentang proses industri untuk mengetahui jenis
industrinya;
 lokasi industri untuk memudahkan dalam analisis teknis
dan perjalanan ke lokasi;
 lokasi pengambilan sampel (Contoh uji);
 ketersediaan peralatan seperti alat pengambilan contoh uji,
larutan kimia, pompa serta lain-lainnya;
 sumber daya manusia untuk mengetahui keahlian dan
jumlah petugas pemantauan kualitas udara;
 jadwal kerja dan transportasi ke lapangan harus
dipersiapkan sebelum pengukuran dimulai.
b. Evaluasi Pendahuluan

Evaluasi pendahuluan meliputi:

 penyiapan peralatan untuk menentukan secara pasti jenis


alat dan parameter serta lokasi yang akan diukur;
 survey untuk mengetahui kondisi fasilitas yang ada
diantaranya:

8
 kondisi lubang pengambilan contoh uji untuk
penyesuaian diameter alat serta lubang ynag tersedia
sehingga pengambilan contoh uji dapat dilakukan;
 landasan kerja (plat form) untuk mengetahui
kekuatan dan keleluasaan pada saat pengambilan
contoh uji;
 sumber listrik untuk mendukung peralatan yang
memerlukan sumber listrik dalam
pengoperasiannya;
 alat derek peralatan untuk mengangkat peralatan ke
lokasi pengambilan sehingga sedekat mungkin ke
tempat pengambilna contoh uji;
 fasilitas lain yang dianggap perlu.
2. Periode pemantauan

Pemantauan kualitas udara emisi oleh pihak Industri harus dilakukan


secara terus menerus untuk parameter yang mempunyai fasilitas
pengukuran secara otomatis dan periode 6 bulan untuk peralatan menual
dan dilaporkan kepada Gubernur/Pemerintah Daerah setempat dengan
tembusan kepada BAPEDAL. Jika terjadi kasus pencemaran atau dari
hasil pemantauan rutin menunjukkan kondisi kualitas udara
mendekati/melewati baku mutu, maka frekuensi pemantauan dapat
ditingkatkan atau periode pemantauan menjadi lebih pendek yang dapat
dilakukan oleh Pemerintah Daerah/BAPEDAL dalam upaya untuk
penataan baku mutu.

a. Pemantauan rutin yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan


berupa:
 pemanatauan secara terus-menerus dengan menggunakan
fasilitas peralatan secara otomatis
 setiap periode 6 bulan dengan menggunakan peralatan
manual.
b. Pemantauan dalam rangka penataan/pengawasan ketentuan baku
mutu emisi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah/BAPEDAL
minimal tiap periode waktu 6 bulan sekali
c. Pemantauan tidak rutin yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah/BAPEDAL untuk tujuan:
 upaya pengendalian pencemaran udara karena kasus
pencemaran atau karena dari hasil pemantauan rutin
menghasilkan data kualitas udara melampaui baku mutu
yang berlaku
 pemeriksaan gangguan/kerusakan peralatan pengendalian
pencemaran udara, atau gangguan/kerusakan bagian

9
peralatan/proses yang menyebabkan baku mutu emisi udara
terlampaui

3. Penetapan Lokasi pemantauan


a. Penetapan lokasi pemantauan emisi
 Ditentukan berdasarkan lokasi proses seperti yang
tercantum di dalam baku mutu emisi.
 Ditentukan berdasarkan situasi lapangan sebagai hasil
modifikasi proses produksi.
b. Penetapan lokasi pemantauan ambien
 Pertimbangan dalam menetapkan lokasi pemantauan
ambien meliputi: arah angin, tata guna lahan, tingi
cerobong, luas sebaran bahan pencemaran.
 Titik lokasi pemantauan pada: titik nilai ekstrim, pada
kawasan pemukiman, kawasan kehidupan makhluk hidup
lainnya atau pada tempat-tempat spesifik seperti rumah
sakit, purbakala benda. Penetapan titik pemantauan dengan
nilai ekstrim dapat dilakukan melalui pendekatan dengan
model dispersi atau pengamatan lapangan.
 Pada arah angin dominan: titik pemantauan kualitas ambien
minimum 2 titik dengan mengutamakan pada daerah
pemukiman atau tepat-tempat sensitif. Sedangkan pada arah
angin lainnya minimum 1 titik dengan kriteria penetapan
lokasi seperti pada arah angin dominan seperti terlihat pada
gambar 1.1. (Penetapan jarak titik pengambilan sampel dari
industri akan ditetapkan oleh Pemerintah, sedangkan
pemantauannya menjadi tanggung jawab industri). Data
arah angin dapat merupakan data sekunder dari stasion
meteorologis terdekat atau data pengukuran langsung di
lapangan yang dapat digolongkan dalam satuan sepanjang
waktu untuk satu arah tertentu atau arah angin pada tiap
periode tertentu (harian, bulanan, tahunan).

Catatan:

Jarak lokasi pemantauan dari industri ditentukan


berdasarkan hasil pemodelan dispersi, pengamatan
lapangan, pengukuran sesaat, dan lain-lain.

c. Penetapan Lokasi Kondisi Meteorologis

Untuk mendukung pemantauan kualitas ambien, maka perlu

10
dilakukan pemantauan kondisi meteorologis yang meliputi: arah
angin, kecepatan angin, kelembaban dan temperatur. Penetapan
lokasi pemantauan meteorologis di sekitar industri dilakukan
dengan pertimbangan:

 Berlokasi pada salah satu lokasi pemantauan kualitas udara


ambien.
 Untuk lokasi peralatan yang relatip dekat dengan
bangunan/pohon tertinggi berlaku ketentuan:
 Minimal 2,5 kali tinggi penghisap alat pemantau
kualitas udara ambien yang membentuk sudut 30o
terhadap bangunan/pohon tertinggi.
 Minimal 2 meter lebih tinggi dari pada
bangunan/pohon yang tertinggi di sekitarnya.
 Tinggi lokasi penghisap alat pemantau kulitas
minimal 3 meter.
 Tinggi lokasi peralatan pemantau kondisi
meteorologis minimal 10 meter.
 Untuk lokasi peralatan yang relatif jauh dengan
bangunan/pohon tertingi (jarak peralatan – pohon/bangunan
minimal 10 kali tinggi pohon/bangunan), berlaku
ketentuan:
 Minimal 2,5 kali penghisap alat pemantau kualitas
udara ambien.
 Tinggi lokasi penghisap alat pemantau kualitas
udara minimal 3 meter.
 Tinggi lokasi peralatan pemantauan kondisi
meterologis minimal 10 meter
4. Pemasangan Peralatan Pemantauan Kualitas Udara Emisi

Untuk pemantauan yang terus-menerus, diperlukan pemasangan alat


pengukuran kualitas udara emisi dengan persyaratan yang melliputi:

o Mendeteksi minimal semua parameter yang ada di dalam baku


mutu emisi yang ditetapkan sesuai dengan jenis industrinya.
o Mendeteksi laju alir volume emisi yang dikeluarkan.
o Berada pada lokasi 8 diameter cerobong dari belokan, bagian
bawah, atau 2 diameter dari ujung atas derobong.
o Berada pada lokasi yang relatif memudahkan dalam pemeriksaan
kualitas udara emisi, mudah terlihat.
o Berada pada lokasi yang relatif kuat untuk menjaga keamanan
petugas pemeriksa atau alat pengukur kualitas udara.

11
5. Pelaporan

1. Laporan hasil pemantauan kualitas udara serta kapasitas produksi


diserahkan ke Gubernur dengan tembusan kepada BAPEDAL, tiap
periode waktu:
 3 bulan untuk pemantauan rutin dengan menggunakan
peralatan otomatis/kontinu (Form. PL-01).
 6 bulan dengan pemantauan dalam rangka penaatan baku
mutu emisi/pengawasan baku mutu dengan menggunakan
peralatan manual (Form. PL-02).
 tertentu sesuai dengan kebutuhan untuk pemantauan tidak
rutin dalam rangka pengendalian pencemaran udara karena
kasus pencemaran, kondisi kualitas udara melampaui baku
mutu, kerusakan/gangguan peralatan yang menyebabkan
baku mutu emisi terlampaui (Form. PL-03).
2. Lampiran tersebut berisi semua informasi yang berkenaan dengan
udara emisi, kualitas udara ambien dan operasional pabrik sebagai
berikut:
 Produksi perbulan
 Data pemantauan kualitas udara emisi secara tidak
kontinyu.
 Data pemantauan kualitas udara emisi secara kontinyu.
 Pemeriksaan terhadap peralatan pemantau serta penjelasan
jika ada kerusakan.
 Data pemantauan kualitas udara ambien dan data
meteorologi.
 Hasil pemantauan peralatan pengendalian pencemaran
udara.
3. Menyerahkan kepada Bapedal laporan tahunan berisi data serta
evaluasi data yang berhubungan dengan emisi pencemaran udara,
tingkat kualitas udara, termasuk pengoperasian pabrik serta kinerja
peralatan pengendalian pencemaran udara.
4. Jika terjadi pelanggaran atau keadaan darurat yang menyebabkan
baku mutu emisi dilampaui wajib segera melaporkan kepada
Bapedal. Laporan tersebut meliputi:
 Tanggal dan waktu kejadian;
 Bentuk pelanggaran dan kronologis kejadian secara lengkap
dan terperinci.
 Langkah-langkah yang diambil untuk memperbaiki
pelanggaran atau keadaan darurat.
 Langkah-langkah yang akan diambil untuk mencegah
terjadinya pelanggaran baku mutu dimasa yang akan
datang.

12
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN KEPALA
BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
NOMOR : KEP-205/BAPEDAL/07/1996
TANGGAL : 10 JULI 1996
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
SUMBER TIDAK BERGERAK

PENGAMBILAN CONTOH UJI DAN ANALISIS

1. Metode Penentuan Tempat Pengambilan Contoh Uji dan Titik-titik Lintas


dalam Emisi Sumber Tidak Bergerak.
2. Metode Penentuan Kecepatan Aliran dan Tingkat Aliran Volumetrik Gas
dalam Emisi Sumber Tidak Bergerak.
3. Metode Penentuan Komposisi dan Berat Molekul Gas dalam Emisi
Sumber Tidak Bergerak.
4. Metode Penentuan Kandungan Uap Air Gas Buang dalam Cerobong dari
Emisi Sumber Tidak Bergerak.
5. Metode Pengujian Kadar Partikulat dalam Emisi Sumber Tidak Bergerak
dengan Alat Spektrofotometer secara Turbidimeteri.
6. Metode Pengujian Opasitas dalam Emisi Sumber Tidak Bergerak Secara
Visual.
7. Metode Pengujian Kadar Sulfur Dioksida (SO2) dalam Emisi Sumber
Tidak Bergerak dengan Alat Spektrofotometer secara Turbidimeteri.
8. Metode Pengujian Kadar Sulfur Dioksida (SO2) dalam Emisi Sumber
Tidak Bergerak secara Titrimetri.
9. Metode Pengujian Kadar Nitrogen Oksida (NOx) dalam Emisi Sumber
Tidak Bergerak dengan Alat Spektrofotometer secara Kolorimetri.
10. Metode Pengujian Kadar Total Sulfur Tereduksi (TRS) dalam Emisi
Sumber Tidak Bergerak secara Oksida Termal.
11. Metode Pengujian Kadar Klorin dan Klor Dioksida (Cl2 dan ClO2) dalam
Emisi Sumber Tidak Bergerak secara Titrimetri.
12. Metode Pengujian Kadar Hidrogen Klorida (HCl) dalam Emisi Sumber
Tidak Bergerak dengan Alat Spektrofotometer secara Merkuri Tiosianat.
13. Metode Pengujian Kadar Hidrogen Klorida (HCl) dalam Emisi Sumber
Tidak Bergerak secara Titrimetri.

13
LAMPIRAN III
KEPUTUSAN KEPALA
BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
NOMOR : KEP-205/BAPEDAL/07/1996
TANGGAL : 10 JULI 1996
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
SUMBER TIDAK BERGERAK

1. Persyaratan Cerobong

Cerobong udara harus dibuat dengan mempertimbangkan aspek


pengendalian pencemaran udara yang didasarkan pada lokasi dan tinggi
cerobong. Pertimbangan kondisi meteorologis dan tata guna tanah
merupakan salah satu pertimbangan untuk mendapatkan lokasi dan tinggi
cerobong yang tepat, dimana dengan perhitungan modelling pencemaran
udara akan dapat ditentukan dispersi udara, dari cerobong terhadap kondisi
udara sekitarnya. Dari dispersi udara, dapat ditentukan konsentrasi udara
di atas permukaan tanah yang sesuai dengan standar kualitas udara
ambien. Rancang bangun atau disain cerobong disesuaikan kondisi pabrik
dengan pertimbangan emisi yang akan dikeluarkan tidak melebih baku
mutu emisi yang ditetapkan.
Disamping itu beberapa persyaratan perencanaan cerobong secara umum
seperti berikut:
1. Tinggi cerobong sebaiknya 2 - 2 1/2 kali tinggi bangunan
sekitarnya sehingga lingkungan sekitarnya tidak terkena turbulensi.
2. Kecepatan aliran gas dari cerobong sebaiknya lebih besar dari 20
m/detik sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong akan terhindar
dari turbulensi.
3. Gas-gas dari cerobong dengan diameter lebih kecil dari 5 feet dan
tinggi kurang dari 200 feet akan mengakibatkan konsentrasi di
bagian bawah akan menjadi tinggi.
4. Konsentrasi maksimum bagian permukaan tanah dari cerobong
gas-gas (agar terjadi difusi) biasanya terjadi pada jarak 5 - 10 kali
tinggi cerobong downwind.

14
5. Konsentrasi maksimum zat pencemar berkisar antara 0,001 - 1%
dari konsentrasi zat pencemar dalam cerobong.
6. Konsentrasi di permukaan dapat dikurangi dengan menggunakan
cerobong yang tinggi. Variasi konsentrasi pencemar pada
permukaan akan berbanding terbalik dengan kuadrat tinggi
cerobong efektif.
7. Warna cerobong harus mencolok sehingga mudah terlihat.
8. Cerobong dilengkapi dengan pelat penahan angin yang melingkari
cerobong secara memanjang ke arah ujung atas.
9. Puncak cerobong sebaiknya terbuka, jika pihak industri
menganggap perlu untuk memberi penutup (biasanya cerobong
kecil/rendah) maka penutup berbentuk segitiga terbalik (terbuka ke
atas).
10. Setiap cerobong diberi nomor dan dicantumkan dalam denah
industri.

Disamping itu di sekitar cerobong sebaiknya dilengkapi dengan tempat


parkir sehingga kendaraan sampling dapat sedekat mungkin dengan lubang
sampling.

Apabila cerobong tidak sesuai dengna ketentuan di atas (untuk industri


yang beroperasi sebelum dan sejak tahun 1995), maka perlu dilakukan
modifikasi perlakuan gas buang. Hal tersebut dilakukan dengan mengubah
kecepatan serta temperatur gas, sehingga akan diperoleh tinggi cerobong
efektif yang lebih tinggi.

2. Persyaratan Lubang Pengambilan Sampel

Untuk pengambilan sampel, maka diperlukan pembuatan lubang


pengambilan sampel dengan persyaratan:

1. Lubang pengambilan sampel yang mampu mendapatkan data yang


akurat dan ekonomis, dengan persyaratan sebagai berikut:
 lokasi lubang pengambilan sampel sebaiknya pada posisi
dua bagian dari ujung bawah dan delapan bagian dari
bawah;
 diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya
sepuluh sentimeter;

15
2. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistem
pelat flange yang dilengkapi dengan baut.
3. Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong.
3. Persyaratan Sarana Pendukung
Sarana pendukung diantaranya tangga, lantai kerja, pagar pengaman, aliran
listrik dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Tinggi besi dan selubung pengaman berupa pelat besi.


2. Lantai kerja (landasan pengambilan sampel) dengan ketentuan
sebagai berikut:
 dapat mendukung beban minimal 500 kilogram;
 keleluasaan kerja bagi minimal tiga orang;
 lebar lantai kerja terhadap lubang pengambilan sampel
adalah 1,2 meter dan melingkari cerobong;
 pagar pengaman setinggi satu meter;
 dilengkapi dengan katrol pengangkat alat pengambilan
sampel;
3. Stop kontak aliran listrik yang sesuai dengan peralatan yang
digunakan, yaitu Voltase 220 V, 30 A, Single phase, 50 Hz AC.
4. Penempatan sumber aliran listrik dekat dengan lubang
pengambilan sampel.
5. Sarana dan prasarana pengangkutan serta perlengkapan keamanan
pengambilan sampel bagi petugas disediakan oleh industri.
4. Susunan Tim Pengambilan Sampel

Tim pengambilan sampel minimal terdiri dari 4 orang dengan uraian


sebagai berikut:

o 1 orang bertugas di ruang kontrol


o 2 orang mengambil sampel di cerobong
o 1 orang di bawah cerobong (bertugas menjaga keamanan)

16
LAMPIRAN IV
KEPUTUSAN KEPALA
BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
NOMOR : KEP-205/BAPEDAL/07/1996
TANGGAL : 10 JULI 1996
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
SUMBER TIDAK BERGERAK

Pengendalian pencemaran udara secara garis besar meliputi pengendalian


partikulat dan pengendalian gas. Terdapat beberapa peralatan yang secara spesifik
dapat mengurangi emisi dari partikulat dan gas, dimana mekanisme
pengendaliannya untuk partikulat secara umum dilakukan secara fisik
(penyaringan, perbedaan medan magnet, penangkapan, dan lain-lain) dan untuk
gas secara umum dengan cara kimiawi (pelarutan, penyerapan, dan lain-lain).

Pemilihan peralatan pengendalian pencemaran udara, ditentukan berdasarkan


faktor-faktor sebagai berikut:
 jenis proses produksi yang akan dikendalikan.
 beban dan konsentrasi outlet yang diperlukan.
 kelembaban inlet.
 temperatur inlet.
 jenis partikel/debu yang akan dikumpulkan.
 konsentrasi debu pada inlet.
 volume inlet.

1. Electrostatic Precipitator (EP)


Electrostatic Precipitator (EP) merupakan peralatan pengendalian
pencemaran udara untuk partikel yang bekerja berdasarkan medan listrik
yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan muatan listrik.
EP mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan peralatan lain dimana
EP memiliki penurunan tekanan yang konstan dan kinerja bervariasi.
Beberapa keuntungan EP yang lainnya adalah:
o Serba guna dimana kinerja yang efisien untuk semua industri.

17
o Efisien dengan tingkat pengumpulan debu lebih besar dari 99,9%
untuk seluruh ukuran partikel, termasuk ukuran sub micron.
o Konsumsi energi 20 - 60 kW tiap 100.000 cubic feet gas,
tergantung pada tipe unit, proses, efisiensi, dan lain-lain.
o Tahan terhadap kehilangan tekanan.
o Dapat beradaptasi untuk suatu kondisi yang ekstrim seperti
temperatur yang berfluktuasi secara ekstrim.
o Perawatan yang relatif mudah, dimana perawatan internal dapat
dilakukan pada saat pabrik sedang tidak beroperasi (shut-down)
sedangkan perawatan eksternal dapat dilakukan secara tidak teratur
tetapi dalam frekuensi yang relatif rendah.
o Waktu penyusunan relatif lama. Penggantian peralatan relatif tidak
berarti dalam kondisi operasi yang normal.

2. Siklon
Siklon merupakan peralatan penangkap debu yang bekerja berdasarkan
gaya centrifugal dimana udara yang masuk secara tangensial,
menyebabkan material digerakkan ke arah luar dari kerucut dan
dikeluarkan melalui hopper, sedangkan udara bersih akan dikeluarkan
melalui bagian atas dari siklon. Kadang-kadang siklon dipasang untuk
pengendalian awal debu pada boiler penyimpan panas dan boiler limbah
kayu untuk mengurangi beban ke Precipitator. Rata-rata efisiensi siklon
65% untuk diameter partikel 40 micron.

3. Pengumpul Proses Basah (Wet Process Collector)


Tipe ini menggunakan semburan air untuk menangkap aliran gas dan
mengendapkan partikel dan gas dalam air sehingga dapat dipisahkan.
Dua jenis pengumpul yang digunakan:
1. Wet Scrubber, dimana kelembaban debu dikumpulkan pada
settling pond, dan wet precipitator yang diisi kabut partikel yang
mengumpulkan droplet pada pipa.
2. Pengumpul cair, berakumulasi kemudian dicurahkan ke dalam
dasar precipitator untuk dialirkan.
Proses basah pengumpul partikulat menghasilkan endapan (sludge) yang
menimbulkan masalah pencemaran baru (kedua) yang harus diatas.
Pengumpul proses basah sering digunakan pada boiler pembakar limbah
kay dan kabut asam sulfat.

18
4. Cartridge Collector
Sistem operasi cartridge menggunakan lipatan filter sekitar 2 sampai 3
pasang, yang terbuat dari kertas atau lakan media (felt paper). Cartridge
collector sering digunakan pada proses industri kecil yang menangani laju
pembuangan lebih kecil dari 25.000 ft3/menit.

5. Baghouses
Baghouses (sering disebut pengumpul debu kering atau fabric filter
collectors) efisiensinya mendekati precipitator dan digunakan untuk
berbagai aplikasi. Baghouses seperti rumah yang di semua tempat terdiri
dari beberapa lusin sampai ribuan lusin fabric filter bags. Penomoran
"bags" adalah unit, sesuai dengan material pembuat "bags" yang
tergantung pada kegunaannya. Udara yang mengandung debu didorong
atau ditarik melalui "bags filter" yang menyebabkan terbentuknya lapisan
debu pada "bags" yang memisahkan debu dari udara bersih. "Bags"
dibersihkan dengan menggunakan getaran mekanik yang lain, kebalikan
dari proses udara atau getaran dengan penekanan udara.
Secara deskiptif proses pengendalian pencemaran udara yang telah
dilakukan oleh industri dapat dilihat dari hasil isian tabel di bawah ini.
Setiap jenis peralatan pengendalian pencemaran udara mempunyai tabel
isian tersendiri (Form PM 01-05). Setiap industri disarankan mempunyai
sistem pemantauan peralatan pengendalian pencemaran udara dengan
pengecekan dan pengamatan sesuai dengan formulir yang ada sesuai
dengan peralatan yang digunakan. Periode waktu pengecekan dan
pengamatan disesuaikan dengan jadwal rutin yang telah disusun oleh
pihak industri. Peralatan pengendalian pencemaran udara yang umum
digunakan dalam industri seperti dalam gambar-gambar berikut, namun
jika dimungkinkan industri mempunyai jenis/sistem pengendalian
pencemaran udara yang lain yang dianggap lebih efektif dan efisien maka
dapat diterapkan juga.

19
POZA RICA TRAGEDY

FAKTA TERJADINYA TRAGEDI POZA RICA


Tragedi Poza Rica terjadi pada tanggal 24 November 1950. Tragedi ini terjadi di
sebuah kota dengan jumlah penduduk mencapai 15.000 orang pada saat itu yang
berada di teluk Mexico. Kejadian tersebut berasal dari salah satu pabrik yang
menyimpan sejumlah belerang alami.
Tragedi Poza Rica ini cukup banyak menelan korban jiwa. Sebanyak 22 orang
meninggal dunia dan 320 orang harus mendapatkan perawatan yang ekstra di
karenakan menghirup gas yang beracun tersebut.
Skema kejadian ketika gas ruang yang mengandung hydrogen sulfida terlepeas
ke udara. Pelepasan gas sulfur tersebut mengakibatkan udara melewati batas baku
mutu,dan hydrogen sulfida tersebut melayang-layang di udara selama 25 menit.
Penyebaran gas bawah inversi dangkal tersebut menyebar dengan tenang dan
mengkibatkan udara berkabut yang sangat beracun.

KEMUNGKINAN TERJADINYA KECELAKAAN


Suatu kondisi dimana alat penutup khusus pada instalasi produksi dan
Pencegah Semburan Liar ( Blow Out Preventer ) gagal bekerja pada suatu titik
batas yang telah ditetapkan dan terjadinya kebocoran pipa saluran yang tidak
diharapkan. Pada kondisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan paparan gas
H2S keudaraatmosfer, yang dimana pada kondisi ini dapat membahayakan
keselamatan jiwa manusia, sehingga akan segera memerlukan suatu tindaka dan
langkah penyelamatan darurat yang terkoordinasi demi keselamatan jiwa manusia
yang mungkin terkena dampak paparan gas H2S tersebut. ( EmergencyContigency
Plan JOB PertaminaPetroChinaEst Java, April 7’ 2007)

PROSES DAN KRONOLOGIS TERJADINYA KASUS KERACUNAN GAS


H2S PADA TUBUH MANUSIA.
Pada kondisi normal, seseorang bernafas dengan menghirup udara yang
terkandung oksigen sebagai salah satu bagian udara bebas, selain nitrogen dan

20
unsur-unsur lainnya. Oksigen sangat dibutuhkan manusia untuk proses oksidasi di
dalam tubuh. Oksigen yang masuk kedalam paru-paru akan dibawa oleh arah
keseluruh tubuh termasuk ke otak. Jika seseorang menghirup udara yang telah
tercampur dengan gas H2S maka komposisi oksigen yang masuk kedalam tubuh
akan berkurang, sehingga kinerja otak akan terganggu. Tingkat konsentrasi gas
H2S di otak yang semakin tinggi akan mengakibatkan lumpuhnya saraf pada
indera penciuman dan hilangnya fungsi control otak pada paru-paru. Akibat
fatalnya adalah paru-paru akan melemah dan berhenti bekerja, sehingga seseorang
dapat hilang kesadaran dan meninggal dalam ukuran waktu tertentu.

METODE MENGURANGI ATAU MENETRALISIR PAPARAN GAS H2S


Metode mengurangi paparan gas H2S pada suatu area dapat dilakukan dengan
meniupkan angin menggunakan kipas angin besar ( bug blower ) sehingga gas
H2S akan terhambur. Kondisi ini mengakibatkan konsentrasi paparan gas H2S
akan berkurang karena area paparan gas H2S akan melebar. Metode menetralisir
gas H2S dapat dilakukan dengan Sulfur Recovery Unit, yaitu dengan suatu alat
yang dapat menguraikan unsure Hidrogen dan Sulfur secara reaksi kimiawi.
Penguraian ini akan menjadikan dua unsure netral atau tidak beracun. Hasil
akhirnya Hidrogen akan dibuang dalam bentuk gas dan Sulfur ditampung dalam
bentuk padat.

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN PAPARAN GAS H2S


Jika terjadi korban akibat paparan gas H2S pada tingkat rendah, yang dapat
dilakukan sebagai pertolongan darurat adalah sebagai berikut :
1 Pindahkan korban ketempat dengan udara segar dan berlawanan dengan arah
angin.
2 Bila korban pada kondisi berhenti nafas, segera berikan bantuan pernafasan.
3 Jaga kondisi tubuh korban tetap hangat.
4 Hubungi paramedik.
Sistem alarm merupakan perangkat yang berfungsi sebagai tanda
peringatan awal jika terjadi paparan gas H2S. Perangkat ini terdiri dari : lampu
kilat ( Strobo Light ) dan Sirene yang terhubung dengan sistem monitoring.
Aktifasi perangkat alarm tersebut terkendali secara otomatis melalui perangkat
komputer yang didasarkan pada hasil monitoring sensor H2S.

21
KESIMPULAN

1 Tragedi Poza Rica terjadi pada tanggal 24 November 1950 dimana kejadian
tersebut berasal dari salah satu pabrik yang menyimpan sejumlah belerang
alami.
2 Kecelakaan dapat terjadi pada suatu kondisi dimana alat penutup pada
instalasi produksi dan gagal bekerja pada suatu titik batas yang telah
ditetapkan dan terjadinya kebocoran pipa saluran yang tidak diharapkan.
3 Seseorang menghirup udara yang telah tercampur dengan gas H2S maka
komposisi oksigen yang masuk kedalam tubuh akan berkurang, sehingga
kinerja otak akan terganggu.
4 Pertolongan yang dapat dilakukan pada korban akibat paparan gas H2S, yaitu :
a. Pindahkan korban ketempat dengan udara segar dan berlawanan dengan
arah angin.
b. Bila korban pada kondisi berhenti nafas, segera berikan bantuan
pernafasan.
c. Jaga kondisi tubuh korban tetap hangat.
d. Hubungi paramedik.

Danau Nyos, Danau yang Telah Membunuh 1800 Jiwa

Wilayah
Afrika
Afrika adalah benua terbesar kedua dunia dan kedua terbanyak
penduduknya setelah Asia. Dengan luas wilayah 30.224.050 km² termasuk pulau-
pulau yang berdekatan, Afrika meliputi 20,3% dari seluruh total daratan Bumi.
Dengan 800 juta penduduk di 54 negara, benua ini merupakan tempat bagi
sepertujuh populasi dunia.
Kata Afrika berasal dari bahasa Latin, Africa terra — "tanah Afri" (bentuk
jamak dari "Afer") untuk menunjukkan bagian utara benua tersebut, saat ini
merupakan bagian dari Tunisia, tempat kedudukan provinsi Romawi untuk
Afrika. Asal kata Afer mungkin dari bahasa Fenisia, 'afar berarti debu; atau dari

22
suku Afridi, yang mendiami bagian utara benua dekat Kartago; atau dari bahasa
Yunani aphrike berarti tanpa dingin; atau dari bahasa Latin aprica berarti cerah.
Afrika adalah tempat tinggal manusia yang paling awal, dari benua ini
manusia kemudian menyebar ke benua-benua lain. Afrika adalah tempat di mana
garis evolusi kera menjadi berbeda dari protohuman tujuh juta tahun yang lalu.
Afrika merupakan satu-satunya benua yang ditinggali nenek moyang manusia
hingga sekitar dua juta tahun lampau ketika Homo erectus berkembang ke luar
Afrika menuju Eropa dan Asia. Lebih dari 1,5 juta tahun kemudian, populasi dari
tiga benua itu mengikuti evolusi yang berlainan sehingga mereka menjadi spesis
yang berbeda. Yang di Eropa menjadi Neanderthal, yang di Asia tetap Homo
erectus, tetapi yang di Afrika berevolusi menjadi Homo sapies.
Afrika Barat adalah sebuah wilayah di bagian barat Afrika. Afrika Barat
berbatasan dengan Samudra Atlantik di sebelah barat dan selatan, Gurun Sahara di
utara, dan Gunung Kamerun hingga Danau Chad di timur.

Danau Nyos
Danau Nyos, danau luas yang terdapat di kawasan Kamerun, Afrika Barat.
Kedalaman danau ini mencapai 157 m dengan bagian terdalamnya 208 meter. Ada
banyak penduduk yang tinggal dilembah di sekeliling danau Nyos. Namun, pada
tahun 1986, terjadi keanehan di pemukiman penduduk tersebut. Sekitar 1700
orang meninggal secara mendadak dan bersamaan. Yang lebih anehnya, semua
penduduk yang meninggal tersebut tewas dalam posisi ketika sedang melakukan
pekerjaan sehari-hari. Ada yang tewas sambil memompa air, sedang memasak dan
ada juga yang tewas ketika sedang meminum segelas air. Beberapa orang yang
selamat dari peristiwa tersebut menceritakan apa yang terjadi dengan orang-orang
meninggal tersebut.

Penelitian yang Dilakukan

Pada malam sebelum kejadian tersebut, udara tiba-tiba terasa hangat dan
tercium bau seperti telur busuk. Masyarakat tidak terlalu memperdulikan kejadian
itu. Tiba-tiba keesokan paginya, banyak mayat yang bergelimpangan ketika mulai
sibuk dengan aktivitas harian mereka. Tidak ada yang tahu pasti apa yang menjadi

23
penyebab kematian yang aneh itu. Namun para ahli menemukan, bahwa warna air
Danau Nyos berubah dari bening menjadi warna oranye terang. Untuk mencari
jawaban, para ahli kemudian meneliti Danau Craten di Oregon. Danau ini adalah
danau terluas nomor tujuh di dunia. Luasnya mencapai 50 km persegi dengan
kedalaman 594 meter. Sehingga digambarkan kalau Empire State dimasukkan ke
danau ini, pasti akan tenggelam. Danau Craten menampung sekitar 19 triliun liter
air. Sekitar 7700 tahun yang lalu, Gunung Mazame di tempat itu meletus dan
melemparkan puncak gunungnya. Kawah inilah yang kemudian membentuk
Danau Craten. Namun, ternyata aktivitas gunung Mazame masih tetap
mempengaruhi danau tersebut. Karena dibawah danau ternyata masih terdapat
kolam-kolam bekas magma yang masih tetap panas. Para ahli menemukan bahwa
suhu air di dasar danau lebih hangat beberapa derajat, kadar garamnya juga
sepuluh kali lebih pekat dan mengandung banyak CO2. CO2 ini kemudian
merembes dari celah-celah kerak bumi dan menuju ke kawah yang kini telah
menjadi danau. Namun, keberadaan air telah menghalangi CO2 itu naik ke udara.
Kalaupun ada sedikit yang terlepas, masih bisa hilang terbawa hembusan angin.
Sehingga tidak terlalu membahayakan.

Proses pergantian musim juga sangat mempengaruhi. Pada musim dingin,


perputaran air akan terdorong ke bawah karena suhu dibawah lebih hangat.
Sebaliknya pada musim panas, perputaran air akan naik ke atas. Siklus inilah yang
kemudian membuat munculnya lapisan-lapisan air yang berbeda kadar
kepadatannya. Lapisan air yang paling bawah lebih pekat daripada yang diatas. Di
lapisan air yang paling bawah inilah CO2 yang mengalir dari dasar bumi itu
tertahan. CO2 tidak bisa naik lebih tinggi karena perbedaan kepekatan air di
lapisan atasnya. Sehingga berkumpul dan terakumulasi selama puluhan tahun dan
menjadi sangat banyak di lapisan air yang paling bawah.

Fenomena ini kemudian ditemukan juga pada Danau Horseshoe yang


berukuran lebih kecil dari Danau Craten. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitar
danau itu mengering dan akhirnya mati. Setelah diselidiki, ternyata kadar CO2 di
danau ini mencapai 100 ton/hari dan meresap ke tanah. Inilah yang membuat

24
pohon-pohon di sekitarnya mati. Para ahli kemudian melakukan percobaan
dengan menggali sedikit tanah di tepi danau itu lalu mencoba menyalakan api.
Namun, akibat pekatnya kadar CO2, api langsung padam begitu didekatkan
dengan tanah. Ternyata akumulasi CO2 yang sudah sangat banyak di danau
tersebut akhirnya meluap dan menyebabkan danau itu menjadi sangat berbahaya.
Namun, kadar CO2 di Danau Horseshoe tidak terlalu membahayakan manusia,
karena batas kadar yang membahayakan adalah 1,75 juta ton. Dan ini hanya akan
terjadi pada peristiwa gunung meletus.

Penyebab Tragedi Danau Nyos


Penemuan-penemuan inilah yang kemudian membantu para ahli untuk
bisa menyimpulkan apa yang terjadi di Danau Nyos. Malam hari sebelum
peristiwa itu, ada sebuah tebing di tepian danau, runtuh dan masuk ke air.
Diperkirakan reruntuhan tebing ini telah menggoncang lapisan-lapisan air.
Sehingga lapisan paling dasar yang dipenuhi dengan CO2 menjadi pecah dan
mengalirkan CO2 dalam jumlah besar ke permukaan danau. Keesokan paginya
aliran CO2 ini kemudian memasuki wilayah pemukiman penduduk. Dan karena
CO2 tidak berwarna dan tidak berbau, penduduk tidak menyadari kedatangannya.
Itulah yang menyebabkan banyak penduduk yang tewas ketika sedang
mengerjakan kegiatan hariannya. CO2 ini seperti pembunuh yang mengintai
diam-diam. Mungkin hanya segelintir orang saja yang menyadari adanya bahaya
tak kasat mata yang terdapat di dasar danau yang terlihat sangat indah di
permukaannya itu. Tanpa mereka sadari, mereka telah menghirup CO2 yang
berasal dari lapisan paling dasar danau, yang telah terakumulasi selama puluhan
tahun. Dan banyak sekali orang yang meninggal karena itu.

25
Gambar Danau Nyos

Penyebab Letusan Gunung Eyjaffjalajokul


Islandia terletak di sebuah gunung berapi besar di tengah Laut Atlantik. Erupsi
adalah hal biasa dalam sejarah negara itu. Letusan biasanya disebabkan aktivitas
seismik karena pergerakan lempeng bumi sehingga mendorong magma keluar dari
dalam tanah dan menyembur ke permukaan. Seperti halnya gempa bumi, erupsi
gunung berapi juga sulit untuk diperkirakan.
Menurut para ahli, setiap gunung memiliki sistem aliran magma. Sistem aliran
magma Gunung Eyjafjallajokull sangat rumit, namun dengan bantuan berbagai
alat seperti radar, GPS dan seismometer, para ahli bisa memetakan aliran ini.
Dari sini para ilmuwan melacak jalur magma. Besarnya magma yang keluar
dari perut bumi dan naik ke atas melalui berbagai rongga di badan gunung
membuat ukuran gunung ini bertambah 2 cm per hari.
Ada dua jenis letusan khas, pertama bulan Maret dan yang kedua bulan April.
Pada letusan kedua inilah awan abu menyebabkan gangguan penerbangan.
Letusan kedua ini mungkin dipicu oleh pertemuan antara aliran magma dewasa ini
dan sisa-sisa magma yang berasal dari letusan hebat sekitar 200 tahun yang lalu.

26
Peta Eropa Gunung Eyjafjallajökull ini terletak disebelah Barat Laut Inggris
(UK).

Gambar 1 Letak Gunung

Gambar 2 Asap Letusan Eyjafjallajokul

Eyjafjallajökull yang berarti Pulau gunung gletser ini puncaknya sering diliputi
salju . Tentu saja menjadi menarik karena disitu bertemunya panas magma dan
dinginnya salju. Letusannya bisa mirip seperti letusan Gunung Kelut dimana air
bertemu dengan magma.Letusan Hydrovolkanik yang berkembang menjadi
Magmatik

27
Gambar 3 Skema Ledakan

Terjadinya Peristiwa Letusan Gunung Eyjaffjalajokul

Letusan Eyjafjallajökull tahun 2010.

Aktifitas gunung ini dimulai sekitar Desember 2009, aktivitas seismik


terdeteksi di daerah gunung berapi, dengan ribuan gempa kecil (sebagian besar
besar 1-2 pada skala Richter besar, dengan hanya beberapa yang lebih besar dari 3
M), dengan kedalaman 7-10 kilometer (4,3-6,2 mil) di bawah gunung berapi. Pada
tanggal 26 Februari 2010, hanya terjadi aktivitas seismik biasa seiring dengan
perkembangan yang cepat dari kerak bumi telah dicatat oleh Lembaga
Meteorologi Islandia. Hal ini memberikan tanda-tanda pada ahli geofisika sebagai
bukti bahwa magma sedang bergerak naik dari bawah kerak ke dalam dapur
magma gunung berapi Eyjafjallajökull dan diketahui tekanan ini berasal dari
proses yang menyebabkan perpindahan kerak besar di daerah peternakan di
Þorvaldseyri. Aktivitas seismik terus meningkat, dan sejak tanggal 3-5, tercatat
3000 gempa bumi dangkal yang diukur di pusat gunung berapi.

1. Letusan pada 20 Maret-19 April 2010

Letusan tersebut diperkirakan telah dimulai pada 20 Maret 2010, sekitar 8


kilometer (5.0 mil) timur kawah puncak gunung berapi di wilayah yang sering
dipakai untuk kegiatan hiking yang populer disebut Fimmvörðuháls. Ini letusan
pertama, dalam bentuk fisura sebuah lubang, tidak terjadi di bawah gletser dan
dalam skala lebih kecil daripada telah dipikirkan oleh beberapa ahli geologi.
Pada tanggal 14 April 2010 Eyjafjallajökull kembali meletus setelah jeda
singkat, kali ini dari atas kawah di tengah gletser, menyebabkan banjir meltwater
(juga dikenal sebagai dekat dengan jokulhlaup) bergegas ke sungai terdekat, dan
membutuhkan 800 orang untuk dievakuasi. Letusan ini ledakan di alam dan
diperkirakan sepuluh sampai dua puluh kali lebih besar dari yang sebelumnya di
Fimmvörðuháls. Letusan kedua ini melemparkan abu vulkanik beberapa kilometer

28
di atmosfer yang menyebabkan gangguan perjalanan udara di barat laut Eropa
mulai pada tanggal 15 April 2010, termasuk penutupan wilayah udara di sebagian
besar Eropa.

Pada tanggal 19 April 2010, tujuh belas bandara dinyatakan tertutup


sepenuhnya, dengan ratusan ribu penumpang terdampar dan industri penerbangan
kehilangan sekitar $ 200 juta per hari. (Austria, Belgia, Republik Ceko, Denmark,
Estonia, Finlandia, Jerman, Hungaria, Irlandia, Latvia, Luksemburg, Belanda,
Polandia, Romania, Slovakia, Swiss dan Britania Raya.)

A. Korban Letusan Gunung Eyjaffjalajokul

Pihak badan perlindungan sipil Islandia mengevakuasi ratusan orang


setelah sebuah gunung berapi meletus dekat sebuah gletser di Islandia Selatan
pada Minggu 21 maret 2010.
Letusan itu terjadai sekitar pukul 23:30 waktu setempat Sabtu (20/3) dekat
gletser Eyjafjallajokull, terbesar kelima di Islandia. Dilaporkan tidak ada
kerusakan atau cedera.
Pihak berwenang semula mengatakan letusan itu terjadi dibawah gletser tersebut.
Namun demikian, para ilmuwan yang melakukan penyelidikan dari udara pada
siang hari dapat menemukan lokasi letusan dan letusan itu tidak terjadi dibawah
es, hingga mengurangi peluang banjir akibat mencairnya gletser itu."Ini
merupakan kemungkinan terbaik bagi suatu ledakan, karena kawasan itu tidak
diselimuti es," kata Tumi Gudumundsson, kata ahli geologi di Universitas Iceland
dalam wawancara dengan stasiun televisi nasional, RUV.Para ilmuwan dapat
melihat lahar mengalir dalam retakan 1 kilometer,dan pihak berwenang terus
mengamati kegiatannya lebih lanjut.
Khawatir akan terjadi banjir, pihak berwenang mengungsikan sebanyak
450 orang di kawasan itu 160 kilometer tenggara ibukota, Reykjavik, sebagai
langkah pencegahan tapi dilaporan tidak sampai menimbulkan kerusakan atau
korban cedera, kata Vidir Reynisson,kepala bagian Departemen Perlindungan
Warga Sipil Islandia.Keadaan darurat diumumkan di kawasan-kawasan dekat
gletser seluas 160 kilometer persegi.
Badan Penerbangan Sipil Islandia memerintahkan semua pesawat agar
menjauh dalam jarak 120 mil laut dari kawasan gunung berapi itu, pada dasarnya
menutup kawasan itu.Tiga pesawat dari AS -- yang bertolak dari Seattle; Boston;
dan Orlando, Florida --dialihkan atau didaratkan di Boston karena gunung berapi
itu. Semua penerbangan domestik juga dibatalkan sampai pemberitahuan lebih
lanjut, lapor Badan Penyiaran Nasional Islandia.

29
Gambar 4 Gunung Berapi di Malam Hari

Gunung berapi dekat glasier di selatan Islandia meletus. Letusannya


mengakibatkan semburan asap dan debu ke daerah sekitarnya. Minggu (21/03)
Pemerintah Islandia mulai mengevakuasi pemukiman warga di sekitar gunung
tersebut.
Belum ada peringatan bahaya maupun laporan resmi mengenai korban
yang diakibatkan letusan gunung berapi di dekat Gletser Eyjafjallajokull. Namun
para ilmuwan khawatir letusan ini dapat memicu letusan yang lebih hebat di
sekitar gunung berapi Katla.
Letusan tersebut terjadi pada Sabtu (20/03), tepatnya sesaat sebelum
tengah malam. Sebelum terjadi letusan, para warga merasakan adanya gempa
kecil yang menggoyang pemukiman mereka. Seorang petani Islandia mengatakan
ia dan keluarga harus meninggalkan ladang dan hewan ternaknya karena
ketakutan akan letusan itu. “Penyusun harus meninggalkan ternak-ternak
penyusun,” ujar Elin Ragnarsdottir.
Ahli geofisika dari Institut Ilmu Bumi Universitas Islandia, Pall Einarsson
mengatakan letusan ini masih tergolong letusan kecil dan tenang. “Namun
penyusun khawatir letusan ini memicu gunung-gunung aktif lainnya di sekitar
Katla,” ujarnya. Katla adalah gunung berapi aktif yang cukup besar. Jika Katla
juga meletus, akan menimbulkan kerusakan baik lokal maupun global.
Pemerintah Islandia telah mengevakuasi 450 jiwa penduduk ke arah 160
km dari tenggara ibukota, Reykjavik. Hal ini dikemukakan oleh Vidir Reynisson,
dari Departemen Perlindungan Sipil Esladia. “Pusat evakuasi terletak di dekat
Desa Hella,” tambahnya.
Akibat dari letusan ini, petani-petani Islandia dikhawatirkan tidak dapat
memenuhi kebutuhan pangan bagi rakyar Islandia. Islandia memiliki beberapa
gunung berapi yang aktif. Negara yang terletak di pinggir laut ini termasuk yang

30
rawan gempa, terutama gempa yang diakibatkan pergerakan lempeng bumi. Jika
lempengan ini bergerak, maka akan mendorong magma keluar ke permukaan
bumi.
Pejabat setempat mengkhawatirkan jika nantinya letusan itu bisa mencapai
pemukiman evakuasi dan membawa banjir es. Namun menurut badan pengawasan
daerah setempat meyakinkan hal itu tidak akan terjadi."Ini adalah tempat evakuasi
terbaik.” Tegas Tumi Gudumundssin, salah satu geologis dari Universitas
Islandia.
Sejak tahun 1821, letusan memang sering terjadi di sekitar Gletser
Eyjafjallajokull. Administrasi sipil Islandia segera mengintruksikan 120 kapal laut
untuk menyingkir dari lokasi letusan. Letusan gunung di dekat laut umumnya
tidak terlalu terasa dan terlihat, namun bahayanya sangat fatal. Air laut tiba-tiba
bisa pasang dan menghantam kapal.
Akibat letusan ini, beberapa penerbangan di Islandia juga dibatalkan
hingga ada pemberitahuan lebih lanjut. Islandia adalah negara yang berdiri sejak
Kerajaan Viking menguasai Eropa di abad ke-9. Islandia juga dikenal sebagai
daratan api dan es karena gunung berapi dan gletser menjadi satu di daerah ini.

B. Jenis Pencemaran Letusan Gunung Eyjaffjalajokul

Para peneliti dari Universitas Copenhagen dan Universitas Islandia


mengatakan jenis pencemaran yang ada termasuk kedalam abu. Abu partikel dari
letusan seperti gunung Eyjafjallajokull sangat abrasif dan sangat mungkinan dapat
memunculkan ancaman gangguan untuk pesawat.

Gambar 5 Debu Letusan Gunung


Debu letusan gubung itu telah menutup sebagian Eropa, dapat
mempengaruhi pendinginan global kata ahli meteorologi. Herbert Formayer,
seorang ahli meteorologi di Universitas Wina
mengatakan kepada stasiun radio lokal, bahwa sejumlah besar partikel debu yang
dimuntahkan
oleh sebuah gunung berapi di bawah gletser Eyjafjallajokull Islandia memasuki
stratosfir bumi dan

31
tinggal di sana selama beberapa tahun.
Stratosfer adalah lapisan kedua dari atmosfer bumi pada ketinggian di atas
12 km. Stratosfer kering dan sedikit mengandung uap air di mana partikel debu
apapun yang mencapainya akan tinggal untuk waktu yang lama.Formayer
mengatakan bahwa partikel debu dari Islandia cenderung "tinggal di stratosfer
untuk satu, dua atau bahkan tiga tahun.Partikel debu akan menghentikan sinar
matahari untuk waktu yang lama, tetapi juga akan menyebabkan pendinginan
global."
Letusan Eyjafjallajökull 'saja' bisa mempengaruhi atmoser dan membuat
dunia penerbangan kalang kabut. Debu vulkanik yang dikeluarkan oleh letusan
gunung itu dan terus menyebar luas, ternyata membawa dampak luar biasa besar
ke berbagai kawasan. Hampir seluruh daratan Eropa ternyata harus menerima
dampaknya, terutama dalam hal gangguan penerbangan, yang bahkan hingga
Minggu (18/4) kemarin sudah memasuki hari keempat. Diberitakan berbagai
media, sekitar 30 negara Eropa hingga kemarin masih menutup atau melarang
penerbangan di wilayah udara mereka. Jutaan orang pun gagal terbang dan
terdampar di bandara, bahkan banyak yang terpaksa tidur dan berkemah di sana.
Dampak letusan gunung yang terpencil di Islandia itu, secara global
memang masih terus meluas. Tidak saja di bidang sosial dan ekonomi seperti
terganggunya aktivitas perdagangan berbagai negara, namun bahkan hingga ke
bidang olahraga yang harus terganggu penyelenggaraannya. Kompetisi sepakbola
di benua Eropa, hingga bahkan balapan motor MotoGP di Jepang misalnya,
merupakan dua dari sekian aktivitas di dunia yang secara tak langsung telah
terpengaruhi olehnya. Semua 'hanya' gara-gara debu di angkasa.
Letusan gunung berapi Eyjafjallajokull hingga mengguncang tanah sekitar
serta memuntahkan lava disertai abu di selatan Islandia mungkin tak hanya
berdampak pada negara kepulauan itu, tapi juga pada negara-negara di
sekitarnya.Gempa itu membuat penduduk setempat khawatir akan adanya letusan
yang lebih besar lagi dari gunung berapi Katla. Para ilmuwan menjelaskan sejarah
menunjukkan saat Gunung Eyjafjallajokull meletus, Katla akan menyusulnya. Di
masa lalu, tiga letusan gunung Gletser Eyjafjallajokul mengakibatkan meletusnya
gunung merapi Katla.

32
Pertanyaannya kini, kapankah itu? Jika meletus, Katla yang terletak di
bawah gunung es Myrdalsjokull dapat menyebabkan banjir bandang dan
semburan lava dahsyat. Erupsi Eyjafjallajokull pada Sabtu (20/3) setelah 200
tahun membuat 500 warga dievakuasi. Meski sebagian besar warga kini telah
kembali ke rumah mereka, pemerintah tetap menunggu hasil penelitian untuk
menentukan apakah area itu masih aman untuk ditinggali. Adapun warga di 14
peternakan di sekitar area erupsi telah diperintahkan untuk menjauh dari lokasi
tersebut.
“Diperkirakan, erupsi Eyjafjallajokull akan berisiko memperlebar pecahan
gletser yang barada di bawah gunung sehingga membuat kemungkinan Katla juga
meletus,” kata Andy Russel, anggota tim peneliti Universitas Newcastle yang
mendatangi Islandia sebelum erupsi terjadi. “Dari catatan yang ada, biasanya
setiap kali Eyjafjallajokull meletus, akan diikuti oleh erupsi Katla.”
Russell mengatakan erupsi Katla yang terakhir pada 1918 telah
menyebabkan banjir bandang seluas Sungai Amazon dan membuat batu-batu
besar berjatuhan ke lembah-lembah dan jalan. Erupsi itu tentu menimbulkan
bahaya bagi masyarakat sekitar, terutama warga yang berdiam di Reykjavik,
sebelah barat pulau tersebut. Di wilayah itu, terdapat banyak gletser dan gunung
api yang tidak stabil, sebuah kombinasi yang membahayakan.
Islandia terletak di sebuah gunung berapi besar di tengah Laut Atlantik.
Erupsi adalah hal biasa dalam sejarah negara itu. Letusan biasanya disebabkan
aktivitas seismik karena pergerakan lempeng bumi sehingga mendorong magma
keluar dari dalam tanah dan menyembur ke permukaan.
Seperti halnya gempa bumi, erupsi gunung berapi juga sulit untuk
diperkirakan. Letusan gunung berapi Katla diperkirakan dapat menjadi bencana
besar, baik untuk Islandia maupun negara-negara lain.
Penerbangan-penerbangan Eropa banyak yang harus dibatalkan karena
letusan gunung di kawasan gletser Eyjafjallajokull, Islandia, Rabu. Letusan ini
menimbulkan asap tebal di langit dan menimbulkan masalah bagi warga di
mancanegara. Kepulan asap abu dari letusan itu hingga akhir pekan ini
menyebabkan jadwal penerbangan komersil dibatalkan di banyak negara, sebagian

33
besar di kawasan Eropa. Menurut beberapa sumber, asap tebal ini bisa bertahan
sampai 1 bulan.

Gambar 6 Kepulan Debu Letusan

Akibat banyaknya penerbangan yang dibatalkan, banyak warga dunia yang


rencananya menjadi kacau karena mereka terpaksa menangguhkan rutinitas
maupun rencana yang sudah mereka buat.
Para pelaku industri penerbangan pun merugi ratusan juta dolar setiap hari
karena ribuan pesawat yang seharusnya telah mengangkut jutaan penumpang
dalam tiga hari terakhir tidak kunjung berangkat karena asap abu yang
gentayangan di langit bisa membahayakan jiwa mereka.

Gambar 7 Asap Letusan

34
Tidak hanya mengangkut penumpang, banyak pesawat juga rutin membawa
barang-barang dagangan yang menjadi lahan penghidupan banyak pebisnis.
Seorang tukang bunga di New York pun resah menanti pasokan barang dari
Belanda yang belum datang.

Gambar 8 Pencemaran Debu Letusan Gunung

Padahal, pedagang itu sudah menerima banyak pesanan bunga untuk menjadi
hiasan berbagai pesta di akhir pekan. "Penyusun harap situasi ini tidak
berlangsung terlalu lama," kataAndrew D'Amore, pedagang toko kembang
Fischer and Page.David Pilat, pedagang ikan di Whole Foods Market di New
York, juga khawatir bahwa kiriman ikan salom dari Eropa bakal terlambat datang.
Pasalnya, selama ini dia mengandalkan layanan kargo lewat udara.

DONORA FOG

Kasus pencemaran udara kerap kali terjadi di berbagai belahan dunia. Salah
satu kasus pencemaran udara akibat aktifitas manusia terparah, pernah terjadi di
Donora, Pennsylvania, AS tahun 1948. Peristiwa pencemaran udara ini dianggap
terburuk di AS karena menewaskan 20 nyawa manusia, ratusan hewan ternak
mati, tumbuhan-tumbuhan layu, dan 6000 orang menderita mual, muntah, dan

35
sesak nafas sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Oleh karena itulah, beberapa
ahli ekologi menganggap peristiwa ini sebagai salah satu bentuk krisis ekologi
yang pernah terjadi dalam peradaban manusia.
Peristiwa ini terjadi akibat terbentuknya lapisan inversi, dimana udara yang
dekat dengan tanah suhunya lebih dingin dari pada udara yang berada diatasnya,
pada kondisi atmosfer normal, dan membentuk lapisan. Gas polutan yang berasal
dari asap pabrik peleburan baja, dan pabrik-pabrik lain yang berada di lembah
sungai Monongahela, tempat Donora berada, terperangkap di bawah lapisan
inversi bersama udara dingin yang stagnan dan tidak dapat keluar. Akibatnya gas
polutan menyelimuti kota Donora, membentuk kabut asap tebal, menghalangi
pandangan dan membuat orang sesak nafas.

2. Deskripsi Wilayah Donora, Pennsylvania


Donora merupakan sebuah kota industri kecil di Washington County,
Pennsylvania. Terletak 32 km sebelah selatan Pitssburg, di lembah sungai
Monongahela. Secara geografis, Donora terletak 40° 10' 33,16" LU, 79° 51'
40,55" BB. Menurut Biro Sensus AS, luas total wilayahnya sekitar 5.2
km² dengan 4.9 km² diantaranya berupa daratan dan 0.5 km² berupa perairan
(www.eoearth.org).
Pada awal sejarahnya, Donora merupakan kota industri penghasil baja,
kawat-kawat, dan pertambangan batubara. Tahun 1948, jumlah penduduk Donora
mencapai 14000 orang, dan 6500 diantaranya bekerja untuk American Steel &
Wire Co dan Zink Donora Work(en.wikipedia.org). Pabrik tersebutlah yang turut
bertanggung jawab atas terjadinya kabut tebal mematikan, yang merupakan kasus
pencemaran terbesar di AS.

36
3. Kronologis Kejadian
Kejadian ini dimulai tanggal 27 Oktober 1948, kabut asap tebal mulai
menyelimuti kota Donora, di lembah sungai Monongahela. Setelah 24 jam
munculnya kabut asap, dilaporkan banyak penduduk Donora yang mengalami
batuk-batuk dan berlanjut dengan kesulitan bernafas akibat keberadaan kabut yang
semakin menebal. Hari-hari berikutnya, jumlah penduduk yang mengalami
gangguan pernafasan semakin banyak. Sehingga seluruh rumah sakit yang ada di
kota tersebut dipenuhi oleh pasien yang menderita pusing, mual, muntah, sesak
nafas, bahkan ada yang sekarat dan mati. Kondisi ini berlanjut hingga tanggal 31
Oktober 1948, dengan jumlah korban yang semakin meningkat dari hari ke hari.

Selama empat hari kejadian,Tim Pemadam Kebakaran Donora menyiapkan


800 feet³oksigen untuk membantu pasien yang kesulitan bernafas. Delapan dokter
dari Donora Medical Assosiation bersiaga menangani pasien yang berdatangan
dalam jumlah yang tidak lazim, dengan gejala penyakit yang sama.
Aktifitas penduduk kota lumpuh total, karena kabut asap tebal menghalangi
pandangan. Penduduk yang berusaha melarikan diri keluar kota, tidak berhasil
karena kesulitan dalam mengendarai kendaraan akibat keterbatasan jarak pandang.
Karena itu, penduduk seolah-olah terjebak di kota yang telah terkepung oleh kabut
asap tebal.

37
Melihat kondisi yang semakin parah, Dewan Kota Donora berinisiatif
menekan pengelola pabrik-pabrik Peleburan Baja, kawat, dan pertambangan batu
bara, termasuk diantaranyaAmerican Steel & Wire Co dan Zink Donora
Work, untuk berhenti beroperasi. Karena mereka menduga, bahwa kabut asap
yang timbul berasal dari asap pabrik hasil pembakaran batu bara. Pada mulanya,
para pengelola pabrik menolak, akan tetapi karena banyak permintaan dari dokter
dan penduduk, pengelola pabrik akhirnya menuruti untuk menutup pabrik dan
menghentikan operasi (Peterman, 2009).

4. Dampak
Meskipun hanya berlangsung lima hari, peristiwa ini menyebabkan 20 orang
meninggal, 6000 orang lainnya menderita mual, muntah, dan sesak nafas, 800
ekor hewan ternak dan peliharaan mati, dan hampir seluruh vegetasi yang ada di
wilayah tersebut layu dan mati (en.wikipedia.org). Penduduk yang meninggal
rata-rata berusia 52-85 tahun (Peterman, 2009). Kematian disebabkan karena
udara terpolusi oleh belerang oksida, asam sulfat, nitrogen oksida, flour dan gas
lainnya yang bersifat toksik. Gas-gas tersebut ketika terhirup oleh manusia atau
hewan melalui respirasi, akan mengganggu pengikatan oksigen oleh haemoglobin,
sehingga respirasi seluler terganggu yang diwujudkan dengan terjadinya sesak
nafas. Selain itu, korban meninggal kabanyakan memiliki sejarah masalah
kesehatan. Sehingga pada kondisi buruk seperti yang terjadi saat itu, mereka tidak
dapat bertahan.
Selama kurun waktu 5 hari, kota diselimuti kabut asap tebal yang
menghalangi datangnya sinar matahari yang dibutuhkan tumbuhan untuk

38
fotosintesis. Akibatnya proses fotosintesis tumbuhan terganggu, dan tumbuhan
menjadi layu. Selain itu, adanya lapisan inversi, menghalangi pertukaran oksigen
dari lapisan udara yang berada di bawah lapisan inversi (miskin oksigan) dengan
lapisan udara yang berada diatas lapisan inversi (kaya oksigan). Karena digunakan
untuk respirasi terus menerus, stok oksigen yang ada di bawah lapisan inversi
semakin menurun. Sehingga kompetisi untuk mendapat oksigen meningkat.
Alasan ini juga yang menyebabkan sebagian besar penduduk kota Donora merasa
kesulitan bernafas..

5. Analisa Penyebab Kejadian Ditinjau dari Aspek Meteorologi


Peristiwa ini bermula pada tanggal 26 Oktober 1948, ketika badai pantai
timur digantikan oleh angin antisiklon dingin yang berasal dari baratdaya.
Pendinginan tanah tanah secara intensif di daerah lembah sungai Monongahela,
meningkatkan inversi antisiklon dan memperangkapnya di dalam lembah. Dan
kemudian udara bertekanan tinggi, stagnan di atas daerah Pennsylvania selama
lima hari, hingga 31 Oktober 1948. Selama periode stagnansi tersebut, angin
antisiklon bergerak beberapa ratus kilometer, dan meningkatkan lapisan inversi ke
daerah yang lebih luas
Penduduk yang tinggal di tengah kota Donora mengalami kematian dan
menderita gangguan kesehatan dengan laju tinggi dan tidak wajar. Ini disebabkan
karena kondisi ventilasi yang buruk diperparah oleh kondisi meteorologi lokal dan
polusi udara dari asap pabrik. Kondisi Donora saat itu digambarkan diselimuti
kabut asap tebal, cuaca buruk, dan suasana mendung (gelap) yang terjadi
sepanjang hari. Kabut menjadi semakin tebal dan pekat, karena udara yang

39
terperangkap ditambah terus-menerus oleh polusi asap pabrik yang pada awalnya
tidak mau berhenti beroperasi. Udara berbau menyengat dan membuat mual,
karena mengandung sulfur dioksida yang berasal dari hasil pembakaran batu bara
dan peleburan baja. Kabut asap yang mengandung polutan tidak beranjak dari
daerah itu selama lima hari. Kondisi ekstrim ini bertahan dan menciptakan
micrometeorologi yang ganjil.
Kemiringan lereng di lembah sungai Monongahela meningkat secara tajam
pada ketinggian 100 m ke arah timur Webster, dan disebelah barat Donora
peningkatan kemiringan lereng tidak terlalu tajam. Dataran yang ada di dasar
lembah membentuk drainage basin untuk pergerakan angin lereng-bawah
(downslope) dingin yang bertiup pada malam hari. Pada saat kejadian, Ground-
based inversion diperkuat oleh pendinginan radiasional pada lantai lembah, dan
bersama-sama menghasilkan suhu inversi yang kuat dengan gradien suhu 33 °C
pada tiap ketinggian 1 kilometer, seperti hasil pengukuran yang dilakukan setelah
kejadian berlangsung.
Malam hari tanggal 25 Oktober 1948, tanah menjadi dingin dan kelembaban
relatif tinggi terjadi karena badai antisiklon dingin yang terjadi sebelum peristiwa
itu, dengan cepat membuat kondisi jenuh di daerah yang lebih rendah. Evaporasi
yang terjadi terus menerus, kelembaban udara meningkat dan konsentrasi aerosol
yang tinggi dalam udara yang terpolusi mendorong terbentuknya droplet air dalam
jumlah besar. Kabut yang terbentuk dekat dengan tanah karena kestabilan
kenaikan lapisan inversi.
Pada kondisi tersebut, kabut asap mengabsorbsi seluruh radiasi thermal
bumi yang dekat dengan tanah dan menghalangi perkembangan lebih jauh inversi
radiasional ground-based. Lapisan kabut asap yang lebih tinggi melanjutkan
radiasi energi mereka ke udara dan kemudian menjadi dingin. Pendinginan juga
ditemukan pada lapisan yang lebih tinggi, diatas awan stratus. Karena lapisan atas
kabut menjadi dingin, profil suhu dibawah berubah menjadi tidak stabil. Sejak
udara menjadi jenuh, laju perubahan yang tidak stabil akan tetap terjadi jika
penurunan suhu pada setiap ketinggian lebih besar daripada laju perubahan
kebasahan adiabatic sekitar 6°C/Km. Pada malam hari mungkin terjadi
pencampuran umum polutan akibat dingin. Lapisan kabut bagian atas yang tebal

40
menghilang dan digantikan dengan udara yang lebih hangat dari bawah. Lapisan
inversi yang stabil berperan seperti selimut yang mengurung kabut dan
memendam polutan.
Pada kondisi biasa, kabut akan pergi setelah ada sinar matahari menembus
kabut dan menghangatkan tanah. Peningkatkan konveksi, akan menghilangkan
lapisan inversi. Tapi hal ini tidak terjadi pada saat itu, karena kondisi kabut yang
terlalu tebal. Lapisan bagian atas memantulkan sebagian besar energi matahari.
Albedo dari awan stratus sama halnya kabut, tergantung pada ketebalannya.
Beberapa pengukuran mengindikasikan albedo dari awan stratus bervariasi antara
40% untuk ketebalan 150 m hingga 80% untuk ketebalan 500 m. Pada setiap
kenaikan awan, hanya sedikit radiasi yang diserap, yakni sekitar 7% untuk awan
yang tebal. Sebagian besar diabsorpsi dilapisan yang lebih tinggi. Jika terjadi
pemanasan yang cukup besar, itu terjadi pada lapisan kabut bagian atas, dan
hasilnya adalah kesetabilan udara di dalam kabut meningkat (gambar 6.9 (b)).
Lambatnya pemanasan tanah, diikuti oleh laju perubahan yang stabil,
memperkecil konveksi energi ke arah atas yang akan menghangatkan udara dan
menguapkan droplet-droplet kabut. Stabilitas dietime di dalam kabut ditentukan
oleh akumulasi polutan (www.aerosoleas.gatech.edu).
Kabut pada akhirnya menghilang karena 2 hal, yang pertama karena
ditutupnya pabrik-pabrik yang ada di Donora, termasuk diantaranya American
Steel & Wire Co dan Zink Donora Work yang diduga menghasilkan gas polutan
dalam jumlah besar sehingga meningkatkan ketebalan dan ketoksikan kabut
ketika dihirup. Penyebab kedua adalah terjadinya badai yang bergulir ke kota,
pada 31 Oktober 1948. Badai dianggap telah menyelamatkan kota karena
memecahkan inversi suhu yang dimulai pada minggu terakhir bulan Oktober.
Inversi suhu merupakan kondisi yang tidak biasa, karena biasanya suhu udara
akan meningkat seiring dengan ketinggian. Namun dalam kasus ini udara dingin
terperangkap dekat dengan tanah, dan udara hangat berada di atasnya.
Dalam Weather Channel Dokumenter, ahli meteorologi DeNardo Joe mengatakan
bahwa terjadinya suhu inversi diperumpamakan seperti meletakkan rokok di
dalam mangkuk dan kemudian meletakkan sebuah selimut di atasnya. asap terus-

41
menerus mengisi mangkuk dan tidak memiliki cara untuk keluar (Peterman,
2009).
Analisis para peneliti menunjukkan bahwa udara mengandung polutan
dalam konsentrasi tinggi. Polutan tersebut berasal dari gas yang diemisikan oleh
pabrik-pabrik, terutama peleburan baja dan seng. Hasil penelitian menunjukkan
tingkat fluorin yang ada dalam tubuh korban dalam kisaran mematikan, sebanyak
20 kali lebih tinggi dari biasanya. Gas fluor yang dihasilkan dalam proses
peleburan seng terjebak oleh udara stagnan dan merupakan penyebab utama
kematian(Peterman, 2009).

KESIMPULAN
Sebagai akibat dari tragedi di Donora, AS mulai melakukan tindakan
informatif kepada masyarakatnya tentang polusi yang dihasilkan oleh industri dan
bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Sejak peristiwa tersebut,
penggunaan batubara untuk bahan bakar dilarang dan digantikan dengan gas alam
yang pada saat itu dianggap lebih ramah lingkungan. Pada 1952, penggunaan
batubara pada lokomotif dan kapal laut digantikan dengan mesin disel. Sehingga
tahun 1955, hampir 97 persen emisi di Pittsburgh dapat diturunkan (Lowitz et
al, 2007).

42
LONDON SMOG (THE GREAT SMOG OF 1952)

Smog
Smog merupakan gabungan dari kata smoke dan fog. Istilah ini pertama
kali disampaikan oleh Dr. Henry Antoine Des Voeux yang digunakan untuk
menggambarkan keadaan udara yang berkabut dan tampak seperti berasap.
Istilah ini pada awalnya digunakan untuk menamai “pea soup fog”, sebuah
permasalahan udara yang cukup serius di London di abad 19 sampai
pertengahan abad 20. Jenis smog yang terjadi di Lomdon ini disebabkan oleh
pembakaran batubara dalam jumlah yang banyak dalam sebuah kota.
Sedangkan modern smog, seperti yang ditemukan di Los Angeles, merupakan
tipe pencemaran udara yang terjadi karena emisi bahan bakar dan hasil
pembakaran industri yang bereaksi di atmosfer dengan matahari membentuk
polutan kedua yang bersama emisi awal tersebut membentuk photochemical
smog.

The London Smog


a. Proses terbentuknya The Deadly Smog
Pada awal Desember 1952, cuaca London sangatlah dingin,
seperti yang terah terjadi dari beberapa minggu sebelumnya. Cuaca
pada November 1952 juga sebenarnya sedikit lebih dingin daripada
rata-rata suhu normal London, dengan hujan salju yang berat di
bagian selatan Inggris yang berlangsung sampai akhir bulan. Oleh
karena suhu dingin tersebut, untuk menjaga agar tubuh mereka
tetap hangat, warga London membakar lebih banyak batubara dari
jumlah biasanya.
Ribuan emisi pembakaran, partikel tar, dan sulfur dioksida
terakumulasi di udara karena adanya pembakaran batubara
tersebut. Estimasi konsentrasi PM10 selama Desember 1952,
berkisar antara 3000-14000 ug/m3 dengan range tertinggi
diperkirakan 50 kali lebih tinggi daripada level normal pada saat
itu. Estimasi juga menggambarkan banyaknya sulfur dioksida pada
saat itu 7 kali lebih besar dari angka normal, sekitar 700 ppb.

43
Kabut ringan terjadi pada tanggal 5 Desember, namun hal
ini bukan sesuatu yang diluar kebiasaan. Tetapi, ketika malam
turun, angin yang berkecepatan rendah, udara yang dingin dan
kelembapan udara yang tinggi di atas tanah merupakan keadaan
ideal untuk terbentuknya smog. Asap pembakaran rumah tangga
dan industri lokal inipun terperangkap karena adanya inversi
temperatur yang menyebabkan terbentuknya kabut tebal.
Inversi temperatur terjadi ketika udara yang dekat dengan
tanah lebih dingin daripada udara yang berada diatasnya. Udara
yang lebih dingin ini tidak bergerak keatas tapi terperangkap
dibawah inversi, dekat dengan tanah. Inversi temperatur tidaklah
umum terjadi namun lebih sering terjadi pada malam musim dingin
karena tanah ikut dingin karena suhu yang rendah dan uap air
terpresipitasi pada partikel debu membentuk kabut.
Setelah malam turun, kabut menebal dan jarak pandak
menurun hingga hanya beberapa meter saja. Dalam 114 jam
berikutnya, London mengalami keadaan dimana jarak pandang
kurang dari 500 meter, dimana ada 48 jam jarak pandang tersebut
menurun drastis hingga kurang dari 50 meter.
Inversi temperatur biasanya berakhir di pagi hari ketika
radiasi dari sinar matahari menghangatkan udara diatas tanah dan
tanah itu sendiri. Namun, pada 6 Desember pagi, konsentrasi asap
masih sangatlah tinggi dan uap air mulai terkondensasi diantara
emisi pembakaran dan partikel tar. Keadaan ini bertahan selama 5
hari, 5 sampai 10 Desember, hingga akhirnya angin
mendispersikan massa udara padat dan mentransportasikan polusi
tersebut sepanjang sungai Thames sampai ke Laut Selatan.
Polutan dalam jumlah yang sangat besar dilepaskan ke
atmosfer selama masa ini. Pada setiap hari dalam periode kabut ini,
jumlah polutan yang diemisikan: 1000 ton partikel asap, 2000 ton
karbon dioksida, 140 ton asam hidroklorida, dan 14 ton senyawa

44
flourin. Dan yang paling berbahaya adalah, 370 ton sulfur dioksida
dikonversi menjadi asam sulfur sebanyak 800 ton.

b. Efek The London Smog


Pada awal minggu dimulai dari 5 desember 1952, ribuan
warga London meninggal dunia dikarenakan pencemaran udara
terburuk yang terjadi di London. Tidak ada yang menyangka apa
yang sebenarnya terjadi sampai rumah pemakaman kehabisan peti
mayat dan penjual bunga pun kehabisan bunga. Baru kemudian
diketahui bahwa jumlah kematian selama 5 hari tersebut, tiga atau
empat kali lebih banyak dari hari biasanya.
Angka kematian yang disebabkan oleh London Smog
adalah sekitar 4000 orang. Laporan resmi yang diterbitkan pada
saat itu menggunakan jumlah ini. Namun, laporan tersebut hanya
menghitung kematian yang terjadi selama 2 minggu kejadian
tersebut berlangsung. Setelah itu terjadi peningkatan kedua dalam
angka kematian di London yang membuat orang-orang tersadar
bahwa angka kematian menjadi normal karena ada hambatan
dalam proses registrasi. Tingginya angka kematian ini bertahan
cukup lama. Dan setelah dihitung kembali, terdapat tambahan
sekitar 8000 orang lagi yang meninggal akibat London Smog ini,
menghasilkan total 12000 orang korban dari kejadian ini.
Kematian yang terjadi tersebut sebagian besar disebabkan
oleh pneumonia, bronchitis, tuberculosis dan gagal jantung. Bayi,
orang tua dan orang-orang yang memiliki penyakit pernafasan pra
kejadian lah yang merasakan dampak paling besar. Semenjak saat
itu efek smog yang dapat merusak kesehatan telah diidentifikasi,
antara lain:
 Penurunan kemampuan bernafas sementara dan
menimbulkan sakit pada dada
 Peradangan pada paru-paru dan merusak sel
pernapasan

45
 Kerusakan paru-paru permanen
 Meningkatkan resiko terjadinya serangan asma
 Meningkatkan resiko kanker

Clean Air Act 1956


Tragedi London Smog yang terjadi pada tahun 1952 ini memaksa
pemerintahan Inggris untuk mengambil tindakan untuk membersihkan
udara Inggris. Masyarakat mulai mempelajari hubungan antara
pembakaran bahan bakar, polusi pada atmosfer, serta dampaknya
terhadap kesehatan masyarakat. Peraturan yang terbentuk setelah London
Smog adalah City of London Act pada tahun 1954, Clean Air Acts pada
tahun 1956 dan 1968. Peraturan-peraturan ini melarang emisi asap hitam
dan menghimbau warga London dan operator pabrik untuk menggunakan
bahan bakar tanpa asap/ minim asap. Clean Air Act 1956 memberikan
pemerintah daerah kewenangan untuk menyediakan biaya untuk warga
agar dapat mengganti pemanas berbahan bakar batubara mereka dengan
pemanas yang menggunakan sumber energi yang lebih bersih seperti gas,
minyak atau listrik. Sedangkan Clean Air Act 1968 ditujukan untuk
industri dan memperkenalkan penggunaan cerobong asap yang lebih
tinggi yang memungkinkan polusi dari pembakaran batubara dilepaskan
pada level yang lebih tinggi pada atmosfer. Dan yang terbaru adalah
Clean Air Act 1993 yang memperkenalkan lingkup yang lebih luas dalam
isinya seperti pasal yang mengatur emisi asap dan tinggi cerobong asap,
dan hal-hal yang berkaitan dengan isi dan komposisi dari bahan bakar
motor.
Meskipun peraturan ini sudah dilaksanakan, tetapi kabut yang
terjadi terkadang masih sedikit berasap. Pada 1962 contohnya, 750 warga
London meninggal karena kabut, walaupun tidak pernah lagi terjadi
separah Great Smog of 1952.

46
MEUSE VALLEY

1. Sejarah
Pada awal Desember 1930, kabut tebal terhampar disebagian besar Belgia.
Beberapa kasus paru akut terjadi di Meuse Valley yang padat penduduk dan
terdapat 60 kematian. Sebuah investigasi komisi Belgia menyimpulkan bahwa
penyebabnya adalah produk beracun dalam gas limbah dari pabrik-pabrik di
Meuse Valley yang menyebabkan perubahan iklim. Komisi Belgia berpendapat
bahwa perubahan klim tersebut diakibatkan oleh sulfur dioksida (SO2) dan
senyawa gas fluorin yang ditemukan di pabrik-pabrik industry.
Kabut terdapat diseluruh Belgia, terutama di Meuse Valley. Kasus
penyakit mulai terjadi pada 3 desember, setelah kabut berlangsung selama dua
hari dan beberapa jam setelah itu mencapai kepadatan maksimal. Dalam tiga hari
terdapat 60 kematian.
Dalam kasus-kasus fatal yang akut insufisiensi sirkulasi ditetapkan dalam,
dengan denyut nadi cepat dan miskin, wajah pucat - lebih jarang cyanotic - dan
merupakan perluasan dari dulness jantung. Stethoscopy dari paru-paru
memberikan tanda-tanda bronkitis, tetapi bukan pneumonia . Gejala lain ada
catatan perubahan dalam nada suara, meningkat menjadi serak, mual, kadang-
kadang muntah, dan lachrymation.
Korban kabut adalah kebanyakan orang tua, atau orang-orang yang paru-
paru atau jantung sudah lemah, akan tetapi individu-individu yang lebih muda,
sebelumnya cukup sehat, juga di antara mereka yang menjadi sakit parah.
Beberapa dari mereka yang diserang tidak meninggalkan rumah mereka selama
berhari-hari berkabut. Ternak menjadi sakit dibyres, dengan gejala sebagai
berikut: meningkat dan dangkal pernapasan, kegelisahan, akut paru-paru, sianosis
dari mebranes lendir, kadang-kadang kematian.

47
Sangat sedikit penyelidikan pekerjaan dilakukan selama hari-hari pertama
bencana. Sepuluh bedah mayat, ujian dibuat antara Desember 7 dan 11. Mayat-
mayat itu ditemukan berada dalam keadaan yang luar biasa baik pemeliharaan.
Berdifusi hyperemia dari selaput lendir diamati pada trakea dan bronkus yang
lebih besar, dan possibily dalam laring juga. Kecil sekali pemeriksaan dari trakea
dan bronkial selaput lendir desquamation mengungkapkan epitel lokal, dan
dilatasi vaskular degeneratif fenomena dalam bentuk cacat menodai dari sel-sel
dari lapisan dangkal. Praktis tak ada pendarahan, dan hanya di sana-sini sedikit
leucocytes efusi dari kapal. Banyak partikel jelaga ditemukan di alveoli paru-paru
dan di samping itu, mikroskop mengungkapkan area terbatas dengan moderat
edema, perdarahan, dan desquamation dari epitel alveolar, organ-organ lain
normal dan tidak ada yang sama hasilnya negatif dari tiba di spektroskopi
pemeriksaan darah dan menyeluruh analisis kimia darah dan organ. Komisi
Investigasi Oleh karena itu menyimpulkan bahwa agen aktif telah menjadi racun
iritasi lokal tanpa tindakan terpencil setelah penyerapan.

2.Fluor Akut
Pada saat bencana, toksisitas senyawa fluor tidak banyak dikenal. Dalam
kimia, fluor adalah unsur yang sangat aktif. Dari senyawa memiliki kemampuan
menonjol untuk membentuk kompleks. Biologis, juga senyawa-senyawanya
sangat aktif, karena selain efek korosif lokal pada kulit dan selaput lendir
(dikaitkan dengan asam fluorida tak terdisosiasi-molekul), mempunyai efek yang
ditandai protoplasma, efek toksik tertentu, mekanisme yang hanya sebagian
diketahui. Termasuk kemungkinan presipitasi kalsium, tindakan pada proses
enzimatik, kombinasi dengan albumin.
Pada periode 1873-1935 terjadi 112 kasus keracunan akut peroral dengan
natrium fluorida (NaF), natrium fluosilicate (Na2SiF6), asam fluorida (HF) atau
asam fluosilicic (H2SiF6), dan berakibat fatal. Natrium fluorida atau natrium
fluosilicate, meskipun dalam beberapa hal itu adalah serendah 0,2-0,7 g. natrium
fluosilicate untuk orang dewasa (10, 11). Tingkat penyerapan sangat penting.
Gejala keracunan lokal sebagian dari saluran gastrointestinal (muntah,
sering sanguinolent, nyeri perut, diare), sebagian karena penyerapan. Alternatif

48
menyakitkan kejang dan pareses, kelemahan, haus, air liur dan keringat yang
berlebihan. Kematian biasanya terjadi dalam beberapa jam dengan dyspnea dan
gagal meningkatkan denyut. Wajah pucat atau mungkin cyanotic. Selain dari
korosi di saluran gastro-intestinal, pos bedah mayat ditemukan sangat sedikit.
Pemeriksaan mikroskopis dapat mengungkapkan lebih atau kurang menonjol
fenomena degenerasi pada organ parenchymatous (khususnya hati dan ginjal).
Menurut penelitian oleh Tappeiner, Schulz dan Muehlberger, dosis minimal letalis
untuk mamalia yang biasa digunakan di laboratorium adalah 0,05-0,2 g. natrium
fluorida per kg perorally diberikan. Demikian akan muncul bahwa manusia adalah
lebih sensitif terhadap senyawa fluor daripada mamalia lain.
Menurut toksisitas, fluor senyawa gas tertentu diutamakan, terutama
hidrogen fluorida, silikon tetrafluorida (SiF4) dan larutan berair, yang semuanya
mudah diserap dari selaput lendir. Dengan air, silikon tetrafluorida dikonversi
dengan cara berikut:

2SiF4 + 2H2O> H2SiF6 + 2HF + SiO2

Efek dari senyawa gas fluor dikenal di industri dan di antara ahli kimia
bekerja dengan fluor. Cameron pada tahun 1887 menggambarkan dua kasus fatal
akut keracunan fluor superfosfat di antara pekerja, yang telah menghabiskan masa
yang singkat di ruangan tempat fosfat mentah disimpan setelah mengobati dengan
asam sulfat ( "ruang kerja"). Gejala-gejalanya bekerja pernapasan, muntah ,
sianosis, dan kematian setelah beberapa jam. Pasca-bedah mayat diturunkan
hyperemia edema dan paru-paru. Analisis menunjukkan adanya fluor dan jumlah
besar silicic koloid asam (SiO2), mungkin disimpan di dalam bronkus oleh
dekomposisi tetrafluorida silikon. Dalam sebuah pabrik Jerman yang bekerja di
produksi electrolytic berilium, Weber dan Engelhardt diamati dyspnea, sianosis
dan kelemahan umum di antara para pekerja. Pemeriksaan fisik memberi tanda-
tanda bronchiolitis. Para pekerja yang terkena efek dari fluorida hidrogen dan
silikon tetrafluorida. Frostad baru-baru ini dijelaskan akut dengan gejala
keracunan fluor seperti orang asma bronkial, dan ditandai efek pada kondisi
umum pekerja di sebuah pabrik aluminium Norwegia, di mana senyawa fluorin

49
gas berasal dari pencairan mandi yang terbuka.
Beberapa penyelidikan eksperimental yang ada, oleh Ronzani, Machle et al, pada
gas efek dari senyawa fluor, konfirmasikan pengalaman klinis. Seperti iritasi lokal
lain gas, hidrogen fluorida menyebabkan bersin, lachrymation dan batuk.
Kematian terjadi dengan kegelisahan dan peningkatan dyspnea. Universal kejang
kadang-kadang hadir dalam kasus-kasus keracunan berkembang dengan cepat,
tetapi tidak hadir dalam bentuk yang berlarut-larut. Tetrafluorida silikon memiliki
efek yang sama. Ronzani menemukan bahwa kelinci-babi meninggal setelah 24
jam menghirup 0,03 mg. / L hidrogen fluorida, yang merupakan konsentrasi
mematikan terendah. Bedah mayat temuan fenomena iritasi akut pada bagian atas
saluran udara, serta bronkopneumonia dengan pendarahan dan edema. Tidak
disebutkan terbuat dari perubahan organ lain. Eksperimen manusia, respirasi dari
0,026 mg. / L. hidrogen fluorida tidak menyenangkan, tetapi ditoleransi selama
beberapa menit. Berkepanjangan respirasi dari sekitar 0,01 mg. / L. pada binatang
menyebabkan kekurusan, anemia dan organ paru-paru selain perubahan
degenerasi.

3.Ciri-ciri Fluor Kronis


Fluor kronis memiliki ciri khas dan gejala yang sangat baik yang
terlokalisasi di osseus gigi dan sistem atau yang lebih bersifat umum.

a) Gigi
Penelanan dari senyawa fluor menyebabkan perubahan degeneratif pada
gigi atau bagian-bagian gigi yang mengeras karena kapur selama periode
pencernaan. Dalam kasus paling ringan enamel adalah buram, pasi-putih. Ketika
lebih serius terpengaruh ada pigmentasi gelap dari enamel dan kekerasan gigi
berkurang. Penyakit ini paling dikenal sebagai "gigi berbintik-bintik," yang terjadi
pada manusia di daerah-daerah di mana air minum mengandung 1 mg. fluor per
liter atau lebih. Sayang gigi ini juga telah diamati dalam herbivorants, dan dikenal
sebagai "darmous" dan "gaddur". Hal ini mudah diproduksi dalam tikus, yang
tumbuh gigi seri dari pulps gigih.

50
b) Tulang
Fluorin memiliki khas, efek ganda pada sistem osseus, karena kita tahu
dari kedua yang menyebar dengan ligamentum osteosclerosis kalsifikasi di
cryolite pekerja, mirip osteomalasia, ternak . Osteosclerosis ini, yang sejauh ini
telah diamati hanya pada individu dewasa, ada di dalam semua kemungkinan
disebabkan oleh dosis yang relatif kecil dari fluor, sedangkan osteomalasia
memerlukan satu yang relatif tinggi. Masih ada banyak ketidakjelasan untuk
menjadi jelas. Di bawah mikroskop, tulang dicirikan oleh matriks organik yang
tidak teratur dan kalsifikasi anomali, di mana garam kalsium yang disimpan dalam
bentuk butiran atau benjolan.

c) Kondisi umum
Dalam dosis fluor yang relatif besar menyebabkan, antara lain kondisi,
kehilangan berat badan, asupan makanan yang lebih rendah, anemia dan beberapa
gejala kulit dan mata (kasar, berantakan mantel, pertumbuhan abnormal,
conjunctival ketakutan dipotret dan sekresi). Terminal Hasilnya adalah kondisi
yang kurus bisa disertai dengan tanda-tanda yang nyata atau laten tetany.
Pemeriksaan postmortem menunjukkan lebih atau kurang menonjol perubahan
degeneratif dari parenchymatous organ, termasuk sumsum tulang.

4.Kasus Keracunan Flour


Penyebab bencana Meuse Valley menyebutkan beberapa bentuk khusus
dari keracunan fluor. Ketika sebuah pabrik menggunakan bahan baku yang
mengandung fluor, limbah mungkin berisi gas hidrogen fluorida dalam keadaan
tertentu. Jika silikat atau kuarsa hadir seperti ini sangat sering terjadi dalam
praktek ada juga dapat menjadi emanasi tetrafluorida silikon. Kelembaban udara,
hidrolisis parsial tetrafluorida silikon untuk fluosilicic hidrogen fluorida dan asam,
dan ini sangat aktif senyawa kemudian dalam bentuk atomized dengan permukaan
yang besar. Kemampuan mereka untuk membentuk kabut digunakan bersama-
sama dengan asam sulfat dan asam hydrofluric, tetapi toksisitas mereka jauh lebih
besar. Kabut tebal ini hanya bubar perlahan-lahan, dan oleh karena itu mampu

51
vegetasi corroding dalam keadaan di mana udara diperbarui dengan susah payah.
Kerusakan tanaman oleh senyawa fluor telah dijelaskan berkali-kali dari daerah-
daerah tertentu axound pabrik-pabrik di Eropa: superfosfat bekerja 1891-96, 1895,
1896, 1931. Aluminium pabrik 1911-18, 1934, 1936. Kimia bekerja 1896, 1902
(34), 1931. Tembaga bekerja 1883. Besi foundries 1931 dan brickworks 1913.
Kerusakan pada tanaman ini tidak dikenal secara luas. Dalam masalah asap
industri, para penyelidik telah tertarik terutama dalam terjadinya produk limbah
belerang (S02, S03), dan hanya sedikit di fluor. Tanaman di lingkungan pabrik
yang berkarat oleh fluoric gas, hal itu terjadi yang sekunder, seperti penyakit
osteomalasia terjadi di antara herbivorants merumput di sana. Gejala tersebut
kekurusan sampai cachexia merasuk, kaku, susah payah berjalan, mungkin gelisah
dan kejang otot, nodose thickenings dari tulang ekstremitas khususnya, dan sering
patah tulang spontan. Dalam contoh berikut ini sekunder, keracunan fluor kronis
ternak telah terlibat, hanya kasus pertama menjadi agak ragu-ragu.

5.Analisis Keracunan Flour


i. Gejala yang dikembangkan menunjukkan adanya suatu racun yang sangat
beracun dengan konsentrasi yang sebenarnya moderat mempunyai efek lokal dan
efek umum. Bahwa efek lokal masih kecil diucapkan muncul dari kenyataan
bahwa batuk atau kecenderungan untuk batuk, lachrymation adalah langka dan
tidak diucapkan fenomena (terutama menonjol sekitar Engis), dan yang paling
sering iritasi laring hanya menyebabkan perubahan dalam nada suara dan tidak
ditandai suara serak. Hal yang sama ditunjukkan oleh satu-satunya perubahan
yang diamati dalam bronki dan paru-paru pada bedah mayat. Salah satu fakta
penting adalah bahwa tidak ada lagi kematian terjadi segera setelah kabut
terangkat, dan bahwa yang selamat, pulih sangat cepat dalam perjalanan beberapa
hari. Hal ini juga menyatakan bahwa gejala dengan cepat mereda ketika orang
naik ke bukit-bukit yang mengelilingi lembah dan dengan demikian dapat
melampaui kabut. Kesimpulan harus ditarik bahwa racun mempunyai efek
sistemik umum yang kuat setelah penyerapan, dan bahwa efek racun yang sangat
cepat berakhir saat suplai berhenti. Akut kegagalan sirkulasi dan kematian yang
cepat juga menunjukkan efek umum yang parah.

52
Hasil yang amat kecil dari necropsies, yang dibuat 3 sampai 6 hari setelah
kematian, tidak lebih bertentangan dengan pendapat di atas dari hasil negatif dari
analisis kimia. Mikroskopis perubahan dalam protoplasma sel dapat diabaikan,
penentuan kuantitatif fluor adalah masalah yang sulit. Dalam penjelasan tentang
kelemahan jantung akut Komisi maju suatu hipotesis yang bagi saya tampaknya
tidak mencukupi dan terutama spekulatif, perdarahan mikroskopis yang menyebar
di jaringan paru-paru adalah tanda-tanda hipertensi dalam sirkulasi paru-paru,
serangan asma berkurang menyebabkan sirkulasi di sungai yang lebih besar,
dengan akibat iskemia dari miokardium. Di sini kita harus ingat bahwa orang
yang sehat juga meninggal, walaupun jumlah mereka kecil, dan bahwa dalam
persentase yang besar dari orang-orang menyerang (dan ternak) dyspnea adalah
dalam bentuk kontinu polypnea, dan bukan dari asma bronkial. Diamati
perdarahan di paru-paru tidak diragukan lagi ekspresif efek lokal, sedangkan hati
kelemahan tersebut disebabkan oleh efek toksik serap (jantung? Pembuluh?).
Dalam tanda-tanda kemabukan tidak ada indikasi bahwa hal itu mungkin belum
akut keracunan fluor, tetapi banyak yang mendukung asumsi tersebut.

ii. Dari 27 pabrik di daerah itu, tidak kurang dari 15 adalah kategori yang
menangani bahan baku yang mengandung fluor atau menggunakan penambahan
senyawa fluor untuk bahan baku, dan karenanya mampu memberikan fluor dari
senyawa gas (SiF4 , HF). Baja dan logam dalam bekerja, fluorspar (CaF2) secara
luas digunakan sebagai fluks dalam proses peleburan. Hal ini berlaku baik untuk
besi menyempurnakan (Thomas, Bessemer dan Siemens-Martin proses) dan
pendirian besi (kubah tanur). Dunia output fluorspar adalah 200.000 sampai
300.000 ton per tahun, dan 80 persen digunakan dalam industri logam. Ini
dihitung bahwa 3-5 kg. fluorspar bekerja ton dengan rata-rata baja (42). Selama
proses peleburan silikon tetrafluorida lolos, dibebaskan sesuai dengan skema
berikut:
3SiO2 + 2CaF2> SiF4 + 2CaSiO3
Dalam pembuatan kaca dan tembikar fluorspar (atau cryolite) sering
ditambahkan ke bahan baku untuk memfasilitasi pencairan dan untuk memberikan
sifat tertentu prduct selesai. Bijih seng sering mengandung fluorspar, sebuah

53
fenomena yang dikenal pekerja teknis. Dalam superfosfat manufaktur adalah
bahan baku fosfotit, yang terdiri dari 3 jadi 5 per sen fluor, yang sebagian
dibebaskan dalam bentuk fluorida hidrogen dan silikon tetrafluorida ketika
diperlakukan dengan asam sulfat. Deeds menghitung bahwa di Amerika Serikat
pembuatan membebaskan superfosfat fluor 25.000 ton per tahun ke atmosfer.
Dua fakta yang dimaksud oleh Komisi fluor membuktikan bahwa senyawa gas
secara terus-menerus dipancarkan di Meuse Valley. Kaca jendela dan lampu
listrik di wilayah sekitar Engis gloss kehilangan lebih cepat daripada biasanya. Di
North sungai di sekitar desa yang sama, kerusakan pada vegetasi adalah fenomena
terkenal, dan setelah waktu yang singkat penggembalaan ternak terjangkit
penyakit tulang serius.

6. Dampak dan Penanggulangan Pencemaran Udara SO2


a) Dampak Sulfur Dioksida (SO2)
Sumber : - Batu bara atau bahan bakar minyak yang mengandung Sulfur.
- Pembakaran limbah pertanah.
- Proses dalam industri.
Dampak : Menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas sehingga menimbulkan
gejala batuk dan sesak nafas.

b) Penanggulangan
Absorbsi : Dalam proses adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat
menyerap polutan. Berbagai tipe adsorben yang dipergunakan antara lain karbon
aktif dan silikat. Adsorben mempunyai daya kejenuhan sehingga selalu diperlukan
pergantian, bersifat disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan kemudian
dipakai kembali.

7. Dampak Pencemaran Udara Secara Tidak Langsung


Pencemaran udara disamping berdampak langsung bagi kesehatan
manusia/individu, juga berdampak tidak langsung bagi kesehatan. Efek SO2
terhadap vegetasi dikenal dapat menimbulkan pemucatan pada bagian antara
tulang atau tepi daun. Emisi oleh Fluor (F), Sulfur Dioksida (SO2) dan Ozon (O3)

54
mengakibatkan gangguan proses asimilasi pada tumbuhan. Pada tanaman sayuran
yang terkena/mengandung pencemar Pb yang pada akhirnya me-miliki potensi
bahaya kesehatan masyarakat apabila tanaman sa-yuran tersebut di konsumsi oleh
manusia.
KESIMPULAN
Penyebab utama terjadinya pencemaran udara di Meuse Valley adalah
perubahan iklim yang diakibatkan oleh sulfur dioksida (SO2) dan senyawa gas
fluorin yang ditemukan di pabrik-pabrik industry . Peristiwa ini menyebabkan 60
orang meninggal.
Penjelasan diberikan dari bencana kabut yang terjadi di Lembah Meuse
dekat Liege (Belgia) awal Desember 1930, yang melibatkan beberapa ribu kasus
penyakit dan 60 orang meninggal. Setelah survei akut dan keracunan fluor kronis,
sebuah analisis mengenai rincian dari bencana memberikan bukti bahwa penyakit
itu akut keracunan fluor. Dari 27 pabrik di kawasan itu, lima belas adalah cabang-
cabang industri yang baik menggunakan produk yang mengandung fluor mentah
(superfosfat bekerja, seng pekerjaan) atau menambahkan senyawa fluor ke bahan
baku (baja bekerja, pengecoran besi, kaca karya), melibatkan kemungkinan lewat
senyawa fluor gasseous (SiF4, HF) ke dalam cerobong asap.

Berbagai Model Reseptor

Reseptor Modeling
Model Reseptor adalah prosedur matematis atau statistik untuk identifikasi
dan kuantifikasi sumber polusi udara di lokasi reseptor. Tidak seperti model
fotokimia dan dispersi kualitas udara, model reseptor tidak menggunakan emisi
polutan, data meteorologi dan mekanisme kimia transformasi untuk
memperkirakan kontribusi sumber untuk konsentrasi reseptor. Sebaliknya, model
reseptor menggunakan karakteristik kimia dan fisik gas/partikel yang diukur pada
sumber dan reseptor untuk mengidentifikasi kehadiran dan mengukur kontribusi
sumber konsentrasi reseptor.
Tujuan Model Reseptor :

55
• Memenuhi kepentingan dalam memonitor kualitas udara yang
meningkat
• Mengidentifikasi sumber-sumber pencemaran dan komposisi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan program pengendalian polusi udara

Berbagai Model Reseptor antara lain :

1. CHEMICAL MASS BALANCE/KESEIMBANGAN MASSA KIMIA (CMB)


The Chemical Mass Balance (CMB) Model EPA-CMBv8.2
merupakan salah satu model beberapa reseptor yang telah diterapkan untuk
masalah kualitas udara selama dua dekade terakhir. EPA telah mendukung
CMB sebagai alat perencanaan peraturan melalui persetujuan dari berbagai
Negara Rencana Pelaksanaan (SIP) yang memiliki komponen pembagian
sumber.
Model CMB menggunakan komposisi kimia sampel partikulat udara
untuk memperkirakan kontribusi dari jenis sumber yang berbeda untuk
konsentrasi yang akan diukur. Dalam penelitian ini, profil sumber telah
diperkirakan dari hasil yang diperoleh dari analisis sebelumnya (Begum et al.,
2006b). Model ini tidak dapat memisahkan sumber yang memiliki komposisi
kimia yang sangat mirip. Komposisi partikel mungkin berbeda dari satu
sampel ke sampel lain karena perbedaan tingkat emisi, arah angin, kecepatan
angin, dan perubahan dalam komposisi emisi. Namun, variasi dalam
komposisi sumber tidak diperhitungkan dalam analisis ini.
Model ini terdiri dari persamaan berikut

Ci = Fi1 S1 + Fi2S2 + Fi3S3 + ... + Fij Sj i = 1 ... I , j = 1


... J

Dimana :
Ci = Konsentrasi dari spesies I yang diukur pada reseptor
Fij = Fraksi dari spesies i emisi dari sumber j
Sj = Perkiraan kontribusi sumber j
I = Nomer spesies kimia

56
J = Nomer tipe sumber

2. EPA UNMIX 6.0 MODEL


EPA Unmix merupakan salah satu model reseptor yang ORD telah
dikembangkan. Pengguna menyediakan file konsentrasi jenis sampel, yang
digunakan untuk menghitung jumlah jenis sumber, profil, kontribusi relatif,
dan serangkaian waktu kontribusi. Algoritma yang digunakan dalam model
Unmix EPA untuk menghitung profil dan kontribusi telah direview oleh para
ilmuwan terkemuka di komunitas manajemen kualitas udara dan telah
disertifikasi secara ilmiah kuat.
Contoh data dan hasil model Unmix:
Fossil fuel Metallurgical Resuspended
combustion industry road dust

Pb 5.36 1.53 16.70

Cu 30.10 0 0

Zn 60.40 0 1900

Mn 2.97 0 13.40

Fe 0 288 852

Cd 0 0.75 0.02

Ni 72.60 0 0

V 69.30 0 0

Al 0 0 1740

Cr 3.00 0 2.07

57
3. EPA FAKTORISASI MATRIX POSITIF (PMF) 3.0 MODEL
EPA PMF adalah salah satu model reseptor yang ORD telah
dikembangkan juga. Model ini menyediakan file konsentrasi jenis sampel dan
ketidakpastian yang digunakan untuk menghitung jumlah jenis sumber, profil,
kontribusi relatif, dan serangkaian waktu kontribusi. Algoritma yang
digunakan dalam model PMF EPA untuk menghitung profil dan kontribusi
telah dilihat oleh para ilmuwan terkemuka di komunitas manajemen kualitas
udara dan telah disertifikasi secara ilmiah kuat. Dasar & Panduan Pengguna
PMF 3.0 memberikan rincian tentang bagaimana PMF diimplementasikan
serta referensi.
Faktorisasi Matriks positif (PMF) telah terbukti menjadi alat yang
kuat reseptor pemodelan dan telah umum diterapkan pada data partikulat
(Song et al, 2001;. Pollisar et al, 2001;... Chuenita et al, 2000) dan baru-baru
ini untuk data VOC (senyawa organik yang mudah menguap) (Elbir et al,
2007;.. Song et al, 2008).
Contoh hasil dari metode PMF:

58
4. PSCF dan CWT

Wawasan tambahan ke dalam sifat dari sumber PM diidentifikasi


Unmix diberikan melalui evaluasi lintasan berbasis lokasi melawan angin
dikaitkan dengan konsentrasi tinggi dari sumber. Lima tahun PM10 kumpulan
data (2004-2008) telah digunakan dalam PSCF dan pemodelan CWT. Data
PM10 dipisahkan untuk musim panas dan periode musim dingin, dan
kemudian dibagi menjadi dua kelompok, lebih besar dan lebih rendah dari
nilai rata-rata untuk periode tertentu. Dihitung PSCF nilai-nilai yang dibagi
menjadi empat kategori: sangat lemah (0,0-0,20), lemah (0,20-0,40),
menengah (0,40-0,60) dan kuat (0,60-1,0). Hasil PSCF disajikan pada
Gambar 7 (kiri). Berdasarkan analisis dari kumpulan data lintasan
keseluruhan, arah paling sering datang adalah barat, barat laut dan barat daya
sehingga menyarankan lokasi pengambilan sampel mungkin di bawah
pengaruh beberapa daerah sumber. Hal ini dapat dilihat bahwa PSCF tertinggi
nilai adalah dari barat selama periode musim panas serta selama periode
musim dingin. Selain itu, lebih tinggi PSCF nilai-nilai yang diamati dari utara
dan selatan-timur selama periode musim dingin.
Metode CWT merata mendistribusikan konsentrasi sepanjang lintasan
mirip dengan PSCF seperti disajikan pada Gambar 7 (kanan). Namun, metode
ini memiliki keuntungan lebih PSCF di CWT yang membedakan sumber
utama dari yang moderat dengan menghitung gradien konsentrasi. PSCF
menunjukkan probabilitas sumber potensial berdasarkan sampel dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dari kriteria, yang tidak membedakan antara

59
sumber sedang dan besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi
yang besar terhadap atmosfer konsentrasi PM10 berasal dari sumber lokal dan
regional. Ada jelas panjang - transportasi berkisar dari negara-negara barat
yang secara sporadis (kebanyakan di musim semi dan musim panas) yang
terkait dengan wabah debu Afrika di tingkat kedua PM10 dan PM2.5
(Kubilay et al, 2000; Perez et al, 2008..) .

5. Karakterisasi Partikel SEM / EDX


Partikulat atmosfer sampel di daerah perkotaan Belgrade dianalisa
dengan mikroskop elektron scanning ditambah dengan energi-dispersif
analisis X-ray. Partikel dibedakan baik dari segi morfologi partikel (partikel
bulat, butiran mineral, dll) dan komposisi (ditentukan dengan analisis
kualitatif EDS). Puluhan photomicrographs sewenang-wenang diambil dalam
kondisi resolusi rendah dan sekitar 500 partikel per sampel AM dinilai untuk
morfologi dan sekitar 30 partikel untuk analisis spektral sinar-X.
Sebagai hasil dari analisis ukuran partikel SEM gambar dan bentuk distribusi
ditentukan untuk non-pemanasan dan periode pemanasan dan disajikan pada
gambar berikut.

60
KESIMPULAN

Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur


berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan
kualitas lingkungan.
Berbagai model reseptor antara lain :
A. CHEMICAL MASS BALANCE/KESEIMBANGAN MASSA KIMIA (CMB)

61
B. EPA UNMIX 6.0 MODEL
C. EPA FAKTORISASI MATRIX POSITIF (PMF) 3.0 MODEL
d. PSCF dan CWT
e. Karakterisasi Partikel SEM / EDX

PERHITUNGAN MODEL RESEPTOR DALAM KASUS


PENCEMARAN UDARA

Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur
berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta
menurunkan kualitas lingkungan.
Kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang
berbeda-beda konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di dalam
atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah
tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak kita
perlukan. Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam
dan juga yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke
dalam udara dan mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya
lapisan troposfer. Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran
dengan parameter yang telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan
pencemarnya melewati ambang batas (konsentrasi yang masih bisa diatasi),
maka udara dinyatakan dalam keadaan tercemar.
Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih
bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO2,
SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang
sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Adanya
gas-gas tersebut dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati
ambang batas, maka udara di daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar.
Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu

62
lamanya kontak antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan
(udara), WHO menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai berikut:

1. Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan


kerugian bagi manusia.
2. Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan
kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.
3. Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi
pada faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.
4. Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan
sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-
tumbuhan.

Reseptor Modelling
Manajemen kualitas udara merupakan masalah yang cukup sulit untuk
diselesaikan karena kualitas udara berpengaruh erat terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan. Kesulitan muncul akibat permasalahan dalam
pengukuran polusi dari transportasi; pengidentifikasian sumber pencemar;
perkiraan tingkat emisi; perpindahan zat-zat pencemar; dan proses
transformasi secara fisik dan kimia yang terjadi selama transportasi.
Model Reseptor adalah prosedur matematis atau statistik untuk
identifikasi dan kuantifikasi sumber polusi udara di lokasi reseptor. Tidak
seperti model fotokimia dan dispersi kualitas udara, model reseptor tidak
menggunakan emisi polutan, data meteorologi dan mekanisme kimia
transformasi untuk memperkirakan kontribusi sumber untuk konsentrasi
reseptor.
Prinsip dasar dari pemodelan reseptor adalah bahwa percakapan massa
dapat diasumsikan dan analisa neraca massa dapat digunakan untuk
mengidentifikasi dan membagi sumber partikel udara. Untuk memperoleh
data untuk reseptor kimia pemodelan pengukuran individu dapat dilakukan
di lokasi reseptor apa yang biasanya dilakukan dengan mengumpulkan
partikel pada filter dan menganalisanya untuk elemen dan unsur lainnya

63
Model reseptor digunakan untuk menganalisis konsentrasi gas udara
atau partikel yang diukur dari waktu ke waktu untuk mendapatkan wawasan
tentang sumber-sumber polusi tanpa diketahui.

Perhitungan Model Reseptor


 Chemical Mass Balance (CMB)
Prinsip dasar dari permodelan reseptor adalah hubungan antara massa
(berat) yang diasumsikan dan analisis keseimbangan massa yang bisa
digunakan untuk mengidentifikasi dan membagi sumber penghasil
partikulat.
Permodelan CMB dilakukan dengan menggunakan komposisi imia
sampel partikulat udara untuk memperkirakan kontribusi dari jenis sumber
yang berbeda untuk konsentrasi yang akan diukur. Dalam penelitian, profil
sumber telah diperkirakan dari analisis sebelumnya. Model ini tidak dapat
memisahkan sumber yang memiliki komposisi kimia yang sangat mirip.
Komposisi partikel mungkin berbeda dari satu sampel ke sampel lain karena
perbedaan tingkat emisi, arah angin, kecepatan angin, dan perubahan dalam
komposisi emisi. Namun, variasi dalam komposisi sumber tidak
diperhitungkan dalam analisis ini.
Persamaan untuk model CMB adalah :

Ci = Fi1 S1 + Fi2S2 + Fi3S3 + ... + Fij Sj i = 1 ... I , j = 1 ... J

Dimana :
Ci = Konsentrasi dari spesies I yang diukur pada reseptor
Fij = Fraksi dari spesies i emisi dari sumber j
Sj = Perkiraan kontribusi sumber j
I = Nomer spesies kimia
J = Nomer tipe sumber

 Unmix

64
Konsep-konsep yang mendasari Unmix telah disajikan secara
geometris dan intuitif dan rincian matematis disajikan di tempat lain.
Jika data terdiri dari observasi banyak spesies n, maka data dapat diplot
dalam ruang data n-dimensi di mana koordinat titik data konsentrasi dari
spesies yang diamati selama periode sampling. Masalahnya adalah
menemukan vektor (atau poin) yang mewakili komposisi sumber. Dalam
kasus dua sumber data didistribusikan dalam pesawat melalui titik asal.
Jika salah satu sumber yang hilang dari beberapa titik data, maka poin
akan terletak di sepanjang sinar didefinisikan oleh komposisi sumber
tunggal yang tersisa. Poin yang memiliki satu sumber yang hilang
adalah kunci untuk memecahkan masalah campuran. Sesuai dengan
jumlah vektor-vektor ini (juga disebut faktor) ditentukan dengan
menggunakan metode komputasi intensif dikenal sebagai algoritma
NUMFACT. Algoritma tepi-temuan dikembangkan untuk Unmix benar-
benar umum dan bisa diterapkan untuk setiap set poin dalam ruang
dimensi. Unmix sendiri dapat diterapkan untuk semua masalah di mana
data adalah kombinasi cembung faktor yang mendasarinya. Satu-satunya
batasan adalah bahwa data harus benar-benar positif. Beberapa fitur
khusus Unmix adalah kemampuan untuk menggantikan data yang hilang
dan kemampuan untuk memperkirakan sejumlah besar sumber (batas
saat ini 15) menggunakan konsep dualitas diterapkan untuk pemodelan
reseptor. Unmix juga memperkirakan ketidakpastian dalam komposisi
sumber menggunakan pendekatan bootstrap diblokir yang
memperhitungkan akun korelasi serial dalam data.

65
Gambar 1. Plot dari tiga sumber dan tiga kasus spesies: titik-titik abu-abu
adalah data mentah diproyeksikan untuk pesawat, dan titik-titik hitam solid
merupakan titik proyeksi yang memiliki satu sumber hilang (titik ujung).
Gambar 1 menggambarkan geometri penting dari model multivariat reseptor
untuk tiga sumber dari tiga spesies, kasus yang paling kompleks yang dapat
dengan mudah digambarkan. Diasumsikan bahwa untuk masing-masing sumber
ada beberapa titik data di mana kontribusi dari sumber tidak hadir atau kecil
dibandingkan dengan sumber lain. Ini disebut titik ujung dan bekerja Unmix
dengan mencari titik-titik ini dan fitting hyperplane melalui mereka; hyperplane
ini disebut tepi (jika N = 3, hyperplane adalah garis). Untuk sejumlah sumber dan
spesies, komposisi sumber relatif dapat diidentifikasi jika ada titik ujung yang
cukup untuk setiap sumber untuk menentukan tepi diidentifikasi dalam ruang
data. Vektor-vektor sumber diplot ke arah komposisi sumber dan lingkaran
terbuka diamati data. Non-negatif kendala pada data dan komposisi sumber
mengharuskan vektor dan data terletak pada kuadran pertama. Selain itu, non-
negatif dari kontribusi sumber mensyaratkan bahwa semua lingkaran terbuka
terletak di dalam daerah yang dibatasi oleh vektor sumber. Ini dibuat lebih mudah
untuk melihat dengan memproyeksikan data dan vektor sumber dari asal ke dalam
pesawat. Vektor-vektor sumber adalah simpul dari sebuah segitiga dalam plot ini

66
dan titik data diproyeksikan adalah lingkaran penuh. Solusi untuk masalah
pemodelan reseptor multivariat sekarang dapat dilihat sebagai menemukan tiga
titik yang mewakili komposisi sumber yang membentuk segitiga yang
membungkus titik data dan terletak pada kuadran pertama, sehingga menjamin
kendala nonnegativity.

 Matrix Factorization (PMF)


Faktorisasi Matriks positif (PMF) telah terbukti menjadi alat yang kuat
dalam reseptor pemodelan dan telah umum diterapkan pada data partikulat dan
baru-baru untuk data VOC (senyawa organik yang mudah menguap)..

𝒑
Xij = ∑𝒌=𝟏 gikfkj + eij

Dimana :
Xij = konsentrasi pada reseptor untuk ke-j spesies pada sampel ke-i
gik = kontribusi faktor-k ke reseptor pada sampel ke-i
fkj = bagian dari faktor k yaitu spesies j atau profil kimia komposisi faktor k
eij = sisa jenis pada sampel ke-i

PMF menggunakan equation modeling reseptor umum, dengan


pendekatan kuadrat. Model umum mengasumsikan beberapa hal yaitu jenis
sumber atau daerah sumber (disebut faktor) yang berdampak pada reseptor,
dan kombinasi linier dari dampak dari faktor p menimbulkan konsentrasi
diamati dari berbagai jenis.

 Potential Source Contribution Function (PSCF)


Untuk menghitung PSCF, wilayah geografis seluruh bunga dibagi menjadi
berbagai sel jaringan yang ukurannya tergantung pada skala geografis dari
masalah sehingga PSCF akan menjadi fungsi dari lokasi seperti yang didefinisikan
oleh sel indeks i dan j. Konstruk fungsi kontribusi sumber potensial dapat
digambarkan sebagai berikut: jika titik akhir lintasan terletak di sebuah sel dari
alamat (i, j), lintasan diasumsikan mengumpulkan bahan yang dipancarkan dalam
sel. Setelah aerosol dimasukkan ke dalam paket udara, dapat diangkut sepanjang

67
lintasan ke situs reseptor. Tujuannya adalah untuk mengembangkan bidang
probabilitas menunjukkan lokasi sumber kemungkinan materi yang menghasilkan
nilai yang terukur tinggi di lokasi reseptor.

𝒎𝒊𝒋
PSCFij = P[Bij │Aij] =
𝒏𝒊𝒋

Dimana :
P[Aij] = ukuran waktu tinggal dari paket udara yang dipilih secara acak di ij-th
relatif terhadap periode waktu total sel

P[Bij] = bagian probabilitas yang terkait dengan waktu tinggal paket udara
dalam sel ij-th
untuk paket udara yang terkontaminasi
𝑛𝑖𝑗 = segmen titik akhir lintasan jatuh ke dalam sel ij-th

𝑚𝑖𝑗 = segmen titik akhir lintasan di lokasi reseptor pada saat konsentrasi
diukur lebih tinggi dari nilai kriteria ditetapkan sebelumnya

 Concentration Weighted Trajectory (CWT)


Dalam metode PSCF saat ini, jaringan sel memiliki PSCF nilai yang sama
dapat hasil dari sampel sedikit lebih tinggi dari konsentrasi kriteria atau
konsentrasi yang sangat tinggi. Akibatnya, sumber yang lebih besar tidak dapat
dibedakan dari sumber moderat. Menurut masalah ini, metode pembobotan
lintasan dengan konsentrasi yang terkait (CWT - konsentrasi lintasan tertimbang)
dikembangkan. Dalam prosedur ini, setiap sel grid mendapat konsentrasi
tertimbang diperoleh :
𝟏
Cij = ∑𝑴 ∑𝑴
𝒍=𝟏 𝑪𝒍𝝉𝒊𝒋𝒍
𝒍=𝟏 𝝉𝒊𝒋𝒍

Dimana :
Cij = konsentrasi rata-rata tertimbang dalam sel grid (i, j)
Cl = konsentrasi PM yang diukur dan diamati pada lintasan l

68
ijl = jumlah titik akhir lintasan dalam sel grid (i, j) yang berhubungan dengan
sampel Cl
M = jumlah lintasan
Mirip dengan model PSCF, filter titik diterapkan sebagai langkah
terakhir dari CWT untuk menghilangkan jaringan sel dengan titik akhir saja.
Bidang konsentrasi tertimbang menunjukkan gradien konsentrasi di potensi
sumber. Cara ini membantu menentukan signifikansi relatif dari sumber-
sumber potensial.

KESIMPULAN

1. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur


berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta
menurunkan kualitas lingkungan.
2. Ada beberapa perhitungan untuk resptor modelling yaitu :

EFISIENSI PENGENDALIAN PEMCEMARAN UDARA

Sebelum membahas efisiensi pengendalian pencemaran udara, terlebih


dulu dijelaskan tentang stack/cerobong asap. Dalam hal ini fungsi stack tidak
mereduksi emisi, namun mendispersikan pencemar sejauh mungkin. Tanpa alat
kontrol pencemar udara, stack yang tinggi bisa jadi merupakan solusi untuk
menghindari paparan pencemar terhadap populasi disekitarnya.
Adapun efisiensi pengendalian pencemaran udara yang akan penyusun
bahas pada makalah ini adalah efisiensi alat pengendali pencemaran udara, antara
lain:
1. Settling Chamber
Sering dipakai sebagai pretreatment untuk menghilangkan partikel ukuran
besar. Prinsip penyisihan partikulat: aliran gas yang mengandung partikulat
dialirkan melalui suatu ruang (chamber) dengan kecepatan rendah sehingga

69
memberikan waktu yang cukup bagi partikulat untuk mengendap secara
gravitasi ke bagian pengumpul debu (dust collecting hoppers).
Faktor penentu: Vs , kecepatan mengendap (terminal settling velocity)
Ukuran partikel tersisihkan: ukuran besar (sangat kasar, supercoarse)
sekitar ≥70 mikrometer
Efisiensi Settling Chamber

Kelebihan:
 Desain alat sederhana
 mudah untuk dibuat konstruksinya
 Pemeliharaan yang mudah dan biaya pemeliharaan sangat rendah
Kekurangan:
 ukurannya besar,perlu lahan yang luas
 harus dibersihkan secara manual dalam interval waktu tertentu
 hanya dapat menyisihkan partikel berukuran besar

2. Cyclone
Cyclone adalah suatu jenis alat pengumpul debu mekanik yang
digunakan untuk menciptakan aliran berputar (vortex) untuk mengalirkan
partikel ke area dimana partikel tadi akan mengalami kehilangan energi dan
terpisah dari aliran gas
Input berupa gas dan partikulat dipercepat dengan gerakan spiral,
dimana partikel ukuran besar terlempar ke luar gas dan bertubrukan
dengan dinding cyclone oleh gaya sentrifugal dan turun ke kerucut cyclone
untuk ditangkap oleh hopper. Sedangkan gas yang bersih mengalir keluar
melalui stack.
Cyclone memiliki efisiensi yang rendah untuk partikel berukuran
kecil dan efisiensi tinggi untuk ukuran partikel berukuran besar 5-15μ m.

70
Alat ini dapat diopeasikan dalam kondisi basah (melalui injeksi air di
inlet) atau kering. Semakin tinggi velocity gas, maka removal efisiensinya
juga semakin besar

Gambar 3. Bagian Cyclone

Kelebihan:
 Modal awal rendah.
 Mampu beroperasi pada temperatur tinggi.
 Biaya pemeliharaan rendah.
Kekurangan:
 Efisiensi rendah untuk partikel berukuran kecil.
 Biaya operasi yang tinggi sebab terjadi kehilangan tekanan.

Tipe-tipe Cyclone
Berdasarkan efisiensi, selain cyclone conventional cyclone dibagi atas:

71
1. High-efficiency Cyclone
Kecepatan gas inlet lebih tinggi dengan demikian memberi gaya
sentrifugal yang lebih tinggi.
2. High-throughput Cyclone
Biasanya mempunyai diameter yang lebih besar dan menangani
kecepatan yang lebih tinggi.

Gambar 4. Detail Cyclone

72
Tabel 1. Perbedaan Tipe-Tipe Cyclone

Gambar 5. Kurva Efisiensi Cyclone Berdasarkan Tipe

73
Efisiensi penyisihan partikel ukuran tertentu (distribusi ukuran diketahui)
1
𝜂𝑗 = 2
1 + (𝑑𝑝𝑐 + 𝑑̅𝑝𝑗 )

𝜂𝑗 = Efisiensi pengumpulan untuk kisaran ukuran partikel ke-j

d = Diameter partikel yang tersisihkan sebanyak 50%


pc
d = Diameter partikel ke-j
pj

Efisiensi siklon secara keseluruhan


𝜂𝑜 = Σ𝑛𝑗 𝑚𝑗
𝜂 = Efisiensi penyisihan secara keseluruhan
o

j = Efisiensi pengumpulan untuk kisaran ukuran partikel ke-j

m = Fraksi massa partikel pada kisaran ukuran ke j


j

3. Electrostatic Presipitator (EP)


Alat pengendali debu yang berfungsi untuk memisahkan gas dan abu sebelum
gas tersebut keluar dari stack salah satunya adalah electrostatic precipitator
atau EP.
Instalasi pertama EP berhasil dengan sukses untuk digunakan sebagai
penangkap asam Sulfat. Kemudian dilanjutkan pada industri semen untuk
menangkap debu klinker dan debu semen. Setelah itu digunakan pada
industri pengolahan batu bara yang menggunakan boiler.
EP sangat efektif sebagai pengendali partikulat terutama yang
berukuran kurang dari 10-20 μ m (dominan pada ukuran submikron). Pada

74
sebagian besar aplikasinya EP memiliki efisiensi pengumpulan partikulat
sebesar (80-99,9)%.

Gambar 6. Bagian Electrostatic Presipitator

Prinsip Penyisihan
 Partikel diberikan muatan negatif (negative charging) sehingga
menimbulkan gaya elektrostatis.
 Gaya ini akan berinteraksi sehingga partikulat akan mengalami
presipitasi pada sistem pengumpul (berbentuk plat atau tabung) yang
bermuatan positif.

Kelebihan :
 Efisiensi penyisihan partikel sangat tinggi

75
 Mampu menyisihkan partikel berukuran kecil(0.1 -10 mikron)
 Dapat menangani debit aliran gas besar dengan kehilangan tekan yang
rendah. Kehilangan tekanan sekitar 2.54 cm H2O (<<
jikadibandingkan dengan scrubber ataupun bag house dgnp :25 –250
cm H2O )
 Dapat digunakan untuk pengumpul sistem kering bagi materi yang
bernilai, atau pengumpul sistem basah untuk fumedan mist
 Dapat didisain aliran gas dengan temperatur cukup tinggi
 Biaya operasional rendah, kecuali untuk efisiensi yang sangat tinggi

Kekurangan :
 Capital cost yang tinggi
 Hanya menyisihkan partikulat dan tidak dapat menyisihkan pencemar
dalam bentuk gas
 Tidak terlalu fleksibel
 Memerlukan lahan yang luas
 Tidak dapat digunakan untuk partikel yang memiliki resistivitas
elektrik (electrical resistivity) yang terlalu tinggi (>1010ohm.cm) atau
terlalu rendah (104-107ohm.cm)
 Ozon dihasilkan dari pemberian muatan negatif terhadap elektoda pada
saat ionisasi gas
 Dibutuhkan personel yang memiliki keahlian khusus dalam
pemeliharaan EP

Efisiensi Electrostatic Presipitator:

4. Wet Scrubber
Scrubbers adalah alat pengumpul partikulat yang sangat halus pada tetesan
cairan. Kebanyakan partikel halus akan melekat pada tetesan cairan jika

76
bersentuhan (Nevers, 2000). Prinsip scrubbers adalah mengurangi
partikulat/ gas dengan menyerapnya menjadi cairan yang keluar dengan
cepat karena sentuhan. Mekanisme sentuhan adalah melalui putaran inersia
diikuti penurunan secara gravitasi.

Gambar 7. Wet Scrubber

Prinsip Penyisihan
 Impingement : memperbesar ukuran partikulat dengan menumbukkan
spray air pada jalur edar partikulat
 Difusi: adanya gradien konsentrasi antara spray air dan partikulat
menyebabkan difusi yang menghasilkan deposisi basah
 Kondensasi: butir spray air terkondensasi pada permukaan partikulat
 Menambah tingkat kelembaban dan gaya elektrostatik antar partikel

Faktor Penentu
 Ukuran partikel
 Kecepatan partikel
 Kecepatan droplet

77
Gambar 8. Kurva Efisiensi Wet Secrubber

Pemilihan Alat Pengendali Partikulat


1. Cyclone
-partikulat yang akan disisihkan berukuran kasar
-konsentrasi relatif tinggi(> 35 gram/m3)
-tidak terlalu diperlukan efisiensi penyisihan yang tinggi

2. Wet Scrubber
-partikel halus harus disisihkan dengan efisiensi yang relatiftinggi
-partikulat dan gas yang disisihkan bersifat mudah terbakar
-digunakan untuk menyisihkan partikulat dan gas sekaligus

3. Electrostatic Precipitator
-efisiensi yang sangat tinggi diperlukan untuk menyisihkan partikel halus
-volume gas yang harus ditangani sangat besar
-partikel yang disisihkan perlu direcovery

MENERANGKAN KEDUDUKAN MONITORING DALAM MANAJEMEN


KUALITAS UDARA

78
Pengertian monitoring

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan


atas objektif program./ Memantau perubahan, yang fokus pada proses dan
keluaran. Monitoring menyediakan data dasar untuk menjawab permasalahan.
Monitoring akan memberikan informasi tentang status dan kecenderungan bahwa
pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang dari waktu ke waktu,
pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk memeriksa terhadap
proses berikut objek atau untuk mengevaluasi kondisi atau kemajuan menuju
tujuan hasil manajemen atas efek tindakan dari beberapa jenis antara lain tindakan
untuk mempertahankan manajemen yang sedang berjalan.
Program pemantauan kualitas udara (monitoring kualitas udara) merupakan
suatu upaya yang dilakukan dalam pengendalian pencemaran udara. Hal yang
penting diperhatikan dalam program pemantauan udara adalah yang berhubungan
dengan aspek pengambilan contoh udara (sampling) dan analisis di
laboratoriumnya serta pengelolaan data dengan metode statistika.
Keabsahan dan keterpecayaan data hasil pemantauan yang diperoleh sangat
ditentukan oleh metode sampling dan analisis yang diterapkan. Seperti diketahui,
program pemantauan kualitas udara (monitoring kualitas udara), baik udara
ambien maupun dari sumber emisi pencemaran udara.

Monitoring Kualitas Udara

Monitoring kualitas udara adalah berdasarkan data dan perencanaan, baik data
pemantauan fisik maupun sampai ke dampak yang dirasakan terhadap kehidupan
manusia, maka penyebab menurunnya kualitas udara di beberapa kota – kota
besar dan lokasi tertentu terutama berasal dari pengendalian pencemaran udara :
1. Mendorong kebijaksanaan energi dalam penggunaan bahan bakar yang
lebih bersih bagi lingkungan hidup.

2. Menimbuhkan kesadaran dan partisipasi masyarakat.

3. Upaya dalam menurunkan tingkat pencemaran udara yang terus


dikembangkan diantaranya adalah mengidenifikasi jenis tanaman yang
efektif menyerap pencemaran udara.

79
Program monitoring kualitas udara merupakan salah satu upaya yang dilakukan
dalam pengendalian pencemaran udara. Hal yang penting diperhatikan dalam
program monitoring kualitas udara adalah berhubungan dengan aspek
pengambilan contoh udara (sampling) dan analisis di laboratoriumnya serta
pengelolaan data dengan metode statistika.
Keabsahan dan keterpecayaan data hasil pemantauan yang diperoleh sangat
ditentukan oleh metode sampling dan analisis yang diterapkan. Seperti diketehui,
program monitoring kualitas udara, baik udara ambien maupun dari sumber emisi
pencemaran udara. Pencemaran udara di suatu daerah akan sangat ditentukan
secara langsung oleh intensitas sumber emisi pencemarnya dan pola
penyebarannya (dispresi, difusi, dan pengenceran) di dalam atmosfer. Konsentrasi
pencemar udara akan berbeda dari satu tempat dengan waktu yang berbeda atau
dengan tempat lainnya. Hubungan skala ruang dan waktu menjadi variabel
penentu besaran konsentrasi zat pencemaran yag diamati. Di lain pihak,
pencemaran udara juga ditentukan oleh jenis pencemar yang diemisikan oleh
sumbernya.
Dua janis pencemar dapat dibedakan di sini, yaitu penemar indikatif dan
spesifik.
 Zat pencemar indikatif merupakan zat pencemar yang telah dijadikan
indikator pencemar udara secara umum, yang biasanya tercantum di dalam
peraturan kualitas pencemaran udara yang berlaku. Yang termasuk zat
pencemar indikatif untuk daerah perkotaan dan pemukiman secara umum
adalah suspended particulate matter (debu), karbon monoksida, total
hidrokarbon (THC), oksida – oksida nitrogen (Nox), sulfur dioksida (SO2)
dan oksida totokimia (ozon).

 Kelompok pencemar spesifik merupakan zat pencemar udara yang bersifat


spesifik yang diemisikan dari sumbernya, contohnya gas chlor, ammonia,
hidrogen sulfida, merkaptan, formaldehida, dan lain – lain.

Beradasarkan populasi penduduk


Penentuan jumlah stasiun monitoring di suatu wilayah dapat
dilakukanberdasarkan jumlah penduduk yaitu menggunakan kurva

80
pendekatan(aproksimasi), jumlah minimum dan maksimum monitoring untuk
masing-masing zat pencemar, Total suspended solid (debu), SO2, dan pencemar
lainnya untuk sistempengukuran automatik maupun mekanik, untuk masing-
masing kelas populasi yang tergantung pada penyebaran dan tingkat
pencemarannya.
Sebagai contoh, untuk daerah yang berpenduduk 1 juta dengan masalahSO2
yang kritis diperlukan 20 stasiun pemantauan SO2, sedangkan untuk masalah yang
tidak kritis minimum diperlukan hanya 10 stasiun pemantauan SO2 .Untuk
parameter SO2 dan NOx membutuhkan alat ukur mekanik danotomatis. Perbedaan
perkiraan antara jumlah sampler total (mekanis danotomatis) dengan sampler
otomatis adalah menunjukkan banyaknya sampler mekanis yang diperlukan.

Kriteria Penempatan Stasiun Pemantau

Penempatan lokasi stasiun pemantauan perlu dilakukan pada titik-titik


yangmewakili: pusat kota, pinggir kota, pedesaan, daerah sekitarnya (remote
area ),daerah industri, daerah pemukiman dan daerah komersial (perdagangan).

Jaringan stasiun pemantau

Perencanaan jaringan pemantau kualitas udara dilakukan berdasarkan tingkat


konsentrasi pencemar, penyebaran pencemar dan inventori emisi. Selain itu,
diperlukan pertimbangan – pertimbangan umum seperti : jaringan yang ideal
memerlukan sumber daya yang besar, dan jiga diperlukan pengetahuan mengenai
tingkat dan pola penyebaran pencemaran udara . penetapan besarnya jaringan
sanat ditentukan oleh faktor – faktor jumlah penduduk, tingkat pencemaran dan
keragamannya serta kebijakan – kebijakan yang berlaku. Secara teknis,
penentapan besar jaringan dapat ditentukan berdasarkan jimlah penduduk yaitu
dengan membuat kurva aproksimasi (untuk pencemar CO2, CO, HC, NOx, dan
oksidan) dan berdasarkan perhitungan.

Periode dan frekuensi sampling

Konsentrasi zat pencemar di udara ambien berkaitan erat dengan waktu dan
tempat, oleh karena itu maka penentuan periode dan frekuensi sampling harus

81
memperhatikan hal-hal apakah sampling udara ambien dilakukan dengan
sampling terus-menerus (kontinu), semi kontinu dan sampling sesaat ( grab
sampling ).
 Sampling kontinu merupakan metode yang paling ideal dalam suatu program
pemantauan dan pengawasan kualitas udara, khususnya di daerah perkotaan

 Sampling semi kontinu dapat diterapkan di daerah – daerah yang agak


tercemar, yang tidak terlalu ditandai dengan fluktuasi episodik yang tinggi.

 Sampling sesaat biasanya merupakan suatu metode yang hanya dilakukan


untuk maksud tertentu, misal penguji keabsahan data yang diperoleh dari
sampling kontinu dan sampling semi kontinu, atau suatu langkah awal
penentuan titik – titik sampling yang diperlukan di dalam pemantauan dan
pengawasan kualitas udara. Sampling sesaat merupakan metode sampling
yang permanen.

Metode Sampling Udara Ambien

Dalam pengukuran kualitas udara dengan menggunakan metode dan peralatan


yang manual, terlebih dahulu dilakukan sampling yang dilanjutkan dengan analisa
di laboratorium.
Untuk mengumpulkan gas dari udara ambien diperlukan suatu teknik
pengumpulan dan peralatan tertentu. Teknik pengumpulan gas yang umum
digunakan untuk menangkap gas di udara ambien adalah teknik absorpsi, adsoipsi,
pendinginan dan pengumpulan pada kantong udara (bag sampler atau tube
sampler).
 Teknik absorpsi adalah teknik pengumpulan gas berdasarkan kemampuan gas
pencemar bereaksi dengan pereaksi kimia (absorben). Pereaksi kimia yang
digunakan harus spesifik artinya hanya da[ar beraksi dengan gas pencemar
yang dianalisis dengan metode colorimetri, selalu menggunakan teknik
absorpsi untuk mengumpulkan contog gas, misalnya pengukuran gas SO2,
dengan metode pararosaniline.

 Teknik adsorpsi yaitu berdasarkan kemampuan gas teradsorpsi pada


permukaan padat adsorbent (karbon aktif atau alumunium oksida), terutama

82
untuk gas – gas hidrokarbon yang mampu terserap dalam permukaan karbon
aktif.

 Teknik pendinginan yaitu teknik sampling dengan cara membekukkan gas


pada titik bekunya, sedangkan pengumpulan contoh dengan kantong udara
sering digunakan untuk gas pencemar yang tidak memerlukan pemekatan
contoh udara. Untuk pengumpulan contih udara diperlukan peralatan
pengambilan contoh udara yang pada umumnya terdiri dari collector,
flowmeter, da pompa vacuum. Collector berfugsi untuk mengumpulkan gas
yang tertangkap, dapat berupa impinger, fritted bubbler atau tube adsorber.
Untuk mengetahui volume udara ambien yang terkumpul digunakan
flowmeter baik berupa dry gas meter, wet gas meter atau rotameter. Pompa
vacum dihindari digunakan untuk menghisap udara ke dalam collector.
Kesalahan yang harus dihindari adalah kebocoran dari sistem pengambilan
contoh.

Metode Analisa

Berbagai jenis metode pengukuran analitik dapat digunakan untuk analisis zat
pencemar udara, dari mulai metode analitik yang sederhana dengan waktu
pengukuran yang lama seperti titrasi atau gravimetri sampai metode analitik yang
paling mutakhir, yaitu menggunakan prinsip – prinsip fisiko- - kimia yang mampu
mengukur zat pencemar secara otomatis dengan waktu pengukuran berskala detik,
serta tidak memerlukan larutan pereaksi.

Manfaat Monitoring Untuk Penilaian Kualitas Udara

Dengan mempertimbangkan faktor – faktor sumber pencemar, medium tempat


pencemaran berdispresi dan berdifusi, maupun jenis zat pencemar yang telah
diuraikan diatas, pemantauan udara ambien. Pemantauan kualitas udara dilakukan
terutama untuk mengetahui tingkat emisi dan unsur pencemar spesifik, sedangkan
pemantauan udara ambien dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara
yang didasrkan atas pencemar indikatif yang umum.
Tujuan pemantauan Kualitas udara ambien
Beberapa tujuan dapat dicapai dalam pemantauan kualitas udara, adalah

83
 Untuk megetahui tingkat pencemar udara yang ada di suatu daerah dengan
mengacu pada ketentuan dan peraturan mengenai kualitas udara yang berlaku
dan baku.

 Untuk menyediakan pengumpulan data (data base) yang diperlukan dalam


evaluasi pengaruh pencemaran dan pertimbangan perencanaan, seperti
pengenbangan kota dan tata guna lahan, perencanaan transportasi, evaluasi
penerapan strategi pengendalian pencemaran yang telah dilakukan, vadilidasi
pengenbangan model difusi dan dispresi pencemaran udara.

 Untuk mengamati kecenderungan tingkat pencemaran udara yang ada di


daerah pengendalain percemaran udara tertentu.

 Untuk mengaktifkan dan menentukan prosedur pengendalian darurat untuk


mencegah timbulnya episode percemaran udara.

Aspek penting dalam pemantauan kualitas udara adalah bagaiman data


dapatdinilai andal, dapat dipercaya dan memiliki rentang toleransi keakuratan
pengukuran. Polutan yang dipantau secara garis besar dikelompokkan menjadi
pencemar indikatif dan spesifik. Jaringan stasiun pengamat dapat dirancang
melalui pendekatan kurva serta perhitungan. Frekuensi sampling kualitas
udaradan metode-metode pengukuran menjadi hal yang diperhitungkan dalam
pemantauan kualitas udara.

Kesimpulan
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan
atas objektif program./ Memantau perubahan, yang fokus pada proses dan
keluaran.
Program monitoring kualitas udara merupakan salah satu upaya yang dilakukan
dalam pengendalian pencemaran udara. Hal yang penting diperhatikan dalam
program monitoring kualitas udara adalah berhubungan dengan aspek
pengambilan contoh udara (sampling) dan analisis di laboratoriumnya serta
pengelolaan data dengan metode statistika.

84
Penempatan lokasi stasiun pemantauan perlu dilakukan pada titik-titik yang
mewakili: pusat kota, pinggir kota, pedesaan, daerah sekitarnya (remote
area ),daerah industri, daerah pemukiman dan daerah komersial (perdagangan).
Untuk mengumpulkan gas dari udara ambien diperlukan suatu teknik
pengumpulan dan peralatan tertentu. Teknik pengumpulan gas yang umum
digunakan untuk menangkap gas di udara ambien adalah teknik absorpsi, adsoipsi,
pendinginan dan pengumpulan pada kantong udara (bag sampler atau tube
sampler).
Dengan mempertimbangkan faktor – faktor sumber pencemar, medium tempat
pencemaran berdispresi dan berdifusi, maupun jenis zat pencemar yang telah
diuraikan diatas, pemantauan udara ambien. Pemantauan kualitas udara dilakukan
terutama untuk mengetahui tingkat emisi dan unsur pencemar spesifik, sedangkan
pemantauan udara ambien dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara
yang didasrkan atas pencemar indikatif yang umum.
Aspek penting dalam pemantauan kualitas udara adalah bagaiman data
dapatdinilai andal, dapat dipercaya dan memiliki rentang toleransi keakuratan
pengukuran. Polutan yang dipantau secara garis besar dikelompokkan menjadi
pencemar indikatif dan spesifik. Jaringan stasiun pengamat dapat dirancang
melalui pendekatan kurva serta perhitungan. Frekuensi sampling kualitas
udaradan metode-metode pengukuran menjadi hal yang diperhitungkan dalam
pemantauan kualitas udara.

Saran
Dalam menentukan kualitas udara diperlukan metode sampling dan analisa
yang tepat. Sebelum melakukan pemantau dianjurkan untuk mengetahui tingkat
konsentrasi pencemar, penyebaran pencemar dan inventori emisi. Selain itu,
diperlukan pertimbangan – pertimbangan umum seperti : jaringan yang ideal
memerlukan sumber daya yang besar, dan jiga diperlukan pengetahuan mengenai
tingkat dan pola penyebaran pencemaran udara

85
MONITORING UNTUK PECEMARAN UDARA
SKALA MIKRO, MESO DAN MAKRO

Aspek Spasial dan Temporal Pencemaraan Udara

Dinamika atmosfer merupakan faktor utama yang perlu dipertimbangkan


dalammasalah pencemaran udara. Dalam hal ini, atmosfer selalu parsial untuk
menganalisafenomena-fenomena yang khusus, dan ketakterbatasan atmosfer biasanya
dihilangkan. Dalam kaitannya dengan pencemaran udara, pasquil (1983), membagi skala
waktu danruang atmosferik dalam :
Skala Mikro (lokal)
Dengan orde jangkauan sampai dengan satuan kilometer, dan skala waktu dalam orde
detik sampai beberapa menit. Skala ini sering pula disebut sebagai skala lokal. Pada skala
lokal/mikro, pencemaran udara berdampak pada kesehatan manusia. Misalnya udara yang
tercemar gas karbon monoksida (CO) jika dihirup seseorang akan menimbulkan keracunan.
Jika orang tersebut terlambat ditolong maka dapat mengakibatkan kematian.
Skala Meso (regional)
Jangkauan kilometer sampai dengan ratusan kilometer, dan dengan segala skala waktu
menit sampai beberapa jam. Contohnya peristwa kebakaran hutan di Kalimantan.
Skala Makro (jangka panjang)
Dengan jangkauan di atas ribuan kilometer, dan dengan skala waktu lebih besar dari
pada satu hari. Jangkauan yang jauh pada saat ini, menyebabkan skala ini sering dikenal
sebagai Skala Kontinental. Unsur-unsur pencemar yang relative stabil, akan dapat bertahan
tetap dalam bentuknya, dan mencapai jarak jangkauan yang jauh.
Dampak pencemaran udaara berskala makro,misalnya fenomena hujan asam dalam
skala regional, sedangkan dalam skala global adalah efek rumah kaca dan penipisan lapisan
ozon.

Dampak Pencemaran Udara Skala Makro, Mikro dan Meso


Dinamika atmosfer merupakan faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam masalah
pencemaran udara. Dalam kaitannya dengan pencemaran udara Schnelle dan Dey (2000)
dalam Satria (2006) membagi skala waktu dan ruang atmosferik seperti yang ditunjukkan
dalam Tabelsebagai berikut:

86
Tabel 2.1. Skala Waktu dan Ruang Atmosferik

Meteorologi Skala pengukuran Fenomena yang


Skala Waktu Horizontal Vertikal Terjadi
Skala Detik sampai1mm -1 km Permukaan sampaiAngin taufan
Mikro jam 100m turbulensi
kecil,Efek
pergesekan,
Lapisan batas,
Efek topografi
Skala MesoJam sampai1 km -100 km Permukaan sampai 1 Turbulensi besar
hari Kota kecil dan km Turbulensi
kota besar besar
Angin laut
dan darat
Urban heat
island
Angin
gunung dan
Pengendalian
lembah
Skala hari 100 km sampai Permukaan sampai 20 Efek global
Makro sampai belahan bumi km
tahun

Sumber: Satria, 2006

Skala Makro
a. Dalam Skala Regional :
 Hujan Asam
Dua gas yang dihasilkan dari pembakaran mesin kendaraan serta pembangkit listrik
tenaga disel dan batubara yang utama adalah sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida
(NO2). Gas yang dihasilkan tersebut bereaksi dengan oksigen dan uap air di udara
membentuk asam. Misalnya, sulfur dioksida dengan oksigen membentuk sulfur trioksida:
2 SO2 + 2 O2 SO3
Sulfur trioksida kemudian bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat:
SO3 + H2O H2SO4
Uap air yang telah mengandung asam ini menjadi bagian dari awan yang akhirnya
turun ke bumi sebagai hujan asam. Hujan asam juga mengakibatkan berkaratnya benda-
benda yang terbuat dari logam misalnya jembatan dan rel kereta api, serta rusaknya
berbagai bangunan. Selain itu, hujan asam juga dapat menyebabkan menurunnya pH

87
tanah, sungai, dan danau, sehingga mempengaruhi kehidupan organisme tanah dan air,
serta kesehatan manusia.

b. Dalam Skala Global:


 Efek Rumah Kaca
Secara alamiah cahaya matahari (radiasi gelombang pendek) yang menyentuh
permukaan bumi akan berubah menjadi panas dan menghangatkan bumi. Sebagian dari
panas ini akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa luar sebagai radiasi
infra merah gelombang panjang. Sebagian panas sinar matahari yang dipantulkan itu akan
diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi (disebut gas rumah kaca seperti :
uap air, karbon-dioksida/CO2 dan metana ) sehingga panas sinar tersebut terperangkap di
atmosfer bumi. Peristiwa ini dikenal dengan Efek Rumah Kaca (ERK) karena
peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di
dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah
kaca tersebut.
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati
manusia, karena jika tidak ada Efek Rumah Kaca maka suhu permukaan bumi akan 33
derajat Celcius lebih dingin. Semua kehidupan di Bumi tergantung pada efek rumah kaca
ini, karena tanpanya, planet ini akan sangat dingin sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi. Akan tetapi, bila gas-gas ini semakin berlebih di atmosfer dan berlanjut,
akibatnya pemanasan bumi akan berkelebihan dan akan semakin berlanjut.
 Perubahan Iklim
Meningkatnya suhu bumi dan atmosfer bumi akibat pembakaran fosil (minyak
bumi dan batu bara) memberikan dampak terjadinya perubahan iklim. Hal ini terjadi
karena panas yang dipantulkan permukaan bumi terhalang CO2 yang berlebihan dan
memantul kembali ke bumi.
Perubahan iklim ini dapat mengakibatkan daerah yang jarang hujan akan
mendapat curah hujan tinggi, sedangkan daerah lainnya mengalami kekeringan yang
hebat. Selain itu, perubahan iklim dapat menyebabkan es di daerah kutub mencair. Jika ini
terjadi, maka permukaan air laut meningkat dan beberapa kota pantai akan tenggelam.
 Terbentuknya Lubang Ozon

88
Lapisan ozon adalah lapisan gas yang menyelimuti bumi pada ketinggian 30
km di atas bumi. Lapisan ozon terdapat pada lapisan atmosfer yang disebut stratosfer.
Lapisan ozon ini berfungsi menahan 99% radiasi UV yang dipancarkan matahari.
Kerusakan lapisan ozon terutama diseababkan oleh zat CFC. CFC biasanya digunakan
sebagai refrigeran.
Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin
pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda/media
yang didinginkan dan membawanya kemudian membuang panas tersebut ke udara luar.

Skala Mikro
 Gangguan pernapasan akibat partikel SOx dan NOx
Peningkat n konsentrasi sulfur di atmosfer dapat menyebabkan gangguan
kesehatan pada manusia, terutama menyebabkan penyakit bronkhitis, pneumonia,
dan gagal jantung. Partikel – partikel tersebut biasanya sulit dibersihkan jika sudah
mencapai alveoli sehingga menyebabkan iritasi dan gangguan pertukaran gas.
Nitrogen oksida memainkan peranan penting dalam penyusunan jelaga fotokimia.
Peroksiasil nitrat yang dibentuk dalam jelaga sering menyebabkan iritasi pada mata
dan paru-paru.
 Keracunan Timah
Timah dapat ditemukan di udara, air dan makanan yang kita makan. Keracunan
timah dapat terjadi jika timah terakumulasi di dalam tubuh dalam periode yang lama.
Dalam konsentrasi tinggi, timah dapat menyebabkan tubuh kehilangan kontrol
terhadap tangan dan kaki, kram, koma dan kematian.
 Keracunan Gas CO

89
Bila masuk ke dalam tubuh, gas ini mempunyai afinitas (daya ikat) terhadap
haemoglobin (Hb) lebih tinggi daripada oksigen. Oleh sebab itu, bila CO masuk ke
dalam peredaran darah maka Hb akan lebih banyak mengikat CO daripada mengikat
oksigen, menghasilkan HbCO. Bila 70 – 80 % Hb telah mengikat CO akan
menyebabkan kematian.

Kesimpulan
1. Dalam kedudukan monitoring dalam manajemen kualitas udara mencakup beberapa
skala yang berpengaruh terhadap pencemaran yaitu skala mikro, meso dan makro.
Pergerakan angin dapat terjadi pada skala mikro, meso dan makro.
2. Skala lokal/mikro, memiliki orde jangkauan sampai dengan satuan kilometer. Pada
skala ini pencemaran udara berdampak pada kesehatan manusia. Misalnya udara yang
tercemar gas karbon monoksida (CO) jika dihirup seseorang akan menimbulkan
keracunan. Jika orang tersebut terlambat ditolong maka dapat mengakibatkan
kematian.
3. Skala meso/regional, memiliki jangkauan kilometer sampai dengan ratusan kilometer,
dan dengan segala skala waktu menit sampai beberapa jam. Contohnya peristwa
kebakaran hutan di Kalimantan.
4. Skala makro(jangka panjang), memiliki jangkauan di atas ribuan kilometer, dan
dengan skala waktu lebih besar dari pada satu hari. Dampak pencemaran udaara
berskala makro,misalnya fenomena hujan asam dalam skala regional, sedangkan
dalam skala global adalah efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PEMAKAIAN SETTLER DAN CYCLONE

PENCEMARAN DAN PENGENDALIAN UDARA

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau


komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang


Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pengendalian pencemaran udara
adalah upaya pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu

90
udara. Pengendalian pencemaran udara meliputi pengendalian dari usaha dan/atau kegiatan
sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak, dan sumber tidak
bergerak spesifik yang dilakukan dengan upaya pengendalian sumber emisi dan/atau sumber
gangguan yang bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara ambien.

Contoh sumber pencemar udara tidak bergerak diantaranya adalah cerobong industry
kimia, flare, eksplorasi minyak dan gas bumi, tambang batubara, dan cerobong PLTU
batubara. Sedangkan sumber pencemar udara bergerak diantaranya berasal dari asap
kendaraan bermotor.

TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA


Teknologi pengendalian pencemaran udara dalam suatu plant atau tahap proses
dirancang untuk memenuhi kebutuhan proses itu atau perlindungan lingkungan. Teknologi ini
dapat dipilih dengan penerapan susunan alat pengendali sehingga memenuhi persyaratan
yang telah disusun dalam rancangan proses.
Rancangan proses pengendalian pencemaran ini harus dapat memenuhi persyaratan
yang dicantumkan dalam peraturan pengelolaan lingkungan. Rancangan ini harus
mempertimbangkan factor ekonomi. Jadi penerapan peralatan pengendalian ini perlu
dikaitkan dengan perkembangan proses produksi itu sendiri sehingga memberikan nilai
ekonomik yang paling rendah baik untuk instalasi, operasi dan pemeliharaan. Nilai ekonomik
yang dihubungkan dengan biaya produksi ini masih sering dianggap cukup besar. Penilaian
ekonomik yang dihubungkan dengan kemaslahatan masyarakat kurang ditinjau, karena
analisis ini kurang dapat dipahami oleh pihak industriawan.Dengan demikian penerapan
peraturan harus dilaksanakan dan diawasi dengan baik, agar penerapan teknologi
pengendalian ini bukan hanya sekedar memasang alat pengendalian pencemaran udaram
tetapi kinerja alat ini tidak memenuhi persyaratan.Teknologi pengendalian ini perlu dikaji

91
dengan seksama, agar penggunaan alat tidak berlebihan dan kinerja yang diajukan oleh
pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi persyaratan perlindungan lingkungan.
System pengendalian ini harus diawali dengan memahami watak emisi senyawa
pencemar dan lingkungan penerima. Teknologi pengendalian yang sempurna akan
membutuhkan biaya yang besar sekali sehubungan dengan dimensi alat, kebutuhan energy,
keselamatan kerja dan mekanisme reaksi. Sistem pengendalian pencenmaran ini akan selalu
memasang cerobong sebagai upaya untuk mengurangi konsentrasi senyawa pencemar pada
saat pembebasan ke udara. Rancangan cerobong ini harus memiliki persyaratan tingkat
konsentrasi di permukaan dan watak lingkungan udara yang meliputi kemantapan dan derajat
inversi.

TEKNIK PENGENDALIAN EMISI


Emisi yang dikendalikan meliputi
Particulate Matter ( PM )
Particulate Matter dapat mudah terhirup dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan,
PM juga berdampak pada lingkungan yang mengakibatkan penurunan jarak pandang.
Emisi PM pada unit pengolahan limbah bervariasi dengan sifat fisik dan kimia aliran
limbah, volume, ukuran dan lokasinya, iklim serta metode transportasi.Pengendalian
emisi PM termasuk juga pada saat pembuangan dan penimbunan di tanah.
Pengendalian PM dilakukan dengan cara :
 Pengendalian pada saat pengangkutan dengan menggunakan kontainer atau
drum.
 Pada saat landfills perlu dilakukan penyiraman untuk mencegah emisi PM ke
udara.
 Pencegahan emisi karena tiupan dengan cara menghindari penyemprotan pada
saat terjadinya angin.

Emisi VOC
Pengendalian VOC dilakukan dengan cara :
 Pemilihan tempat penyimpanan sementara yang terlindungi dari angin, untuk
mengurangi emisi.
 Pengolahan pendahuluan VOC dengan cara stripping, ekstrasi dan distilasi.
 Member penutup pada tempat limbah yang menimbulkan VOC seperti plastic,
membrane sehingga gas dapat dikumpulkan dan diambil.

92
2.1 ALAT PENGENDALI PENCEMAR UDARA

SETTLING CHAMBER ( bak pengendap)

Settling Chamber adalah alat pengendali debu pertama yang sering dipakai untuk
menurunkan emisi debu tetapi pada saat ini sudah jarang sekali digunakan. Karena efisiensi
pengumpulnya yang rendah, settling chamber tidak dapat digunakan untuk memenuhi
standar emisi yang ada ( peraturan pemerintah yang ada ). Tetapi settling chamber masih
dapat digunakan sebagai penangkap debu awal (pre-collection) untuk alat pengendali
partikulat yang lain seperti electrostatic precipitator atau fabric filter untuk menghilangkan
(menangkap) partikel dengan ukuran besar. Gambar 1 menunjukkan typical settling chamber.
Bentuk settling chamber dapat beruupa sebuah kotak yang panjang dan horisontal yang
dilengkapi dengan inlet, kamar pengendapan (chamber), outlet serta hopper.
Kegunaan Settling Chamber secara umum ada 2, yaitu:

1. Digunakan sebagai penangkap debu awal untuk menghilangkan (menangkap)


partikel dengan ukuran besar.
2. Prinsip penyisihan partikulat dalam Gravity Settler adalah gas yang mengandung
partikulat dialirkan melalui suatu ruang (chamber) dengan kecepatan rendah
sehingga memberikan waktu yang cukup bagi partikulat untuk mengendap secara
gravitasi ke bagian pengumpul debu ( dust collecting hoppers ). Pertamakali
dipakai, efisiensi rendah. Sekarang sering dipakai sebagai pre- treatment untuk
menghilangkan partikel ukuran besar.

Gambar 1
Settling Chamber

Mekanisme: gaya gravitasi dan gaya inersia, jenis: settling chamber sederhana dan

93
settling chamber Howard ( ada penambahan pelat-pelat ). Efisiensi teoritis dan setelah
diperhitungkan dengan hukum Stokes:

g : percepatangravitasi
dp : diameterpartikel
rp : densitaspartikel
r : densitasgas
m : viscositasgas
K : faktorcunningham

Kelebihan dan Kekurangan Gravity Settler

Kelebihan dari gravity settler adalah:

1. Desain alat sederhana, mudah untuk dibuat konstruksinya


2. Pemeliharaan yang mudah dan biaya pemeliharaan sangatrendah
Kekurangan dari gravity settler adalah:

1. Ukurannya besar, memerlukan lahan yang luas


2. Harus dibersihkan secara manual dalam interval waktu tertentu
3. Hanya dapat menyisihkan partikel berukuran besar (10-50mm)
4.

CYCLONE

Cyclone adalah suatu jenis alat pengumpul debu mekanik yang digunakan untuk
menciptakan aliran berputar (vortex) untuk mengalirkan partikel ke area dimana partikel tadi
akan mengalami kehilangan energi dan terpisah dari aliran gas (Mycock,1995).
Input berupa gas dan partikulat dipercepat dengan gerakan spiral, dimana partikel
ukuran besar terlempar keluar gas dan bertubrukan dengan dinding cyclone oleh gaya
sentrifugal dan turun ke kerucut cyclone untuk ditangkap oleh hopper. Sedangkan gas yang
bersih mengalir keluar melalui stack (Cornwell, 1998).
Cyclone memiliki efisiensi yang rendah untuk partikel berukuran kecil dan efisiensi

94
tinggi untuk ukuran partikel berukuran besar 5-15µm. Alat ini dapat diopeasikan dalam
kondisi basah (melalui injeksi air di inlet) atau kering.Semakintinggi velocity gas, maka
removal efisiensinyajuga semakin besar (Bethea,1978).

Kelebihan dan Kekurangan Cyclone:

Kelebihan (Cooper &Aley, 1986):


1. Modal awal rendah.
2. Mampu beroperasi pada temperatur tinggi.
3. Biaya pemeliharaan rendah.
Kekurangan ( Cooper &Aley,1986):
1. Efisiensi rendah untukpartikel berukuran kecil.
2. Biaya operasi yang tinggi sebab terjadi kehilangan tekanan.

Gambar 2
Skema Cyclone

Tipe - Tipe Cyclone


Berdasarkan efisiensi, selain cyclone conventional, cyclone dibagi atas ( Cooper &
Alley,1994 ):
1. High-efficiency Cyclone
Kecepatan gas inlet lebih tinggi dengan demikian memberi gaya sentrifugal yang lebih
tinggi.
2. High-throughput Cyclone
Biasanya mempunyaidiameter yang lebih besar dan menangani kecepatan yang lebih
tinggi.

Tabel 5.1
Standar Dimensi Cyclone

95
TipeCyclone
High Conventional High
Efficiency Throughout
Diameterbodi,D/D 1,0 1,0 1,0
Tnggiinlet,H/D 0,5 0,5 0,75

Lebarinlet,W/D 0,2 0,25 0,375


Diametergaskeluar 0,5 0,5 0,75
De/D
Panjangvortex,S/D 0,5 0,625 0,875
Panjangbodi,Lb/D 1,5 2,0 1,5
Panjangkerucut,Lc/D 2,5 2,0 2,5
Diameteroutletdebu 0,375 0,25 0,375
Dd/D
Sumber: Cooper & Alley, 1986.

KESIMPULAN

Adapun kelebihan dan kekurangan dari :

1. Settling Chamber
Kelebihan
a. Desain alat sederhana, mudah untuk dibuat konstruksinya
b. Pemeliharaan yang mudah dan biaya pemeliharaan sangat rendah
Kekurangan

a. Ukurannya besar, memerlukan lahan yang luas


b. Harus dibersihkan secara manual dalam interval waktu tertentu
c. Hanya dapat menyisihkan partikel berukuran besar (10-50mm)

2. Cyclone
Kelebihan
a. Modal awal rendah.
b. Mampu beroperasi pada temperatur tinggi.

96
c. Biaya pemeliharaan rendah.
Kekurangan
a. Efisiensi rendah untukpartikel berukuran kecil.
b. Biaya operasi yang tinggi sebab terjadi kehilangan tekanan.

PENYELESAIAN PARAMETER DESAIN SETTLER DAN CYCLON

CYCLON SEPARATOR

Siklon (cyclone) karena karakteristiknya sering digunakan sebagai alat


pemisah partikel dengan gas. Penggunaan siklon sering dijumpai sebagai alat pengontrol
polusi udara dari pengotor debu.Siklon juga dijumpai pada proses pembakaran untuk
peralatan umpan bahan bakar padat (pulverized) pada boiler. Alasan utama penggunaan
siklon adalah harganya yang murah, tidak mempunyai bagian yang bergerak dan mampu
bertahan pada kondisi operasi yang berat Sementara itu siklon juga mempunyai beberapa
kelemahan dalam hal efisiensinya yang rendah (khususnya pada partikel yang sangat
kecil) dan biaya operasi yang tinggi. Tingginya biaya operasi dikarenakan siklon perlu
daya yang besar untuk mengatasi penurunan tekanan (pressure drop).
Cyclone separator adalah alat yang menggunakan prinsip gaya sentrifugal dan
tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan materi berdasarkan
perbedaan massa jenis, ukuran, dan bentuk.

Prinsip kerja

 Prinsip kerja dari siklon adalah terdapatnya kumpulan partikel dan gas yang masuk
dalam arah tangensial kedalam siklon pada bagian puncaknya.
 Kumpulan gas dan partikel ditekan kebawah secara spiral karena bentuk dari siklon.
Gaya sentrifugal dan gaya inersia menyebabkan partikel terlempar kearah luar,
membentur dinding dan kemudian bergerak turun ke dasar siklon.
 Dekat dengan bagian dasar siklon, gas bergerak membalik dan bergerak keatas dalam
bentuk spiral yang lebih kecil.
 Gaya gravitasi menyebabkan partikel-partikel tersebut jatuh kesisi kerucut menuju
tempat pengeluaran.

97
 Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih kecil keluar melalui bagian atas dari
cyclone melalui pusat yang bertekanan rendah
 Gas yang bersih keluar dari bagian puncak siklon sedangkan partikel keluar dari dasar
siklon.

Siklon sering digambarkan sebagai peralatan dengan efisiensi rendah.Namun dalam


perkembangannya, tercatat, siklon mampu menghasilkan efisiensi 98% bahkan lebih untuk
partikel yang lebih besar dari 5 microns (Cooper, et al., 1986).Efisiensi lebih dari 98% juga
tercatat pada siklon untuk partikel yang diameternya lebih dari 346 microns (Funk, P.A., et
al., 2000).
Bentuk-bentuk Cyclone

 Dua bentuk utama dari cyclone adalah axial dan tangensial cyclone.
 Pada dasarnya, keduanya beroperasi dengan prinsip kerja yang sama.
 Namun, pada axial flow cyclones materi masuk melalui bagian atas cyclone dan
dipaksa untuk bergerak membentuk sudut pada bagian atas.
 Pada tangential cyclones, materi masuk dari celah pada sisi yang berada pada posisi
menyudut dengan badan cyclone.
 Axial flow cyclones lebih banyak digunakan.
Parameter terpenting dari sebuah cyclone dalam pemisahan berbagai jenis materi adalah
efisiensi pengumpulannya dan penurunan tekanan melalui unitnya.
Efisiensi pengumpulan cyclone dapat ditentukan melalui kemampuannya untuk
menangkap dan menahan partikel debu dimana penurunan tekanan adalah kekuatan yang
diperlukan unit tersebut agar fungsi ini dapat berjalan.
Faktor-faktor yang dapat mengurangi performa dari suatu cyclone antara lain:

1. Kerusakan mekanik dari cyclone


2. Penyumbatan unit disebabkan endapan debu
3. Penggunaan yang berlebihan, biasanya disebabkan oleh abrasi.

98
Parameter

Ada 3 parameter terpenting dari sebuah cyclone dalam pemisahan berbagai jenis materi
yakni:

 Cut diameter (d )
pc
 Pressure drop (ΔP)
 Overall collection efficiency

a. Cut Diameter
dpc = [9µBc / 2Ni(ρp-ρ)]0.5
Dimana:
µ = viscositas (lb/ft.s.Pa.s)
N = effective number of turns (5-10 untukcyclone padaumumnya)
 = inlet gas velocity, ft/s (m/s)
I
3 3
ρ = particle density, lb/ft (kg/m )
p
3 3
ρ= gas density, lb/ft (kg/m )
B = inlet width, ft (m)
c

b. Pressure Drop

ΔP = 0.0027q2 / [kcDc2BcHc(Lc/Dc)1/3(Zc/Dc)1/3]

Dimana:
q = volumetric flow rate
k = a dimensionless factor descriptiveof cyclone inlet vanes
c

c. Overall Collection Efficiency

Ei= 1- e [-2(c)^1/(2n+2)]

Dimana:

c = cyclone dimension factor



= impaction parameter

99
n = vortex exponent

GRAVITY SETTLER

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai


Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah
masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient
oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya. Sedangkan Pengendalian
pencemaran udara meliputi pengendalian dan usaha dan/atau kegiatan sumber bergerak,
sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak, dan sumber tidak bergerak spesifik
yang dilakukan dengan upaya pengendalian emisi dan/atau sumber gangguan yang
bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara ambien.

Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mengendalikan pencemaran udara,
salah satunya adalah settling chamber atau gravity settler.

1. Settling Chamber

Settling Chamber adalah alat pengendali debu pertama yang sering dipakai untuk
menurunkan emisi debu tetapi pada saat ini sudah jarang sekali digunakan. Karena
efisiensi pengumpulnya yang rendah, settling chamber tidak dapat digunakan untuk
memenuhi standar emisi yang ada (peraturan pemerintah yang ada). Tetapi settling
chamber masih dapat digunakan sebagai penangkap debu awal (pre-collection) untuk
alat pengendali partikulat yang lain seperti electrostatic precipitator atau fabric filter
untuk menghilangkan (menangkap) partikel dengan ukuran besar. Gambar 1
menunjukkan typical settling chamber. Bentuk settling chamber dapat beruupa sebuah
kotak yang panjang dan horisontal yang dilengkapi dengan inlet, kamar pengendapan
(chamber), outlet serta hopper.

Mekanisme Kerja

Mekanisme utamanya ada dua yaitu gaya grafitasi dan gaya inersia. Berbeda dengan gaya
grafitasi, gaya inersia ini disebabkan karena perubahan arah aliran yang menyebabkan
partikel terlempar.

Kecepatan aliran gas yang mengandung partikel akan berkurang di dalam chamber.
Semua partikulat di dalam aliran gas akan dipengaruhi oleh gaya grafitasi bumi . Dengan

100
kecepatan aliran gas yang berkurang (rendah) di dalam chamber, partikel dengan ukuran
diameter besar (>40 μm) akan turun ke bawah dan jatuh ke dalam hopper.

Jenis Settling Chamber

Ada dua jenis settling chamber yang umum dipakai:

A. Settling Chamber sederhana, yang terdiri dari kotak panjang yang dilengkapi dengan
inlet dan outlet. Gas yang mengandung debu masuk melalui inlet, partikel dengan
ukuran yang besar akan mulai mengendap secara alami karena adanya gaya grafitasi.

B. Jenis lain adalah Howard Settling Chamber. Terdiri dari beberapa plate tipis yang
dipasang secara horisontal untuk mengurangi volume yang berlebihan untuk
pengendapan partikel.

Parameter Desain

Parameter desain dalam pembuatan settling chamber diantaranya adalah:

Parameter Keterangan

1. Panjang Biasanya di desain dalam industri untuk


menyisihkan semua partikel yang lebih besar dari
2. Lebar
diameter spesifik dp*

3. Tinggi

4. Volume (Melibatkan parameter 1,2 dan 3) didesain


agar diperoleh resident time yang cukup untuk
laju volume gas yang diolah agar dapat
menangkap semua partikel desain yang telah
ditentukan

5. Through put velocity – rule of thumb dibawah kecepatan 10 ft/s (0,3048 m/s)

Kelebihan dan Kekurangan Settling Chambers

Kelebihan dari settling chamberadalah:

Desain alat sederhana, mudah untuk dibuat konstruksinya

Pemeliharaan yang mudah dan biaya pemeliharaan sangat rendah

Kekurangan dari settling chamberadalah:

101
Ukurannya Besar, Memerlukan Lahan Yang Luas

Harus Dibersihkan Secara Manual Dalam Interval Waktu Tertentu

Hanya Dapat Menyisihkan Partikel Berukuran Besar (10-50mm)

KESIMPULAN

 Cyclone separator adalah alat yang menggunakan prinsip gaya sentrifugal dan
tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan materi berdasarkan
perbedaan massa jenis, ukuran, dan bentuk.
 Parameter

Ada 3 parameter terpenting dari sebuah cyclone dalam pemisahan berbagai jenis
materi yakni:

 Cut diameter (d )
pc
 Pressure drop (ΔP)
 Overall collection efficiency

 Settling Chamber adalah alat pengendali debu pertama yang sering dipakai untuk
menurunkan emisi debu tetapi pada saat ini sudah jarang sekali digunakan. Karena
efisiensi pengumpulnya yang rendah, settling chamber tidak dapat digunakan untuk
memenuhi standar emisi yang ada (peraturan pemerintah yang ada)

 Parameter desain dalam pembuatan settling chamber diantaranya adalah:

Parameter Keterangan
1. Panjang Biasanya di desain dalam industri untuk
2. Lebar menyisihkan semua partikel yang lebih besar dari
3. Tinggi diameter spesifik dp*

4. Volume (Melibatkan parameter 1,2 dan 3) didesain agar


diperoleh resident time yang cukup untuk laju
volume gas yang diolah agar dapat menangkap
semua partikel desain yang telah ditentukan
5. Through put velocity – rule of thumb dibawah kecepatan 10 ft/s (0,3048 m/s)

102
NILAI PENTING SETTLER DAN CYCLONE SEBAGAI PRE-TREATMENT DAN
UNIT UTAMA

Pendahuluan Pengendalian Pencemaran Udara

2.1.1 Pengertian dan Konsep Pengendalian Pencemaran Udara


Pencemaran Udara didefinisikan sebagai masuknya satu atau lebih
kontaminan/polutan seperti debu, asap, bau, gas dan uap ke atmosfer dalam jumlah tertentu
dan karakteristik tertentu serta dalam waktu tertentu pula yang dapat membahayakan
kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan mengganggu kenyamanan dalam kehidupan.
Selain polutan-polutan tersebut, aktivitas manusia juga berperan dalam polusi udara (Peavy,
1985).
Tyler (1982) mendefinisikan pencemaran udara sebagai kondisi dimana sebagian
udara yang mengandung satu atau lebih bahan kimia konsentrasi yang cukup tinggi untuk
membahayakan manusia, hewan, vegetasi atau material (Budiharjo dkk, 2008).

 Tujuan Pengendalian Pencemaran Udara


Adanya kontaminan/polusi di udara dapat mengakibatkan timbulnya penyakit seperti
penyakit jaringan pernafasan hingga kematian. Semakin banyak polusi udara yang terjadi
maka kualitas uadara di wilayah tersebut buruk dan berisiko bagi makhluk hidup.
Pengendalian Pencemaran Udara diperlukan dan bertujuan untuk menciptakan kualitas udara
yang baik bagi makhluk hidup. Selain itu, kualitas udara yang termonitoring dan dikendalikan
menjadi salah satu langkah dalam melakukan pengendalian kualitas lingkungan.

Nilai Penting Settler dan Cyclone sebagai Pre-Treatment dan Unit Utama

Pada prinsipnya atmosfer memiliki kemampuan alami yang dikenal sebagai “self
cleansing” untuk mengatasi pencemaran udara yang terjadi. Meskipun begitu, seiring
semakin banyak sumber polutan dan polutan yang dihasilkan maka kemampuan atmosfer pun
menurun sehingga kita mengenal adanya alat pengendalian pencemaran udara. Sistem
pengendalian pencemaran udara dibagi menjadi dua yakni:
1. pengendalian partikulat/debu
2. pengendalian fase gas
Setiap alat pengendali pencemaran udara memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka
dalam pemilihan alat harus didasarkan antaralain pada ukuran partikel, efisiensi penyisihan

103
yang ingin dicapai, besarnya aliran gas, hingga karakteristik partikel. Settler dan Cyclone
merupakan salah satu alat pengendali kering pencemaran udara
2.2.1 Settler
Settler yang dimaksud disini adalah Gravity Settling Chamber yang dipakai sebagai
pre-treatment untuk menghilangkan partikel ukuran besar. Mekanisme yang digunakan
adalah gaya gravitasi dan gaya inersia. Settling chamber terbagi menjadi dua jenis yakni
settling chamber sederhana dan settling chamber Howard.

Gambar 2.1 Gravity Settling Chamber


Prinsip kerja Gravity Settling Chamber adalah gas yang mengandung partikulat
dialirkan melalui satu ruang (chamber) dengan kecepatan rendah sehingga memberikan
waktu yang cukup bagi partikulat untuk mengendap secara gravitasi ke bagian pengumpul
debu (dust collecting hoppers).

Efisiensi secara teoritis dan setelah diperhitungkan dengan hukum Stokes:

104
g :percepatan gravitasi
dp :diameter partikel
rp :densitas partikel
r :densitas gas
m :viscositas gas
K :faktor Cunningham
L,B,H didesain untuk semua partikel yang lebih besar daripada dp.

Berikut kekurangan dan kelebihan Gravity Settling Chamber:


KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Desain alat sederhana, mudah 1. Ukurannya besar, memerlukan lahan
untuk dibuat konstruksinya yang luas
2. Pemeliharaan yang mudah dan 2. Harus dibersihkan secara manual
biaya pemeliharaan sangat rendah dalam interval waktu tertentu
3. Hanya dapat menyisihkan partikel
berukuran besar (10-50mm)

Cyclone
Menurut Mycock (1995) Cyclone adalah suatu jenis alat pengumpul debu mekanik
yang digunakan untuk menciptakan aliran berputar (vortex) untuk mengalirkan partikel ke
area dimana partikel tadi akan mengalami kehilangan energy dan terpisah dari aliran gas
(Budiharjo dkk, 2008).
Input berupa gas dan partikulat dipercepat dengan gerakan spiral, dimana partikel
ukuran besar terlempar ke luar gas dan bertubrukan dengan dinding cyclone oleh gaya
sentrifugal dan turun ke kerucut cyclone untuk ditangkao oleh hopper. Sedangkan gas yang
bersih mengalir keluar melalui stack (Cornwell, 1998).
Menurut Bethea (1978) Cyclone memiliki efisiensi yang rendah untuk partikel
berukuran kecil dan efisiensi tinggi untuk ukuran partikel berukuran besar 5-15μm. Alat ini
dapat dioperasikan dalam kondisi basa (melalui injeksi air di inlet) atau kering. Semakin
tinggi velocity gas, maka removal efisiensinya juga semakin besar (Budiharjo dkk, 2008).

Menurut Cooper & Aley (1986), kekurangan dan kelebihan Cyclone antara lain:

105
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Modal awal rendah 1. Efisiensi rendah untuk partikel
2. Mampu beroperasi pada berukuran kecil
temperature tinggi 2. Biaya operasi yang tinggi sebab
3. Biaya pemeliharaan rendah terjadi kehilangan tekanan.

Gambar 2.2 Skema Cyclone

Berdasarkan efisiensi, cyclone dibagi menjadi dua tipe:


1. High-efficiency Cyclone
Kecepatan gas inlet lebih tinggi dengan demikian member gaya sentrifugal
yang lebih tinggi.
2. High-throughput Cyclone
Biasanya mempunyai diameter yang lebih besar dan menangani kecepatan
yang lebih tinggi.

Berikut tabel standar dimensi cyclone:


Tipe Cyclone
High Convention High
Efficiency Throughout
al
Diameter bodi, D/D 1,0 1,0 1,0
Tinggi inlet, H/D 0,5 0,5 0,75
Lebar inlet, W/D 0,2 0,25 0,375
Diameter gas keluar 0,5 0,5 0,75
De/D
Panjang vortex, S/D 0,5 0,625 0,875

106
Panjang bodi, Lb/D 1,5 2,0 1,5
Panjang kerucut, Lc/D 2,5 2,0 2,5
Diameter outlet debu 0,375 0,25 0,375
Dd/D
Sumber: Cooper & Alley, 1986.

Nilai Penting Settler dan Cyclone sebagai Pre-treatment dan Unit Utama
Settler atau Settling Chamber dianggap sebagai pre-treatment atau pre-cleaner karena
memiliki efisiensi yang cukup rendah untuk partikel ukuran kecil (<20 mikron) sehingga alat
ini sering digunakan sebelum alat pengendali utama seperti cyclone, fabric filter, EP dan
scrubber.

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
3.1.1 Settler (settling chamber) dan cyclone merupakan alat pengendali kering
pencemaran udara.
3.1.2 Pada prinsipnya, kerja settling chamber hanya mengandalhkan gaya gravitasi,
dan cyclone mengandalkan gaya sentrifugal yang dihasilkan dari inlet tangensial
dan gravitasi setelah partikel tertumbuk di dinding alat.

Polutan Kriteria dan Non Kriteria yang di Monitor di Manajemen Kualitas Udara
Ambien

Pencemaran Udara

Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.
Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi,
perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta
tumbuhan
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya.
Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara
dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan
seperti itu terjadi maka udara dikatakan telah tercemar

107
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian
Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau
dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan
manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
udara ambient tidak memenuhi fungsinya.

Klasifikasi Pencemar Udara :

 Pencemar primer: pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran


udara.
 Pencemar sekunder: pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar
primer di atmosfer. Contoh: Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan
menghasilkan asam sulfurik.

Pemantauan Kualitas Udara

Program pemantauan kualitas udara merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam
pengendalian pencemaran udara. Hal yang penting diperhatikan dalam program pemantauan
udara adalah yang berhubungan dengan aspek pengambilan contoh udara (sampling) dan
analisis di laboratoriumnya serta pengelolaan data dengan metoda statistika.
Keabsahan dan keterpecayaan data hasil pemantauan yang diperoleh sangat
ditentukan oleh metoda sampling dan analisis yang diterapkan. Seperti diketahui, program
pemantauan kualitas udara, baik udara ambien maupun dari sumber emisi pencemaran
udara, bertujuan untuk memberikan masukan bagi pengambil keputusan dalam program
pengendalian pencemaran udara seperti halnya pemantauan kualitas udara yang diterapkan
di suatu daerah, hanya akan dapat terukur dari hasil pemantauan yang dilakukan karena
pemantauan kualitas udara perlu dilandasi dengan perangkat lunak dan keras yang sesuai,
dengan beberapa pembakuan bila diperlukan. Dalam hal ini, metode sampling dan analisis
udara akan menjadi landasan pokok yang menjamin keterpercayaan dan keabsahan data
yang diperoleh dalam program pemantauan yang dilaksanakan.
Pencemaran udara di suatu daerah akan sangat ditentukan secara langsung oleh
intensitas sumber emisi pencemarnya dan pola penyebarannya (dispersi, difusi dan
pengenceran) di dalam atmosfer. Konsentrasi pencemar udara akan berbeda dari satu tempat
dengan waktu yang berbeda atau dengan tempat lainnya. Hubungan skala ruang dan waktu
menjadi variabel penentu besaran konsentrasi zat pencemar yang diamati.

108
Di lain pihak, pencemaran udara juga ditentukan oleh jenis pencemar yang diemisikan
oleh sumbernya. Dua jenis pencemar dapat dibedakan di sini, yaitu pencemar indikatif dan
spefifik:

- Zat pencemar indikatif: merupakan zat pencemar yang telah dijadikan indikator
pencemar udara secara umum, yang biasanya tercantum di dalam peraturan kualitas
pencemaran udara yang berlaku. Yang termasuk kelompok zat pencemar indikatif untuk
daerah perkotaan dan pemukiman secara umum adalah suspended particulate matter (debu),
karbon monoksida, total hidrokarbon (THC), oksida-oksida nitrogen (NOx), sulfur dioksida
(SO2) dan oksidan fotokimia (ozon).
- Kelompok pencemar spesifik: merupakan zat pencemar udara yang bersifat spesifik
yang diemisikan dari sumberntya, contohnya gas chlor, ammonia, hidrogen sulfida,
merkaptan, formaldehida, dan lain-lain.

Pemantauan Kualitas Udara Ambien

Dalam perencaaan pemantauan kualitas udara harus di pertimbangkan beberapa hal,


yaitu:

- Tujuan pemantauan kualitas ambien


- Parameter zat pencemar yang akan diukur
- Jumlah stasiun pengamat, termasuk lokasi, durasi periode sampling serta metode
sampling yang digunakan
- Metode pengukuran yang digunakan

Tujuan Pemantauan Kualitas Udara Ambien


Beberapa tujuan dapat dicapai dalam pem antauan ini. Secara garis besar ada empat
tujuan utama yaitu :

- Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara yang ada di suatu daerah dengan
mengacu pada ketentuan dan peraturan mengenai kualitas udara yang berlaku dan
baku.
- Untuk menyediakan pengumpulan data ( data base) yang diperlukan dalam evaluasi
pengaruh pencem aran dan pertimbangan pe rencanaan, seperti pengembangan kota
dan tata guna lahan, perencanaan transportasi, evaluasi penerapan strategi
pengendalian penc emaran yang telah dilakukan, validasi pengembangan model difusi
dan dispersi pencemaran udara.

109
- Untuk mengamati kecenderungan tingkat pencemaran udara yang ada di daerah
pengendalian pencemaran udara tertentu.
- Untuk mengaktifkan dan menentukan prosedur pengendalian darurat untuk mencegah
timbulnya episode pencemaran udara.

Metode Sampling Udara Ambien


Untuk mengumpulkan gas dari udara ambien diperlukan suatu teknik
pengumpulan dan peralatan tertentu. Teknik pengumpulan gas yang umum digunakan untuk
menangkap gas di udara ambien adalah teknik absorpsi, adsorpsi, pendinginan dan
pengumpulan pada kantong udara (bag sampler atau tube sampler).

- Teknik absorpsi adalah teknik pengumpulan gas berdasarkan kemampuan gas


pencemar bereaksi dengan pereaksi kimia (absorber). Pereaksi kimia yang digunakan
harus spesifik artinya hanya dapat bereaksi dengan gas pencemar tertentu yang akan
dianalisis. Untuk beberapa jenis gas pencemar yang dianalisis dengan metode
colorimetri, selalu menggunakan teknik absorpsi untuk mengumpulkan contoh gas,
misalnya pengukuran gas SO2 dengan metode pararosaniline.
- Teknik adsorpsi yaitu berdasarkan kemampuan gas teradsorpsi pada permukaan padat
adsorbent (karbon aktif atau aluminium oksida), terutama untuk gas-gas hidrokarbon
yang mampu terserap dalam permukaan karbon aktif.
- Teknik pendinginan yaitu teknik sampling dengan cara membekukan gas pada titik
bekunya, sedangkan pengumpulan contoh dengan kantong udara sering digunakan
untuk gas pencemar yang tidak memerlukan pemekatan contoh udara. Untuk
pengumpulan contoh udara diperlukan peralatan peng ambilan contoh udara yang
pada umumnya terdiri dari collector, flowmeter dan pompa vacuum. Collector
berfungsi untuk mengumpulkan gas yang tertangkap, dapat berupa impinger, fritted
bubbler atau tube adsorber. Untu k mengetahui volume udara ambien yang terkumpul
digunakan flowmeter baik berupa dry gas meter, wet gas meter atau rotameter.
Pompa vacuum dihindari digunakan untuk menghisap udara ke dalam collector.
Kesalahan yang harus dihi ndari adalah keboc oran dari sistem pengambilan contoh.
- Metoda Analisa Berbagai jenis metode pengukuran analitik dapat digunakan untuk
analisis zat pencemar udara, dari mulai metode analitik yang sederhana dengan waktu
pengukuran yang lama seperti titrasi atau gravimetri sampai metode analitik yang
paling mutakhir, yaitu menggunakan prinsip-prinsip fisiko-kimia yang mampu

110
mengukur zat pencemar secara otomatis dengan waktu pengukuran berskala detik,
serta tidak memerlukan larutan pereaksi.

Parameter Pencemar Udara

Parameter pencemar udara ini merupakan polutan kriteria dan non kriteria yang
mencakup pokok pembahasan ini.

1. Sulfur Dioksida

a. Sifat fisika dan kimia

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas
yang tidak berwarna, yaitu sulfurdioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya
disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan
tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak
reaktif.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk
sulfur oksida, tetapi jumlah relatifmasing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang
tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar JumlahSO3 yang terbentuk
bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut :
S + O2 < --------- > SO2
2 SO2 + O2 < --------- > 2 SO3
SO3di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat
rendah. Jika konsentrasi uap air sangatrendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO3
dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4) dengan reaksi
sebagai berikut :
SO SO2 + H2O2 ------------ > H2SO4
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4 Tetapi jumlah
H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari padayang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini
menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme lainnya.
Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (Kemudian menjadi
H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dankatalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi
SO3dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia,intensitas, waktu dan
distribusi spektrum sinar matahari. Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang
tersedia. Padamalam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh

111
droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalam
droplet.

b. Sumber dan distribusi


Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan
manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan
kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagia lagi berasal dari sumber-sumberalam
seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh
bahan pencemar yang dibuatoleh manusia adalah ditimbulkan oleh bahan pencemar yang
dibuat oleh manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidakmerata sehingga terkonsentrasi
pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam biasanya
lebihtersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber
pencemaran Sox, misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya
Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum,
industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya.
c. Dampak terhadap kesehatan
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada
tanaman terjadi pada kadasr sebesar 0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar
5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2
ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua
dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
2. Carbon Dioksida
a. Sifat fisika dan kimia
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida (CO)
sebagai hasil pembakaran yang tidaksempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil
pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak
berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti
senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk
ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
b. Sumber dan distributri

112
Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber
utamanya adalah dari kegiatan manusia,Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk
dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam.
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar
bensin. Berdasarkan estimasi,Jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta
Ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraanbermotor yang menggunakan
bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran
batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO
(1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan
bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para perokok dapat memajan
dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya.
Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan
bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum
CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Selain cuaca, variasi
dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan disekitarnya. Pemajanan
CO dari udara ambien dapat direfleksikan dalam bentuk kadar karboksi-haemoglobin
(HbCO) dalam darah yang terbentuk dengan sangat pelahan karena butuh waktu 4-12 jam
untuk tercapainya keseimbangan antara kadar CO diudara dan HbCO dalam darah Oleh
karena itu kadar CO didalam lingkungan, cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam
8 jam pemajanan Data CO yang dinyatakan dalam rata-rata setiap 8 jam pengukuran sepajang
hari (moving 8 hour average concentration) adalah lebih baik dibandingkan dari data CO
yang dinyatakan dalam rata-rata dari 3 kali pengukuran pada periode waktu 8 jam yang
berbeda dalam sehari.
c. Dampak bagi kesehatan
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk
berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut oksigen keseluruh
tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali
lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat
menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa
oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat
menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga
dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat
berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah
periferal yang parah.
113
3. Nitrogen Dioksida
a. Sifat fisika dan kimia

Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang
terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk
oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai
bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2.
Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga
membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.
Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar,
hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada
suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam
jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu
yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini merupakan
sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses
pembakaran.

b. Sumber dan distribusi


Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang
terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi
pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara
merata sehingga jumlah nya menjadi kecil.
Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada di udara
pedesaan. Kadar NOx diudara daerahperkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti
halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx
yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan
oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi
NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.
c. Dampak terhadap kesehatan
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian
menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah
dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Diudara ambien yang
normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap

114
hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan
gejala kelumpuhan sistim syarat dan kekejangan.
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100
ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut
disebabkan oleh gejala pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Kadar NO2 sebesar 800
ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29
menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia
mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
4. Oksidan
a. Sifat fisik dan kimia
Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai
pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses fotokimia,
yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi komponen-
komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan
bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer
dengan sinar.
Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia.
Reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitik NO2. Polutan sekunder yang dihasilkan dari reaksi
hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon dan peroksiasetilnitrat.
b. Sumber dan distribusi
Yang dimaksud dengan oksidan fotokimia meliputi Ozon, Nitrogen dioksida, dan
peroksiasetilnitrat (PAN) karena lebih dari 90% total oksidan terdapat dalam bentuk ozon
maka hasil monitoring udara ambien dinyatakan sebagai kadar ozon. Karena pengaruh
pencemaran udara jenis oksidan cukup akut dan cepatnya perubahan pola pencemaran selama
sehari dan dari suatu tempat ketempat lain, maka waktu dimana kadar Ozon paling tinggi
secara umum ditentukan dalam pemantauan. Mencatat jumlah perjam per hari, perminggu,
per musim atau per tahun selama kadar tertentu dilampaui juga merupakan cara yang berguna
untuk melaporkan sejauh mana Ozon menjadi masalah.
Kadar ozon alami yang berubah-ubah sesuai dengan musim pertahunnya berkisar
antara 10–100mg/m3 (0,005–0,05 ppm). Diwilayah pedesaan kadar ozon dapat menjadi
tinggi karena adanya kiriman jarak jauh O3 dari udara yang berasal dari perkotaan. Didaerah
perkotaan yang besar, tingkat ozon atau total oksidan maksimum 1 jam dapat berkisar dari
300–800 mg/m3 (0,15-0,40 ppm) atau lebih.
c. Dampak terhadap kesehatan
115
Oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu
proses pernafasan normal, selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata.
Beberapa gejala yang dapat diamati pada manusia yang diberi perlakuan kontak
dengan ozon, sampai dengan kadar 0,2 ppm tidak ditemukan pengaruh apapun, pada kadar
0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kontak dengan Ozon pada kadar
1,0–3,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat
dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar 9,0
ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan edema pulmonari.
5. Hdrokarbon
a. Sifat dan karakteristik
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan sifat fisik
HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC. HC adalah bahan
pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah
atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan
unsur C antara 1-4 atom karbon akan berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan kandungan
karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan.
b. Sumber dan distribusi
Sebagai bahan pencemar udara, Hidrokarbon dapat berasal dari proses industri yang
diemisikan ke udara dan kemudian merupakan sumber fotokimia dari ozon. HC merupakan
polutan primer karena dilepas ke udara ambien secara langsung, sedangkan oksidan fotokima
merupakan polutan sekunder yang dihasilkan di atmosfir dari hasil reaksi-reaksi yang
melibatkan polutan primer. Kegiatan industri yang berpotensi menimbulkan cemaran dalam
bentuk HC adalah industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida dan pemrosesan karet.
Diperkirakan emisi industri sebesar 10 % berupa HC. Sumber HC dapat pula berasal dari
sarana transportasi. Kondisi mesin yang kurang baik akan menghasilkan HC. Pada umumnya
pada pagi hari kadar HC di udara tinggi, namun pada siang hari menurun. Sore hari kadar HC
akan meningkat dan kemudian menurun lagi pada malam hari.
c. Dampak kesehatan
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk
ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di
daerah industri dan padat lalulintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan
luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
6. Khlorin
a. Sifat fisika dan kimia
116
Senyawa khlorine yang mengandung khlor yang dapat mereduksi atau mengkonversi
zat inert atau zat kurang aktif dalam air, yang termasuk senyawa khlorin adalah asam
hipokhlorit (HOCL) dan garam hipokhlorit (OCL).
Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat
jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik.
Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1.
b. Sumber dan distribusi
Khlorin merupakan bahan kimia penting dalam industri yang digunakan untuk
khlorinasi pada proses produksi yang menghasilkan produk organik sintetik, seperti plastik
(khususnya polivinil khlorida), insektisida (DDT, Lindan, dan aldrin) dan herbisida (2,4
dikhloropenoksi asetat) selain itu [juga digunakan sebagai pemutih (bleaching agent) dalam
pemrosesan sellulosa, industri kertas, pabrik pencucian (tekstill) dan desinfektan untuk air
minum dan kolam renang.
Terbentuknya gas khlorin di udara ambien merupakan efek samping dari proses
pemutihan (bleaching) dan produksi zat/ senyawa organik yang mengandung khlor.
c. Dampak terhadap kesehatan
Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran
pernafasan. Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion
hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan
menyebabkan iritasi dan peradangan. diudara ambien, gas khlorin dapat mengalami proses
oksidasi dan membebaskan oksigen.
7. Partikel Debu
a. Sifat fisika dan kimia
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran
yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara
dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500
mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam
keadaan melayang-layang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran
pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat
mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di
udara.
Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat
dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu
di udara. Beberapa istilah digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan sampel
117
udara seperti: Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP),
balack smake. Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana
partikulat debu dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic particulate yang terutama
mengedap disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah pangkal tenggorokan (larynx ).
Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM-10 (partikulat debu dengan ukuran diameter
aerodinamik <10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun metode pengambilan
sampel.
b. Sumber dan distribusi
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa
oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan murni atau bercampur
dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan
baik.
Partikulat debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang
tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir-butiran tar. Dibandingkan
dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas pada umunya menghasilkan
SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total
emisi partikulat debu. Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial
bisa merupakan sumber SPM yang cukup penting.
c. Dampak terhadap kesehatan
Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam
hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa
senjawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan senyawa
beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute lain.
Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat
tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada
diudara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan
kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umunya
ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung
masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa
ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat lebih
besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan
ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang
terdapat di udara juga.
118
8. Timah Hitam
a. Sifat fisika dan kimia
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-
abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C pada tekanan
atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil merupakan senyawa
yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam
upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk
larutan dengan titik didih masing-masing 110°C dan 200°C.
Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung
memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi
pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti
senyawa holegen asam atau oksidator.
b. Sumber dan distribusi
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor
merupakan bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer berdasarkan estimasi skitar 80–
90% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin tidak sama antara satu tempat
dengan tempat lain karena tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi
upaya untuk mereduksi kandungan pb pada bensin.
Penambangan dan peleburan batuan Pb di beberapa wilayah sering menimbulkan
masalah pencemaran Tingkat kontaminasi Pb di udara dan air sekitar wilayah tersebut
tergantung pada jumlah Pb yang diemisikan tinggi cerobong pembakaran limbah tpopgrafi
dan kondisi lokal lainnya. Peleburan Pb sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan
barang-barang yang mengandung Pb, dan insinerator juga dapat menambah emisi Pb ke
lingkungan.
c. Dampak terhadap kesehatan
Pemajanan Pb dari industri telah banyak tercatat tetapi kemaknaan pemajanan di
masyarakatvluas masih kontroversi, Kadar Pb di alam sangat bervariasi tetapi kandungan
dalam tubuh manusia berkisar antara 100–400 mg. Sumber masukan Pb adalah makanan
terutama bagi mereka yang tidak bekerja atau kontak dengan Pb Diperkirakan rata-rata
masukkan Pb melalui makanan adalah 300 ug per hari dengan kisaran antara 100–500 mg
perhari. Rata-rata masukkan melalui air minum adalah 20 mg dengan kisaran antara 10–100
mg. Hanya sebagian asupan (intake) yang diabsorpsi melalui pencernaan. Pada manusia
dewasa absorpsi untuk jangka panjang berkisar antara 5–10% bila asupan tidak berlebihan
119
kandungan Pb dalam tinja dapat untuk memperkirakan asupan harian karena 90% Pb
dikeluarkan dengan cara ini. Gejala klinis keracunan timah hitam pada individu dewasa tidak
akan timbul pada kadar Pb yang terkandung dalam darah dibawah 80 mg Pb/100 g darah
namun hambatan aktivitas enzim untuk sintesa haemoglobin sudah terjadi pada kandungan
Pb normal (30–40 mg).

KESIMPULAN

 pencemaran udara adalah masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau


komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara
ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak
memenuhi fungsinya.

 Dua jenis pencemar dapat dibedakan di sini, yaitu pencemar indikatif dan spefifik:

 Zat pencemar indikatif: merupakan zat pencemar yang telah dijadikan indikator
pencemar udara secara umum, yang biasanya tercantum di dalam peraturan
kualitas pencemaran udara y ang berlaku. Yang termasuk kelompok zat pencemar
indikatif untuk daerah perkotaan dan pemukiman secara umum adalah suspended
particulate matter (debu), karbon monoksida, total hidrokarbon (THC), oksida-
oksida nitrogen (NOx), sulfur dioksida (SO2) dan oksidan fotokimia (ozon).
 Kelompok pencemar spesifik: merupakan zat pencemar udara yang bersifat
spesifik yang diemisikan dari sumberntya, contohnya gas chlor, ammonia,
hidrogen sulfida, merkaptan, formaldehida, dan lain-lain.
 Parameter pencemar udara kriteria:
 SOx
 Karbon Monoksida
 Nitrogen Dioksida
 Oksidan
 Hidrokarbon
 Debu
 Timah Hitam

 Pemantauan udara ambien dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara

yang didasarkan atas pencemar indikatif yang umum.

120
DAFTAR PUSTAKA

http://wenysilvia130706.blogspot.com/2011/01/tragedi-bhopal.html
http://www.dw.de/dw/article/0,,4964843,00.html
http://www.google.co.id/
http://www.cets-uii.org/BML/Udara/Emisi/Tidak%20bergerak/kepka20596/lampiran1.html

http://www.radford.edu/wkovarik/envhist/7forties.html
http://njcmr.njit.edu/distils/lab/Air_html/disaster.htm
http://e-h2s.sokoguru.net/pdf/Umum.pdf
http://barryrutherford.hubpages.com/hub/Th-London-Smog-of-1952
http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/england/2545759.stm
http://en.wikipedia.org/wiki/Clean_Air_Act_1956
http://www.portfolio.mvm.ed.ac.uk/studentwebs/session4/27/greatsmog52.htm
http://www.eoearth.org/article/London_smog_disaster,_England
http://news.bbc.co.uk/onthisday/hi/dates/stories/december/19/newsid_3280000/3280473.stm
http://www.world-weather-travellers-guide.com/london-smog.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Pea_soup_fog
http://www.explainthatstuff.com/air-pollution-introduction.html

121

You might also like