You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberi pelayanan

kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif kepada masyarakat

memiliki pesan yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Bagi mereka yang berada dilingkungan Rumah Sakit seperti

pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien beresiko

mendapatkan infeksi nosokomial atau Health- care Associated Infection

(HAIs).(Depkes, 2011)

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit yang menyerang

penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan. Infeksi

nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba pathogen yang bersumber

dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya.(Darmadi, 2008)

Beberapa kejadian infeksi nosokomial dapat menyebabkan cacat fungsional,

stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen serta kematian.

Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan

meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat

mahal dan penggunaan pelayanan lainnya, serta tuntutan hukum. Dan Dampak

tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.

(Potter & Perry, 2005)

1
Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak

di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-

penyakit infeksi masih menjadi penyebab utamanya. Suatu penelitian yang

dilakukan oleh WHO tahun 2006 menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55

rumah sakit dari 14 negara di Eropa, Timur tengah, dan Asia Tenggara dan

Pasifik terdapat infeksi nosokomial, khususnya di AsiaTenggara sebanyak

l0%2.

Di Indonesia yaitu di 10 RSU pendidikan, infeksi nosokomial cukup tinggi

yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8% pada tahun 2010. Infeksi nosokomial

paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO). Hasil penelitian

terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada rumah sakit di

Indonesia bervariasi arrtara 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan.

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang angka infeksi nosokomialnya

masih cukup tinggi. Angka infeksi nosokomial di 10 rumah sakit umum

pendidikan utama berkisar antara, 6-16% dengan rata-rata 9,8%. Hasil

penelitian di RSUP Dr.Sardjito infeksi nosokomial sebesar 7,94%. Rumah

sakit dr.Sutomo sebesar 14,60%, rumah sakit Bekasi sebesar 5,06%, Rumah

Sakit Umum Daerah Karawang 4,60%, rumah sakit cipto mangunkusumo

Jakarta 4,60%. (Marwoto , dkk 2007)

Berdasarkan kepmenkes no. 129 tahun 2008 standar pelayanan minimal rumah

sakit, jumlah infeksi nosokomial yang dapat di toleransi yaitu sebesar >1,5%,

sehingga dari data tersebut terlihat masih tingginya angka kejadian infeksi

2
nosokomial sehingga perlu adanya upaya pencegahan dan pengendalian

infeksi nosokomial di RSU milik pemerintah yaitu RSUD Karawang.

Sebagai petugas “ujung tombak” pelaksanaan keperawatan yang selalu kontak

dengan penderita (selama 24 jam). Maka keberadaan dan kedudukan perawat

dalam Panitia Medik Pengendalian Infeksi Rumah Sakit mutlak adanya.

Sehingga perlu di tunjuk satu atau dua orang perawat untuk membantu

menangani masalah ini, yang disesuaikan dengan kapasitas ruang/bangsal

perawatan yang bersangkutan. Dengan demikian tenaga keperawatan

merupakan pelaksana terdepan dalam upaya pencegahan dan pengendalian

infeksi nosokomial.(Darmadi, 2008)

Media penularan utama dari sebagian bakteri dan virus penyebab infeksi

nosokomnial adalah tangan-tangan personil medik yang terkontaminasi. Cuci

tangan sebelum dan sesudah merawat setiap penderita sangat penting untuk

mengurangi penyebaran infeksi Rumah Sakit. Faktor-faktor yang dapat

menyebabkan infeksi nosokomnial terutama pada pasien pasca operasi

melibatkan peran peralatan bedah yang terkontaminasi. Pasien yang sangat

potensial terkena infeksi nosokomnial adalah pasien pasca operasi, karena

sangat rentan dengan berbagai infeksi sehubungan dengan ada luka

operasi/pembedahan, ketidak disiplinan dalam melakukan tindakan aseptic

dan antiseptic.

Mengingat masih tingginya kejadian infeksi nosokomnial di RSUD

3
Karawang, maka peneliti tertatarik untuk melakukan penelitian tentang

“Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Infeksi

Nosokomnial Di Ruang Rawat Inap Bedah Di RSUD Karawang”.

Sekaligus mendeskripsikan beberapa variable yang terkait dan menganalisa

faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya infeksi nosokomnial

tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas diketahui ada Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Terjadinya Infeksi Nosokomnial Di Ruang Rawat Inap

Bedah Di RSUD Karawang. Maka penulis mencoba untuk merumuskan

masalah pada penulisan ini adalah Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Terjadinya Infeksi Nosokomnial Di Ruang Rawat Inap Bedah Di RSUD

Karawang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya

Infeksi Nosokomial Di Ruang Rawat Inap Bedah Di RSUD Karawang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi hubungan pengetahuan perawat

dengan terjadinya infeksi nosokomial.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi hubungan lamanya hari

4
perawatan dengan terjadinya infeksi nosokomial.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi hubungan padatnya jumlah

pasien dengan terjadinya infeksi nosokomial.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi hubungan lingkungan bangsal

perawatan dengan terjadinya infeksi nosokomial.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi para peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang hubungan

terjadinya infeksi dengan tingkat pengetahuan serta salah satu syarat untuk

Ujian Akhir Semester Program Diploma III Keperawatan. Hasil penelitian

ini dapat digunakan sebagai bahan literature untuk penelitian bagi calon

peneliti selanjutnya mengenai masalah yang berkaitan dengan infeksi

nosokomial di rumah sakit.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan dapat menambah informasi tentang pencegahan infeksi

nosokomial bagi tenaga kesehatan sehingga dapat meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat.

3. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber tambahan informasi untuk

menunjang peningkatkan wawasan dalam proses belajar-mengajar tentang

infeksi nosokomial sehingga dapat menghasilkan perawat professional dan

disamping itu dapat digunakan sebagai pedoman penelitian-penelitian

5
berikutnya.

You might also like