Professional Documents
Culture Documents
Tugas Arni
Tugas Arni
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Belajar adalah proses untuk memperoleh sesuatu pengalaman atau
pengetahuan yang baru yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan dan
memajukan kehidupannya. Proses berpindahnya informasi atau pengetahuan dari
satu orang ke orang yang lain sering disebut dengan proses belajar mengajar.
Sebelum psikologi memasuki lapangan pendidikan, banyak orang
beranggapan bahwa penguasaan mengenai bahan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta didik merupakan satu-satuya syarat yang harus dipenuhi bagi guru.
Akan tetapi dengan terjadinya perkembangan yang luas dalam lapangan ilmu
pengetahuan psikologi, anggapan itu mulai mengalami perubahan. Perubahan itu
mulai timbul pada abad ke-19 dimana orang menyadari bahwa pengetahuan secara
mendalam mengenai mata pelajaran yang diberikan belum cukup untuk menjadi
guru yang baik, disamping itu dibutuhkan pula pengetahuan pelengkap untuk
penjadi guru yang profesional, salah satunya adalah psikologi.
Pengetahuan yang bersifat psikologis mengenai peserta didik akan
menjadikan guru mengetahui hakikat gejala-gejala kejiwaan, perkembangan, dan
bakat peserta didik. Serta dapat menambah hasil guna dan tepat guna, karena
dapat menciptakan keserasian antara pengajar dan peserta didik.
Guru matematika yang mempelajari bagian ini akan sangat berguna dalam
meningkatkan kemampuan dirinya sebagai guru matematika yang profesional dan
kompeten, salah satu ciri pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya
didasarkan pada suatu teori psikologi belajar yang saat ini masih dikembangkan
oleh ahli pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari rumusan ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dari Teori Van Hiele ?
2. Apa yang dimaksud dari Teori Frudenthal ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa-apa saja yang terdapat dalam setiap teori tersebut.
2. Mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari setiap teori yang ada.
3. Mengetahui manfaat dari setiap teori-teori tersebut
B. TEORI FRUDENTHAL
1. Teori Pembelajaran Menurut Frudenthal
Hans Freudenthal adalah seorang ahli psikologi yang memperkenalkan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) atau disebut juga Realistic
Mathematics Education (RME) merupakan teori pembelajaran matematika yang
mengatakan bahwa matematika mer upakan proses insani dan harus dikaitkan
dengan realitas. Freudenthal berpendapat bahwa peserta didik tidak dapat
dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi. Pendidikan
matematika harus diarahkan pada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan
yang memungkinkan peserta didik menemukan kembali (rein- vention)
matematika berdasarkan usaha mereka sendiri. Pembelajaran matematika dengan
pendekatan realistik juga memberikan peluang pada siswa untuk aktif
mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dalam menyelesaikan suatu masalah
yang dimulai dari masalah-masalah yang dapat dibayangkan oleh peserta didik,
peserta didik diberi kebebasan menemukan strategi sendiri, dan secara
perlahan-lahan pendidik membimbing peserta didiknya menyelesaikan masalah
tersebut secara matematis formal melalui matematisasi horizontal dan vertikal
menurut pendapat frudenthal.
10 | P s i k o l o g i P e m b e l a j a r a n M a t e m a t i k a
b. Pembukaan
Pada bagian ini peserta didik diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata kemudian
peserta didik diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka
sendiri.
c. Proses pembelajaran
Peserta didik mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara
kelompok. Pendidik mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan
sambil mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan strategi terbaik serta
menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.
d. Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi
kelas, peserta didik diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu.
11 | P s i k o l o g i P e m b e l a j a r a n M a t e m a t i k a
Teori ini dipandang terlalu subjektif dan kurang sosial, sehingga faktor
masyarakat dan lingkungan kurang diperhatikan dalam proses pengembangan
intelektual seorang anak.
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky (dalam Ibrahim,1999: 18) berpendapat
bahwa proses pembentukan dan pengembangan pengetahuan anak tidak terlepas
dari faktor interaksi sosialnya. Melalui interaksi dengan teman dan
lingkungannya, seorang anak terbantu perkembangan intelektualnya.
c. Teori Ausubel
Ausubel, Noval dan Hanesian menggolongkan belajar atas dua jenis yaitu
belajar menghafal dan belajar bermakna (Suparno, 1997: 53). Menur ut Nur
(1999: 38) belajar menghafal mengacu pada penghafalan fakta-fakta atau
hubungan-hubungan, misal tabel perkalian dan lambang- lambang atom kimia.
Sedangkan menurut Ausubel belajar dikatakan bermakna jika informasi yang akan
dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitifnya sehingga siswa
tersebut mengkaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimilikinya (Hudojo, 1988: 61).
d. Teori Burner
Burner (dalam Hudojo, 1988: 56) berpendapat bahwa belajar matematika
adalah belajar tentang konsep-konsep dan str uktur-struktur serta mencari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Menurut Bruner
pemahaman konsep beserta strukturnya menjadikan materi itu lebih mudah
diingat dan dapat dipahami lebih komprehensif.
12 | P s i k o l o g i P e m b e l a j a r a n M a t e m a t i k a
b. Guru memeriksa hasil pekerjaan siswa dengan berprinsip pada
penghargaan terhadap keberagaman jawaban dan kontribusi siswa.
c. Guru menyuruh siswa untuk menjelaskan temuannya di depan kelas.
d. Dengan tanya jawab, guru mungkin perlu mengulang jawaban siswa
terutama jika ada pembiasan konsep.
e. Guru baru menunjukkan langkah formal yang diperlukan untuk
menyelesaikan soal tersebut. Bisa didahului dengan penjelasan tentang materi
pendukungnya.
Pembelajaran matematika realistik diawali dengan dunia nyata, agar dapat
memudahkan siswa dalam belajar matematika, kemudian siswa dengan bantuan
guru diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika.
C. TEORI CONFREY
1. Teori Pemblajaran Matematika menurut Confrey
Confrey (Erna suwangsih: 12)adalah seorang ahli psikologi yang berasal dari
aliran kontruktivisme yang berkontribusi dalam dunia pendidikan, menawarkan
suatu powerfull construc- tion dalam matematika. Dalam mengkonstruksi ia
mengidentifikasikan sepuluh karakteristik powerfull construction berpikir peserta
didik. Powerfull constructiontersebut ditandai oleh:
a. Sebuah struktur dengan ukuran kekonsistenan internal.
b. Suatu keterpaduan antar bermacam – macam konsep.
c. Suatu kekonvergenan diantara aneka bentuk dan konteks.
d. Kemampuan untuk merefleksikan dan menjelaskan.
e. Sebuah kesinambungan sejarah.
f. Terikat kepada bermacam-macam sistem simbol.
g. Suatu yang cocok dengan pendapat experts (ahli).
h. Suatu yang potensial untuk bertindak sebagai alat untuk konstruksi lebih
lanjut.
i. Sebagai petunjuk untuk tindakan selanjutnya.
j. Suatu kemampuan untuk menjustifikasi dan mempertahankan.
13 | P s i k o l o g i P e m b e l a j a r a n M a t e m a t i k a
Semua ciri powerful di atas dapat digunakan secara efektif dalam proses
belajar mengajar dikelas. Oleh karena itu pandangan siswa tentang “kebenaran”
ketika siswa belajar matematika perlu mendapat pengawasan ahli dan masyarakat
menjadi tidak lengkap.
Salah satu yang mendasar dalam pembelajaran matematika menurut
konstruktivis adalah suatu pendekatan dengan jawaban tak terduga sebelumnya
dengan suatu ketertarikan yang cerdik dalam mempelajari karakter, keaslian,
cerita dan implikasinya.
Dengan demikian disini pendidik dituntut senantiasa bereksplorasi dalam
mengelola pembelajaran, mengemas sajian materi pada buku teks sedemikian rupa
sehingga menarik bagi peserta didik dan bertindak sebagai fasilitator dan mediator
dalam pembelajaran yang dikelolanya. Salah satu prinsip yang paling penting
dalam psikologi pendidikan adalah pendidik tidak hanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada peserta didik tetapi peserta didik harus
membangun pengetahuan sendiri dalam benaknya. Dalam proses ini pendidik
dapat membantu dengan cara-cara mengajar sehingga informasi menjadi sangat
bermakna dan sangat relevan bagi peserta didik, dengan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya,
mengajak peserta didik agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-
strategi mereka sendiri untuk belajar. “Teori Konstruktivis memandang peserta
didik terus-menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan
aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan itu jika tidak sesuai lagi”.
14 | P s i k o l o g i P e m b e l a j a r a n M a t e m a t i k a
Implementasi (Erna suwangsih: 14) pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran meliputi 4 tahap yaitu:
a. Apersepsi
b. Eksplorasi
c. Diskusi dan penjelasan konsep serta
d. Pengembangan dan aplikasi
Tahap pertama,
Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan
pertanyaan pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering ditemui sehari-
hari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas.
Tahap kedua,
Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep
pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan
yang telah dirancang guru. Kemudian secara berkelompok didiskusikan dengan
kelompok lain. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan
siswa tentang fenomena alam di sekelilingnya
Tahap ketiga,
Saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
observasinya ditambah dengan penguatan dari guru, maka siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak
ragu– ragu lagi tentang konsepsinya.
Tahap keempat,
Guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan
siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan
atau pemunculan dan pemecahan masalah–masalah yang berkaitan dengan isu–
isu di lingkungannya.
Dalam pembelajaran matematika beberapa ahli konstruk-tivisme telah
menguraikan indikator belajar mengajar berdasarkan konstruktivisme. Confrey
menyatakan: “sebagai seorang kontruk-tivisme ketika saya mengajarkan
15 | P s i k o l o g i P e m b e l a j a r a n M a t e m a t i k a
matematika, saya tidak mengajarkan siswa tentang struktur matematika yang
obyeknya ada di dunia ini. Saya mengajar mereka, bagaimana mengembangkan
kognisis mereka, bagaimana melihat dunia melalui sekumpulan lensa kuantitatif ”.
Hal ini mencerminkan bahwa matematika hanyalah sebagai alat untuk berfikir,
focus utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk berfikir
mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli – ahli
sebelumnya.
16 | P s i k o l o g i P e m b e l a j a r a n M a t e m a t i k a
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan :
a. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis pembelajaran dan jenjang
pendidikan.
b. Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip
yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atau sejumah fakta dan
penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar .
Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang membangun konsep-
konsep, prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui
proses-proses yang ada sehingga prinsip atau konsep itu terbangun kembali dan
transformasi dan informasi yang diperoleh menjadi konsep atau prinsip baru.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan mengenai pembelajaran matematika
hendaknya pendidik tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada
peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan dalam
benaknya. pendidik hanya membantu agar informasi menjadi lebih bermakna dan
relevan bagi peserta didik tersebut.
17 | P s i k o l o g i P e m b e l a j a r a n M a t e m a t i k a
DAFTAR PUSTAKA
18 | P s i k o l o g i P e m b e l a j a r a n M a t e m a t i k a