You are on page 1of 7

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BATITA

Dhiyan Nany Wigati, Arfina Nofiana


Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi

ABSTRAK

Latar belakang Status gizi adalah suatu keadaan tubuh akibat konsumsi makanan serta
penggunaan zat gizi . Satatus gizi baik bila memperoleh cukup zat gizi sehingga pertumbuhan
fisik dan perkembangan otak berada pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang apabila
mengalami kekurangan satu atau zat-zat gizi esensial sehingga pertumbuhan anak tidak akan
tumbuh menurut potensialnya. Terutama satu sampai tiga tahun pertama kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung. Jumlah dan pengaturan
hubungan antar sel saraf ini akan mempengaruhi kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar,
berbicara, dan bersosialisasi
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan batita
Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik dengan
rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Kuwojo wilayah
kerja Puskesmas Gabus II. Populasi dalam penelitian ini yaitu umur satu sampai tiga tahun
serta orang tua yang menyetujui ikut dalam penelitian. Dan teknik pengampilan sampel
menggunakan total sampling. Instrumen penelitian menggunakan Tes perkembangan
dilakukan dengan menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan). Empat
aspek perkembangan yang dinilai yaitu motorik kasar, halus, bahasa dan personal sosial. Serta
timbangan dan pita ukur tinggi dalam centimeter. Analisis data menggunakan uji spearman
rank
Hasil Penelitian Jumlah subjek 54 batita usia 1-3 tahun dan terdiri dari 42 batita yang
mengalami perkembangan normal dan meragukan 12 batita dan tidak ada batita yang
mengalami perkembangan dalam penyimpangan Sedangkan status gizi batita dengan hasil
status gizi baik 42 batita, status gizi kurang 11 batita, status gizi buruk 1 batita, dan tidak ada
batita yang mengalami status gizi lebih. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi
dengan perkembangan batita di Posyadu Kuwojo (p=0,00)
Kesimpulan Memberikan pengetahuan ibu dalam meningkatkan status gizi atau
memperhatikan gizi seimbang pada batita yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan
batita

Kata kunci : Status gizi, Perkembangan

ABSTRACT
Dhiyan Nany Wigati, Arfina Nofiana
Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi

Background Nutritional status is a state of the body due to food consumption as well as the
use of nutrients. Satatus nutrition is good when getting enough nutrients so that physical
growth and brain development are at the highest level possible. Nutritional status is lacking if
there is a deficiency of one or essential nutrients so that the child's growth will not grow
according to its potential. Especially the first one to three years of life, growth and
development of brain cells is still ongoing. The amount and arrangement of relationships
between these nerve cells will affect the performance of the brain, ranging from the ability to
learn, speak, and socialize
Research Objectives To determine the relationship of nutritional status with the
development of toddlers
Research Design This research used analytic observational research with cross sectional
study design. This research was conducted at Posyandu Kuwojo working area of Puskesmas
Gabus II. The population in this study is the age of one to three years and parents who agreed

35
to participate in the study. And sample technique using total sampling. Research instruments
using developmental tests were conducted using KPSP (Pre Skrening Questionnaire
Questionnaire). Four aspects of the assessed growth are motor rough, smooth, language and
personal social. And the scales and tape measure in height centimeters. Data analysis using
spearman rank test
Research Results Number of subjects 54 toddlers aged 1-3 years and consists of 42
toddlers who experienced normal development and doubts 12 toddlers and no toddlers who
experienced development in deviation While the nutritional status of toddlers with good
nutritional status of 42 toddlers, nutritional status of less than 11 toddlers , Malnutrition status
of 1 toddler, and no toddlers who experienced more nutritional status. There is a significant
relationship between nutritional status with toddler development in Posyadu Kuwojo (p =
0,00)
Conclusion Giving mother knowledge in improving nutritional status or paying attention
to balanced nutrition in toddlers that can affect toddler development

Keywords: Nutrition Status, Progress

PENDAHULUAN seorang anak, meliputi perkembangan masa


pra lahir (prenatal) dan masa postnatal. Dan
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
akibat konsumsi makanan serta penggunaan yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
zat-zat gizi. Status gizi seseorang di bedakan Faktor genetik meliputi faktor bawaan yang
menjadi status gizi buruk, kurang, baik, lebih. normal dan patologik, jenis kelamin serta suku
Status gizi baik apabila memperoleh cukup bangsa (Soetjiningsih dan Ranuh, 2013) dan
zat–zat gizi sehingga pertumbuhan fisik, faktor lingkungan meliputi Lingkungan
perkembangan otak, berada pada tingkat pranatal dan lingkungan postnatal. Lingkungan
setinggi mungkin. Gizi kurang apabila postnatal meliputi budaya, sosial ekonomi,
mengalami kekurangan satu atau lebih zat–zat nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak
gizi esensial sehingga pertumbuhan anak tidak dalam keluarga serta status kesehatan
akan tumbuh menurut potensialnya. Serta (Muslihatun, 2010). Penelitian sebelumnya
berpengaruh terhadap perkembangan mental juga pernah di lakukan oleh Ati et al Tahun
dan terganggunya fungsi otak secara permanen 2010 tentang hubungan antara status gizi
(Almatsier, 2009). dengan perkembangan motorik kasar pada
Terutama tiga tahun pertama kehidupan, anak balita dengan hasil seseorang yang
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak memiliki status gizi baik atau normal akan
masih berlangsung, dan menjadi pertumbuhan semakin baik pula perkembangan motorik
serabut-serabut saraf dan cabangnya. Sehingga kasarnya.
terbentuk jaringan saraf dan otak yang Menurut UNICEF pada Tahun 2011
kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan masih tingginya angka kejadian gangguan
antar sel saraf ini akan mempengaruhi kinerja pertumbuhan dan perkembangan pada anak
otak, mulai dari kemampuan belajar, berbicara, usia balita khususnya gangguan perkembangan
dan bersosialisasi (Nirwana, 2011). Pada masa motorik (27,5%). Pada prevalensi gizi kurang
anak usia satu sampai tiga tahun terjadi di dunia sebesar 14,9% dengan prevalensi gizi
perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, tertinggi yaitu asia tenggara sebesar 27,35%
sikap, minat dan cara penyesuaian dengan (WHO, 2010).
lingkungan (Fida dan Maya, 2012). Pola Berdasarkan Data Kementrian
perkembangan anak adalah sama pada semua Kesehatan Indonesia Tahun 2010 anak balita
anak tetapi kecepatan setiap anak berbeda di Indonesia yang mengalami kelainan
antara anak yang satu dengan yang lainnya pertumbuhan dan perkembangan sebesar
(Marmi dan Rahardjo, 2012). 11,5% sedangkan prevalensi gizi kurang pada
Tahap pencapaian pertumbuhan dan balita masih cukup tinggi yaitu gizi kurang
perkembangan yang harus diselesaikan oleh 17,9%, pendek 35,6%, kurus 13,3%.

36
Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun secara komprehensif dan berkualitas melalui
2014 untuk deteksi dini pertumbuhan dan kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
perkembangan anak balita sebesar 86,95%. penyimpangan tumbuh kembang pada masa
Dan pada Tahun 2015 terjadi penurunan yaitu lima tahun pertama kehidupan. Pada Tahun
sebesar 0,3% hal ini masih di bawah target 2016 ada 12 puskesmas yang melaksanakan
yang ditetapkan yaitu sebesar 90%. SDIDTK kurang dari 50% dan yang paling
Untuk status gizi kurang pada Tahun rendah yaitu di Puskesmas Gabus II.
2013 sebesar 3,86%, lebih rendah Di Puskesmas Gabus II Status gizi
dibandingkan Tahun 2012 yang sebesar balita ada sembilan balita dengan status gizi
4,88%. Serta status gizi buruk sebesar 0,30% buruk, 28 dengan gizi kurang, 297 balita
meningkat apabila dibandingkan Tahun 2012 dengan status gizi baik dan tidak ada balita
sejumlah 0,06%. yang mengalami status gizi lebih. Untuk
Berdasarkan Data Dinas Kabupaten perkembangan balita tidak diklasifikasikan
Grobogan Tahun 2016 menunjukkan Status yang mengalami keterlambatan perkembangan
gizi balita berdasarkan BB/U yang terjadi pada motorik kasar, motorik halus, bahasa dan
perempuan status gizi buruk sebesar 0,52%, personal sosial. Berdasarkan hasil penelitian
gizi kurang 3,36%, gizi baik 25,61%, gizi dengan sampel di Puskesmas Gabus II
lebih 0,56%. Pada laki–laki status gizi buruk didapatkan bahwa balita dengan status gizi
sebesar 0,29%, gizi kurang 3,37%, gizi baik baik yang perkembangannya normal sebesar
25,74%, gizi lebih 0,55%. Pada Tahun 2016 43,3 % (13 batita). Meragukan 0 % (0 batita).
untuk deteksi dini pertumbuhan dan Penyimpangan 0 % (0 batita). Batita dengan
perkembangan anak balita sebesar 82,79%. status gizi kurang yang perkembangannya
Pada perkembangan balita tidak normal 0 % (0 batita). Meragukan 40 % (12
diklasifikasikan yang mengalami batita). Penyimpangan 0 % (0 batita). Batita
keterlambatan perkembangan motorik kasar, dengan status gizi buruk yang
motorik halus, bahasa dan personal sosial. perkembangannya normal 0 % (0 batita).
SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Meragukan 13,3 % (4 batita). Penyimpangan 0
Intervensi Dini Tumbuh Kembang ). SDIDTK % (0 batita). Dan tidak ada batita yang
adalah pembinaan tumbuh kembang anak mengalami status gizi lebih.

METODE PENELITIAN sebagian anak batita yaitu umur satu sampai


Penelitian ini menggunakan penelitian tiga tahun. Sampel yang di gunakan dalam
observasional analitik dengan rancangan penelitian ini adalah non probability
penelitian Cross Sectional. Penelitian ini sampling, dengan jenis Total sampling. Dalam
dilaksanakan di posyandu Kuwojo Wilayah analisis bivariat yang digunakan untuk
Kerja Puskesmas Gabus II. Waktu yang di mengetahui hubungan status gizi dengan
perlukan dalam penelitian ini pada bulan perkembangan batita adalah menggunakan uji
Agustus dan penelitian ini di lakukan pada spearman rank (Rho).

HASIL PENELITIAN tentang perkembangan motorik kasar,


1. Analisa Univariat halus, personal sosial dan bahasa. Berikut
Responden dalam penelitian ini yaitu tabel yang berasal dari jawaban-jawaban
anak batita usia 1-3 tahun dan ibunya tiap soal pada lembar cheklist atau
dengan jumlah responden sebanyak 54 kuesioner yang di berikan di Posyandu
responden. Data yang diperoleh setelah Kuwojo Wilayah Kerja Puskesmas Gabus
dilakukan pengukuran tinggi badan serta II pada bulan Agustus Tahun 2017.
menimbang berat badan serta Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
memperoleh data yang berasal dari data karakteristik responden sebagai
jawaban tiap-tiap soal pada lembar berikut:
cheklist atau kuesioner yang berisi
a. Karakteristik Responden Menurut Umur
Tabel 4.1 Umur Batita (1-3 tahun)
Umur Frekuensi Presentase
12-24 24 44,5

37
30-36 30 55,5
Total 54 100

b. Karakteristik Ibu Responden Menurut umur


Tabel 4.2 Umur Ibu Batita (1-3 tahun)
Umur Frekuensi Presentase %
21-26 22 40,8
27-32 32 59,2
Total 54 100

c. Karakteristik Responden (batita umur 1-3 tahun) menurut jenis kelamin


Tabel 4.3. Jenis kelamin responden (batita umur 1-3 tahun)
Jenis Frekuensi Presentase %
Kela
min
Laki-laki 21 38,9
Perempuan 33 61,1
Total 54 100

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (batita umur 1-3 tahun) pada
penelitian ini berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 61,1 %
d. Status Gizi (batita umur 1-3 tahun) status gizinya -2 SD s/d 2 SD), gizi
Status gizi batita dalam penelitian kurang (jika status gizinya <-2 SD s/d
ini di ukur dengan metode -3 SD), gizi buruk (jika status gizinya
antropometri berdasarkan indeks <-3 SD), gizi lebih (> 2 SD).
BB/TB dan menggunakan ambang (Direktorat Gizi Masyarakat 2002)
batas terhadap standar deviasi. didalam Kementrian Kesehatan
Klasifikasi status gizi batita dalam Republik Indonesia Tahun 2010.
penelitian ini adalah: gizi baik (jika
Tabel 4. 4. Status Gizi Batita (1-3 tahun)
Variabel Frekuensi Presentase %
Baik 42 77,8
Kurang 11 20,3
Buruk 1 1,9
Lebih 0 0
Total 54 100

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mempunyai status gizi
baik yaitu sebesar 77,8 % (42 batita), status gizi kurang yaitu sebesar 20,4 % (11 batita) dan
yang mempunyai status gizi buruk 1,8 % (1 batita) dan tidak ada yang mengalami status gizi
lebih.
e. Perkembangan (batita umur 1-3 tahun)
Tabel 4.5 Perkembangan (batita umur 1-3 tahun)
Variabel Frekuensi Presentase
Normal 42 77,8
Meragukan 12 22,2
Penyimpangan 0 0
Total 54 100
Dari tabel 4.5 diperoleh perkembangan normal sebesar 42 batita, perkembangan batita yang
meragukan ada 12 dan tidak ada perkembangan batita yang mengalami penyimpangan.

2. Hasil Analisa Bivariat Untuk mengetahui hubungan antara


variabel bebas (status gizi) dan variabel
38
terikat (perkembangan batita) hubungan status gizi dengan
menggunakan uji korelasi spearman rank. perkembangan batita di Posyandu
Dan untuk menentukan hipotesis Ho atau Kuwojo.
Ha dengan menggunakan P Value 0,00 < Tabel 4.7 Korelasi antara status gizi
0,05 yang menunjukkan bahwa ada terhadap perkembangan batita
Perkembangan

Status gizi Meragukan % Normal % Penyimpangan % Total %


Status gizi 0 0 0 0 0 0 0 0
lebih
Status gizi 1 1,9 0 0 0 0 1 1,9
buruk
Status gizi 11 20,3 0 0 0 0 11 20,3
kurang
Status gizi 0 0 42 77,8 0 0 42 77,8
baik
Total 12 22,2 42 77,8 0 0 54 100
Dari tabel 4.7 di peroleh status gizi buruk dengan perkembangan
baik dengan perkembangan meragukan 1 batita, perkembangan
meragukan 0 batita, perkembangan normal 0 batita dan tidak ada
normal 42 batita, dan tidak ada perkembangan yang mengalami
perkembangan yang mengalami penyimpangan. Status gizi lebih
penyimpangan. Status gizi kurang dengan perkembangan meragukan 0
dengan perkembangan meragukan 11 batita, perkembangan normal 0 batita
batita, perkembangan normal 0 batita dan tidak ada perkembangan yang
dan tidak ada perkembangan yang mengalami penyimpangan.
mengalami penyimpangan. Status gizi

PEMBAHASAN berada pada tingkat setinggi mungkin


1. Pembahasan Univariat (Almatsier, 2009). Hal ini sesuai dengan
a. Umur penelitian sebelumnya yang dilakukan
Pada penelitian ini pada usia 36 bulan oleh Ati et al Tahun 2010 tentang
batita tidak dapat membuat garis lurus hubungan status gizi dengan
ke bawah sepanjang sekurang- perkembangan motorik kasar pada anak
kurangnya 2,5 cm. Karena pada satu balita dengan hasil seseorang yang
tahun sampai tiga tahun pertama memiliki status gizi baik atau normal
kehidupan pertumbuhan dan akan semakin baik pula perkembangan
perkembangan sel-sel otak masih motorik kasarnya. Dan pada penelitian
berlangsung dan menjadi pertumbuhan sebelumnya juga pernah dilakukan oleh
serabut-serabut saraf dan cabangnya Kasenda et al dengan hasil terdapat
yang akan mempengaruhi kinerja otak hubugan yang bermakna antara status
mulai dari kemampuan belajar, gizi dengan perkembangan motorik
berbicara dan bersosialisasi (Nirwana, halus anak usia prasekolah. Pada
2011). peneitian yang dilakukan oleh Shobirin
b. Status gizi baik terhadap perkembangan Tahun 2013 tentang hubungan status
batita gizi dengan perkembangan toddler
Pada penelitian ini batita yang dengan hasil terdapat hubungan status
mengalami Status gizi baik sebesar 42 gizi baik terhadap perkembangan balita
orang dengan perkembangan motorik yang meliputi perkembangan motorik
kasar, motorik halus, personal sosial dan halus, kasar, bahasa dan personal sosial.
bahasa dalam keadaan normal. Hal ini c. Status gizi kurang terhadap
sesuai teori yang mengatakan apabila perkembangan batita
memperoleh cukup zat-zat gizi sehingga Pada penelitian ini yang mengalami
pertumbuhan fisik, perkembangan otak status gizi kurang sebesar 11 orang
39
dengan perkembangan motorik kasar, dari hasil tersebut nilai P Value 0,00 < 0,05
halus, personal sosial dan bahasa dalam sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
keadaan meragukan. Hai ini sesuai terdapat hubungan status gizi dengan
dengan teori Almatsier, 2009 yang perkembangan batita di Posyandu Kuwojo
mengatakan bahwa yang mengalami wilayah kerja Puskesmas Gabus II. Penelitian
status gizi kurang akan berpengaruh ini sesuai dengan penelitian Solihin et al ,
terhadap pertumbuhan dan 2013 yang menyatakan faktor-faktor yang
perkembangan otak. Pertumbuhan anak berhubungan signifikan dengan status gizi
tidak akan tumbuh menurut balita adalah tinggi badan ibu, tingkat
potensialnya. Dan berpengaruh terhadap kecukupan energi dan protein balita dan
perkembangan mental. Hal ini sesuai panjang badan lahir balita. Faktor-faktor yang
dengan penelitian Surbainingsih Tahun berkaitan signifikan dengan tingkat
2015 tentang hubungan status gizi perkembangan motorik kasar dan motorik
dengan perkembangan batita usia 4-5 halus balita adalah status gizi balita, lama
Tahun di tk aisyiyah bustanul athfal mengikuti PAUD dan usia balita. Tingkat
gendingan Yogyakarta yang kecukupan gizi balita, terutama energi dan
menyatakan ada hubungan status gizi protein, berhubungan dengan status gizi dan
dengan perkembangan batita meliputi perkembangan mereka. Penelitian ini di
perkembangan motorik kasar, motorik perkuat oleh penelitian Wuran et al (2016)
halus, personal sosial dan bahasa. status gizi mempengaruhi perkembangan
d. Status gizi buruk terhadap motorik kasar anak, sehingga untuk
perkembangan batita mendapatkan perkembangan motorik yang
Pada penelitian ini yang mengalami sesuai memerlukan kecukupan gizi yang
status gizi buruk 1 dengan optimal.
perkembangan motorik kasar, halus,
personal sosial dan bahasa dalam SIMPULAN DAN SARAN
keadaan meragukan. Hal ini sesuai SIMPULAN
dengan teori Marmi dan Rahardjo, 2012 Ada hubungan antara status gizi dengan
yang menyatakan status gizi buruk perkembangan (motorik halus, kasar, bahasa
apabila seseorang mengalami dan personal sosial) pada batita umur 1 sampai
kekurangan nutrisi atau status nutrisinya 3 tahun di Posyandu Kuwojo Wilayah Kerja
berada dibawah standar rata-rata dan Puskesmas Gabus II. Karena nilai P Value
apabila status gizinya buruk sehingga 0,00 < 0,05 yang menunjukan ada hubungan
dapat berpengaruh terhadap status gizi dengan perkembangan batita di
perkembangan mental dan berakibat Posyandu Kuwojo.
terganggunya fungsi otak secara SARAN
permanen. Hal ini sesuai dengan Memberikan pengetahuan kepada masyarakat
penelitian Zulaikhah Tahun 2010 dalam meningkatkan status gizi atau
tentang hubungan status gizi dengan memperhatikan gizi seimbang pada batita yang
perkembangan anak usia 2-3 tahun di dapat berpengaruh terhadap perkembangan
wilayah kerja Puskesmas Gambirsari batita.
Surakarta dengan hasil terdapat
hubungan antara status gizi dengan DAFTAR PUSTAKA
perkembangan anak usia 2-3 tahun. Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
e. Status gizi lebih terhadap perkembangan Edisi ketujuh. Gramedia Pustaka Utama.
batita Jakarta.
Pada penelitian ini tidak ada yang
mengalami status gizi lebih. Ati C A., Alfiyanti D, dan Solekhan A. 2013.
2. Pembahasan Bivariat Hubungan Antara Status Gizi Dengan
Berdasarkan hasil penelitian Perkembangan Motorik Kasar. 8(6).
didapatkan dari hasil uji spearman rank
(Rho) di gunakan untuk mengetahui Fida dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu
hubungan status gizi dengan perkembangan Kesehatan Anak. Edisi Pertama. D-
batita dengan tingkat signifikasi α = 5 % Medika. Yogyakarta.

40
Kasenda M G, Sisfiani S, Franly O. 2015.
Hubungan Status Gizi Dengan
Perkembangan Motorik Halus Pada
Anak Usia Prasekolah Di TK GMIM
Solafide Kelurahan Uner Kecamatan
Kawangkoan Induk Kabupaten
Minahasan. Jurnal Keperawatan 3(1).

Marmi dan Rahardjo. K. 2012. Asuhan


Neonatus Bayi Balita Dan Anak
Prasekolah. Edisi pertama. Pustaka
Belajar. Yogyakarta.

Muslihatun, W., N. 2010. Asuhan Neonatus


bayi Dan balita. Edisi pertama.
Fitramaya. Yogyakarta.

Nirwana A B. 2011. Psikologi bayi balita dan


anak. Edisi pertama. Nuha Medika.
Yogyakarta.

Shobirin G A. 2013. Hubungan Antara Status


Gizi dengan Perkembangan Toddler Di
Kelurahan Telukan Kecamatan Grogol
Kabupaten Sukoharjo.

Soetjiningsih, dan Ranuh. IG.N. G. 2013.


Tumbuh Kembang Anak. Edisi kedua.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Solihin R D M, Faisal A, Dadang S. 2013.


Kaitan Antara Status Gizi, Perkembangan
Motorik Pada Anak Usia Prasekolah. 36
(1).

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Edisi


Pertama. Pustaka Rihama. Yogyakarta.

Wauran C G, Rina K, Wico S. 2016.


Hubungan Status Gizi Dengan
Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak
Usia 1-3 Tahun Di Kelurahan Bitung
Kecamatan Amurang Kabupaten
Minahasa Selatan. 4(2).

41

You might also like