Professional Documents
Culture Documents
LEPTOSPIROSIS
Dosen Pembimbing :
dr. Tatag Primiawan, Sp.PD
Disusun oleh :
Kartika Yulianti
1710221071
Leptospirosis
Disusun oleh :
Kartika Yulianti
II.1.Leptospirosis
II.1.1.Pengertian Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang manusia dan
binatang. Penyakit menular ini adalah penyakit hewan yang dapat menjangkiti
manusia. Termasuk penyakit zoonosis yang paling sering terjadi di dunia.
Leptospirosis juga dikenal dengan nama flood fever atau demam banjir karena
memang muncul dikarenakan banjir.
Dibeberapa negara leptospirosis dikenal dengan nama demam
icterohemorrhagic, demam lumpur, penyakit swinherd, demam rawa, penyakit
weil, demam canicola (PDPERSI Jakarta, 2007). Leptospirosis adalah penyakit
infeksi yang disebabkan kuman leptospira patogen (Saroso, 2003).
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
mikroorganisme berbentuk spiral dan bergerak aktif yang dinamakan Leptospira.
Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti Mud fever, Slime fever
(Shlamnfieber), Swam fever, Autumnal fever, Infectious jaundice, Field fever,
Cane cutter dan lain-lain (WHO, 2003).
Leptospirosis atau penyakit kuning adalah penyakit penting pada manusia,
tikus, anjing, babi dan sapi. Penyakit ini disebabkan oleh spirochaeta leptospira
icterohaemorrhagiae yang hidup pada ginjal dan urine tikus (Swastiko, 2009).
II.1.2. Epidemiologi
Pada iklim sedang infeksi leptospira didapatkan terutama melalui paparan
rekreasional (mengendarai kano, berlayar, ski air) atau pekerjaan, atau hidup di
daerah kumuh. Di daerah tropik, paparan terutama melalui aktivitas pekerjaan
seperti bersawah. Infeksi jarang dari kontak langsung dengan darah, urin, atau
jaringan hewan terinfeksi. Terdapat sekitar 160 spesies hewan yang menjadi
tempat perlindungan bakteri tersebut, reservoir yang paling penting adalah tikus.
Yang ada di mana-mana adalah icterohaemorrhagiae dengan spesies tikus Rattus,
hardjo dengan sapi, canicola dengan anjing, dan pomona dengan babi dan sapi.
Angka kejadian leptospirosis dapat mencapai lebih dari 100 per 100.000
per tahun. Ditjen PP & PL Kemenkes RI melaporkan bahwa kejadian leptospirosis
di Indonesia tahun 2011 terdapat 857 kasus dan 82 orang meninggal (CFR
9,57%), tahun 2012 terdapat 239 kasus dan 29 orang meninggal (CFR 12,13%),
tahun 2013 terdapat 641 kasus dan 60 orang meninggal (CFR 9,36%) (Kemenkes
RI, 2014).
II.1.3. Etiologi
Leptosiprosis disebabkan spesies patogenik dari genus Leptospira, suatu
bakteri spirochaeta aerob obligat, berukuran 0,25 x 6,25 μm. Leptospira berada di
tubulus ginjal pejamu dan keluar di urin. Bakteri ini bertahan hidup selama
berhari-hari atau berminggu-minggu pada kondisi hangat, lembap, dan sedikit
alkali, terutama di air segar yang tenang atau mengalir lambat pada suhu sedang di
musim panas serta di tanah yang lembap dan air di daerah tropik, terutama pada
musim hujan. Berdasarkan hibridisasi DNA, genus Leptospira yang sudah
dikenali terdiri atas 12 yang patogenik atau mungkin patogenik dan 6 saprofitik.
Pembagian berdasarkan aglutinasi menunjukkan terdapat lebih dari 200 serovar
patogenik dan 60 serovar saprofitik.
II.1.8. Diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium umum
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah rutin : leukositosis normal atau menurun.
Hitung jenis leukosit : peningkatan netrofil.
Trombositopenia ringan.
LED meningkat.
Pada kasus berat ditemui anemia hipokrom mikrositik akibat perdarahan yang
biasa terjadi pada stadium lanjut perjalanan penyakit.
II.1.10 Komplikasi
Meningitis aseptik merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan.
Gagal ginjal, kerusakan hati, perdarahan paru, vaskulitis, dan miokarditis jarang
ditemukan walaupun pada umumnya dapat menyebabkan kematian.
II.1.11. Prognosis
Mortalitas pada leptospirosis berat sekitar 10%, kematian paling sering
disebabkan karena gagal ginjal, perdarahan masif atau ARDS. Fungsi hati dan
ginjal akan kembali normal, meskipun terjadi disfungsi berat, bahkan pada pasien
yang menjalani dialisis. Sekitar sepertiga kasus yang menderita meningitis aseptik
dapat mengalami nyeri kepala secara periodic.
DAFTAR PUSTAKA
Day NPJ, Edwards CN. Leptospirosis. In: Cohen J, Opal SM, Powderly WG,
editors. Infectious diseases. 3ed. London: Mosby Elsevier; 2010. p. 1241-2.
Leptospirosis clinical practice guidelines 2010 [Internet]. [cited 2013 Dec 20].
Available from:
http://www.psmid.org.ph/contents/Leptospirosis_GUIDELINES_
(contents).pdf.
Leptospirosis clinical practice guidelines 2010 [Internet]. [cited 2013 Dec 20].
Available from:
http://www.psmid.org.ph/contents/Leptospirosis_GUIDELINES_
(contents).pdf.
Watt G. Leptospirosis. In: Magill AJ, Hill DR, Solomon T, Ryan ET, editors.
Hunter’s tropical medicine and emerging infectious diseases. 9 ed. London:
Saunders Elsevier; 2013. p. 597-601.