Professional Documents
Culture Documents
Ispa KLP 2 Tugas 3
Ispa KLP 2 Tugas 3
Disusun Oleh:
Keperawatan B
Kelompok 2
Ulfa Wildana Hasan
70300116051
PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008)
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat
infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang
berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Muttaqin,
2008).
1. Hidung
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di
dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan
Menurut Pearce (2007) permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang
memiliki ciri adanya kelenjar sabesa besar, yang meluas ke dalam vestibulum
nasi tempat terdapat kelenjar sabesa, kelenjar keringat, dan folikel rambut
yang kaku dan besar. Rambut ini berfungsi menapis benda-benda kasar yang
pelembaban.
seperti buah alpukat, terbagi dua oleh sekat (septum mediana). Dari dinding
lateral menonjol tiga lengkungan tulang yang dilapisi oleh mukosa, yaitu:
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas
paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis
pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus
menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel
Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari
tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiva
hidung
oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung.
2. Faring
rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring
palatum molle. Pada bagian ini terdapat dua struktur penting yaitu adanya
saluran yang menghubungkan dengan tuba eustachius dan tuba auditory.
tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani. Apabila tidak sama,
telinga terasa sakit. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba
tulang hyodi. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus digestif
lidah. Dasar atau pangkal lidah berasal dari dinding anterior orofaring,
bagian orofaring ini memiliki fungsi pada system pernapasan dan system
3. Laring
tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut
epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu
a. Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat pada pria.
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian
mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Pada pita suara palsu tidak
terdapat otot, oleh karena itu pita suara ini tidak dapat bergetar, hanya antara
kedua pita suara tadi dimasuki oleh aliran udara maka tulang rawan gondok
dan tulang rawan bentuk beker tadi diputar. Akibatnya pita suara dapat
mengencang dan mengendor dengan demikian sela udara menjadi sempit atau
Pergerakan ini dibantu pula oleh otot-otot laring, udara yang dari paru-
pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara pria jauh lebih tebal daripada
4. Trakea
Batang Tenggorokan (trakea) merupakan lanjutan dari laring yang
terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda. Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri
dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sebelah dalam diliputi oleh
selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia hanya bergerak
lanjutan udara yang masuk, menjerat partikel-partikel debu, serbuk sari dan
kontaminan lainnya. Sel silia berdenyut akan menggerakan mukus ini naik ke
faring yang dapat ditelan atau dikeluarkan melalui rongga mulut. Hal ini
5. Bronkus
kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus). Bronkus lobaris kanan
a. Bronkiolus
b. Bronkiolus terminalis
c. Bronkiolus respiratori
6. Paru-Paru
dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri
dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang
lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam
darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini
kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan) (Syaifuddin, 2006).
(belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior.
Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra
lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang
segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat
yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat
sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada
rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk
dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu,
yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru
yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum
pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan
system arteri dan vena pulmonalis, terdapat pula arteri dan vena bronkialis,
yang berasal dari aorta, untuk memperdarahi jaringan bronki dan jaringan ikat
paru dengan darah kaya oksigen. Ventilasi paru (bernapas) melibatkan otot-
otot pernapasan, yaitu diafragma dan otot-otot interkostal. Selain ini ada otot-
(1500 cc)
d. Volume Residu (VR) : Volume udara yang selalu tersisa di dalam paru-
VS) 3500 cc
C. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
1. Faktor Demografi
a. Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki-lakilah
b. Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang
penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga
c. Pendidikan
2. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2010)
a. Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau
air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan
tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat, sehingga
dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam tubuh
(Notoatmodjo, 2010).
b. Faktor rumah
1) Bahan bangunan
a) Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini
adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada
masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun
(Suhandayani, 2007).
d) Lain-lain (tiang, kaso dan reng): Kayu untuk tiang, bambu untuk
2007).
2) Ventilasi
untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.
(Suhandayani, 2007).
3) Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
3. Faktor Polusi
(Lamsidi, 2003) :
a. Cerobong asap
dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin. Cerobong asap
sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang
dibuang melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan mudah
larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah dipisahkan, sementara air
yang asam bisa dinetralkan oleh media Treated Natural Zeolid (TNZ)
yang sekaligus bisa menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut
dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi hujan
asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah tangga, polusi
rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan
D. Klasifikasi
a. Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan,
yaitu:
2) Kejang
3) Kesadaran menurun
4) Stridor
5) Wheezing
a. Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian
bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak
2008).
b. Pneumonia Sedang
2) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih (Muttaqin, 2008).
c. Bukan Pneumonia
1) Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
yaitu:
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
1. ISPA ringan
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari
3. ISPA berat
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah
(DepKes, 2002).
E. Manifestasi Klinik
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradanga dan edema mukosa,
kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur fungsi siliare
(Muttaqin, 2008).
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise
(lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya),
gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi
suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada
gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian (Nelson,
2003)
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba
(DepKes, 2002).
dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
a. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari
satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu
jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan
arloji.
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut:
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.
f. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
F. Patofisiologi
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah
faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut
gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan
(Muttaqin, 2008)
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga
berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA
dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga
bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat
menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Muttaqin, 2008).
yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa
ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas
yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik
pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan
limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas
berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan
IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat
2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang
sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,
G. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri
5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan
anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih besar,
nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus
Proses s
inusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan
sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan
hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret
yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
akut (OMA).Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan
(Notoatmodjo, 2010).
memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan
hanya ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau diare. Karena
bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah
demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT. Biasanya bayi dilakukan
membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP)
(Notoatmodjo, 2010).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :
sekret.
(Notoatmodjo, 2010)
H. Pemeriksaan Penunjang
Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard
adanya takikardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemik( jika disebabkan oleh
AMI).
dinding.
kontrktilitas.
hasil hemodilusi darah dari adanya kelebihan retensi air (Nursalam, 2008)
I. Penatalaksanaan
vasodilatasi koroner.
3. Diuretika, untuk gagal jantung disertai udem paru akibat disfungsi diastolik.
Bila tanda udem paru sudah hilang, maka pemberian diuretika harus hati-hati
kegagalan jantung.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
masuk RS, tanggal pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua,
umur orang tua, pekerjaan, agama, alamat, dan lain-lain (Muttaqin, 2008).
2. Riwayat Kesehatan
lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.
d. Riwayat sosial
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit
berat.
b. Tanda vital
c. Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala,
ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam
penglihatan
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan
dalam penciuman
kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada
2008).
Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
a. Inspeksi
1) Adanya demam
c. Perkusi
d. Auskultasi
warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada
kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba
panas.
B. Diagnosa Keperawatan
tonsil.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi:
selanjutnya.
c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat
menyerap keringat, seperti yang terbuat dari katun.
meningkat.
Antipiretik
2. Dx II: Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Intervensi:
yang diberikan.
b. Pantau TTV.
secara serak.
tenggorokan.
-analgesik
Intervensi:
fremitus.
R/: ekspansi dada terbatas atau tak sama sehubungan dengan cairan,
kebutuhan.
sekret.
penyakit tersebut.
Intervensi:
a. Batasi pengunjung.
penyembuhan.
c. Tutup mulut dan hidung jika bersin, jika di tutup dengan tisu buang segera
di tempat sampah.
R/: mencegaah penyebaran patogen melalui cairan.
R/: sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukan adanya infeksi paru.