Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
dr. Amelia Pungky
Dokter Pendamping:
dr. Hj. Titin Ning Prihatini, MH
Dokter Pembimbing:
dr. Ike Dwi Wahyuni, Sp.A
1
Gambaran Klinis
Keluhan utama: Demam
2
2. Riwayat Penyakit Dahulu:
Belum pernah mengalami keluhan seperti ini.
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :
Kehamilan
Perawatan antenatal : Teratur, setiap 2 bulan ke bidan, dan diakhir kehamilan 2 minggu sekali
Penyakit kehamilan : Tidak ada
Kelahiran
Tempat kelahiran : Di rumah
Penolong persalinan : Bidan
Cara persalinan : Spontan
Masa gestasi : 9 bulan
Keadaan bayi : Langsung menangis
Berat badan lahir : 3700gram
Panjang badan lahir : 48cm
Kejang : ( - ), langsung menangis
Kelainan bawaan : (-)
4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
Psikomotor
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 7 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 12 bulan
Berlari : 18 bulan
Berbicara : 1 tahun
5. Riwayat Imunisasi:
No
. Vaksin Dasar (Usia)
1 BCG 1 bulan
2 Hepatitis B Lahir 1 bulan 6 bulan -
3
3 Polio Lahir 2 bulan 4 bulan 6 bulan
4 DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
5 Campak 9 bulan
6. HiB -
7 MMR -
8 Tifoid -
9 Hepatitis A -
10 Varisela -
7. Data Perumahan
Kepemilikan rumah : Rumah sendiri
Keadaan rumah : Memiliki 4 jendela, terdapat 1 kamar yang tidak memiliki jendela
Keadaan lingkungan : tempat penampungan air terbuka, banyak sampah bekas botol yang
menampung air.
4
PEMERIKSAAN UMUM
Status Generalis
• Keadaan umum : Tampak sakit Berat
• Kesadaran : E3M5V4
• Tanda vital : - Frekuensi nadi : 110x / menit, kecil, dalam, isi kurang
- Frekuensi napas : 27 x / menit
- Suhu aksila : 36.0 0C
• Berat badan : 34 kg
• Panjang badan : 120 cm
Pemeriksaan Sistemik :
• Kepala : Rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar
cekung (-)
• Mata : Cekung (-/-), konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-), subkonjungtival bleeding
(-) pupil bulat dan isokor (+/+)
• Telinga : Sekret (-/-)
• Hidung : sekret (-), epistaksis (-)
• Mulut : Sianosis perioral (-), bentuk normal, tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
faring tidak hiperemis, ginggival bleeding (-)
• Leher : Bentuk normal, kelenjar getah bening tidak teraba membesar
• Toraks :
Paru-paru
- Inspeksi : Tampak simetris dalam keadaan diam dan pergerakan napas.
- Palpasi : Taktil fremitus normal
- Perkusi : dull dari ICS VII kebawah
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronki basah halus di basal paru +/+ -, wheezing -/-.
Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus kordis
- Palpasi : Dalam batas normal
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
5
Abdomen
- Inspeksi : cembung, lingkar perut 84cm
- Palpasi : agak tegang
- Perkusi : shifting dullness (+)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal.
• Anus dan rektum : dalam batas normal
• Ekstremitas : akral dingin, CRT > 2”, konvalesen rash (+)
• Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
• Refleks : Reflek fisiologis dan patologis tidak tampak kelainan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KERJA
DSS / DHF grade III
6
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
• O2 via nasal kanul 2 liter/menit
• IVFD RL 20 ml/kgBB bolus secepatnya 680cc
• Bila syok teratasi diturunkan menjadi 10ml/kgBB/jam selama 2 jam, setelah tanda vital stabil,
turunkan bertahap menggunakan cairan koloid yaitu HES 10 ml/kgBB/jam selama 1 jam, 7
ml/kgBB/jam selama 1 jam berikutnya, kemudian 5 ml/kgBB/jam, 3ml/kgBB/jam, dan
1,5ml/kgBB seterusnya. Lepas infus 24-48 jam setelah syok teratasi.
• Bila tidak teratasi periksa hematokrit. Jika Ht meningkat bolus ke 2 dengan RL 10-20 ml/kgBB
selama 60 menit, jika membaik turunkan menjadi 10ml/kgBB selama 1-2 jam, setelah tanda
vital stabil, turunkan bertahap 7 ml/kgBB selama 2 jam, 5 ml/kgBB selama 4 jam, dan 3
ml/kgBB/jam.
• Observasi keadaan umum, tanda vital dan akral per 15 menit hingga stabil, observasi sesak dan
ronkhi di paru sebagai tanda overload cairan
• Periksa hematologi rutin per 3 jam
• Konsul ahli gizi
• Konsul SpA
• Edukasi
• Menutup tempat penampungan air
• Menguras tempat penampungan air seminggu sekali
• Membuang dan mengubur barang bekas seperti botol dan plastik yang dapat menampung air.
Medikamentosa
• Paracetamol sirup 3 x 1 tablet, prn bila demam
• Ceftriaxone 2 x 1 gram
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia Ad bonam
Quo ad functionam : Dubia Ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia Ad bonam
7
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO:
Subjektif
Pasien datang dibawa oleh orangtuanya ke IGD RSUD Indramayu dengan keluhan tubuh nya
teraba dingin. Sebelum masuk rumah sakit. Menurut ibunya, pasien demam sejak 3 hari yang lalu
yang mendadak tinggi disertai mual, nyeri kepala, dan pegal-pegal badan. Keluhan tidak disertai
kejang atau BAK yang menjadi sedikit. Tidak terjadi perdarahan pada pasien seperti mimisan, gusi
berdarah, bercak merah di mata, lengan, dan tungkai, juga tidak disertai BAB hitam dan muntah
darah. Keluhan juga tidak disertai nyeri perut kanan atas, nyeri ulu hati, ataupun perut pasien yg
terlihat membesar.
Selama demam 3 hari dirumah, pasien hanya diberikan paracetamol oleh ibu. Namun 4 jam
setelah pemberian paracetamol demam kembali naik. Pada saat hari ke 4, saat pagi hari pasien sudh
tidak demam, namun kaki tangannya mulai terasa dingin. Hingga siang dan sore hari, badan pasien
menjadi makin terasa dingin sehingga ibu khawatir dan langsung membawa pasien ke IGD.
Orang tua pasien mengatakan tempat penampungan air di rumah jarang dikuras dan tidak
ada penutupnya, serta di sekitar rumah banyak sampah dan banyak barang bekas yang dapat
menampung air. Lingkungan tempat tinggal pasien pun tergolong padat penduduk. Riwayat keluhan
serupa pada tetangga yaitu sebanyak 2 orang dirawat karena demam berdarah.
Pasien tidak memiliki riwayat berpergian ke daerah endemia malaria, tidak ada makanan
yang dicurigai kotor sebelum timbulnya demam. Riwayat imunisasi lengkap, serta pertumbuhan dan
perkembangan pasien dalam batas normal.
Berdasarkan anamnesis, pasien menunjukkan gejala 2 gejala klinis khas infeksi dengue yaitu
demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, dan terus-menerus, serta nyeri kepala dan mialgia.
Keluhan klinis ini didukung degan kondisi pasien saat datang dengan tubuhnya yang teraba dingin
pada hari ke-4 yaitu di fase kritis yang menandakan pasien mengalami syok akibat infeksi dengue.
Objektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi pasien cepat, lemah, isi kurang. Pada ekstremitas
ditemukan akral dingin dan CRT>2 detik. Dari hasil laboratorium didapatkan adanya
trombositopenia dan adanya hemokonsentrasi yang menandakan adanya kebocoran plasma.
Assessment
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakan
diagnosis pasien adalah DHF/DBD grade III (DSS).
8
SINDROM SYOK DENGUE
Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah jenis syok hipovolemik akibat infeksi virus dengue. Tahap
ini merupakan tahap paling bahaya diantara semua derajat infeksi dengue, sehingga memerlukan
penatalaksanaan yang tepat dan cepat. Infeksi virus dengue sendiri merupakan masalah kesehatan
global dengan peningkatan angka kejadian tiap tahunnya dan menimbulkan kematian sebesar 1%
dari semua kasus. Di Indonesia infeksi virus dengue dikategorikan sebagai kategori endemik A
(endemik tinggi).
Etiologi
Virus dengue termasuk family Arbovirus (arthropod-borne virus) yang secara primer
menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk spesies Aedes. Infeksi virus dengue disebabkan oleh
dalah satu dari serotype virus dengue (DENV) yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, DAN DENV-4.
Infeksi primer dengue adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang belum pernah terinfeksi virus
dengue sebelumnya. Infeksi sekunder dengue terjadi pada pasien yang telah terinfeksi virus dengue
sebelumnya.
Diagnosis
Gejala klinis sindrom syok dengue ditegakkan bila memenuhi kriteria klinis DBD serta
ditemukannya gejala syok hipovolemik yang terkompensasi maupun yang dekompensasi.
Gejala klinis demam berdarah dengue meliputi:
• Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus, bifasik
• Manifestasi perdarahan baik spontan seperti ptekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis, dan atau melena; maupun berupa uji tourniquet positif
• Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital
• Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau di sekitar rumah
• Leukopenia <4.000/mm3
• Trombositopenia <100.000/mm3
• Hepatomegali
• Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu:
• peningkatan hematokrit >20% dari pemeriksaan awal atau dari data populasi menurut umur
• ditemukan adanya efusi pleura, asites
• hipoalbuminemia, hipoproteinemi
9
• Apabila ditemukan dua atau lebih manifestasi klinik + perembesan plasma +
trombositopenia diagnosis kinis demam berdarah dengue ditegakkan
Tanda dan gejala syok terkompensasi atau DBD derajat 3, antara lain:
• Takikardia
• Takipnea
• Tekanan nadi (sistolik-diastolik) <20mmHg
• CRT >2 detik
• Kulit dingin
• Urine output menurun <1 ml/kgBB/jam
• Anak gelisah
Pada tahapan syok lebih lanjut yaitu syok dekompensasi, didapatkan tanda dan gejala
sebagai berikut:
• Takikardia
• Hipotensi (sistolik dan diastolik menurun)
• Pernapasan Kussmaull atau takipneu
• Sianosis
• Kulit lembab dan dingin
• Profound shock: nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur
Pencegahan
Pencegahan DBD spesifik untuk pasien dan lingkungannya
• Ventilasi yang kurang di ruang rumah:
• Membuat ventilasi baru di kamar
• Membuka jendela di bagian rumah lain agar rumah terang dan tidak lembab
• Memasang kawat kasa dengan diameter terkecil pada lubang ventilasi
• Lingkungan sekitar rumah banyak sampah yang bisa menampung air
• Membuang dan mengubur barang bekas secara teratur
• Membersihkan tempat air di kulkas dan dispenser
• Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air
• Melakukan kegiatan 4M plus
• Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
10
• Perilaku kesehatan
• Tidak menggantung baju bekas pakai yang dapat menjadi sarang nyamuk
11
klinis pasien tidak membaik, dan dipertimbangkan transfusi bila diduga ada perdarahan internal.
Pengobatan medikamentosa yang diberikan pada pasien ini berupa paracetamol bila pasien demam,
dan pemberian antibiotik sebagai profilaksis terhadap infeksi sekunder.
12
Kesimpulan dan Saran
• Anak dengan kesadaran compos mentis namun tensi rendah, nadi cepat dan isi kurang
merupakan klinis syok
• Pentingnya pengukuran tensi pada anak dengan klinis syok untuk menentukan syok
terkompensasi/ dekompensasi
• Pemantauan ketat pasien Dengue tidak hanya saat fase kritis yang umum yaitu 3-6 hari,
namun diperlukan juga observasi setelah hari ke-6 bila klinis masih belum baik
• Pelaporan kasus DSS ke dinas kesehatan untuk mencegah kenaikan angka kejadian kasus
13
14
15