Professional Documents
Culture Documents
BAB I Dermatitis
BAB I Dermatitis
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
2. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Konsep Dasar
1. Definisi Dermatitis
2. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh: detergen, asam, basa, oil, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro
organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik.
Klasifikasi dermatitis: (Djuanda adhi,2010)
1. Dermatitis kontak
Peradangan di kulit karena kontak dengan sesuatu yang dianggap asing oleh
tubuh. Terbagi menjadi 2: alergi dan iritan.
2. Dermatitis atopic
Peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang umumnya sering terjadi
selama masa bayi dan anak.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
4. Dermatitis numularis
5. Dermatitis statis
3
3. Tanda dan gejala
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak.
b. Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul
sebelum 24-48 jam, bahkan sampai 72 jam.
c. Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi dua
menjadi akut dan kronis. Saat akut dapat terjadi
perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai
terasa perih bahkan lecet. Saat kronis gejala dimulai dengan kulit yang
mengering dan sedikit meradang yang akhirnya menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut.
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar.
f. Dermatitis kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa
dibandingkan dengan tipe alergi.
2. Dermatitis atopik (DA)
Ada 3 fase klinis DA yaitu:
a. DA infantil (2 bulan-2 tahun)
DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada
bulan kedua. Lesi mula-mula tampak di daerah muka
(dahi-pipi) berupa eritema, papul-vesikel pecah karena
garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan akhirnya
terbentuk krusta. Lesi bisa meluas ke kepala, leher,
pergelangan tangan dan tungkai. Bila anak mulia
merangkak, lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. Sebagian
besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke
fase anak.
4
b. DA anak (2-10 tahun)
Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(denovo). Lokasi lesi di lipatan siku/lutut, bagian
fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan
leher. Ruam berupa papul likenifikasi, sedikit
skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi
sekunder. DA berat yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat
mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada remaja dan dewasa
Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut, sampai leher,
dahi, sekitar mata. Pada dewasa,distribusi lesi kurang karakteristik, sering
mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat
misalnya pada bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu atau
skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah di daerah lipatan,
mengalami likenifikasi. Lesi kering, agar menimbul, pupal datar
cenderung berkonfluens menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama.
Bisa didapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya
menjadi hipergigmentasi.umumnya DA remaja dan dewasa berlangsung
lama kemudian cenderung membaik setelah usia 30 tahun, jarang sampai
usia pertengahan dan sebagian kecil sampai tua.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
a. Kulit yang sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher,
pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau
mata kaki, kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. Sering
timbul pada saat santai atau sedang tidur, akan berkurang saat
beraktifitas. Rasa gatal yang digaruk akan menambah berat rasa gatal
tersebut.
5
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisik akibat
garukan atau pengosokan dan sudah terjadi bertahun-tahun.
4. Dermatitis numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat mengganggu.
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel
(0,3-1,0cm), kemudian membesar dengan cara
berkonfluensi atau meluas ke samping,
membentuk satu lesi karakteristik seperti uang
logam (coin), eritematosa, sedikit edematosa,
dan berbatas tegas.
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi,
kemudian mengering menjadi krusta kekuningan.
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu , dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris
dengan ukuran bervariasi dari miliar sampai numular, bahkan plakat.
e. Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan, lengan
termasuk punggung tangan.
4. Dermatitis statis
a. Bercak-bercak berwarna merah yang bersisik
b. Bintik-bintik berwarna merah dan bersisik
c. Borok atau bisul pada kulit
d. Kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. Luka (lesi) kulit
f. Pembengkakan pada tungkai kaki
g. Rasa gatal di sekitar daerah yang terkena
h. Rasa kesemutan pada daerah yang terkena
(Djuanda adhi, 2010)
6
4. Patofisiologi
Iritan primer
5. Pemeriksaan penunjang
1. Percobaan asetikolin (suntikan dalam intracutan, soslusio asetilkolin 1/5000)
2. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
3. Pric
Laboratorium
1. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
2. Urin : pemeriksaan histopatologi
7
6. Penatalaksanaan penunjang keperawatan dan medis
1. Dermatitis kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis
kontak
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengali
sesegera mungkin
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti manangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gataldan perih yang
dirasakan
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai
dengan tingkat keparahannya
2. Dermatitis atopik
a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan-bahan berbulu
b. Hidrasi kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim hidrofilik
urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan
konsentrasi kurang dari 5%
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertiginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat
diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol,
kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu,
kortikosteroid oral hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi
akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-seling,
dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan
menimbulkan efek samping dan tiba-tiba dihentikan akan timbul rebound
phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam
8
jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitisasi, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
koloni s. aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberikan
asiklovir 3 x 400mg/hari selama 10 hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10
hari.
3. Neurodermastitis sirkumskripta
a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian
steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian
steroid mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak
direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla
dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid hanya
dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal
b. Anti-depresan atau anti-anxiety sangat sangat membantu sebagian orang
dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat
mencegah gatal dan garukan
4. Dermatitis numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelumbab atau emolien
b. Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus
c. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan
larutan permanganas kalikus 1:10.000
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan natibiotik secara sistemik
9
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya
hidroksisilin HCl
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi kompresi
10
7. Pengobatan
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan penyebabnya.
Tetapi, seperti diketahui dermatitis multi factor, kadang juga tidak diketahui pasti,
maka penobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/ mengurangi
keluhan dan menekan peradangan.
1. Sistemik
Ø Pada kasus ringan dapat diberikan anti histamine, atau dapat
dikombinasikan dengan anti serotonin, anti bradikinin, dan sebagainya.
Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 6 jam bilamana perlu.
Ø Obat dermatititis yang utama adalah kortikosteroid (prednisone 30 mg/
hari). Kortikosteroid merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh
korteks adrenal yang pembuatan bahan sintetik analognya telah
berkembang dengan pesat. Terutama diberikan pada penyakit kasus akut
dan berat.
Ø Antibiotik untuk setiap infeksi sekunder.
2. Topikal
Terdapat beberapa prinsip umum terapi topikal:
Ø Dermatitis akut/ basah (madidans) harus diobati secara basah (kompres
terbuka), bila subakut diberikan losio (bedak kocok), krim (terutama pada
daerah berambut), dan apabila kronik/kering diberikan salap.
o Kompres, pertama-tama gunakan kompres dingin dengan air keran
dingin atau larutan burrow untuk lesi-lesi eksudtif dan basah. Kenakan
selama 20 menit tiga kali sehari. Hindari panas disekitar lesi.
o Losio topikal yang mengandung menol, fenol, atau premoksin
sangat berguna untuk meringankan rasa gatal sementara, dan tidak
mensensitisasi, tidak seperti benzokain dan difenhidramin. Obat-
obatan bebas yang dapat digunakan antara lain lasio atau obat semprot
sarna dan lasio Prax Cetapil dengan mentol 0,25% dan fenol 0,25%.
11
o Kortikosteroid topikal, berguna bila daerah yang terkena terbatas atau
bila kortikosteroid oral merupakn kontraindikasi.
Ø Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.
3. Rujukan; Pasien dengan penyakit kronik yang tidak memberikan respons
terhadap terapi dan penghindaran semua penyebab yang dicurigai harus
dirujuk ke ahli kulit untuk tes tempel
Berikut ini tingkat potensi dari sejumlah kortikosteroid pada penggunaan
dermal, yaitu:
a. Desoximetason + salis
b. Dexametason
c. Hidrokortison butirat
d. Fluosinolon asetonida
e. Flupredniden asetat
f. Klobetason butirat
g. Triamsinolon asetonida
3. Kuat :
1. Beklometason dipropionat
2. Betametason valerat
3. Betametason dipropionat
4. Budesonida
5. Diflukortolon valerat
6. Fluklorolon asetonida
7. Flutikason propionat
8. Halometason
12
4. Sangat kuat: Klobetasol propionat, betametason dipropion.
Namun jika pada dermatitis tersebut ditemukan adanya infeksi bakteri, maka
dapat diberikan juga antibiotik, disamping kortikosteroid.
Berikut ini golongan antibiotik untuk dermatitis:
7. Discharge planning
1. Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk-menepuk bukan
menggosok
2. Gunakan mild soap atau pengganti sabun
3. Jangan mandi terlalu lama karena akan membuat menjadi kering
4. Kenakan pelembab
5. Hindari penggunaan wool atau atau pemaparan terhadap iritan seperti
ditergen dan gunakan ditergen yang tidak mengandung bahan pemutih
6. Jangan menggaruk atau mengosok kulit
7. Penderita yang sedang menggunakan salep kortikosteroid atau krim
sebaliknya hanya mengoleskan pada bagian kulit yang membutuhkan lalu
dipijat secara perlahan
13
B. Askep Dermatitis
1. Kasus :
Ny.A berumur 40 tahun datang ke poli klinik kulit dan kelamin dengan keluhan
utama gatal pada tangan kanan dan kiri yang dirasakan semenjak 1 bulan yang
lalu. Awalnya gatal yang dirasakan pasien dimulai dari sela-sela jari kemudian
meluas ke bagian tangan atas, kemudian muncul seperti gelembung kecil-kecil
dan sangat gatal. Tiap kali pasien menggaruk area yang gatal maka akan muncul
seperti luka baru dan keluar seperti cairan. Gatal ini biasanya dirasakan muncul
secara tiba-tiba, gatal dirasakan seperti terkena ulat bulu dan sangat gatal yang
tidak tertahankan sehingga apabila gatal muncul pasien akan menggunakan salep
untuk meringankan keluhannya. Pasien juga mengatakan tiap kali selesai mencuci
pakaian pasien merasakan panas ditangannya dan sehabis itu muncullah perih dan
gatal
1. Pengkajian
IDENTITAS
Nama : ny.A
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :-
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : jawa
Agama : islam
Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Status Perkawinan : Menikah
14
tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya disangkal oleh
pasien.
Riwayat Pengobatan:
Pasien sebelumnya sudah sempat berobat ke puskesmas yang berada dekat dengan
rumahnya dan diberikan obat minum dan salep namun pasien tidak mengetahui
nama obat yang diberikan. Pasien setiap kali menggunakan salep yang diberikan
dari puskesmas tersebut merasakan perih namun gatal dapat berkurang. Tapi
beberapa lama kemudian pasien merasakan kembali gatal, pasien menyatakan
obat yang diberikan dari puskesmas hanya menghilangkan gatalnya untuk sesaat
dan keluhan pasien masih menetap.
15
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran (GCS) : Compos Mentis (E4V5M6)
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Status General:
Kepala : normochepali
Mata : anemia -/-, ikterus -/-
THT : Dalam batas normal
Thoraks : Cor : S1 S2 tunggal regular murmur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Dalam batas normal
Status Dermatologi:
Lokasi : Antebrachialis- carpalis dextra sinistra.
Effloresensi : Plak eritema bentuk bulat- lonjong ukuran nummular hingga plakat
pada permukaan tampak vesikel papul dengan erosi ekskoriasi dan skuama halus
berwarna putih simetris pada regio antebrachialis- carpalis dextra sinistra
16
2. Diagnosa
1) Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
2) Gangguan citra tubuh b.d perasaan malu terhadap penampakan diri dan
persepsi diri tentang ketidakbersihan
3) Resiko infeksi b.d lesi, bercak-bercak merah pada kulit
3. Intervensi
DIAGNOSA 1
Intervensi :
Noc :
NIC :
Pressure management
- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
- Hindari kerutan pada tempat tidur
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Monitor status nutrisi pasien
- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
17
Kriteria hasil :
DIAGNOSA 2
Gangguan citra tubuh b.d perasaan malu terhadap penampakan diri dan persepsi
diri tentang ketidakbersihan
Intervensi :
NOC
Body image
Self esteem
NIC
body image enchancement
- Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
- Monitor frekuensi mengkritik dirinya
- Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
- Dorong klien mengungkapkan perasaannya
- Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
- Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
Kriteria hasil
18
DIAGNOSA 3
Intervensi :
NOC
Immune Status
Knowledge : Infection Control
Risk Control
NIC
19
Kriteria hasil
20
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
2. Saran
21
Daftar pustaka
Djuanda adhi,dkk. 2005. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta : fakultas
kedokteran universitas Indonesia.
22