You are on page 1of 6

AKAD-AKAD LAINNYA

AKAD SHARF
I. Pengertian Akad Sharf
Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran, penghindaran, atau transaksi jual beli. Sharf adalah
transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.

II. Sumber hokum


Dari Abu said al-Khudri r.a, Rasuluallah SAW bersabda:
“Transaksi pertukaran emas dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba, perak dengan perak harus sama takaran, timbanngan dan tangan ke tangan
(tunai), kelebihannya adalah riba, gandum dengan gandum harus sama takaran, timbanngan dan tangan ke
tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, tepung dengan tepung harus sama takaran, timbanngan dan tangan
ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, kurma dengan kurma harus sama takaran, timbanngan dan
tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, garam dengan garam harus sama takaran, timbanngan
dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba,” (HR. Muslim)
“Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair dengan syair, kurma
dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis secara tunai. Jika jenisnya
berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan dengan tunai.” (HR. Muslim)
“Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).” (HR. Muslim)
Terdapat 4 jenis transaksi valuta asing yaitu:
1) Transaksi “spot” yaitu transaksi pembelin dan penjualan valas dan penyerahannya pada saat itu atau
penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu 2 hari, transaksi dibolehkan secara syariah karena dianggap
tunai.
2) Transaksi “foward” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat
sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang.
3) Transaksi “swap” yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas yang sama dengan
harga foward, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.
4) Transaksi “option” yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call option) atau
hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka
waktu atau tanggal tertentu, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.

III. Rukun dan ketentuan syariah


 Rukun transaksi Shaf terdiri dari :
1. Pelaku, antara lain pembeli dan penjual
2. Objek akad berupa mata uang
3. Ijab qobul (serah terima)
 Ketentuan syariah, yaitu :
1. Pelaku harus cakap hukum dan baligh
2. Objek akad :
a. Nilai tukar atau kurs mata uang yang telah diketahui oleh kedua belah pihak.
b. Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun penjual sebelum
keduanya berpisah.
c. Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka jual
beli mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model dari mata
uang yang berbeda.
d. Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli.
e. Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang
saling dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan objek akad
dilakukan secara tunai atau dalam kurun waktu 2×24 jam (harus dilakukan seketika itu
juga dan tidak boleh diutang) dan perbuatan saling menyerahkan itu harus telah
berlangsung sebelum kedua belah pihak yang melakukan jual beli valuta itu berpisah.
3. Ijab qobul yaitu penyertaan dan ekspresi saling ridha atau rela diantara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-
cara komunikasi modern.

IV. Perlakuan Akuntansi Akad sharf


a. Jurnal saat membeli valuta asing :
Dr. Kas (Dolar) xxx
Cr. Kas (Rp) xxx
b. Jurnal saat dijual :
Dr. Kas (Rp) xxx
Dr. Kerugian* xxx
Cr. Keuntungan** xxx
Cr. Kas (Dolar) xxx
Keterangan : * jika harga beli valas lebih besar dari harga jual
** jika harga beli valas lebih kecil dari harga jual

Untuk tujuan laporan keuangan akhir periode, aset moneter (piutang dan utang) dalam satuan valuta asing akan
dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan
keuangan. Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut :
Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya :
Dr. Kerugian xxx
Cr. Piutang (valas) xxx
Dr. Utang (valas) xxx
Cr. Keuntungan xxx
Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksi, jurnal pencatatannya :
Dr. Piutang (valas) xxx
Cr. Keuntungan xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Utang (valas) xxx
AKAD WADIAH
I. Pengertian akad wadiah
Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak yang bukan pemiliknya, untuk
tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang kepada pihak
yang menerima titipan dengan catatan kapanpun titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan
kembali uang/barang titipan tersebut dan yang menjadi penjamin pengembalian barang titipan.

II. Jenis akad wadiah (PSAK59)


a. Wadiah amanah, yaitu wadiah di mana uang/barang yang dititipkan hanya boleh disimpan dan
tidak boleh didayagunakan. Contohnya: Titipan barang di pusat perbelanjaan.
b. Wadiah yadh dhamanah, yaitu wadiah di mana si penerima titipan dapat memanfaatkanbarang
titipan tersebut dengan seizing pemiliknya dan meminjam untuk mengembalikan titipan tersebut
secara utuh setiap saat, saat pemilik menghendakinya. Contohnya: Tabungan dan giro tidak
berjangka dengan akad wadiah

III. Sumber hukum


a. Al-Quran
b. As-sunah

IV. Rukun dan ketentuan syariah


Rukun wadiah ada empat, yaitu:
a. Pelaku yang terdiri dari pemilik barang/pihak yang menitip (muwaddi’) dan pihak yang
menyimpan (mustawda’)
b. Objek wadiah berupa barang yang dititipkan (wadiah)
c. Ijab kabul
Ketentuan syariah
a. Pelaku harus cakap hukum, baligh serta mampu memelihara barang titipan
b. benda yang dititipkan tersebut jelas dan diketahui spesifikasinya oleh pemilik dan penyimpan
c. pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara
verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern
V. Perlakuan Akuntansi Wadiah
Bagi pihak pemilik barang
a. Pada saat menyerahkan barang dan membayar biaya penitipan, jurnal:
Dr. Beban Wadiah xxx
Cr. Kas xxx
Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnal:
Dr. Beban Wadiah xxx
Cr. Utang xxx
b. Pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipan, jurnal:
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
Bagi pihak penyimpan barang
1. Pada saat menerima barang dan penerimaan pendapatan penitipan, jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan Wadiah xxx
2. Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnal:
Dr. Piutang xxx
Cr. Pendapatan Wadiah xxx
3. Pada saat menyerahakan barang dan menerima pembayaran kekuranag pendapatan penitipan, jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang xxx
AKAD AL-WAKALAH (DEPUTYSHIP/AGEN/WAKIL)
I. Pengertian Akad Wakalah
Al Wakalah atau Al Wikalah atau Tahwidh artinya penyerahan, pendelegasian, pemberian mandat (Sabiq,
2008). Akad Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal
yang boleh diwakilkan
II. Sumber hukum
a. Al-Quran
b. As-Sunah
III. Rukun dam ketentuan syariah
1. Pelaku

1. Pihak pemberi kuasa/pihak yang meminta diwakilkan (muwakkil), antara lain:


1) Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan;
2) Orang mukalaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni dalam hal yang
bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan
sebagainya.
2. Pihak penerima kuasa (wakil):
1. Harus cakap hukum;
2. Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya.
2. Objek yang dikuasakan/diwakilkan/taukil
a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakilkan
b. Tidak bertentangan dengan syariah islam
c. Dapat diwakilkan menurut syriah islam
d. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai
e. Kontrak dapat dilaksanakan
2. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan
secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

IV. Berakhirnya Akad Wakalah


1. Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal, karean jika terjadi salah satu syarat
wakalah tidak terpenuhi
2. Pekerjaan yang diwakilkan sudah selesai
3. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan
4. Wakil mengundurkan diri
5. Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu yang diwakilkan
V. Perlakuan Akuntansi Al-wakalah
Bagi pihak yang mewakilkan/wakil/penerima kuasa
1. Pada saat menerima imbalan tunai, jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan wakalah xxx
2. Pada saat membayar beban, jurnal:
Dr. Beban wakalah xxx
Cr. Kas xxx
3. Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun di muka, jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan wakalah diterima di muka xxx
4. Pada saat mengakui pendapatan wakalah akhir periode, jurnal:
Dr. Pendapatan wakalah diterima di muka xxx
Cr. Pendapatan wakalah xxx
Bagi pihak yang meminta diwakilkan
Pada saat membayar ujr/komisi, jurnal:
Dr. Beban wakalah xxx
Cr. Kas xxx

AKAD AL-KAFALAH (JAMINAN)


I. Pengertian akad al-kafalah
Akad kafalah adalah suatu perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi’il) kepada
pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung (makful
anhul/ashil)

II. Sumber hukum


a. Al-Quran
b. As-Sunah

III. Rukun dan ketentuan syariah


1. Pelaku
a. Pihak penjamin (kafiil)
1. Baligh (dewasa) dan berakal sehat
2. Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela dengan
tanggungan kafalah tersebut.
b. Pihak orang yang berhutang (Ashiil, Makful’anhu)
1. Sanggup menyerahkan tanggungannya (utang) kepada penjamin
2. Dikenal oleh penjamin.
c. Pihak orang yang berpiutang (mahful lahu)
1. Diketahui identitasnya
2. Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa
3. Berakal sehat.
2. Objek penjaminan (mahful bihi)
a. Merupakan tanggungan pihak/orang yang berutang, baik berupa uang, benda maupun pekerjaan.
b. Bisa dilaksanakna oleh penjamin.
c. Harus merupakan utang mengikat , yang tidak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau
dibebaskan
d. Harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya
e. Tidak bertentangan dengan syariah
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.

IV. Berakhirnya akad Al-kafalah


a. Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin, atau jika
kreditor menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada orang yang berutang.
b. Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin. Mka penjamin
juga bebas untuk tidak menjamin utang tersebut. Namun jika kreditor melepaskan jaminan dari
penjamin, bukan berarti orang yang berutang telah terlepas dari utang tersebut.
c. Ketika utang tersebut telah dialihkan (transfer utang/hawalah)
d. Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui proses arbitrase dengan kreditor
e. Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak menyetujuinya.

V. Perlakuan akuntansi Al-kalafah


Bagi pihak penjamin
1. Pada saat menerima imbalan tunai, jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Pendapatan kafalah xxx
2. Pada saat membayar beban, jurnal:
Dr. Beban kafalah xxx
Cr. Kas xxx
Bagi pihak yang meminta jaminan
Pada saat membayar beban, jurnal:
Dr. Beban kafalah xxx
Cr. Kas xxx

You might also like