Professional Documents
Culture Documents
Chapter II - PDF Jsessionid PDF
Chapter II - PDF Jsessionid PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tumor ganas (neoplasma) secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Dengan
kata lain, neoplasma merupakan massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal
meskipun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti (Kumar et
al, 2007). Tumor ganas (kanker) laring merupakan suatu neoplasma yang
ditandai dengan sebuah tumor yang berasal dari epitel struktur laring (Kamus
Saku Mosby, 2008).
d. Merokok
Sebagian besar (88-89%) penderita tumor ganas laring adalah perokok.
Kebiasaan merokok merupakan hal penting yang dapat meningkatnya risiko
terjadinya tumor ganas laring. Peningkatan itu juga tergantung dari lama dan
intensitas seseorang itu merokok (Ramroth, 2011; Rothman, 1980 dalam Adams,
2005; dan Lee, 2009). La Vecchia (1990) dalam Adams (2005) menyebutkan
bahwa merokok dengan >22 mg tar memiliki insidensi 2 kali lebih tinggi
menderita kanker laring dibandingkan dengan orang yang tidak merokok atau
perokok dengan tar yang rendah. Kandungan yang terdapat dalam rokok
merupakan bahan karsinogenik. Berdasarkan Brunneman dan Hoffman (1992)
dalam World Health Organization International Agency for Research on Cancer
(IARC, 2007) telah menyebutkan bahwa terdapat 28 jenis bahan karsinogen yang
terkandung dalam rokok.
Secara garis besar terdapat tiga jenis nitroso dalam rokok, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Non-volatile TSNA ( Tobacco-Specific N-nitrosamin Acids) yang terdiri atas
4-(methylnitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1-butanon (NNK) dan N2-
nitrosonornicotine (NNN).
2) N-nitrosamino acids yang terdiri dari N-nitrososarcosine (NSAR), 3
(methylnitrosamino) propionic acids (MNPA) dan 4-(methylnitrosamino)
butyric acids (MNBA).
3) Volatile N-nitrosamin yang terdiri atas N-nitrosodimethylamine (NMDA),
N-nitrosopyrrolidine (NPYR), N-nitrosopiperidine (NPIP) dan N-
nitrosomorpholine (NMOR).
Kandungan lain yang terdapat dalam rokok diantaranya adalah benzene,
arsenik, dan hidrokarbon. Selain dari kandungan rokok tersebut, bahan
karsinogenik juga dihasilkan dari pembakaran rokok (tembakau) oleh para
perokok aktif diantaranya adalah nikotin, karbon monoksida, hydrogen sianida
dan ammonia. Pemaparan bahan-bahan tersebut baik pada perokok aktif maupun
pasif dapat menyebabkan kerusakan dari mukosa laring dimana sel-selnya akan
bermetaplasia dan akan berkembang kearah keganasan. Hal tersebut akan
meningkat jika seseorang juga mengkomsumsi alkohol.
e. Alkohol
Alkohol bukan merupakan faktor risiko tunggal yang menyebabkan
terjadinya kanker laring, namun kombinasi antara penggunaan rokok dan
konsumsi alkohol serta faktor lain yang memicu terjadinya karsinogenik memiliki
risiko tinggi terjadinya kanker laring (American Cancer Society, 2011). Sebuah
penelitian di Perancis menunjukkan bahwa peningkatan terjadinya tumor ganas
laring dijumpai pada perokok dengan peminum alkohol (anggur) lebih dari 1,5 L
per hari ( Andrew, 1995)
f. Virus
Berdasarkan Heller dalam Ballenger (1977), virus dapat menyebabkan
terjadinya kanker. Infeksi virus tersebut tidak secara langsung menyebabkan
kanker laring namun menyebabkan kanker secara umum. Pada awalnya virus akan
melekatkan dirinya dalam mekanisme genetik sel yang abnormal dan akan
memodifikasinya menjadi sel yang abnormal. Kemudian virus yang dorman dan
bersembunyi didalam sel akan teraktivasi jika terpapar agen eksternal seperti X-
rays sehingga sel akan tumbuh menjadi malignan.
g. Paparan terhadap substansi (bahan) berbahaya dilingkungan kerja.
Bahan karsinogen yang berhubungan dengan terjadinya kanker laring dapat
berupa asbestos, komponen nikel, dan beberapa minyak mineral, radiasi (Adams,
2005). Penelitian di Italia disebutkan bahwa, Serbuk kaca juga dapat
meningkatkan angka kematian pada penderita kanker laring (Bertazzi, 1980 dalam
Adams, 2005).
2.5.3. Subglottis
Tumor subglottis tumbuh lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas pita suara
asli sampai batas inferior krikoid. Tumor yang menyeberangi ventrikel dan
mengenai pita suara asli dan pita suara palsu ataupun meluas ke subglottis lebih
dari 10 mm merupakan tumor ganas transglottis (Hermani dan Abdurrachman,
2007).
2.6. Diagnosis Tumor Ganas Laring
2.6.1. Anamnesis
Anamnesis mengenai perjalanan penyakit dan faktor-faktor yang diduga
sebagai penyebab terjadinya tumor ganas laring seperti merokok, konsumsi
alkohol serta faktor lain seperti usia, jenis kelamin dan riwayat pekerjaan (Lee,
2003 dalam Sofyan, 2011).
2.7.3. Sarkoma
Keganasan yang berasal dari pertumbuhan sel mesenkim ini sangat jarang
terlihat. Sarkoma yang paling sering terjadi adalah kondrosarkoma.
Kondrosarkoma laring ini muncul paling sering dari kartilago krikoid dan massa
submukosa glottis posterior. Diagnosis keduanya sangat sulit.
Kondrosarkoma memiliki sifat yang non-agresif sehingga terapinya dapat
dilakukan pembedahan parsial laring. Radiasi secara umum tidak efektif untuk
kondrosarkoma (Concus et al, 2008).
2.7.4. Neoplasma lain
Tumor lain yang dapat terjadi pada laring diantaranya adalah tumor
neuroendokrin seperti tumor karsinoid, limfoma dan metastasis dari tumor primer
lain. Tumor ganas tiroid dapat menginvasi laring dengan atau tanpa paralisis pita
suara (Concus et al, 2008).
Subglottis
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Tumor terbatas pada subglotis.
T2 : Tumor meluas ke pita suara dengan mobilitas normal atau terdapat
gangguan.
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara.
T4 : Tumor menginvasi krikoid atau tulang rawan tiroid dan/ atau meluas
ke jaringan lain selain laring: trakea, jaringan lunak leher, tiroid,
esofagus.
Penjalaran ke Kelenjar Limfa (N)
Nx : Kelenjar limfa regional tidak teraba.
N0 : Tidak ada metastasis regional/ secara klinis tidak teraba.
N1 : Metastasis pada satu kelenjar limfa ipsilateral dengan ukuran
diameter 3 cm atau kurang.
N2a : Metastasis pada satu kelenjar limfa ipsilateral dengan ukuran
diameter lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm.
N2b : Metastasis pada multipel kelenjar limfa ipsilateral dengan diameter
tidak lebih dari 6 cm.
N2c : Metastasis bilateral atau kontralateral kelenjar limfe dengan ukuran
diameter tidak lebih dari 6 cm.
N3 : Metastasis kelenjar limfe lebih dari 6 cm.
Stadium
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III : T1, T2 N1 M0
T3 N0, N1 M0
Stadium IVA : T4 N0, N1 M0
T mana saja N2 M0
Stadium IVB : T mana saja N3 M0
Stadium IVC : T mana saja N mana saja M1
2.9. Pengobatan Tumor Ganas Laring
Manajemen pasien kanker laring perlu mempertimbangkan usia pasien,
kondisi umum, keputusan pribadi pasien, fasilitas institusi yang melakukan terapi,
lokasi dan stadium tumor. Sehingga keputusan manajemen kanker laring
melibatkan penilaian multidisiplin (Lee, 2003 dan Concus et al, 2008).
Pengobatan tumor ganas laring dapat berupa operasi, terapi radiasi atau
keduanya (Dolowitz, 1964), dapat juga dengan kemoterapi atau obat-obat
sitostatistika (Hermani dan abdurrachman, 2007).
Sebagai patokan dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi, stadium
2 dan 3 dilakukan operasi sedangkan stadium 4 dilakukan operasi dengan
rekonstruksi, bila masih memungkinkan dapat dikirim untuk mendapatkan radiasi
(Hermani dan Abdurrachman, 2007).
Pengobatan dengan operasi tergantung pada lokasi lesi primer dan stadium kanker.
a. Pengobatan Kanker Laring Stadium Awal
Kanker laring stadium awal (stadium I dan II) dapat diterapi dengan
pembedahan atau radiasi sebagai terapi single modaliti. Pada stadium ini kanker
masih memberikan respon baik terhadap radiasi, reseksi laser transoral atau
operasi laring parsial. Angka kesembuhan primer diperkirakan sekitar 80-85% dan
jika ditambahkan pengobatan lini kedua angka kesembuhan >90% (Concus et al,
2008 dan Lee, 2003).
Terapi radiasi diberikan pada penderita kanker laring glottis dan supraglottis
stadium awal. Terapi ini dilakukan lebih dari 5 sampai 8 minggu. Dengan terapi
radiasi tentu saja akan menurunkan angka kesakitan akibat operasi dan kualitas
suara yang lebih baik setelah terapi meskipun suara tidak akan kembali seutuhnya
seperti semula. Terapi radiasi ini dapat menyebabkan terjadinya kondronekrosis,
edem laring dan kadang- kadang akan menginduksi tumor yang baru (Lee, 2003).
Reseksi laser transoral menggunakan cairan mikrolaringoskop dimana tumor
direseksi dari dari laring dibawah kontrol frozen section (Lee, 2003). Operasi
laring parsial merupakan modalitas primer untuk kanker laring stadium awal
untuk beberapa tahun dengan hasil yang memuaskan, namun operasi ini memiliki
angka kegagalan yang masih tinggi tergantung dari kondisi pasien dan keahlian
dokter yang menangani (Lee, 2003).
b. Pengobatan kanker laring stadium lanjut.
Kanker laring stadium lanjut ( stadium III dan IV) dapat diterapi dengan
dual-modality yaitu terapi pembedahan dan radiasi.