You are on page 1of 16

LAPORAN KASUS

DENGUE SHOCK SYNDROME

Oleh:
dr. Amelia Pungky

Dokter Pendamping:
dr. Hj. Titin Ning Prihatini, MH
Dokter Pembimbing:
dr. Ike Dwi Wahyuni, Sp.A

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN INDRAMAYU
2017
PORTOFOLIO KASUS

Nama Peserta: dr. Amelia Pungky


Nama Wahana: RSUD Indramayu
Topik : Dengue Shock Syndrome
Tanggal (kasus) : 3 juli-8 juli 2017
Tanggal Presentasi : 9 Oktober 2017 Pendamping : dr. Hj. Titin Ning Prihatini, MH
Tempat Persentasi : RSUD Indramayu
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Pasien datang dibawa ibunya dengan keluhan badannya teraba dingin sejak … jam SMRS. 3 hari
sebelumnya pasien demam tinggi mendadak disertai mual dan tidak nafsu makan.
Tujuan:
1. Mengetahui diagnosis DSS, dan pencegahan DBD.
2. Mengetahui PHBS dan penyakit berbasis lingkungan.
Bahan Bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos
Data Pasien: Nama: An. M.R, Laki-laki, 9 tahun No.Registrasi: 316528
Nama klinik IGD RSUD Indramayu
Data utama untuk bahan diskusi:
Keterangan Umum
 Nama : An. M.R
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 9 tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Paoman

1
Gambaran Klinis
Keluhan utama: Demam

Riwayat penyakit sekarang


Pasien dibawa ke IGD RSUD Indramayu 1 hari yang lalu karena badannya terasa dingin.Saat
bangun pagi, hanya tangan dan kaki yg teraba dingin, namun sejak 2 jam SMRS, seluruh tubuhnya
teraba dingin. Sejak 3 hari sebelumnya, pasien mengalami demam tinggi yang naik turun disertai
mual. Sebelumnya sejak 3 hari yang lalu pasien mengalami panas badan yang mendadak tinggi. Panas
badan turun selama 4-5 jam setelah pemberian paracetamol, namun setelah itu demam kembali tinggi.
Saat hari ke-4, demam turun namum pasien mulai terlihat sangat lemas, berkeringat, badannya teraba
dingin, dan pasien terlihat sesak. BAK terakhir 3 jam SMRS, warna kuning pekat.
Keluhan disertai mual, tidak nafsu makan, nyeri kepala, serta pegal-pegal badan. Keluhan
tidak disertai adanya mimisan, gusi berdarah, bercak merah di mata, lengan, dan tungkai, juga tidak
disertai BAB hitam dan muntah darah. Keluhan tidak disertai nyeri perut kanan atas, nyeri ulu hati,
ataupun perut pasien yg terlihat membesar.
Keluhan tidak disertai batuk, pilek, mencret atau sulit BAB, kejang, kaku di daerah tengkuk,
ataupun BAK coklat seperti air teh. Pasien tidak memiliki riwayat habis berpergian ke daerah endemis
malaria.
Selama 3 hari demam pasien hanya baru diberikan paracetamol oleh ibu nya. Riwayat trauma
disangkal. Pasien tidak memiliki alergi obat.
Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap, dan mengikuti imunisasi ulangan di sekolah. Pasien
diberikan ASI hanya 3 bulan, kemudian diberi susu formula. Riwayat MP-ASI pasien normal hingga
pasien bisa makan makanan keluarga diumur 1 tahun. Riwayat perkembangan pasien normal, pasien
bisa berjalan usia 14 bulan, mulai bisa bicara sejak usia 12 bulan.
Riwayat keluhan serupa di keluarga tidak ada, namun terdapat riwayat keluhan serupa pada
tetangga yaitu sebanyak 2 orang dirawat karena demam berdarah.
Orang tua os mengatakan tempat penampungan air di rumah seminggu sekali dikuras,. Namun
di sekitar rumah banyak sampah dan banyak barang bekas yang dapat menampung air. Lingkungan
tempat tinggal pasien tergolong padat penduduk.
1. Riwayat pengobatan:
Pasien diberi obat penurun panas yaitu paracetamol oleh ibunya. Keluhan demam turun 4-5 jam
namun kemudian naik kembali.

2
2. Riwayat Penyakit Dahulu:
Belum pernah mengalami keluhan seperti ini.
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :
Kehamilan
Perawatan antenatal : Teratur, setiap 2 bulan ke bidan, dan diakhir kehamilan 2 minggu sekali
Penyakit kehamilan : Tidak ada
Kelahiran
Tempat kelahiran : Di rumah
Penolong persalinan : Bidan
Cara persalinan : Spontan
Masa gestasi : 9 bulan
Keadaan bayi : Langsung menangis
Berat badan lahir : 3700gram
Panjang badan lahir : 48cm
Kejang : ( - ), langsung menangis
Kelainan bawaan : (-)
4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
Psikomotor
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 7 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 12 bulan
Berlari : 18 bulan
Berbicara : 1 tahun
5. Riwayat Imunisasi:
No
. Vaksin Dasar (Usia)
1 BCG 1 bulan
2 Hepatitis B Lahir 1 bulan 6 bulan -

3
3 Polio Lahir 2 bulan 4 bulan 6 bulan
4 DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
5 Campak 9 bulan
6. HiB -
7 MMR -
8 Tifoid -
9 Hepatitis A -
10 Varisela -

6. Riwayat penyakit yang pernah diderita:


PENYAKIT UMUR PENYAKIT UMUR Penyakit Umur

Diare 7 bulan, 2 Morbili - Kejang -


tahun
Otitis - Parotitis - Cacingan -
Radang Paru - Demam Berdarah - Ginjal -
Tuberkulosis - Demam Tifoid - Difteri -
Darah - Operasi - Kecelakaan -
Jantung - Alergi - Lain-lain -

7. Data Perumahan
Kepemilikan rumah : Rumah sendiri
Keadaan rumah : Memiliki 4 jendela, terdapat 1 kamar yang tidak memiliki jendela
Keadaan lingkungan : tempat penampungan air terbuka, banyak sampah bekas botol yang
menampung air.

4
PEMERIKSAAN UMUM
Status Generalis
• Keadaan umum : Tampak sakit Berat
• Kesadaran : E3M5V4
• Tanda vital : - Frekuensi nadi : 110x / menit, kecil, dalam, isi kurang
- Frekuensi napas : 27 x / menit
- Suhu aksila : 36.0 0C
• Berat badan : 34 kg
• Panjang badan : 120 cm
Pemeriksaan Sistemik :
• Kepala : Rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar
cekung (-)
• Mata : Cekung (-/-), konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-), subkonjungtival bleeding
(-) pupil bulat dan isokor (+/+)
• Telinga : Sekret (-/-)
• Hidung : sekret (-), epistaksis (-)
• Mulut : Sianosis perioral (-), bentuk normal, tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
faring tidak hiperemis, ginggival bleeding (-)
• Leher : Bentuk normal, kelenjar getah bening tidak teraba membesar
• Toraks :
Paru-paru
- Inspeksi : Tampak simetris dalam keadaan diam dan pergerakan napas.
- Palpasi : Taktil fremitus normal
- Perkusi : dull dari ICS VII kebawah
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronki basah halus di basal paru +/+ -, wheezing -/-.
Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus kordis
- Palpasi : Dalam batas normal
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

5
Abdomen
- Inspeksi : cembung, lingkar perut 84cm
- Palpasi : agak tegang
- Perkusi : shifting dullness (+)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal.
• Anus dan rektum : dalam batas normal
• Ekstremitas : akral dingin, CRT > 2”, konvalesen rash (+)
• Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
• Refleks : Reflek fisiologis dan patologis tidak tampak kelainan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 3/7/17 4/7/17 5/7/17 6/7/17 7/7/17

Hb 19,1 14.2 12.0 12.4 13.4

Ht 53 42.3 35.9 36.8 40.6

Eritrosit 6.6 5.0 4.2 4.3 4.7

Leukosit 9.300 7.100 5.000 6.500 7.500

Trombosit 84.000 48.000 31.000 55.000 193.000

MCV 84.0 84.0 84.0 85.0 85.0

MCH 28.6 23.8 28.3 28.7 28.3

MCHC 33.9 33.6 33.5 33.8 33.1

Hitung Jenis 2.9/0.7/67.9/14.8/13.7

DIAGNOSIS KERJA
DSS / DHF grade III

6
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
• O2 via nasal kanul 2 liter/menit
• IVFD RL 20 ml/kgBB bolus secepatnya  680cc
• Bila syok teratasi diturunkan menjadi 10ml/kgBB/jam selama 2 jam, setelah tanda vital stabil,
turunkan bertahap menggunakan cairan koloid yaitu HES 10 ml/kgBB/jam selama 1 jam, 7
ml/kgBB/jam selama 1 jam berikutnya, kemudian 5 ml/kgBB/jam, 3ml/kgBB/jam, dan
1,5ml/kgBB seterusnya. Lepas infus 24-48 jam setelah syok teratasi.
• Bila tidak teratasi periksa hematokrit. Jika Ht meningkat bolus ke 2 dengan RL 10-20 ml/kgBB
selama 60 menit, jika membaik turunkan menjadi 10ml/kgBB selama 1-2 jam, setelah tanda
vital stabil, turunkan bertahap 7 ml/kgBB selama 2 jam, 5 ml/kgBB selama 4 jam, dan 3
ml/kgBB/jam.
• Observasi keadaan umum, tanda vital dan akral per 15 menit hingga stabil, observasi sesak dan
ronkhi di paru sebagai tanda overload cairan
• Periksa hematologi rutin per 3 jam
• Konsul ahli gizi
• Konsul SpA
• Edukasi
• Menutup tempat penampungan air
• Menguras tempat penampungan air seminggu sekali
• Membuang dan mengubur barang bekas seperti botol dan plastik yang dapat menampung air.
Medikamentosa
• Paracetamol sirup 3 x 1 tablet, prn bila demam
• Ceftriaxone 2 x 1 gram

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia Ad bonam
Quo ad functionam : Dubia Ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia Ad bonam

7
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO:
Subjektif
Pasien datang dibawa oleh orangtuanya ke IGD RSUD Indramayu dengan keluhan tubuh nya
teraba dingin. Sebelum masuk rumah sakit. Menurut ibunya, pasien demam sejak 3 hari yang lalu
yang mendadak tinggi disertai mual, nyeri kepala, dan pegal-pegal badan. Keluhan tidak disertai
kejang atau BAK yang menjadi sedikit. Tidak terjadi perdarahan pada pasien seperti mimisan, gusi
berdarah, bercak merah di mata, lengan, dan tungkai, juga tidak disertai BAB hitam dan muntah
darah. Keluhan juga tidak disertai nyeri perut kanan atas, nyeri ulu hati, ataupun perut pasien yg
terlihat membesar.
Selama demam 3 hari dirumah, pasien hanya diberikan paracetamol oleh ibu. Namun 4 jam
setelah pemberian paracetamol demam kembali naik. Pada saat hari ke 4, saat pagi hari pasien sudh
tidak demam, namun kaki tangannya mulai terasa dingin. Hingga siang dan sore hari, badan pasien
menjadi makin terasa dingin sehingga ibu khawatir dan langsung membawa pasien ke IGD.
Orang tua pasien mengatakan tempat penampungan air di rumah jarang dikuras dan tidak
ada penutupnya, serta di sekitar rumah banyak sampah dan banyak barang bekas yang dapat
menampung air. Lingkungan tempat tinggal pasien pun tergolong padat penduduk. Riwayat keluhan
serupa pada tetangga yaitu sebanyak 2 orang dirawat karena demam berdarah.
Pasien tidak memiliki riwayat berpergian ke daerah endemia malaria, tidak ada makanan
yang dicurigai kotor sebelum timbulnya demam. Riwayat imunisasi lengkap, serta pertumbuhan dan
perkembangan pasien dalam batas normal.
Berdasarkan anamnesis, pasien menunjukkan gejala 2 gejala klinis khas infeksi dengue yaitu
demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, dan terus-menerus, serta nyeri kepala dan mialgia.
Keluhan klinis ini didukung degan kondisi pasien saat datang dengan tubuhnya yang teraba dingin
pada hari ke-4 yaitu di fase kritis yang menandakan pasien mengalami syok akibat infeksi dengue.
Objektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi pasien cepat, lemah, isi kurang. Pada ekstremitas
ditemukan akral dingin dan CRT>2 detik. Dari hasil laboratorium didapatkan adanya
trombositopenia dan adanya hemokonsentrasi yang menandakan adanya kebocoran plasma.
Assessment
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakan
diagnosis pasien adalah DHF/DBD grade III (DSS).

8
SINDROM SYOK DENGUE
Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah jenis syok hipovolemik akibat infeksi virus dengue. Tahap
ini merupakan tahap paling bahaya diantara semua derajat infeksi dengue, sehingga memerlukan
penatalaksanaan yang tepat dan cepat. Infeksi virus dengue sendiri merupakan masalah kesehatan
global dengan peningkatan angka kejadian tiap tahunnya dan menimbulkan kematian sebesar 1%
dari semua kasus. Di Indonesia infeksi virus dengue dikategorikan sebagai kategori endemik A
(endemik tinggi).
Etiologi
Virus dengue termasuk family Arbovirus (arthropod-borne virus) yang secara primer
menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk spesies Aedes. Infeksi virus dengue disebabkan oleh
dalah satu dari serotype virus dengue (DENV) yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, DAN DENV-4.
Infeksi primer dengue adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang belum pernah terinfeksi virus
dengue sebelumnya. Infeksi sekunder dengue terjadi pada pasien yang telah terinfeksi virus dengue
sebelumnya.
Diagnosis
Gejala klinis sindrom syok dengue ditegakkan bila memenuhi kriteria klinis DBD serta
ditemukannya gejala syok hipovolemik yang terkompensasi maupun yang dekompensasi.
Gejala klinis demam berdarah dengue meliputi:
• Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus, bifasik
• Manifestasi perdarahan baik spontan seperti ptekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis, dan atau melena; maupun berupa uji tourniquet positif
• Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital
• Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau di sekitar rumah
• Leukopenia <4.000/mm3
• Trombositopenia <100.000/mm3
• Hepatomegali
• Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu:
• peningkatan hematokrit >20% dari pemeriksaan awal atau dari data populasi menurut umur
• ditemukan adanya efusi pleura, asites
• hipoalbuminemia, hipoproteinemi

9
• Apabila ditemukan dua atau lebih manifestasi klinik + perembesan plasma +
trombositopenia  diagnosis kinis demam berdarah dengue ditegakkan
Tanda dan gejala syok terkompensasi atau DBD derajat 3, antara lain:
• Takikardia
• Takipnea
• Tekanan nadi (sistolik-diastolik) <20mmHg
• CRT >2 detik
• Kulit dingin
• Urine output menurun <1 ml/kgBB/jam
• Anak gelisah
Pada tahapan syok lebih lanjut yaitu syok dekompensasi, didapatkan tanda dan gejala
sebagai berikut:
• Takikardia
• Hipotensi (sistolik dan diastolik menurun)
• Pernapasan Kussmaull atau takipneu
• Sianosis
• Kulit lembab dan dingin
• Profound shock: nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur

Pencegahan
Pencegahan DBD spesifik untuk pasien dan lingkungannya
• Ventilasi yang kurang di ruang rumah:
• Membuat ventilasi baru di kamar
• Membuka jendela di bagian rumah lain agar rumah terang dan tidak lembab
• Memasang kawat kasa dengan diameter terkecil pada lubang ventilasi
• Lingkungan sekitar rumah banyak sampah yang bisa menampung air
• Membuang dan mengubur barang bekas secara teratur
• Membersihkan tempat air di kulkas dan dispenser
• Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air
• Melakukan kegiatan 4M plus
• Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk

10
• Perilaku kesehatan
• Tidak menggantung baju bekas pakai yang dapat menjadi sarang nyamuk

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui
pendekatan advokasi, bina suasana, dan gerakan masyarakat sehingga dapat menerapkan cara-cara
hidup dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat republik
Indonesia.
Sasaran program PHBS mencakup 5 tatanan yaitu: tatanan rumah tangga, institusi pendidikan,
tempat kerja, tempat umum, dan sarana kesehatan. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga
menurut Depkes RI 2006 antara lain:
• Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
• Bayi diberi ASI eksklusif
• Memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan
• Ketersediaan air bersih
• Ketersediaan jamban sehat
• Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni
• Lantai rumah bukan tanag
• Tidak merokok di dalam rumah
• Melakukan aktifitas fisik setiap hari
• Makan buah dan sayur setiap hari
Plan
- Pengobatan
Pengobatan pada pasien ini meliputi pengobatan non-medikamentosa dan pengobatan
medikamentosa. Pengobatan non-medikamentosa terpenting pada pasien ini adalah rehidrasi cairan.
Rehidrasi cairan diberikan berupa kristaloid sebanyak 20cc/kgBB bolus secepatnya, yang dilanjutkan
dengan penurunan julah cairan menjadi 10cc/kgBB, 7cc/kgBB, 5cc/kgBB, 3cc/kgBB dan akhirnya
cairan rumatan 1,5cc/kgBB bila klinis pasien makin membaik. Namun bila klinis pasien memburuk,
bolus kristaloid 20cc/kgBB dapat diulang yang selanjutnya, dilanjutkan dengan cairan koloid bila

11
klinis pasien tidak membaik, dan dipertimbangkan transfusi bila diduga ada perdarahan internal.
Pengobatan medikamentosa yang diberikan pada pasien ini berupa paracetamol bila pasien demam,
dan pemberian antibiotik sebagai profilaksis terhadap infeksi sekunder.

Konseling dan Edukasi


1. Penjelasan mengenai edukasi, diagnosis, komplikasi, prognosis, dan rencana tatalaksana
2. Penjelasan mengenai jumlah cairan yang dibutuhkan oleh anak
3. Penjelasan mengenai diet nutrisi yang perlu diberikan
4. Penjelasan mengenai cara minum obat
5. Penjelasan mengenai upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk memberantas penyebaran
DBD, seperti:
• Menutup tempat penampungan air
• Menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, air tempat minum burung, vas bunga,
tempat air kulkas, dan tempat air dispenser 1 minggu sekali
• Menimbun barang bekas dan sampah dan yang dapat menjadi tempat genangan air
• Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang dikuras
• Memelihara ikan pemakan jentik sebagai pengontrol vector
• Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan karena dapat menjadi sarang nyamuk.
• Penyemprotan (fogging)
• Kerjabakti berkala untuk melaksanakan kegiatan 4M plus :
▫ Menguras wadah air, seperti bak mandi, tempayan, ember, vas bunga, tempat minum
burung, dan penampung air kulkas agar telur dan jentik mati
▫ Menutup rapat semua wadah air agar nyamuk tidak dapat masuk dan bertelur
▫ Mengubur atau memusnahkan semua barang bekas yang dapat menampung air hujan
agar tidak menjadi sarang dan tempat bertelur nyamuk
▫ Memantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat nyamuk berkembang biak
▫ Tidak menggantung baju, menghindari gigitan nyamuk, membubuhkan bubuk abate,
dan memelihara ikan bila perlu sebagai pengontrol vektor

12
Kesimpulan dan Saran
• Anak dengan kesadaran compos mentis namun tensi rendah, nadi cepat dan isi kurang 
merupakan klinis syok
• Pentingnya pengukuran tensi pada anak dengan klinis syok untuk menentukan syok
terkompensasi/ dekompensasi
• Pemantauan ketat pasien Dengue tidak hanya saat fase kritis yang umum yaitu 3-6 hari,
namun diperlukan juga observasi setelah hari ke-6 bila klinis masih belum baik
• Pelaporan kasus DSS ke dinas kesehatan untuk mencegah kenaikan angka kejadian kasus

13
14
15

You might also like