Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur atas adalah bagian dari struktur yang berfungsi menerima kombinasi
pembebanan, yaitu beban mati, beban hidup, beban angin, beban gempa, dan beban
lainnya yang direncanakan. Selain itu, struktur bangunan atas harus mampu
dan kenyamanan.
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan
dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Fungsi
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri.
Salah satu jenis kolom beton bertulang yaitu kolom menggunakan pengikat
sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang
tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat
sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok
Balok merupakan bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban yang
diterima oleh plat beban balok anak, dan beban-beban lain yang bekerja di atasnya,
dan kemudian meneruskannya pada kolom. Balok terdiri dari balok induk yang
berfungsi membagi plat menjadi segment sebagai pengikat kolom yang satu dengan
yang lain, sehingga plat menahan beban dari yang luas ke yang lebih kecil, dan balok
anak yang merupakan balok yang bertumpu pada balok induk yang menerima beban
yang mempunyai persentase cukup besar dari total biaya proyek. Dari beberapa
penelitian menyatakan bahwa biaya material menyerap 50-70% dari biaya proyek,
biaya ini belum termasuk biaya penyimpanan material. Oleh karena itu, penggunaan
material konstruksi akan berakibat buruk bagi kemajuan dan segi financial
teknis dan perencanaan. Material ini secara khusus dijelaskan dalam gambar dan
tertentu.material jenis ini sering kali sulit diperkirakan karena beraneka ragam
- Fabricated materials, yaitu produk yang dirakit tidak pada tempat material
tersebut akan digunakan di luar lokasi proyek seperti kusen dan rangka baja.
Bahan konstruksi dalam sebuah proyek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
bahan yang kelak akan menjadi bagian tetap dari struktur (bahan permanen) dan
bahan yang dibutuhkan kontraktor dalam membangun proyek. Tetapi, tidak akan
Bahan Permanen
bahan ini akan dijelaskan lebih rinci dalam dokumen kontrak (gambar kerja dan
Uji coba yang harus dilakukan terhadap setiap bahan yang diperlukan sebelum
bahan diterima
harus menentukan pemasok bahan yang akan digunakan. Tiga sumber pemasok
bahan permanen:
- Pemberi tugas yang mungkin memasok bahan tertentu untuk digunakan oleh
kontraktor.
Dalam kasus yang bahan permanennya dipasok oleh pemberi tugas, kontraktor tetap
kontraktor untuk digunakan pada proyek sangat bervariasi antara satu proyek dengan
proyek yang lain. Pada beberapa proyek jumlah ini sangat kecil (misalnya dalam
pembangunan jalan raya). Sedangkan pada proyek lain mungkin mencapai 80-90%
Bahan Sementara
Bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor dalam membangun proyek, tetapi tidak
akan menjadibagian dari bangunan setelah digunakan (bahan ini akan disingkirkan).
Jenis bahan ini tidak dicantumkan dalam dokumen kontrak, sehingga kontraktor
10
ini. Sehingga, pelaksana harus memasukkan biaya bahan ini ke dalam biaya
Dalam kasus sebuah proyek jembatan rangka baja yang tergolong dalam jenis
bahan sementara adalah perancah, bahan bakar, dan suku cadang alat konstruksi.
hati-hati dengan harapan bahan ini dapat digunakan kembali dalam pekerjaan lain.
Adapun material yang biasa digunakan pada pelaksanaan struktur beton bertulang,
yaitu:
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk massa padat (Anonim 2, 2002). Seiring dengan penambahan umur, beton
akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.
11
Batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau berbentuk pipa yang
berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur beton, tidak termasuk
tendon prategang.
yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton ulir.
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar
Menurut SNI 07-2052-2002 (Anonim 1, 2002) baja tulangan beton ulir adalah
baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip
melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk rneningkatkan daya lekat
dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton,
disingkat BjTD. Notasi untuk menyatakan ukuran yaitu besarnya diameter pada besi
polos diberi notasi Ф dan pada besi ulir (deformed) dengan notasi D (huruf D besar).
12
adalah tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser dan torsi dalam
suatu komponen struktur, terbuat dari batang tulangan, kawat baja atau jaring kawat
baja las polos atau ulir, berbentuk kaki tunggal atau dibengkokan dalam bentuk L, U
atau persegi dan dipasang tegak lurus atau membentuk sudut, terhadap tulangan
adalah sengkang tertutup penuh yang dipakai pada komponen struktur tekan kolom.
sedikit 10 x Ø tulangan.
13
kait.
perencana.
1) Bengkokan 180° ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60 mm, pada
a) Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 6db
b) Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada
c) Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° ditambah perpanjangan 6db
14
Untuk beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus disediakan untuk
15
Untuk beton pracetak (dibuat dengan mengikuti proses pengawasan pabrik), tebal
Tabel 2.4. Tebal Selimut Beton Minimum untuk Beton Pracetak (Anonim 2, 2002)
16
balok dan kolom), sambungan lewatan tulangan yang menerus dan pengangkuran
tulangan yang berakhir pada pertemuan itu harus dilindungi dengan sengkang
2) Sengkang pengikat pada pertemuan tersebut di atas, dapat berupa beton eksternal
UKURAN BERAT
(mm) (Kg/m)
Ø6 0,222
Ø8 0.395
D10 0.617
D12 0,888
D13 1,04
D14 1,12
D16 1,58
D19 2,23
D22 2,98
D25 3,85
17
dibandingkan dengan analisa harga satuan yang telah ditetapkan besar kebutuhannya
yaitu menurut SNI 7394-2008 (Anonim, 2008) tentang tata cara perhitungan harga
satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan. Untuk
konstruksi penggunaan material di lapangan sering terjadi sisa material yang cukup
besar, sehingga upaya untuk meminimalisi sisa material penting untuk diterapkan.
bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya: semen, pasir, kerikil, batu kali, besi
18
konstruksi, dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan
lain-lain.
proses konstruksi, sampai pada posisinya yang terakhir akan berakhir pada salah satu
dari keempat posisi di bawah ini (Gavilan dan Bernold, 1994), yaitu:
proyek dan sekitarnya. Pengendalian besarnya kuantitas sisa material tersebut dapat
Pengeluaran biaya untuk mengontrol sisa material sejak awal akan lebih
Menurut (Tchobanoglous et al, 1993), sisa material yang timbul selama pelaksanaan
19
2. Construction waste adalah sisa material konstruksi yang berasal dari pembangunan
atau renovasi bangunan milik pribadi, komersil, dan struktur lainnya. Sisa
material tersebut berupa sampah yang terdiri dari beton, batu bata, plesteran kayu,
Terjadinya sisa material dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi dari beberapa
1. Desain
2. Pengadaan material
3. Penanganan material
4. Pelaksanaan
5. Residual
6. Lain-lain
Hasil penelitian (Bossink,1996) di Belanda dalam (Intan et. al, 2005), menyimpulkan
Tabel 2.6. Sumber dan Penyebab Sisa Material Konstruksi (Bossink, 1996)
Sumber Penyebab
kontrak
- Perubahan desain
20
rendah
kekurangan, dsb
sesuai spesifikasi
dalam perjalanan
21
menyebabkan kerusakan
baik
- Membuang/melempar material
tenaga kerja
dengan baik
pondasi
22
volume
material
- Pengepakan
pemakaian
23
Menurut (Al-Moghany ,2006) dalam (Dimas, R., 2012) manfaat dari meminimalisasi
24
Keuntungan atau manfaat lainnya dari minimalisasi sisa material menurut (Al-
volume dan biaya material yang digunakan untuk setiap komponen bangunan, baik
tama adalah kebutuhan material berdasarkan pada volume pekerjaan terpasang, yaitu
hasil pekerjaan yang dibayar pemberi tugas yang akurasi dimensinya harus dijamin
banyak. Dalam arti harus memperhitungkan bagian yang tercecer pada waktu
mengangkut, kebutuhan untuk struktur sambungan, rusak dan cacat, atau susut oleh
sewaktu membeli material mentah yang bakal diproses harus dioptimalkan dua
kondisi yang biasanya tidak pernah akur, yaitu antara volume yang dibutuhkan sesuai
spesifikasi dan dimensi standar setiap satuan volume material. Sehingga paling tidak
25
table dan daftar. Daftar kebutuhan bahan menjelaskan mengenai jumlah atau volume,
dimensi ukurannya, sifat-sifat fisik lainnya seperti berat setiap satuan, danspesifikasi
teknisnya. Biaya material diperoleh dengan menerapkan harga satuan yang berlaku
pada saat dibeli. Harga satuan material merupakan harga di tempat pekerjaan.
menghitung kuantitas sisa material dan metode wawancara untuk mengetahui faktor
penyebab sisa material. Proyek yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu
Tahap 1. Data proyek yang diperlukan berupa gambar konstruksi untuk menghitung
kebutuhan material, laporan harian untuk menghitung pembelian material, dan harga
satuan bahan untuk menghitung biaya sisa material. Untuk mendukung hasil
penelitian menunjukkan bahwa persentase biaya sisa material terbesar berasal dari
material Beton K-300 sebesar 37,43% atau senilai Rp3.908.127, faktor penyebab
utama berasal dari sisa beton yang tercecer dan masih tertinggal pada truk.
26
Data penelitian diperoleh melalui survey kuesioner pada para pelaku konstruksi, dan
menunjukkan bahwa: (1) volume sisa material batu bata dan pasir adalah yang
terbesar, (2) model biaya menunjukkan nilai minimum biaya sisa material (good
waste management practice) sebesar 3,33%, dan nilai maksimum biaya sisa material
(poor waste management practice) sebesar 4,67% dari total anggaran biaya satu ruko,
Analisis data menggunakan analisis kuantitatif untuk mengetahui jenis dan kuantitas
sisa material konstruksi. Hasil yang diperoleh koefisien rata-rata kebutuhan tulangan
kolom sebesar 283.064 kg/m3, sedangkan menurut SNI 2008 adalah sebesar 300
kg/m3. Untuk balok koefisien rata-rata kebutuhan tulangan balok sebesar 166.794
kg/m3, sedangkan menurut SNI 2008 adalah sebesar 200 kg/m3.Untuk pelat lantai,
koefisien rata-rata pelat lantai sebesar 58,5 kg/m3, sedangkan menurut SNI 150
kg/m3. Ini menunjukkan elemen kolom, balok dan pelat lantai menggunakan
tulangan lebih sedikit tulangandari yang telah ditetapkan oleh SNIdan koefisien rata-
rata lebih kecil darikoefisien kebutuhan tulangan menurut SNI tahun 2008.Berat
tulangan total 9.211,87 kg, sisa berat tulangan209.058,41 kg, dan persen tulangan
27