You are on page 1of 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi

1. Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm.2 Susunan bola mata terdiri
dari dinding bola mata, ruang mata dan isi bola mata. Dinding bola mata yang tersusun atas
tunika fibrosa (kornea dan sclera), tunika vaskulosa atau uvea (iris, badan siliar dan koroid) dan
tunika nervosa (retina dan epitel pigmen). Ruang mata yaitu kamera okuli anterior, kamera okuli
posterior dan ruang badan kaca. Isi bola mata adalah humor aquous yang terdapat dalam kamera
okuli anterior dan kamera okuli posterior, korpus vitreum atau badan kaca dan lensa kristalina.

2. Sudut Bilik Mata Depan


Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Sudut kamera
okuli anterior memiliki peran penting dalam drainase aqueous humor. Pada bagian ini terjadi
pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan
terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga tekanan bola mata meninggi

2|Page
atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm,
baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.3
Lebar sudut ini berbeda pada setiap orang, dan memiliki peranan yang besar dalam
menentukan patomekanisme tipe glaukoma yang berbeda-beda. Struktur sudut ini dapat dilihat
dengan pemeriksaan gonioskopi. Hasilnya dibuat dalam bentuk grading, dan sistem yang paling
sering digunakan adalah sisten grading Shaffer.4

Gambar 1 : Sudut Kamera Okuli Anterior

Berikut merupakan table yang menunjukkan grading sistem Shaffer 5


Grade Lebar sudut Konfigurasi Kesempatan Struktur pada
untuk menutup Gonioskopi
IV 35-45 Terbuka lebar Nihil SL, TM, SS,
CBB
III 20-35 Terbuka Nihil SL, TM, SS
II 20 Sempit Mungkin SL, TM
(moderate)
I 10 Sangat sempit Tinggi Hanya SL
0 0 Tertutup Tertutup tidak tampak
struktur

3. Humor Aquos
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan tahanan
terhadap aliran keluarnya dari mata.
Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera okuli anterior
dan posterior mata, yang berfungsi memberikan nutrisi dan oksigen pada kornea dan lensa.

3|Page
Volumenya adalah sekitar 250 µL dan kecepatan pembentukannya, yang bervariasi diurnal adalah
1,5 – 2 µL/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor
akueus serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat,
dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah.
Tabel Komposisi Humor Akuos

Sistem drainase aqueous humor terdiri dari dua jalur, yakni jalur trabekular
(konvensional) dan jalur uveoskleral. Jalur drainase terbanyak adalah trabekular yakni sekitar
90% sedangkan melalui jalur uveoskleral hanya sekitar 10%. Pada jalur trabekular, aliran aqueous
akan melalui kamera posterior, kamera anterior, menuju kanal Schlemm dan berakhir pada vena
episkleral. Sedangkan jalur uveoskleral, aqueous akan masuk ke ruang suprakoroidal dan
dialirkan ke vena-vena pada badan siliaris, koroid dan sklera.4

Gambar 2. Drainase Aqueous


Humor Akueus

4|Page
Jalinan/jala trabekular terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang
dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori
semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya
kedalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan
drainase humor juga meningkat. Aliran aqueous humor ke dalam kanalis Schlemm bergantung
pada pembentukan saluran-saluran transeluler siklik di lapisan endothel.

Gambar 3.

Anatomi Struktur Trabecular Network

Saluran eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena akueus)
menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil Aqueous humor keluar dari mata
antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uveosklera). Resistensi utama terhadap
aliran Aqueous humor dari kamera anterior adalah lapisan endothel saluran Schlemm dan bagian-
bagian jalinan trabekular di dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di
jaringan vena episklera menentukan besar minimum tekanan intraokuler yang dicapai oleh terapi
medis.

5|Page
B. Definisi
Glaukoma adalah suatu neuropati optic kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan
(cupping) diskus optikusdan pengecilan lapangan pandang; biasanya disertai peningkatan
tekanan intraocular.
Glaukoma sudut tertutup kronik adalah glaukoma primer yang ditandai dengan
tertutupnya trabekulum oleh iris perifer secara perlahan. 1

C. Epidemiologi
Hampir 60 juta orang terkena glaucoma. Diperkirakan 3 juta penduduk Amerika Serikat
terkena glaucoma, dan diantara kasus-kasus tersebut, sekitar 50% tidak terdiagnosis. Di
Amerika, penyakit ini menjadi penyebab utama kebutaan. Sedangkan di Indonesia, angka
kebutaan mencapai 1,5% dan Glaukoma menjadi penyebab kedua kebutaan setelah katarak.
Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15 % kasus ras kulit putih. Persentase ini
jauh lebih tinggi pada orang Asia dan suku Inuit. Glaukoma sudut tertutup primer berperan
pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat glaucoma di China. 1
.
D. Etiologi
Glaukoma terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan dan
pengaliran humor akueus. Pada sebagian besar kasus, tidak terdapat penyakit mata lain
(glaukoma primer). Sedangkan pada kasus lainnya, peningkatan tekanan intraokular, terjadi
sebagai manifestasi penyakit mata lain (glaukoma sekunder). 3

E. Factor Resiko
Banyak faktor yang boleh menyebabkan terjadinya glaukoma. Antara faktor resiko yang
dapat mengarah pada glaukoma adalah :
1. Tekanan darah rendah atau tinggi
2. Fenomena autoimun
3. Degenerasi primer sel ganglion
4. Usia di atas 45 tahun
5. Keluarga mempunyai riwayat glaucoma
6. Miopia atau hipermetropia

6|Page
7. Pasca bedah dengan hifema atau infeksi

F. Gejala Klinis
Kebanyakan penderita tidak memberikan gejala pada mata kecuali bila keadaan dimana
terjadi gangguan penglihatan. Bila saraf optik mulai rusak akan terjadi pengecilan lapangan
pandang dan bila kerusakan telah lanjut maka akan terjadi kebutaan.
Pasien dengan predisposisi anatomi penutupan sudut bilik mata depan mungkin tidak pernah
mengalami episode peningkatan tekanan intraocular akut, tetapi mengalami sinekia anterior
perifer yang semakin meluas disertai dengan peningkatan tekanan intraocular secara bertahap.
Para pasien ini bermanifestasi seperti yang diperlihatkan oleh pasien glaucoma sudut terbuka
primer, sering dengan penyempitan lapangan pandang yang ekstensif dikedua mata. Sesekali,
pasien-pasien tersebut mengalami serangan penutup sudut subakut. 1

G. Pemeriksaan Glaukoma
Untuk menentukan seseorang menderita glaukoma maka dokter akan melakukan
beberapa pemeriksaan. Berbagai alat diagnostik tambahan untuk menentukan ada atau tidak
adanya glaukoma pada seseorang dan berat atau ringannya glaukoma yang diderita, serta dini
atau lanjut glaukoma yang sedang diderita seseorang.

1. Pemeriksaan tekanan bola mata


Tonometri merupakan pemeriksaan untuk menentukan tekanan bola mata seseorang
berdasarkan fungsinya dimana tekanan bola mata merupakan keadaan mempertahankan mata
bulat sehingga tekanan bola mata yang normal tidak akan memberikan kerusakan saraf optik atau
yang terlihat sebagai kerusakan dalam bentuk kerusakan glaukoma pada papil saraf optik. Batas
tekanan bola mata tidak sama pada setiap individu, karena dapat saja tekanan ukuran tertentu
memberikan kerusakan pada papil saraf optik pada orang tertentu. Untuk hal demikian yang
dapat kita temukan kemungkinan tekanan tertentu memberikan kerusakan. Dengan tonometer
Schiotz tekanan bola mata penderita diukur.Dikenal 4 bentuk cara pengukuran tekanan bola
mata:
a. Palpasi, kurang tepat karena tergantung faktor subjektif.
b. Identasi tonometri, dengan memberi beban pada permukaan kornea.

7|Page
c. Aplanasi tonometri, mendatarkan permukaan kecil kornea.
d. Tonometri udara (air tonometri), kurang tepat karena dipergunakan di ruang terbuka.
Pada keadaan normal tekanan bola mata tidak akan mengakibatkan kerusakan pada
papil saraf optik. Reaksi mata tidak sama pada setiap orang, sehingga tidaklah sama tekanan
normal pada setiap orang. Tujuan pemeriksaan dengan tonometer atau tonometri untuk
mengetahui tekanan bola mata seseorang. Tonometer yang ditaruh pada permukaan mata atau
kornea akan menekan bola mata ke dalam. Tekanan ke dalam ini akan mendapatkan perlawanan
tekanan dari dalam bola mata melalui kornea.

2. Pemeriksaan kelainan papil saraf optik


Oftalmoskopi. pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang dinamakan
oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat diiihat saraf optik didalam mata dan akan dapat
ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik. Saraf optik dapat dilihat
secara langsung. Warna serta bentuk dari mangok saraf optik pun dapat menggambarkan ada
atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma.
Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat terlihat :
• Kelainan papil saraf optik
   Saraf optik pucat atau atrofi
   Saraf optik bergaung
• Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarria hijau
• Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar

3. Pemeriksaan Sudut Bilik Mata


Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik
mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan
gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma sudut terbuka atau
glaukoma sudut tertutup, dan malahan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.
Pada gonioskopi dipergunakan goniolens dengan suatu sistem prisma dan penyinaran yang dapat
menunjukkan keadaan sudut bilik mata.Dapat dinilai besar atan terbukanya sudut:

8|Page
• Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak, kornea dengan iris,
disebut sudut tertutup.
• Derajat 1, bila tidak terlihat 1/2 bagian trabekulum sebelah belakang, dan garis
Schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit. Sudut sangat sempit sangat mungkin
menjadi sudut tertutup
• Derajat2, bila sebagian kana! Schlemm terlihat disebut sudut sempit sedang kelainan
ini mempunyai kemampuan untuk tertutup
• Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih terlihat termasuk skleral spur,
disebut sudut terbuka. Pada keadaan ini tidak akan terjadi sudut tertutup.
• Derajat 4, bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka.

4. Pemeriksaan Lapangan Pandang


Pemeriksaan lapangan pandang secara teratur penting untuk diagnosis dan tindak lanjut
glaukoma. Penurunan lapangan pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik, karena
gangguan ini terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada semua penyakit
saraf optikus, tetapi pola kelainan lapangan pandang, sifat progresivitasnya, dan hubungannya
dengan kelainan-kelainan diskus optikus adalah khas untuk penyakit ini. Gangguan lapangan
pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian tengah.
Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Berbagai cara untuk memeriksa
lapangan pandang pada glaukoma adalah layar singgung, perimeter Goldmann, Friedmann field
analyzer, dan perimeter otomatis.

Pada glaucoma sudut tertutup kronik, akan dijumpai :


a. Peningkatan intraocular
b. Sudut bilik mata depan yang sempit yang disertai sinekia anterior perifer
c. Kelainan diskus optikus
d. Kelainan lapangan pandang

9|Page
E. Tes Provokasi : Dilakukan pada keadaan yang meragukan.
Tes yang dilakukan : Tes kamar gelap, tes midriasis, tes membaca, tes bersujud (
prone test )

H. Penatalaksaan
Terapi Medikamentosa
1. Beta adrenergik antagonis
Di dalam mata yang berperan besar pada produksi cairan mata adalah beta-1 (β1) reseptor.
Dengan menghambat reseptor beta maka dengan sendirinya produksi akuos humor
berkurang.Dikenal beberapa bentuk Beta blocker topikal
a. Nonselektif beta blocker (timolol, levobunolol, carteolol, metipranolol)
 Termasuk ke dalam kelompok ini yang mempunyai efek pada kedua reseptor beta-l (β1)
dan beta-2 (β2), mempunyai potensi menurunkan TIO dengan memungkinkan mata
memproduksi akuos lebih sedikit daripada normal
b. Selekfif (betaxolol)
 “Selektif” beta blocker adalah "cardioselective". Pada usia lanjut toleransi obat ini lebih
baik karena efeknya kurang pada pernafasan, dengan efek menurunkan TIO yang kurang.
Secara umum dapat disimpulkan beta blocker akan memberikan efek samping iritasi
alergik, penglihatan kabur, dan kadang-kadang mata kering. Beta blocker nonselektif dapat
memberikan efek samping terhadap jantung dan pernafasan dimana :
a. Beta 1(β1) : tekanan darah menurun dan bradikardi
b. Beta 2(β2) : paru, konstriksi bronkiol

2. Alfa adrenergik agonis


(Obat alfa adrenergik agonis)
a. Apradonidine (0.5-1.0 %)

3. Karbonik anhidrase inhibitor


Karbonik anhidrase inhibitor oral (acetazolamide, methazolamide), menurunkan
tekanan bola mata melalui enzim yang membentuk akuos humor. Carbonic anhydrase adalah

10 | P a g e
enzim katalisis hidrasi karbondioksida jadi asam karbonik yang kemudian berdisosiasi jadi ion
bikarbonat dan hydrogen.

 Menambah curahan trabekular
1. Adrenergik agonis
a. Brominidine (alphagen, alergan)
 Brominidin merupakan alfa 2 agonis selektif
 Efek sama dengan timolol
 Menaikkan curahan akuos humor uveosklera
 Side efek kurang dari timolol
 Alergi
 Menurunkan tekanan bola mata 4-6 mmHg
b. Epinefrin
 Epinefrin merupakan adrenergik agonis yang bekerja terhadap reseptor di
dalam mata, dikenal sebagai sisi alfa 1 (pengurangan produksi) dan beta 1-2 di
dalam mata yang mengakibatkan bertambahnya pengaliran keluar cairan mata.
Pada pasien yang tidak mempunyai toleransi terhadap kejang akomodasi dan
iritasi akibat miotik epinefrin merupakan pengganti. Tidak banyak dipakai
akibat banyak obat pengganti
 Dosis : Epitrate 2%, Epifrin 0.25%, 0.5%, 1%, 2%, Glaukon 1%, 2%, EpiN
0.5%.E Pilo 1%, dipakai 2 kali sehari.
 Efek samping epinefrin
 Dilatasi pupil dan penglihatan akan kabur
 Sakit pada dahi, sakit kepala, mata berair
 Iritasi lokal yang dapat mengakibatkan mata merah
 Alergi pada pemakaian lama
 Kontraindikasi epinefrin pada glaukoma sudut tertutup, penyakit
kardiovaskular. Epinefrin hampir tidak dipakai pada saat ini.
c. Dipiverine

11 | P a g e
 Dipiverine merupakan obat yang dapat dirubah tubuh menjadi epinefrin.
Dipiverine dapat menembus kornea yang bila telah masuk kedalam bola mata
dirubah tubuh menjadi epinefrin. Adalah wajar dipiverine memberi kurang
keluhan pedes dan iritasi.
d. Kombinasi obat mata
 Kombinasi akan memberi 2 tipe obat dalam satu tetes obat, seperti:
 E-pilo, kombinasi epinefrin dengan pilokarpin
 Tim pilo, kombinasi pilokarpin dan timolol.

2. Obat miotik
Pemakaian miotik untuk glaukoma kepopulerannya berkurang akibat banyaknya efek
samping dan terdapat banyak obat baru.
Miotik mempercepat keluarnya akuos dari mata dengan kontraksi otot dalam mata. Otot
mata menarik kanal saluran dan sedikit membukanya yang memungkinkan akuos lebih cepat
keluar. Obat ringan dibagi dan bila tidak berhasil diperkuat. Miotik adalah kolinergik yang
mengecilkan pupil yang memungkinkan pengaliran keluar cairan mata. Miotik memberikan efek
membuka untuk mengeluarkan cairan mata. Miotik merangsang sel drainase untuk memberikan
efek ini. Pilokarpin dan karbakol merupakan miotik yang sering dipergunakan. Efek sistemik
parasimpatis:
a. Meningkatkan aktivitas kelenjar
b. Menurunkan akitivitas jantung
c. Pembuluh darah dilatasi
d. Konstriksi bronkiol
Parasimpatis memberikan keluhan terhadap fluktuasi penglihatan, sakit kepala, dan
ukuran pupil kecil. yang meningkatkan risiko ablasi retina. Miotik lemah adalah pilocarpin
sedang yang kuat carbachol dan phospholine iodide.
a. Pilokarpin
 Obat anti glaukoma yang tertua yang tidak kuat.
 Pilokarpin akan mengakibatkan miosis mulai dalam 15-20 menit pertama yang
berlangsung untuk selama 4-8-jam.
 Pupil dapat dilihat saat miosis.

12 | P a g e
b. Karbakol
 Karbakol mempunyai efek yang sama dengan pilokarpin dan dipergunakan bila
toleransi terhadap pilokarpin kurang
 3% karbakol ekivalen dengan pilokarpin 4%
 Karbakol tidak dapat menembus bola mata seperti pilokarpin sehingga, diperlukan
bahan pelarut, sedang bahan pelarut ini dapat mengakibatkan reaksi sensitivitas pada
orang tertentu.

Meningkatkan curahan uveosklera


1. Latanaprost 0.005% ( Xalatan )
 Prostaglandin E2 agonis
 Menaikkan sklerouvea flow, menurunkan tekanan intraokular
 Tidak tergantung pada tekanan vena episklera atau akibat meningkatnya tekanan vena
episklera
 Menurunkan TIO 27-33%
 Efektivitas sama dengan non-selektif beta blocker
 Obat yang baik untuk NTG, dan menurunkan TIO 20 %
 Prostaglandin Analog, Prostaglandin umumnya merupakan media peradangan yang
dapat menaikkan TIO, akan tetapi bila diberikan pada dosis rendah prostaglandin
secara bermakna menurunkan TIO.

Penurunan Volume Korpus Vitreum


Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik
keluar dari korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum. Selain ini, juga terjadi
penurunan produksi humor akueus. Penurunan volume korpus vitreum bermanfaat dalam
pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan glaucoma maligna yang menyebabkan pergeseran
lensa kristalina ke depan (disebabkan oleh perubahan volume korpus vitreum atau koroid) dan
menyebabkan penutupan sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder). Gliserin (gliserol) oral, 1
mL/kg berat dalam suatu larutan 50% dingin dicampur dengan sari lemon, adalah obat yang

13 | P a g e
paling sering digunakan, tetapi pemakaiannya pada pengidap diabetes harus berhati-hati. Pilihan
lain adalah isosorbin oral dan urea atau manitol intravena.

B. Pembedahan pada glaukoma


Beberapa penderita glaukoma tidak dapat diatasi dengan pengobatan tetes mata, tablet,
dan laser untuk menurunkan tekanan bola mata. Hal ini tentu tidak akan menguntungkan bagi
kualitas hidup. Keadaan ini dapat ditolong dengan tindakan bedah yang mempergunakan
mikroskop untuk menurunkan tekanan bola mata. Tujuan pembedahan pada glaukoma adalah
membuat filtrasi jalan keluar cairan mata. Terdapat berbagai teknik bedah glaukoma dalam
upaya agar pasien tidak memakai obat untuk glaukoma yang dideritanya. Operasi glaukoma
seperti operasi lainnya mempunyai risiko bedah.
Pemilihan jenis operasi yang baik untuk setiap pasien tergantung banyak faktor seperti
tipe dan beratnya glaukoma. Seperti setiap tindakan bedah maka operasi glaukoma dapat saja
memberikan beberapa penyulit atau komplikasi, seperti:
 Infeksi
 Perdarahan
 Infeksi
 Perubahan tekanan bola mata yang tidak diharapkan
 Hilangnya penglihatan

1. Bedah filtrasi
Bedah filtrasi dilakukan tanpa perlu pasien dirawat dengan memberikan anestesi lokal
dan kadang-kadang sedikit obat tidur. Dengan memakai alat sangat halus diangkat sebagian kecil
sklera sehingga terbentuk satu lubang. Melalui celah sklera yang dibentuk cairan mata akan
keluar sehingga tekanan bola mata berkurang yang kemudian diserap di bawah konjungtiva.
Pasca bedah pasien harus memakai penutup mata dan mata yang dibedah tidak boleh kena air.
Untuk sementara pasien pasca bedah glaukoma dilarang bekerja berat.

2. Trabekulektomi
Pada glaukoma masalahnya adalah terdapatnya hambatan filtrasi (pengeluaran) cairan
mata keluar bola mata yang tertimbun dalam mata sehingga tekanan bola mata naik. Bedah

14 | P a g e
trabekulektomi merupakan teknik bedah untuk mengalirkan cairan melalui saluran yang ada.
Pada trabekulektomi ini cairan mata tetap terbentuk normal akan tetapi pengaliran keluarnya
dipercepat atau salurannya diperluas. Bedah trabekulektomi membuat katup sklera sehingga
cairan mata keluar dan masuk dibawah konjungtiva. Untuk mencegah jaringan parut yang
terbentuk diberikan 5 fluoruracil atau mitomisin. Dapat dibuat lubang filtrasi yang besar
sehingga tekanan bola mata sangat menurun.
Pembedahan ini memakan waktu tidak lebih dari 30 menit setelah pembedahan perlu
diamati pada 4-6 minggu pertama. Untuk melihat keadaan tekanan mata setelah pembedahan.
Biasanya pengobatan akan dikurangi secara perlahan-lahan.

3. Bedah filtrasi dengan Implan


Pada saat ini dikenal juga operasi dengan menanam bahan penolong pengaliran (implant
surgery). Pada keadaan tertentu adalah tidak mungkin untuk membuat filtrasi secara umum
sehingga perlu dibuatkan saluran buatan (artifisial) yang ditanamkan ke dalam mata untuk
drainase cairan mata keluar. Beberapa ahli berusaha membuat alat yang dapat mempercepat
keluarnya cairan dari bilik mata depan.Upaya di dalam membuat alat ini adalah :
 Dapat mengeluarkan cairan mata yang berlebihan
 Keluarnya tidak hanya dalam jumlah dan persentase
 Mengatur tekanan maksimum, minimum optimal, seperti hidrostat
 Tahan terhadap kemungkinan penutupan
 Minimal terjadinya hipotensi
 Desain yang menghindarkan migrasi dan infeksi
 Bersifat atraumatik.

5. Siklodestruksi
Telah dibicarakan upaya mengalirkan cairan bola mata yang berlebihan dengan
melakukan tindakan bedah filtrasi. Tindakan lain adalah mengurangkan produksi cairan mata
oleh badan siliar yang masuk ke dalam bola mata. Diketahui bahwa cairan mata ini dikeluarkan
terutama oleh pembuluh darah di badan siliar dalam bola mata. Pada siklodestruksi dilakukan
pengrusakan sebagian badan siliar sehingga pembentukan cairan mata berkurang. Tindakan ini
jarang dilakukan karena biasanya tindakan bedah utama adalah bedah filtrasi.

15 | P a g e
B. Bedah laser pada glaukoma sudut Tertutup
1. Irodotomi laser
Pada glaukoma sudut tertutup terdapat hambatan relatif pengaliran keluar cairan dari
bilik mata belakang melalui pupil ke bilik mata depan. Iridotomi merupakan suatu tindakan
bedah glaukoma yang sering dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Iridotomi laser merupakan
bentuk lain bedah laser pada glaukoma. Tindakan laser dilakukan untuk mendapatkan lubang
pada bagian iris yang berwama. Pada keadaan ini dibuat sebuah lobang kecil pada selaput
pelangi perifer. Iridektomi laser adalah prosedur yang terbaik dilakukan pada glaukoma sudut
tertutup. Bila hal ini tidak dilakukan maka dengan mudah dapat terjadi serangan akut glaukoma
sudut tertutup. Pada glaukoma sudut tertutup secara rutin tidak dipakai tetes mata kecuali bila
tekanan tinggi. Pada keadaan akan kemungkinan terjadinya.glaukoma sudut tertutup maka
dilakukan iridotomi perifer. Beberapa pendapat terakhir menyatakan bahwa pengobatan dengan
laser merupakan pilihan alternatif yang efektif dibanding dengan pemberian obat sebagai
pengobatan dini glaukoma. Sebelumnya obat merupakan pengobatan utama glaukoma. Tidak ada
satupun dari laser atau obat yang merupakan pengobatan ampuh untuk glaukoma. Efek samping
pengobatan laser setelah bertahun-tahun tidaklah nyata, berlainan dengan pemakaian obat pada
giaukoma akan memberikan efek samping yang mengganggu.

16 | P a g e

You might also like