Professional Documents
Culture Documents
Program Kampung Iklim (Proklim) - Macam2
Program Kampung Iklim (Proklim) - Macam2
Latar Belakang
Persoalan perubahan iklim sudah menjadi fenomena lingkungan yang nyata dan diakui sebagai salah satu
ancaman terbesar bagi kehidupan manusia. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) Kelompok Kerja-1 yang diluncurkan pada bulan September 2013 terkait dengan penyusunan Assesment
Report ke-5 (AR5), menyebutkan bahwa kenaikan suhu permukaan bumi di wilayah Asia Tenggara pada abad ini
berkisar antara 0,4-1oC dan diperkirakan akan terus meningkat antara 1,5-2oC pada periode 30 tahun
mendatang.
Perubahan suhu yang terjadi saat ini diyakini sebagai akibat terjadinya akumulasi gas rumah
kaca (GRK) di atmosfer. Berbagai kegiatan manusia dalam pembangunan menyebabkan
konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer semakin bertambah, termasuk penggunaan
bahan bakar fosil, proses penguraian sampah dan limbah, penggunaan pupuk kimia serta
pembakaran jerami. Keberadaan GRK di atmosfer menyebabkan radiasi gelombang panjang
sinar matahari terperangkap sehingga suhu bumi menjadi naik dan mengakibatkan perubahan
iklim. Peningkatan GRK di atmosfer diperparah oleh berkurangnya luas hutan atau deforestasi
yang mempunyai kemampuan untuk menyerap CO2.
Kenaikan suhu bumi meningkatkan ancaman terhadap risiko terjadinya bencana terkait iklim
seperti banjir, longsor, kekeringan, gagal panen, keragaman hayati, kenaikan muka air laut
serta kesehatan manusia. Perubahan iklim merupakan sebuah realitas yang telah dirasakan
secara luas di berbagai belahan dunia, sehingga diperlukan aksi nyata untuk meningkatkan
ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim serta upaya pengurangan emisi GRK
sebagai komponen yang diperlukan dalam pembangunan berkelanjutan.
Upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di lokasi ProKlim dapat berupa:
pengendalian kekeringan, banjir, dan longsor;
peningkatan ketahanan pangan;
pengendalian penyakit terkait iklim;
penanganan atau antisipasi kenaikan muka laut, rob, intrusi air laut, abrasi, ablasi atau erosi akibat angin,
gelombang tinggi.
pengelolaan sampah,limbah padat dan cair;
pengolahan dan pemanfaatan air limbah;
penggunaan energi baru terbarukan, konservasi dan penghematan energi;
budidaya pertanian;
peningkatan tutupan vegetasi; dan
pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
KLH menerima pencalonan lokasi yang diusulkan untuk mendapatkan penghargaan ProKlim dari berbagai pihak
yang mengetahui telah dilaksanakannya aksi lokal adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di suatu lokasi secara
berkelanjutan.
"Pada tahun 2019 mendatang target kami ada sekitar 2.000 kampung iklim
yang menyebar di seluruh Indonesia," kata Dirjen Pengendalian Iklim Nur
Masripatin di Jakarta, Senin.
"Aksi nyata adaptasi dan mitigasi perubahan iklim menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari penerapan strategi pembangunan rendah karbon
dan tahan perubahan iklim, yang perlu terus dikembangkan dan
diperkuat pelaksanaannya," ujar Masripatin.
Post by Dinas Lingkungan Hidup(CITRA APRO AMOR, S.Si) | Posted on 02 Maret 2017
12:07:12 WIB | Lingkungan | 1282 kali dibaca
0
Salah satu kegiatan untuk menunjang penurunan emisi Gas Rumah Kaca, Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi Sumatera Barat melakukan kegiatan Pembinaan dan PenilaianProgram Kampung
Iklim (Proklim) yang akan menjadi fokus sosialisasi kita pada hari ini, hal tersebut sesuai dengan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.84/Menlhk-
setjen/Kum.1/11/2016 tentang Program Kampung Iklim serta dalam rangka mewujudkan target
pemerintah Indonesia untuk mewujudkan 2000 Kampung Iklim di Indonesia sampai tahun 2020.
Kegiatan Program Kampung Iklim Salah satu kegiatan untuk menunjang penurunan emisi Gas
Rumah Kaca dalam rangka meningkatkan pemahaman mengenai perubahan iklim dan dampak
yang ditimbulkan sehingga seluruh pihak terdorong untuk melaksanakan aksi nyata yang dapat
memperkuat ketahanan masyarakat menghadapi perubahan iklim serta memberikan kontribusi
terhadap upaya pengurangan emisi GRK.
Provinsi Sumatera Barat telah ikut berperan aktif dalam mengusulkan lokasi Kampung Iklim ke
Kementerian Lingkungan Hidup sejak tahun 2013dimana lokasinya tersebar di beberapa
Kabupaten/Kota sebagai salah satu kegiatan untuk menunjang penurunan emisi Gas Rumah Kaca
sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.84/Menlhk-
setjen/Kum.1/11/2016 tentang Program Kampung Iklim serta dalam rangka mewujudkan target
pemerintah Indonesia untuk mewujudkan 2000 Kampung Iklim di Indonesia sampai tahun 2020.
Untuk mensosialisasikan Program Kampung Iklim tersebut, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Sumatera Barat telah mengadakan acara sosialisasi Proklim dengan mengundang instansi LH
kab/kota dan beberapa instansi terkait pada Rabu, 15 Februari 2017 bertempat di Ruang Rapat
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat, Jln. Khatib Sulaiman No. 22 Padang. Dalam
acara tersebut Dinas Lingkungan Hidup Prov. Sumbar mengundang langsung Dr. Israr Albar (Kasi
Adaptasi Perdesaan KLHK) dan Bapak Sugiatmo,S.Hut,M.Sc (Penganalisis Bahan Adaptasi
Pedesaan KLHK) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai narasumber acara
sosialisasi.
Dr. Israr Albar selaku narasumber pertama mencoba mensosialisasikan terkait Peraturan Menteri
LHK Nomor 33 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim.
PermenLHK ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi Pemerintah dan pemerintah daerah
dalam menyusun rencana aksi adaptasi perubahan iklim dan mengintegrasikan rencana tersebut
ke dalam perencanaan pembangunan wilayah dan/atau sektor spesifik yang mempertimbangkan
dampak perubahan iklim sehingga terwujud pembangunan yang adaptif. Selain itu beliau juga
menjelaskan tata cara pengisian lembar isian Proklim yang terdiri dari data identitas peserta
Proklim, lokasi serta upaya adaptasi, mitigasi dan kelembagaan yang dilakukan. Selain itu juga
dijelaskan cara penilaian dan skoring akhir proklim.
Selanjutnya Sugiatmo mencoba memberikan motivasi pada Instansi LH Kab/Kota untuk
meningkatkan pelaksanaan Prokilm di daerah masing-masing, karena Sumtera Barat memiliki
potensi dan banyak kearifan lokal yang dapat menujang pelaksanaan Proklim di Sumatera Barat.
Ia menambahkan bahwa kegiatan Proklim ini telah dilaksanakan mulai dari ujung Sumatera
sampai Papua sebagai upaya mewujudkan target pemerintah Indonesia untuk mewujudkan 2000
kampung iklim di Indonesia. Selain itu Sugiatmo memberikan penjelasan terkait uraian tentang
kegiatan-kegiatan Proklim yang terdiri dari upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang
meliputi pengendalian kekeringan, banjir dan longsor, kegiatan pengelolaan limbah padat dan cair,
pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, serta upaya terkait kelembagaan
masyarakat dan dukungan kebijakan.
Diharapkan dengan adanya sosialisasi proklim ini dapat dimanfaatkan untuk membangun
komitmen sekaligus bertukar informasi terkait pelaksanaan dan pengembangan Program
Kampung Iklim di daerah masing-masing serta dapat meningkatkan penguatan aksi lokal adaptasi
dan mitigasi perubahan iklim sehingga akan banyak usulan lokasi kampung iklim dari Sumatera
Barat agar nantinya dapat meningkatkan kualitas pembangunan di Provinsi Sumatera Barat yang
lebih bersih, lebih hijau, dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.
2017 10:36
Merdeka.com, Jawa Tengah - Wilayah Dusun III, Desa Sumampir, Kecamatan Rembang,
disiapkan sebagai Kampung Iklim. Pencanangan program tersebut akan dilakukan di desa
yang berjarak 37 kilometer dari Kota Purbalingga pada pekan ini.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Bahan Berbahaya Beracun dan Peningkatan Kapasitas
Lingkungan Hidup (PS, B3 PKLH) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Purbalingga,
Sukirto mengatakan, Program Kampung Iklim (ProKlim) merupakan upaya untuk mendorong
partisipasi aktif masyarakat dan seluruh pihak dalam melaksanakan aksi lokal untuk
meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan pengurangan emisi gas
rumah kaca (GRK). Gerakan nasional pengendalian perubahan iklim ini dimotori oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Kami memilih wilayah Dusun III Desa Sumampir, Kecamatan Rembang sebagai kampung
proKlim karena gerakan masyarakatnya sudah mengarah pada upaya mengatasi persoalan
perubahan iklim," kata Sukirto ketika dihubungi, Selasa (22/8).
Menurut Sukirto, masyarakat Dusun III Desa Sumampir telah melakukan sejumlah hal yang
masuk dalam kategori kampung ProKlim. Mereka telah melakukan upaya membuat
lingkungan tempat tinggalnya sejuk, hijau dan teduh, melakukan penataan drainase yang
bersih dan rapi, melakukan pengelolaan sampah, limbah padat dan cair yang ramah
lingkungan dengan mengaktifkan bank sampah "Resik Mandiri" dan memperhatikan prinsip
3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Warga setempat juga telah melakukan usaha pencegahan dampak bencana alam serta telah
membuat peraturan lokal dalam upaya pengelolaan lingkungan.
Selain Desa Sumampir, kata dia, DLH Purbalingga akan menambah lokasi Proklim.
Cakupannya tidak harus satu desa, tetapi bisa berupa wilayah satu dusun yang terbesar di
suatu wilayah desa.
"Ada beberapa desa yang dibidik seperti Desa Panusupan, Kecamatan Rembang dan di Desa
Majapura, Kecamatan Bobotsari, serta beberapa wilayah lain yang masyarakatnya
bersemangat dalam mengelola lingkungan tempat tinggalnya,” ujarnya. (suk-)