You are on page 1of 8

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga
kita dapat berkumpul kembali di tempat ini.
Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya.
Adapun judul ceramah yang akan saya bawakan pada kesempatan ini adalah “Bersedekah”.

Ibu-ibu majelis ta`lim yang dirahmati Allah,

Kita telah tiba atau berada di bulan suci yang penuh berkah, yaitu bulan suci Ramadhan. Di mana pada
bulan ini, kita mempunyai banyak cara atau kesempatan untuk memperoleh rizki dan pahala yang
berlimpah dari Allah SWT.
Banyak cara yang dapat dilakukan agar kita mendapatkan pahala dan rizki. Salah satunya yaitu sedekah
yang merupakan amalan yang juga tidak lepas dari keseharian orang mukmin pada bulan Ramadhan.
Urusan sedekah tidaklah monopoli orang berada atau yang punya banyak simpanan harta semata, tetapi
untuk semua kalangan dalam keadaan kaya maupun miskin. Sebab, berbeda dengan zakat, sedekah tidak
ditentukan jumlahnya, yang penting disertai kelapangan hati plus ikhlas.
Mungkin kita atau sebagian orang beranggapan bahwa di saat kita bersedekah atau menyisihkan sebagian
harta kita, maka harta kita akan berkurang dan mungkin juga akan jatuh miskin. Tapi itu tidaklah benar.
Sebab dengan bersedekah maka kita mendapatkan pahala dan juga bonus. Bonusnya yaitu harta yang kita
sedekahkan dilipatgandakan oleh Allah SWT sebanyak 10-700 X, tergantung dari kadar keikhlasan kita.

Ibu-ibu majelis ta`lim yang dirahmati Allah,

. Rasulullah SAW bersabda “Carilah rizki dengan bersedekah”. Jadi siapapun yang mau mendapatkan rizki
dengan mudah, dimulailah dengan sedekah. Bersedekahlah saat kita senang, saat sedih, terang-terangan,
maupun sembunyi-sembunyi, atau lain kata pada saat kita mampu untuk bersedekah maka
bersedekahlah.
Sedekah juga memiliki banyak keutamaan, seperti yang disebutkan dalam beberapa hadist.
- Rasulullah bersabda: “Sedekah memadamkan panasnya dosa, sebagaimana air memadamkan api”.
- Rasulullah bersabda: “Setiap orang di bawah naungan sedekahnya pada hari kiamat, sampai ia diadili
oleh Allah dihadapan manusia”.
- Rasulullah bersabda: “Sedekah harta yang akan dikeluarkan seorang hamba tidak akan pernah
berkurang”.

Ibu-ibu majelis Ta’lim yang dirahmati Allah


Kematian memang di tangan Allah. Maka ada satu hal yang bisa membuat kematian menjadi sesuatu
yang bisa ditunda, yaitu kemauan bersedekah, kemauan berbagi dan peduli. Kematian memang di tangan
Allah. Justru itu, memajukan dan mengundurkan kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu
lewat kalam RasulNya, Muhammad SAW bahwa sedekah itu bisa memanjangkan umur. Jadi, bila disebut
bahwa ada sesuatu yang bisa menunda kematian, itu adalah sedekah.
Maka, tengoklah kanan-kiri kita, lihat-lihatlah sekeliling kita. Bila kita menemukan ada satu-dua
kesusahan tergelar. Maka sesungguhnya kitalah yang butuh pertolongan. Karena siapa tahu kesusahan itu
digelar Allah untuk memperpanjang umur kita. Tinggal apakah bersedia menolongnya atau tidak. Bila
bersedia, maka kemungkinan besar memang Allah akan memanjangkan umur kita.
Ibu-ibu majelis ta`lim yang dirahmati Allah,
Tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan ajalnya akan sampai. Dan tidak seorangpun yang
mengetahui dalam kondisi apa ajalnya tiba. Maka mengeluarkan sedekah bukan saja akan
memperpanjang umur, melainkan juga memungkinkan kita meninggal dalam keadaan baik. Bukankah
sedekah akan mengundang cintanya Allah? Sedangkan kalau seseorang sudah dicintai oleh Allah, maka
tidak ada masalahnya yang tidak diselesaikan, tidak ada keinginannya yang tidak terkabulkan, tidak ada
dosanya yang tidak diampunkan, dan tidak ada nyawa yang dicabut dalam keadaan khusnul fatimah.
Banyak contoh yang dapat kita jadikan teladan dalam bersedekah, seperti Rasulullah SAW dan para
sahabatnya. Dan juga beberapa dari istri Rasulullah, para Ummahat al-Mukminin, semoga Allah
merahmati mereka semua, juga terkenal dengan kedermawanannya. Mereka bukan saling berlomba
dalam bersedekah. Jika Zainab dengan cara mengumpulkan hartanya hingga banyak, lalu menyedekahkan
seluruhnya. Lain pula dengan Aisyah binti Abu Bakar yang langsung mneyedekahkan setiap apa yang ia
miliki sampai tak tersisa sedikitpun di dalam rumahnya.

Ibu-ibu majelis ta`lim yang dirahmati Allah,


Di bulan suci yang penuh berkah ini, semua amal baik yang kita perbuat diganjar dengan pahala yang
berlipat dari pada bulan-bulan lain. Maka hendaklah di bulan ini, kita perbanyak amal kita dengan
sedekah. Karena bagi orang-orang yang suka bersedekah,” niscaya Allah mudahkan urusanya, Allah
mudahkan saat ia sulit, diberikan jalan saat ia punya masalah, doanya mustajab, bahkan dirinya dijaga
kesehatannya melalui sedekah.”
Namun, tidak semua bentuk bersedekah bernilai afdol. Bagi orang yang berusia muda dan energik
tentunya bersedekah memilki nilai lebih tinggi di sisi Allah daripada bersedekahnya seorang yang telah
lanjut usia, sakit-sakitan, dan sudah menjelang meninggal dunia.
Nabi Muhammad SAW menggambarkan ciri-ciri orang yang paling afdol dalam bersedekah. Sekurang-
kurangnya kita temukan ada empat kriteria :
1. Dalam keadaan sehat lagi loba alias berambisi mengejar keuntungan duniawi,
2. Dalam keadaan sangat ingin menjadi kaya,
3. Dalam keadaan sangat khawatir menjadi miskin,
4. Tidak dalam keadaan sudah menjelang meninggal dunia dan bersiap-siap membuat aneka wasiat
soal harta yang bakal terpaksa ditinggalkannya.
Ibu-ibu majelis ta`lim yang dirahmati Allah,
Jadi, marilah kita selalu bersedekah, marilah kita menyisihkan sebagian besar harta kita untuk orang-
orang yang membutuhkan. Marilah kita manfaatkan bulan suci yang penuh berkah dengan sebaik-baiknya,
yang salah satunya dengan bersedekah. Karena sesungguhnya Allah sangat menyayangi orang-orang yang
bersedekah.
Demikianlah ceramah yang saya bawakan pada kesempatan ini, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan.
Akhir kata wabillahi taufik walhidayah.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
KHUTBAH JUM’AT PERTAMA
َ‫ض ِل ْل فَال‬ْ ُ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن ي‬ ِ ‫ت أ َ ْع َما ِلنَا َم ْن َي ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬
ِ ‫سيّئ َا‬ َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو‬ ُ ‫ِإ َّن ْال َح ْمدَ ِهللِ نَحْ َمدُهُ َونَ ْست َِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغ ِف ُرهُ َو َنعُ ْوذ ُ ِباهللِ ِم ْن‬
ُُ ‫س ْوله‬ ُ ‫ِي لَهُ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ إِلهَ إِالَّ هللاُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح ّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬ َ ‫هَاد‬
.‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ِدّيْن‬ ٍ ‫س‬
َ ْ‫ح‬ ‫إ‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ه‬
ُ
ِِ ْ َ ِ َ َ ِ َ ‫ع‬‫ب‬َ ‫ت‬ ‫ن‬ ْ ‫م‬‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫ص‬
ْ َ ‫أ‬‫و‬ ِ ‫ه‬
ِ ‫ل‬
ِ ‫آ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫و‬ ٍ
‫د‬
َ َ ‫م‬
َّ ‫ح‬‫م‬ُ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ْ َ ِ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫م‬ َّ ‫ل‬‫س‬َ ‫و‬ ّ
‫ل‬ ‫ص‬
َ‫يَاأَيُّ َها الّذَيْنَ آ َمنُ ْوا اتقوا هللاَ َحق تقاتِ ِه َوال ت ُم ْوتن إِال َوأنت ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬
ُ ْ َ ّ ّ ُ َ َ َ ُ ّ ُ ّ
ُ
َ‫سا َءل ْون‬ َ َ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِي ًْرا َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هللاَ الَذِي ت‬ َّ َ‫احدَةٍ َو َخلَقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َوب‬ ِ ‫َاس اتّقُ ْوا َر ّب ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو‬ ُ ‫يَاأَيُّ َها الن‬
‫بِ ِه َواْأل َ ْر َحام َ إِ َّن هللاَ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬
َ
‫ أ ّما‬،‫س ْولَهُ فَقَدْ فَازَ فَ ْو ًزا َع ِظ ْي ًما‬ ُ َ
ُ ‫صلِحْ لَ ُك ْم أ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْرلَ ُك ْم ذنُ ْو َب ُك ْم َو َم ْن ي ُِطعِ هللاَ َو َر‬ ْ ُ‫س ِد ْيدًا ي‬ َ ً‫يَاأَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُوا هللاَ َوقُ ْولُ ْوا قَ ْوال‬
ُ‫َب ْعد‬
ٌ ُ ْ
‫ َو ُك َّل ُمحْ دَث َ ٍة بِدْ َعة َو ُك َّل‬،‫ َوش ََّر األ ُم ْو ِر ُمحْ دَثَات ُ َها‬،‫سل َم‬ َّ َ
َ ‫عل ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلى هللا‬ َّ َ ‫ى ُم َح ّم ٍد‬ ُ ْ‫ْى َهد‬ ْ
ِ ‫ َوخَ ي َْر ال َهد‬،ِ‫ث ِكتَابُ هللا‬ ِ ‫صدَقَ ال َح ِد ْي‬ْ َ
ْ ‫فَأ َِّن أ‬
.‫ضالَلَ ِة فِي النّا َ ِر‬ َ ‫ل‬َّ ُ
‫ك‬ ‫و‬َ ، ً ‫ة‬َ ‫ل‬َ ‫ال‬ َ ‫ِبدْ َع ٍة‬
‫ض‬

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah


Sudah menjadi kewajiban seorang hamba untuk senantiasa bersyukur kepada Allah yang telah
melimpahkan banyak sekali kenikmatan. Syukur yang diwujudkan dalam bentuk pujian dan ketaatan
terhadap perintah-Nya. Oleh karena itu, ketakwaan menjadi salah satu wujud syukur kepada Allah
yang harus dilakukan seorang hamba dalam kehidupannya. Di antara ketakwaan tersebut adalah
membina keluarga menjadi keluarga yang dinaungi,sakinah, mawaddah wa rahmah.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah


Keluarga Islami menjadi bibit masyarakat yang baik, karena keshalihan individunya dipengaruhi oleh
keshalihan keluarga dan keshalihan satu masyarakat juga dipengaruhi oleh keshalihan keluarga.

Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap permasalahan rumah
tangga dengan menjelaskan asas pembentukannya dan sebab-sebab yang dapat melanggengkan
ikatan rumah tangga tersebut, agar rumah tangga itu kokoh dan diliputi rasa cinta, ketenangan,
kasih sayang dan rahmat. Allah Ta’ala berfirman,

َ‫ت ِّلقَ ْو ٍم َيتَ َف َّك ُرون‬


ٍ ‫َو ِم ْن آ َيا ِت ِه أ َ ْن َخلَقَ لَ ُكم ِ ّم ْن أَنفُ ِس ُك ْم أ َ ْز َواجا ً ِ ّلتَ ْس ُكنُوا ِإلَ ْي َها َو َج َع َل َب ْينَ ُكم َّم َودَّة ً َو َرحْ َمةً ِإ َّن ِفي ذَلِكَ ََل َيا‬

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir.” (Ar-Rum: 21).

Dari sinilah harus ada dalam pasangan suami istri rasa saling membutuhkan dan saling melengkapi,
serta saling mengerti keadaan pasangannya dengan terus mengingat firman Allah Ta’ala,

ّ ‫ت ِب ِه فَلَ َّما أَثْقَلَت دَّ َع َوا‬


َ‫ّللا‬ ْ ‫ت َح ْمالً َخ ِفيفا ً فَ َم َّر‬
ْ َ‫شاهَا َح َمل‬
َّ َ‫احدَةٍ َو َجعَ َل ِم ْن َها زَ ْو َج َها ِليَ ْس ُكنَ ِإلَ ْي َها فَلَ َّما تَغ‬ِ ‫ه َُو الَّذِي َخلَقَ ُكم ِ ّمن نَّ ْف ٍس َو‬
َ‫شا ِك ِرين‬َّ ‫صا ِلحا ً لَّنَ ُكون ََّن ِمنَ ال‬
َ ‫َر َّب ُه َما لَ ِئ ْن آت َ ْيتَنَا‬
“Dialah yang menciptakanmu dari diri yang satu, dan dari padanya Dia menciptakan istrinya, agar
dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dia mencampurinya, istrinya mengandung kandungan
yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat,
keduanya (suami istri) memohon kepada Allah, Rabb-nya seraya berkata, ‘Sesungguhnya jika
Engkau memberi anak yang sempurna tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur’.” (Al-
A’raf: 189).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah


Kita semua mendambakan rumah tangga yang dipenuhi cinta, ketenangan, dan kasih sayang. Satu
nuansa rumah tangga yang menjadi impian dan harapan kita semua. Namun hal itu tidak mudah
diwujudkan apalagi di zaman ini.

Perlu diketahui, rumah tangga yang sakinah dan mawaddah ini harus ditegakkan dengan dasar
saling pengertian, dan semua aktivitasnya dilakukan dengan musyawarah dan saling ridha. Inilah
yang diajarkan al-Qur`an kepada kita berkenaan dengan satu kasus yaitu menyusui anak dan
menyapihnya. Allah Ta’ala berfirman,

ُ َّ‫وف الَ تُ َكل‬


‫ف‬ ِ ‫ضا َعةَ َوعلَى ْال َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن بِ ْال َم ْع ُر‬ َ ‫الر‬ َّ ‫َاملَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرادَ أَن يُتِ َّم‬
ِ ‫ض ْعنَ أ َ ْوالَدَه َُّن َح ْولَي ِْن ك‬ِ ‫َو ْال َوا ِلدَاتُ ي ُْر‬
َ‫َاو ٍر فَال‬
ُ ‫اض ِّم ْن ُه َما َوتَش‬ ٍ ‫عن ت ََر‬ َ ً‫صاال‬َ ِ‫ث ِمثْ ُل ذَلِكَ فَإ ِ ْن أ َ َرادَا ف‬ ِ ‫آر َوا ِلدَة ٌ ِب َولَ ِدهَا َوالَ َم ْولُودٌ لَّهُ ِب َولَ ِد ِه َو َعلَى ْال َو ِار‬ َ ُ ‫س ِإالَّ ُو ْس َع َها الَ ت‬
َّ ‫ض‬ ٌ ‫نَ ْف‬
َ ْ
َّ ‫ّللاَ َوا ْعلَ ُموا أ َّن‬
‫ّللاَ بِ َما‬ ْ
ّ ‫وف َواتَّقُوا‬ ْ َّ
ِ ‫سل ْمتُم َّما آت َ ْيتُم بِال َم ْع ُر‬ َ ْ
َ ‫ضعُوا أ ْوالَدَ ُك ْم فَالَ ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم إِذَا‬ َ َ
ِ ‫ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما َوإِ ْن أ َردتُّ ْم أن ت َ ْست َْر‬
‫ير‬
ٌ ‫ص‬ ِ ‫ت َ ْع َملُونَ َب‬

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan susuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan ahli waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusya-waratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah: 233).

Dalam ayat yang mulia ini, Allah mengajari kita semua bagaimana pentingnya sikap saling
pengertian, bermusyawarah dan keridhaan dalam satu rumah tangga, sehingga terwujud keluarga
bahagia yang dibangun di atas sikap menghormati dan mewujudkan hak-hak suami istri, pergaulan
yang baik dan membuka cakrawala yang luas dalam rumah tangga. Dengan demikian diharapkan
rumah tangga tersebut dapat merasakan kecintaan dan ikatan yang kokoh kuat, serta pasangan
suami istri tersebut dapat merasa-kan ketenangan dan kebahagiaan yang telah dijelaskan Allah di
dalam al-Qur`an.
Namun perlu diingat, jiwa kita terkadang egois dan emosional. Terkadang timbul dalam perasaan
kita kebencian dan ketidaksukaan terhadap istri kita dan setan pun mendapatkan kesempatan yang
ditunggu-tunggunya untuk menghancurkan tatanan rumah tangga Muslim dan meluluh-
lantakkannya. Oleh karena itu, Allah membimbing kita semua untuk melakukan tindakan preventif
dengan berfirman,

‫ّللاُ فِي ِه َخيْرا ً َكثِيرا‬ َ ْ‫سى أَن ت َ ْك َرهُوا‬


ّ ‫شيْئا ً َو َيجْ َع َل‬ ِ ‫َو َعا ِش ُروه َُّن ِب ْال َم ْع ُر‬
َ ‫وف فَإِن ك َِر ْهت ُ ُموه َُّن فَ َع‬

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak.” (An-Nisa`: 19).

Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan menyatakan, “Mungkin dalam kesabaran kamu
mempertahankan keutuhan rumah tanggamu, dan dalam keadaan benci tersebut ada kebaikan
yang besar bagimu di dunia dan akhirat”.

Akan tetapi masih banyak kaum Muslimin yang memperturutkan emosinya sehingga
menghancurkan rumah tangganya dan menjadikan permasalahan kecil menjadi besar, perselisihan
kecil menjadi besar, sehingga menghilangkan ikatan cinta dan kasih sayang tersebut dan
menggantikannya dengan kebencian dan kekerasan yang berakhir pada perceraian dan kehancuran
rumah tangganya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah


Perlu diingat dan diperhatikan, bahwa rumah tangga Muslim memiliki peran dan tugas dalam
masyarakatnya, di antaranya:

Menegakkan hukum Allah dan merealisasikan syariat-Nya dalam menegakkan rumah tangganya
dan memperbanyak keturunan, karena hal itu akan menjadi kekuatan dan kemulian bagi umat ini.
RasulullahShalallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,

.‫ت َزَ َّو ُجوا ْال َود ُْودَ ْال َولُ ْودَ فَإِنِّ ْي ُمكَاثِ ٌر ِب ُك ُم ْاأل ُ َم َم‬

“Nikahilah wanita yang penuh kasih sayang dan subur, karena aku akan berbangga dengan
banyaknya kalian terhadap umat-umat lainnya.” (HR. an-Nasa`i).

Demikian juga membina dan mendidik anak-anak, itu menjadi tugas penting rumah tangga Muslim,
karena rumah merupakan sekolah pertama bagi sang anak dalam menerima akidah, dasar-dasar
agama dan ketentuan syariatnya. Ini semua tidak dapat di-realisasikan dengan menyerahkannya
kepada pembantu rumah tangga atau lainnya.
Semua ini menjadi tanggung jawab setiap keluarga Muslim.
Sudahkah keluarga kita menjalankan tanggung jawab pendidikan ini sekarang?
Sudahkah kita tanamkan kepada anak-anak kita cinta Islam dan pendidikan agama yang cukup,
sehingga mereka mampu meng-hadapi tantangan globalisasi dan westernisasi serta gelombang
penghancuran akhlak lainnya?

Apakah kita rela membiarkan anak-anak kita hidup dengan penghancur akhlak yang sadar atau
tidak sadar kita bawa ke dalam rumah kita? Ataukah kita tanamkan adab sopan santun Islam pada
mereka?

Ingatlah, pendidikan mereka adalah amanah yang harus dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah
di Hari Kiamat nanti. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan tuntunan dalam hal ini,
beliau bersabda,

ُ ‫ َو ْال َم ْرأَة‬،‫الر ُج ُل َراعٍ ِفي أ َ ْه ِل ِه َوه َُو َم ْسئ ُ ْو ٌل َع ْن َر ِعيَّ ِت ِه‬


َّ ‫ َو‬،‫ ا َ ْ ِْل َما ُم َراعٍ َو َم ْسئ ُ ْو ٌل َع ْن َر ِعيَّ ِت ِه‬.‫ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئ ُ ْو ٌل َع ْن َر ِعيَّ ِت ِه‬
.‫ت زَ ْو ِج َها َو َم ْسئُ ْولَةٌ َع ْن َر ِعيَّتِ َها‬ ِ ‫َرا ِعيَةٌ فِي بَ ْي‬

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang
dipimpinnya. Seorang imam (penguasa) adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawabannya atas apa yang dipimpinnya, seorang laki-laki adalah pemimpin pada
keluarganya, dan ia dimintai pertanggung-jawaban atas yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah
pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang
dipimpinnya.”(Muttafaq ‘Alaihi).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah


Di antara amanah yang dipikul setiap kepala keluarga adalah membersihkan rumahnya dari semua
kemungkaran dan mengharuskan anggota keluarga mengamalkan kewajiban dan perkara-perkara
Sunnah dalam agama. Demikian juga membentuk ikatan yang kuat antar anggota keluarga dan
menanamkan pada mereka cinta Islam dan syariatnya.
Semua ini dalam rangka mewujudkan perintah Allah dalam Firman-Nya,

َ‫ّللاَ َما أ َ َم َر ُه ْم َويَ ْفعَلُون‬ ٌ ‫ارة ُ َعلَ ْي َها َم َالئِكَةٌ ِغ َال‬


ُ ‫ظ ِشدَادٌ َال يَ ْع‬
َّ َ‫صون‬ َ ‫اس َو ْال ِح َج‬
ُ َّ‫س ُك ْم َوأ َ ْه ِلي ُك ْم نَارا ً َوقُودُهَا الن‬
َ ُ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا قُوا أَنف‬
َ‫َما يُؤْ َم ُرون‬

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6).

ّ ‫هللا ِإنّهُ ه َُو ْالغَف ُ ْو ُر‬


‫الرحِ ي ِْم‬ َ ‫أَقُ ْو ُل قَ ْولِي هَذا أ َ ْست َ ْغف ُِر‬
KHUTBAH JUMAT KEDUA
ِ ‫ت أ َ ْع َما ِلنَا َم ْن َي ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬
ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن ي‬
َ‫ض ِل ْل فَال‬ ِ ‫سيّئ َا‬ ُ ‫ِإ َّن ْال َح ْمدَ ِهللِ نَحْ َمدُهُ َونَ ْست َِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغ ِف ُرهُ َو َنعُ ْوذ ُ ِباهللِ ِم ْن‬
َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو‬
َّ
‫سل َم تَ ْس ِل ْي ًما َك ِثي ًْرا‬ َ
َ ‫ّللاُ َعل ْي ِه َو‬َّ ‫صلى‬ َّ َ ‫س ْولهُ َو‬ ُ ُ ‫ِي لَهُ أَ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ إِلهَ إِالَّ هللاُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ّن ُم َح ّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬
َ ‫هَاد‬

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah


Amanah yang diemban dalam rumah tangga Muslim demikian beratnya, apalagi di zaman ini, di
mana gelombang penghancur keimanan dan akhlak demikian banyak dan beragam. Gelombang
budaya jahiliyah yang disebarkan lewat aneka bentuk media massa, baik yang dibaca maupun yang
didengar dan dilihat, mulai dari surat kabar, tabloid, majalah, radio, VCD/CD sampai televisi dan
internet. Semua ini membuat hati seorang Muslim yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir
merasa takut dan was-was, apakah ia dapat selamat dari implikasi buruk media massa tersebut.
Dan juga sangat mengkhawatirkan keselamatan anak-anak dan generasi penerusnya.

Apalagi bila melihat keadaan generasi muda di negara kita ini yang telah merosot akhlaknya dan
telah jauh dari agamanya.

Tidakkah kita sadari dan lihat sendiri bagaimana media-media tersebut menghancurkan tiang-tiang
rumah tangga Muslim, merusak akhlak anggotanya dan menghilangkan rasa malu dari kaum
wanita? Media-media tersebut mengajak kaum wanita, baik yang dewasa maupun anak-anak untuk
telanjang, menampakkan auratnya dan bercampur baur serta seks bebas dengan dalih kebebasan
dan hak asasi manusia. Pornografi dan pornoaksi dibela mati-matian dan dianggap sebagai sesuatu
yang wajar dan bagian dari seni. Ditambah penayangan gaya hidup selebritis yang dipenuhi
syahwat dan nafsu birahi di televisi, surat kabar dan media massa lainnya.

Sungguh, ini semua wahai kaum Muslimin! Adalah gelombang perusak rumah tangga Muslim,
perusak akhlak dan moral anggota keluarga kita bahkan masyarakat dan bangsa kita. Cukuplah
bagi kita, realitas yang ada di sekeliling kita sebagai bukti bahaya dan implikasi buruk media-media
tersebut untuk menjadi pelajaran berharga bagi setiap Muslim dalam menjaga keutuhan rumah
tangga dan keluarganya.

Berhati-hatilah wahai kaum Muslimin! Dari media-media tersebut, jangan sampai fitnah yang ad
Berapa banyak keluarga yang hancur akibat itu semua!a padanya kita masukkan ke dalam rumah
kita, sehingga merusak tatanan rumah tangga dan keluarga kita. Setelah itu penyesalan tiadalah
berguna.

Berapa banyak anak-anak rusak dan melakukan pelanggaran norma-norma agama dan masyarakat
dengan sebab media-media tersebut!

Untuk itu, marilah kita semua bertakwa kepada Allah dengan menjaga diri kita dan keluarga kita dari
api neraka. Hal ini tentunya dengan berusaha memperbaiki rumah tangga kita dengan
mengembalikan seluruh aspeknya kepada aturan dan norma agama Islam. Aturan yang telah
membentuk generasi terbaik umat ini dan me-rubah mereka menjadi pahlawan dan panutan yang
agung setelah mereka berkubang dalam kejahiliyahan. Itulah mereka para sahabat Rasulullah yang
terbina dalam rumah tangga yang didasari iman dan takwa.

Mudah-mudahan Allah memberikan taufik kepada kita semua untuk membentuk dan memperbaiki
rumah tangga kita menjadi rumah tangga yang penuh ketenangan, kecintaan, dan kasih sayang
dengan mengamalkan syariat Islam.

‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل‬ ِ َ‫ َوب‬.ٌ‫ ِإنَّكَ َح ِم ْيدٌ َم ِج ْيد‬،‫صلَّيْتَ َعلَى إِب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل إِب َْرا ِهي َْم‬ َ ‫ص ِّل َع َل ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
.ٌ ‫ ِإنَّكَ َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيد‬،‫ار ْكتَ َعلَى ِإب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْم‬ َ َ‫ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬
‫ُوف َّر ِحي ٌم‬ َّ ُ َّ ّ ً ّ
ٌ ‫ان َوال تجْ عَل فِي قلوبِنَا ِغال ِللذِينَ آ َمنوا َربَّنَا إِنكَ َرؤ‬ُ ُ ْ َ َ ِ ‫اْلي َم‬ ْ
ِ ِ‫سبَقونَا ب‬ ُ َّ
َ َ‫َربَّنَا ا ْغ ِف ْر لَنَا َو ِ ِْلخ َوا ِننَا الذِين‬
ْ
ْ
َ‫سنَا َوإِن لَّ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَ َن ُكون ََّن ِمنَ الخَا ِس ِرين‬ َ ُ‫ظلَ ْمنَا أَنف‬ َ ‫َربَّنَا‬
‫آخ ُر‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ير‬ ‫ث‬‫ك‬َ ‫ا‬ ‫م‬‫ي‬‫ل‬ ‫س‬َ ‫ت‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ص‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫آ‬ ‫لى‬
ِ َ ً ِ ً ِ ْ ِ ِ ْ‫ِ َ َ َّ ُ َ َ ُ َ َّ َ َ َ ِ ِ َ َ ح‬ ‫ع‬ ‫و‬ ٍ
‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫لى‬ ‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫و‬ . ‫ار‬ ّ ‫ن‬‫ال‬ ‫اب‬ َ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫ق‬ ‫و‬
َ َ ِ َ َ َ ِ َ ِ ً ‫ة‬ ‫ن‬
َ ‫س‬‫ح‬ ‫ة‬‫ر‬ ‫خ‬ َ ‫أل‬ ْ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫و‬
ِ َ َ َ ًَ ‫ة‬ ‫ن‬
َ ‫س‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ن‬ْ ّ ‫د‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ ِ ‫َر َبنَا َء‬
‫َا‬ ‫ن‬ ‫ت‬‫ا‬
ْ
َ‫ب العَال َمين‬ ِ ّ ‫دَع َْوانَا أ َ ِن ال َح ْمد ُ ِلِلِ َر‬
ْ

You might also like