Professional Documents
Culture Documents
BAB Kandidiasis
BAB Kandidiasis
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu kandidiasis ?
2. Apa saja etiologi dari kandidiasis ?
3. Bagaimana patofisiologi dari kandidiasis ?
4. Apa saja Manifestasi Klinis dari kandidiasis ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kandidiasis ?
6. Apa saja pengobatan yang dilakukan pada klien kandidiasis?
1.3 Tujuan
Tujuan umum dari penulisan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu
membuat asuhan keperawatan penyakit kandidiasis.
Tujuan dari penulisan makalah diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan :
1. Pengertian dari kandidiasis
2. Etiologi dari kandidiasis
3. Patofisiologi dari kandidiasis
4. Manifestasi Klinis dari kandidiasis
5. Pemeriksaan penunjang pada kandidiasis
6. Pengobatan yang dilakukan pada klien kandidiasis
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
2 Etiologi
Kandidiasis adalah suatu infeksi akut atau subakut yang disebabkan oleh
Candidicia albicans atau kadang-kadang oleh spesies kandida yang lain, yang
dapat menyerang berbagai jaringan tubuh. (Siregar, 2005)
3
adalah hal yang alami dan memang selalu ada pada diri manusia seperti di
daerah mulut, tenggorokan, vagina, dan pada sistem pencernaan lainnya.
4
Penderita selalu mengeluh sakit, terutama bila waktu tersentuh
makanan. Kandidiasis oral ini banyak diderita oleh bayi baru lahir,
penderita penyakit manahun yang mendapat antibiotik dalam waktu
lama, atau penderita keganasan yang mendapat obat sitostatik atau
pengobatan dengan radiasi.
b. Perlece
Kelainan tampak pada kedua sudut mulut, yang terjadi perlunakan
kulit yang mengallami erosi. Dasarnya merah dan bibir menjadi pecah-
pecah, kemudian terjadi fisura pada kedua sudut mulut. Faktor
predisposisi yang dapat menimbulkan penyakit ini ialah kekurangan
vitamin B2 (riboflavin), pada orang tua yang tidak dapat menutup
mulutnya dengan baik hingga air liur keluar terus. Hal ini akan
menyebabkan maserasi kedua sudut mulut.
5
Pada mukosa vagina terlihat ada bercak putih kekuningan,
meninggi dari permukaan, yang disebut vaginal trush. Bercak-bercak
ini terdiri dari gumpalan jamur kandida, jaringan nekrotik, dan sel-sel
epitel. Dari liang vagina keluar sekret vagina yang mulala encer
kemudian menjadi kental dan pada keadaan yang menahun tampak
seperti butir-butir tepung yang halus. Di dalam gumpalan sekret ini
terdapat elemen-elemen kandida dan epitel, dan secara kontinuitatum
menyebabkan infeksi di daerah vulva senhingga terjadi vulvovaginitis.
Labia minora dan mayora membengkak dengan ulkus-ulkus kecil
bewarna merah disertai dengan daerah yang erosi.
Kelainan ini dapat menjalar sampai ke kulit sekitarnya hingga
seluruh kulit lipat paha dan perineum menjadi merah, bengkak, erosi,
dan terdapat lesi-lesi satelit. Penderita selalu merasa gatal, panas, dan
sakit pada waktu buang air kecil.
Faktor predisposisi untuk timbulnya vulvovaginitis adalah
kegemukan. Diabetes militus, higiene yang kurang, infeksi kronis di
dalam vagina dan serviks, serta pengaruh obat-obat antihamil dan
kehamilan.
6
e. Kandidiasis mukokutan kronis
Biasanya banyak ditemukan pada anak-anak dan penderita yang
mengalami bermacam-macam defisiensi. Kelainan-kelainan yang
timbul berupa bercak-bercak pada daerah-daerah mukokutan, erosi,
dan pada perasaan timbul rasa panas dan gatal. Penyakit ini merupakan
infeksi persisten oleh kandida yang mengenai yang resistensi terhadap
semua pengobatan topikal karena penyakit ini sering disertai dengan
infeksi bakteri lain, dan karena adanya gangguan imunologik yang
bersifat herediter.
2. Kandidiasis kutis meliputi:
a. Lokalisata: intertriginosa dan daerah perianal
1) Kandidiasis intertriginosa
Lesi-lesi timbul pada tempat predileksi, yaitu daerah-daerah
lipatan kulit, seperti ketiak, bawah payudara, lipat paha,
intergluteal, antara ari-jari tangan dan jari-jari kaki, sekitar pusat,
dan lipat leher.
Kelainan yang tampak berupa kemerahan kulit yang terbatas
tegas, erosi dan berisik. Lesi-lesi tersebut sering dikelilingi oleh
lesi-lesi satelit berupa vesikel-vesikel dan pustula milier, yang bila
memecah meninggalkan daerah-daerah yang erosi dan selanjutnya
dapat berkembang menyerupai lesi-lesi primernya. Kelainan pada
sela-sela jari sering ditemukan pada orang yang banyak
berhubungan dengan air, seperti tukang cuci atau petani sawah,
orang-orang yang memakai kaus dan sepatu terus-menerus.
Kandidiasis pada kaki dan sela-sela jari ini sering dikenal
“kutu air”. Kulit di sela-sela jari menjadi lunak, terjadi maserasi
dan dapat mengelupas menyerupai kepala susu.
Faktor predisposisi kandidiasis intertriginosa ini ialah diabetes
melitus, kegemukan , banyak keringat, pemakaian obat-obat
antibiotik, kortikosteroid. Sitostatik, dan penyakit-penyakit yang
mrnyebabkan daya tahan tubuh menurun.
7
2) Kansdidiasis perianal
Infeksi kandida pada kulit sekitar anus, yang banyak
ditemukan pada bayi-bayi, dikenal sebagai kandidiasis popok
(Diaper rash). Hal ini sering disebabkan oleh popok basah yang
tidak segera diganti sehingga menyebabkan iritasi kulit sekitar
genitalia dan anus. Popok yang basah menyebabkan maserasi kulit,
dan karena adanya lubang-lubang alamiah (anus) yang banyak
mengandung kandida maka dapat tumbuh dengan subur dan
terjadilah kandidiasis perinal dan kandidiasis popok.
Kulit di sekitar anus, lipat paha, kemaluan, perineum, dan
lipat pantat menjadi merah, erosi, dan bersisik halus putih.
Pemakaian antibiotik dan kortokosteroid dapat menjadi faktor yang
mempermudah terjadinya infeksi kandida di daerah-daerah ini.
8
3. Reaksi id
Kadidiasis id (kandididid) merupakan reaksi alergi dari kandida.
Infeksi kandida dari suatu tempat dapat memberikan reaksi alergi di
tempat lain.
Kelainan-kelainan yang timbul berupa vesikel-vesikel steril yang
keras, sangat gatal, terutama terdapat di telapak kaki dan tangan, sepanjang
jari-jari atau tempat-tempat lain. Apabila vesikel ini pecah terjadi
skuamasi atau kulit yang mengelupas. Kelainan alergi ini tidak dapat
disembuhkan selama penyakit primernya belum sembuh. Biasanya infeksi
primer dapat disembuhkan dalam usus, vagina, atau sela-sela jari kaki dan
tangan.
9
b. Umur
Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status
iRmunologinya tidak sempurna.
c. Gangguan imunologis
Pada penyakit genetic seperti Atopik dermatitis, infeksi
candida mudah terjadi.
2. Factor eksogen
a. Iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat
terutama pada lipatan kulit, menyebabkan kulit maserasi, dan ini
mempermudah invasi candida.
b. Kebiasaan dan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air
mempermudah invasi candida.
c. Kebersihan dan kontak dengan penderita. Pada penderita yang
sudah terkena infeksi (kandidiasis di mulut) dapat menularkan
infeksi kepada pasangannya melalui ciuman.
Kedua factor eksogen dan endogen ini dapat berperan menyuburkan
pertumbuhan candida atau dapat mempermudah terjadinya invasi candida ke
dalam jaringan tubuh
10
4. Patofisiologi
11
5. Pemeriksaan penunjang
Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan
adanya pemeriksaan penunjang, antara lain :
• Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 %
atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu
• Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud,
dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari
suhu 37 0C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony.
Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan
tersebut pada corn meal agar.
12
6. Penatalaksanaan
13
dengan flukonazol oral 100 mg selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral
100 mg 1-2 minggu.
b) Diaper disease : Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan
lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu
menggunakan bedak bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan
pencegahan yang adekuat. Terapi topikal yang efektif yaitu dengan
nistatin, amfoterisin B, mikonazol atau klotrimazol.
c) Paronikia : pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi
dapat dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau
solusio antifungi dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan
itrakonazol atau terbinafin.15
Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas. Termasuk
ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol. Mekanisme kerja
dari grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol mengubah cairan
membran sel dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya dalam
penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi bentuk ragi ke bentuk
hifa yang merupakan bentuk invasive dan patogenik dari parasit.
Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa fungi tapi
hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri. Obat ini
mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas dan transport.
14
B. Asuhan Keperawatan
Kasus
Anak N usia 18 bulan dengan berat badan sebelum sakit 12 kg, dibawa ke
rumah sakit karena panas, menangis terus, dan tidak mau minum. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan hasil di lidah , palatum, dan ovula terdapat bercak
putih. Suhu badan anak tersebut 38,5oC.
1 Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas Anak
Nama : An. N
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 15 Desember 2010
Alamat : Surabaya
Identitas Orang tua
Nama Ayah : Tn. R
Nama Ibu : Ny. P
Pekerjaan Ayah/Ibu : PNS
Pendidikan Ayah/Ibu : S.1
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
Keluhan utama
15
Anak N tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
6. Riwayat Nutrisi
Minum ASI hanya sedikit.
7. Riwayat Pertumbuhan
BB sebelum sakit : 12 kg
BB saat sakit : 10 kg
8. Riwayat Perkembangan
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital : Suhu : 38,5oC
Nadi : 110x/menit
RR : 30 x/menit
Tekanan darah : 99/65 mmHg
B1 (breathing) : normal
B2 (blood) : normal
B3 (brain) : normal
B4 (bladder) : normal
B5 (bowel) : Timbul rasa nyeri dan perih di sekitar mulut, anak tidak mau
minum ASI.
B6 (bone) : normal
16
2 Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : anak menangis Kandidasis Hipertermi
o
DO: T : 38,5 C
Proses infeksi
3 Diagnosa Keperawatan
17
4 Intervensi, Dan Kriteria Hasil Keperawatan
Kriteria hasil :
18
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
Noc
Pain level
Pain control
Comfort level
Nic
a. Pain management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk local,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,pencahayaan dan kebisingan
Tingkatkan istirahat
Cek riwayat alergi
Kriteria hasil :
19
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan nafsu makan
Noc :
Nic :
Nutrition management
Nutrition monitoring
Kriteria hasil :
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Zulfikar gaib
22