You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan penerapan
kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga ranah, yaitu kemampuan berpikir,
keterampilan melakukan pekerjaan, dan perilaku.
Kemampuan berpikir merupakan ranah kognitif yang meliputi kemampuan
menghapal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
Kemampuan psikomotor, yaitu keterampilan yang berkaitan dengan gerak,
menggunakan otot seperti lari, melompat, menari, melukis, berbicara, membongkar
dan memasang peralatan, dan sebagainya. Kemampuan afektif berhubungan dengan
minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin,
komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan
mengendalikan diri. Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan
pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang
tepat.
Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya
masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif
tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan
harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif
dapat dicapai. Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektif dan
keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi afektif perlu dinilai. Oleh karena itu
perlu dikembangkan acuan pengembangan perangkat penilaian ranah afektif serta
penafsiran hasil pengukurannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian afektif ?
2. Apa tujuan penilaian efektif ?

1
3. Objek penilaian afektif ?
4. Bagaimana sasaran penilaian hassil belajar afektif ?
5. Bagaimana bentuk penilaian efektif dan instrumennya ?
6. Bagaimana skla pengukuran afektif ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian afektif


2. Untuk mengetahui apa tujuan penilaian efektif
3. Untuk mengetahui objek penilaian afektif
4. Untuk mengetahui sasaran penilaian hassil belajar afektif
5. Untuk mengetahui bentuk penilaian efektif dan instrumennya
6. Untuk mengetahui skala pengukuran afektif

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Afektif


Penilaian ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Pengukuran
ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukuran formal)
karena perubahan tingkah laku siswa dapat berubah sewaktu-waktu. Pengubahan
sikap seseorang memerlukan waktu yang relative lama. Demikian juga minat dan
penghargaan serta nilai-nilai (Arikunto, 2013).
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) terkait dengan kecendrungan
seseorang merespon sesuatu atau objek. Sikap juga sebagai ekpresi dari nilai-nilai
atau pandangan hidup yang dimiliki olehseseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga
terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan (Jidah dan Haris, 2012).
Berdasarkan Permendikbud no. 65 tahun 2013 tentang standar proses dan
Permendikbud no. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian, maka pada penilaian
kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar yang
mencakup tiga aspek penilaian yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian
autentik harus ditekankan pada rata-rata ketiga ranah secara menyeluruh sesuai
tujuan pembelajaran.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang
tersebut telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar
afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti
perhatiannya terhadap mata pelajaran tertentu, rasa ingin tahunya terhadap mata
pelajaran tersebut, kedisiplinannya dalam mengikuti suatu mata pelajaran, dan
penghargaannya pada guru yang bersangkutan (Sudijono, 2009).
Jihad & Haris (2012) mengemukakan bahwa komponen afektif berperan
menentukan keberhasilan peserta didik, minimal terdapat dua komponen afektif yang
penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu mata pelajaran. Sikap
peserta didik terhadap suatu pelajaran bisa positif, negatif atau netral. Sikap positif

3
sangat diharapkan muncul dari siswa agar dapat meningkatkan minat dan motivasi
siswa belajar. Peserta didik yang memiliki minat tinggi pada suatu pelajaran dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.

B. Tujuan Penilaian Afektif


Tujuan penilaian afektif adalah sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan umpan balik, baik bagi guru maupun siswa sebagai
dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program
perbaikan bagi anak didiknya,
b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didiknya yang
dicapai.
c. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak
didik.
d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan tingkah laku anak didik
(Depdikbud dalam Arikunto, 2013).

C. Objek Penilaian Afektif


Jihad dan Haris (2012) menyatakan secara umum, objek sikap yang perlu dinilai
dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut :
1. Sikap terhadap mata pelajaran
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhdap materi pembelajaran.
Dengan sikap “positif” dalam yang diajarkan.diri peserta didik akan tumbuh
dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi dam akan
lebih mudah menyerap materi pembelajaran.
2. Sikap terhadap guru atau pengajar
Peserta didik perlu memiliki sikap postif terhadap guru. Peserta didik yang
tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-
hal yang diajarkan. Dengan demkian, peserta didik yang memiliki sikap
agresif terhadap guru atau pegajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru tersebut.
3. Sikap terhadap proses pembelajaran
Peserta didik perlu memiliki sikap postif terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi,

4
metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran
yang menarik, nyaman dan emnyenangkan dapat menumbuhkan motivasi
belajar peserta didk, sehingga mencapai hasil belajar maksimal.
4. Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu
materi pembelajaran
Misalnya kasus atau maslah lingkungan hidup yang berkaitan dengan materi
biologi. Peserta didik juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi
oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian
atau kasus perusakan lingkungan hidup).
5. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan
dengan mata pelajaran.

D. Sasaran Penilaian Hasil Belajar Afektif


Permendikbud (2004) menyatakan bahwa sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut :
Tingkatan Sikap Deskripsi

Menerima nilai Kesediaan menerima suatu nilai dan


memberikan perhatian terhadap nilai
tersebut

Menanggapi nilai Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada


rasa puas dalam membicarakan nilai
tersebut

Menghargai nilai Menganggap nilai tersebut baik; menyukai


nilai tersebut; dan komitmen terhadap nilai
tersebut

Menghayati nilai Memasukkan nilai tersebut sebagai bagian


dari sistem nilai dirinya

Mengamalkan nilai Mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri


dirinya dalam berpikir, berkata,
berkomunikasi, dan bertindak (karakter)

Sumber : Olahan Krathwohl dkk dalam permendikbud (2014)

5
E. Bentuk Penilaian Afektif dan Instrumen
Mardapi (2012) menyatakan bahwa ada empat aspek ranah afektif yang bias
dinilai di sekolah , yaitu minat, sikap, nilai dam konsep diri. Penilaian empat ranah
afektif sebagai berikut:
1. Sikap
Sikap mengacu pada kecendrungan merespon secara konsisten baik
menyukai atau tidak menyukai suatu obyek. Instrument sikap bertujuan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya kegiatan
sekolah. Sikap ini nisa positif bias negatif.
Defenisi operasional sikap adalah perasaan positif atau negative terhadap
suatu obyek. Obyek ini bias berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang
mudah untuk mengetahui sikap adalah melalui kuisioner.
Contoh kisi-kisi kuisioner :
Skala
No Indikator Pertanyaan/pernyatan
1 2 3 4 5
1. Belajar biologi Saya senang belajar
biologi
2 Mengerjakan Saya senang mengerjakan
tugas biologi tugas biologi
3 Berinteraksi Saya sering bertanya pada
dengan guru guru tentang pelajaran
biologi biologi
4 Membaca buku Saya senang membaca
pelajaran buku biologi
biologi
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1-5.
1 = Sangat kurang
2 = kurang konsisten
3 = mulai kosisten
4 = konsisten
5= selalu konsisten

6
Kata-kata yang digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan arah
perasaan seseorang : menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi,
baik-buruk, diinginani tidak diingini.

2. Minat
Minat adalah watak yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong
individu mencari obyek, aktivitas, pengertian, keterampilan untuk tujuan
perhatian atau penguasaan. Instrument minat bertujuan untuk memperoleh
informasi tentang minat peserta didik terhadap suatu mata pelajaran yang
selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap suatu
pembelajaran.
Defenisi operasional minat adalah keingitahuan seseorang tentang
keadaan suatu obyek.
Contoh kisi-kisi kuisioner minat :
No Indikator Pertanyaan/Pernyataan Skala
1 Keinginan memahami Saya menyimak pelajaran
pelajaran biologi biologi dengan baik
2 Manfaat belajar biologi Materi yang diajarkan oleh guru
sangat bermanfaat
3 Menyukai pelajaran Saya sangat menyukai
biologi pembelajaran biologi
4 Belajar biologi Saya senang ketika guru
mengajarkan biologi
3. Konsep diri
Konsep diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri yang
menyangkut keunggulan dan kelemahanya. Instrument konsep diri bertujuan
untuk mengetahui keluatan dan kelemahan diri sendiri. Informasi mengenai
konsep diri siswa sangat penting diketahui sekolah untuk menentukan
program yang sebaiknya ditempuh siswa. Penilaian konsep diri tentang
kemampuan siswa dalam mata pelajaran, dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen konsep diri berupa kuesioner.

7
Defenisi operasional konsep diri adalah pernyataan tentang kemampuan
diri sendiri menyangkut mata pelajaran.
Cobtoh kisi-kisi kuisioner konsep diri :
No Indikator Pertanyaan/Pernyataan Skala
1 Biologi adalah pelajaran Mata pelajaran biologi mudah saya
paling mudah dipahami pahami
2 Melakukan diskusi Saya mengalami kesulitan dalam
melakukan diskusi dengan teman-
teman
3 Prestasi Saya mampu mempresentasikan
materi biologi hasil diskusi

4. Nilai
Nilai adalah keyakinan yang dalam terhadap suatu pendapat, kegiatan
atau suatu obyek. Instrument nilai dan keyakinan ini bertujuan untuk
mengungkap nlai dan keyakinan individu.
Defenisi operasional nilai adalh keyakinan seseorang tentang keadaan
suatu obyek atau kegiatan. Misalnya kemapuan siswa, keyakian kinerja guru.
Kemungkinan ada yang berkeyakian bahwa prestasi peserta didik sulit untuk
ditingkatkan atau da yang berkeyakian bahwa guru sulit melakuakn
perubahan.

Contoh kisi-kisi kuisoner nilai moral


No Indikator Pertanyaan/Pernyataan Skala
1 Jujur Saya tidak mencontek pada saat
mengerjakan soal
2 Torelansi Saya berteman tanpa membeda-
membedakan agama
3 Cinta damai Saya selalu memukul teman saya
apabila dia menghina saya
4 Menghargai prestasi Saya marah apabila peringkat saya
diambil oleh
5 Bertanggung jawab Saya tidak pernah mengerjakan tugas

8
yang diberikan guru

F. Skala Pengukuran Afektif


Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang atau pendeknya interval yang ada dalam alat ukur. Ada beberapa
teknik skala yang bisa digunakan :
1. Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial dengan rentang
dari yang sangat posistif sampai dengan negatif. Dengan menggunakan skala
likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel,
selanjutnya indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang berupa pernyataan ataupun pertanyaan. Hal penting
dalam skala liker ini adalah kemampuan penilaian dalam merumuskan
indikator-indikator dari variabel yang akan di ukur (Sunarti & Rahmawati,
2013).
Contoh penggunaan skala likert
1) Sangat setuju (skor = 4 )
2) Setuju (skor = 3)
3) Tidak setuju (skor = 2 )
4) Sangat tidak setuju (skor = 1 )
1) Sangat positif (skor = 4 )
2) Positif (skor = 3 )
3) Negatif (skor = 2 )
4) Sangat negatif (skor = 1)

1) Selalu (skor = 4 )
2) Sering (skor = 3)
3) Kadang-kadang (skor = 2 )
4) Tidak pernah (skor = 1 )

1) Sangat baik (skor = 4 )


2) Baik (skor = 3 )
3) Tidak baik (skor = 2 )
4) Sangat tidak baik (skor = 1)

9
Instrumen penelitian yang menggunakan skala linkert dapat dibuat
dalam bentuk cheklist ataupun pilihan ganda.
Contoh Bentuk Cheklist
Cheklist minat peserta didik terhadap mata pelajaran biologi. Berikanlah jawaban
pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara member tanda (√)
pada kolom yang tersedia
Sangat Setuju Tidak Sangat
setuju setuju tidak
No Pertanyaan setuju
(4) (3) (2) (1)
1 Saya senang mengikuti pelajaran
biologi
2 Saya rugi bila tidak mengikuti
pelajaran biologi
3 Saya merasa pelajaran biologi
bermanfaaat
4 Saya berusaha menyerahkan tugas
biologi tepat waktu
5 Saya berusaha memahami
pelajaran biologi
6 Saya bertanya kepada guru bila ada
yang tidak jelas dalam
pembelajaran biologi
7 Saya mengerjaan soal latihan-
latihan biologi dirumah
8 Saya mendiskusikan materi
pelajaran dengan teman sekelas
9 Saya berusaha memiliki buku
pelajaran biologi
10 Saya berusaha mencari bahan
pelajaran biologi di perpustakaan

Contoh Bentuk Pilihan Ganda


Berikan salah satu jawaban terhadap pernyataan berikut yang sesuai
dengan pendapat anda dengan cara memberikan tanda lingkaran pada nomor
jawaban yang tersedia.
Saya membaca buku yang berkaitan dengan biologi

10
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah

2. Skala Guttmann
Skala pengukuran Guttman merupakan skala pengukuran dengan
jawaban yang tegas yaitu "Ya- Tidak", "Pernah- Tidak Pernah", "Positif-
Negatif", dan lain-lain.
Contoh :
1. Pelajaran Biologi bermanfaat bagi kesuksesan pembelajaran ?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
2. Pernahkah anda membaca buku yang terkait dengan pelajaran biologi?
a. Pernah
b. Tidak pernah

3. Skala Beda Semantik


Skala Beda Semantik digunakan untuk mengukur sikap. Bentuk
instrumennya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun
dalam satu garis kontinum yang jawabannya berada pada rentangan
diantara 2 kata yang berlawanan. Model skala ini sangat baik
mengungkapkan unsur evaluasi (baik/buruk, bersih/ kotor, jujur/tidak
jujur, menguntungkan/tidak menguntungkan, dan sejenisnya) atau untuk
mengungkap unsur potensi (besar/kecil, kuat/lemah, berat/ringan) ataupun
unsur aktifitas (aktif/pasif, cepat/lambat, loyal/tidak loyal) (Sunarti &
Rahmawati, 2013).
Contoh Skala Beda Semantik
Berilah tanda x pada titik-titik yang tersedia, sesuai dengan sikap anda
terhadap pelajaran biologi
Menarik ... ... ... ... ... Membosankan
Menguntungka ... ... ... ... ... Merugikan
n .

11
Bermanfaat ... ... ... ... .. Mubazir
Mengasyikkan ... ... ... ... .. Mengesalkan
Menyenangkan ... ... ... ... .. Menyusahkan
Ringan ... ... ... ... .. Berat
menantang ... ... ... ... .. Menjenuhkan

Misalkan jika siswa menyilang berikut


Skala skor 5 4 3 2 1
menarik x .. ... ... .. membosankan

Dapat diakatakan bahwa sikap anda terhadap pelajaran biologi sangat


tinggi. Hal ini berarti ia mendapatkan skor 5.
4. Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran yang diperoleh, semuanya adalah
data kualitatif yang kemudian yang dikuantitatif yang kemudian
dikuantitatifkan. Namun Rating Scale, data mentah yang diperoleh berupa
angka, kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif (Sunarti &
Rahmawati, 2013).
Contoh Rating Scale
No Pertanyaan Interval jawaban
1 Materi biologi 4 3 2 1
2 Metode dalam pengajaran

Penafsiran Hasil Pengukuran


Penilaian adalah penafsiran hasil pengukuran. Hasil pengukuran dari
berbagai instrumen nontes di atas akan menghasilkan skor angka. Diperlukan
suatu kriteria untuk menafsirkan hasil pengukuran. Kriteria yang digunakan
tergantung pada skala dan jumlah butir yang digunakan (Sunarti &
Rahmawati, 2013).
Contoh
Skala linkert dengan 4 pilihan dapat dilakukan kategorisasi hasil pengukuran
menggunakan distribusi normal dengan ketentuan berikut.

12
Kategori Sikap Atau Minat Siswa
No Skor Siswa Kategori Sikap Atau Minat
1 x ≥ +1.SBx Sangat positif/sangat tinggi
2 x¯ +1.SBx > x ≥ x Positif/tinggi
3 x¯ > x ≥ x¯ 1. SBx Negatif/rendah
4 x < x¯ 1.SBx Sangat negatif/sangat rendah
Keterangan :
x¯ adalah mean atau rata-rata skor keseluruhan siswa dalam satu kelas
SBx adalah simpangan baku skor keseluruhan siswa dalam satu kelas
x adalah skor yang dicapai siswa.
Selain dengan teknik penilaian nontes berupa kuesioner sikap, minat,
nilai dan konsep diri, pengukuran ranah afektif juga dapat dilakukan dengan
pengamatan/observasi , jurnal, penilaian antar teman dan wawancara seperti
yang dicantumkan di dalam permendibud nomor 104 tahun 2014.
a. Obseravasi
Penilaian ranah afektif peserta didik, selain menggunakan
kuesioner juga bisa dilakukan melalui observasi atau pengamatan.
Prosedurnya sama yaitu dimulai dengan penentuan definisi konseptual
(aspek yang akan dinilai) dan definisi operasional (indikator). Aspek yang
akan dinilai kemudian diturunkan menjadi sejumlah indikator dan
indikator menjadi isi pedoman observasi
1. Instrumen Observasi
Dalam melakukan observasi, guru dapat menggunakan
pedoman atau lembar observasi yang memuat sejumlah indikator
atau aspek sikap yang diamati.
Contoh kisi-kisi instrumen observasi aktivitas siswa dalam diskusi
No Aspek Indikator Kategori
Baik Cukup Kurang
1 keaktifan Keaktifan dalam
mengemukakan
pendapat didepan
teman
Keaktifan dalam
bertanya

13
Keaktifan
menanggapi
pendapat teman lain
Aktif dalam
menyelesaikan tugas
diskusi kelompok
2 Kerja sama Patuh terhadap aturan
dalam diskusi
Bertanggung jawab
terhadap tugas
kelompok
Mengerjakan tugas
kelompok bersama
dengan teman
lainnya
Menyampaikan
pendapat dengan
sopan
Menghargai pendapat
orang lain
Mampu menerima
hasil diskusi
kelompok

Contoh lain instrumen observasi sikap pada saat diskusi


Perilaku Skor
Nilai
No Nama keaktifan Bekerja perhatian Percaya perole
sama diri han
1 Melsi 2 2 3 3 10 83
2 Rika 2 3 2 2 9 75

Kategori
Baik =3
Cukup = 2
Kuramg = 1

Keterangan

14
Nilai Kategori
91-100 Amat baik
81-90 Baik
71-80 Cukup
60-70 Kurang
60 ke bawah Sangat kurang
(Sunarti., S.Rahmawati. 2014)

b. Jurnal
Jurnal merupakan catatan selama pembelajaran, yang berisi
informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta
didik yang terkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik
yang dipaparkan secara deskripsi (Sunarti & Rahmawati, 2013).
Instrumen Jurnal
Penilaian sebuah kompetensi sikap, baik spiritual maupun sosial
dengan jurnal harus mengacu pada indikator pencapaian kompetensi sesuai
dengan KD dan KI, sehingga hal diukur jelas dan tepat (Sunarti &
Rahmawati, 2013).
Contoh Penilaian Sikap dan Perilaku dengan Jurnal
Contoh catatan harian sikap dan perilaku peserta didik melalui
hasil pengamatan guru :
Hari/ Kejadian (positif
No Nama siswa Tindak Lanjut
tanggal dan Negatif)
1 Jumat, Angie Terlambat satu Diberi pembinaan
14 maret minggu
2015 mengumpulkan tugas
2 Senin, 17 Sofi Membaca puisi Diberi apresiasi
maret dengan penuh
2015 penghayatan

c. Penilaian Antarteman
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal

15
secara jujur. Teknik penilaian ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi sikap (Sunarti & Rahmawati, 2013).
Instrumen penilaian Antarteman
Instrumen yang digunakan dalam penilaian antar teman dapat
berupa angket atau kuesioner
Contoh angket kompetensi sikap dengan penilaian antarteman
No Aspek Mata pelajaran Jenjang/kelas
1 Mematuhi tata tertib disekolah Biologi SMA/I
2 Kebiasaan berteman tanpa Biologi SMA/I
membedakan suku dan agama

d. Wawancara
Wawancara merupakan teknik nontes secara lisan yang mengukur
aspek sikap dan kepribadian siswa dalam proses belajarnya (Sunarti &
Rahmawati, 2013).
Instrumen penilaian wawancara
Instrumen penilaian wawancara adalah panduan atau pedoman
wawancara yang terkait dengan sikap yang ingin diukur sari peserta didik.
(Sunarti & Rahmawati, 2013).

Contoh instrumen penilaian wawancara


Tujuan : memperoleh informasi mengenai sikap siswa dalam
memahami makna mencintai lingkungan
Responden : siswa SMA Kelas 1
Nama siswa : ............
Kelas : ...........
Pertanyaan :
1. Apakah dilingkungan rumahmu bersih ?
2. Apakah kamu merasa terganggu dengan asap kendaran yang banyak
dan dengan suara kendaraannya tersebut ?
3. Bagaimana sikapmu dengan teman yang menggunakan kendaran yang
bising dengan asap kendaraan yang banyak?

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang penilaian afektif, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek
tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
2. Penilaian bertujuan untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa, untuk
mengetahui umpan balik dan perbaikan
3. Karakteristik afektif yang terkait dengan mata pelajaran adalah sikap, minat,
nilai, dan konsep diri.
4. Penilaian afektif juga dapat digunakan dengan skala pengukuran seperti skala
linkert, skala guttmann, skala beda semantic, dan ranting scale yang
merupakan sebagai acuan untuk menentukan panjang interval yang ada dalam
alat ukur dengan menggunakan kuesioner, wawancara, observasi, jurnal
maupun untuk penilaian antarteman.

B. Saran
Berdasarkan saran dan kesimpulan, maka disarankan kepada guru dan calon
guru agar dapat melaksanakan penilaian yang merata antara ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor, serta dapat merancang instrumen dengan sesederhana mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: PT Bumi Aksara.

17
Jihad, A. & Haris, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Mardapi, D. 2012. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Sudijono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sunarti & Rahmawati, S. 2013. Penilaian dalam kurikulum 2013. Yogyakarta: ANDI.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Pedoman Penilaian Hasil
Belajar Oleh Pendidik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

18

You might also like