You are on page 1of 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Audit Internal

2.1.1 Pengertian Audit Internal

Pengertian audit internal menurut buku Standar Profesional Audit Internal

(SPAI) karangan Tugiman (2006:11), yaitu:

“Internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian


yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi
kegiatan organisasi yang dilaksanakan”.

Pengertian audit internal menurut The Institute of Intrenal Auditors (IIA)

yang dikutip oleh Messier dkk yang dialihbahasakan oleh Nuri Hinduan

(2005:514) sebagai berikut :

“Internal Auditing is an indenpendent, objective assurance and consulting


activity designed to add value and improve an organization’s operation.
It’s help organization accomplish it objective by bringing a systematic,
disciplined, apptoach to evaluate and improve the effectiveness of risk
management, control and governance process”.
Pengertian dari auditor internal seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi

(2002 :29) adalah sebagai berikut:

“Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan


(perusahaan negara maupun perusahaan swasta), yang tugas pokoknya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang diterapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi”.
Maka dapat disimpulkan bahwa Audit Internal sebagai aktivitas

independen harus bersikap obyektif dalam melakukan pemeriksaan. Selain itu,

9
10

Audit Internal juga merupakan alat pengendalian manajemen yang mengukur dan

mengevaluasi efisiensi dari pengendalian, sedangkan obyek pemeriksaanny adalah

metode-metode, prosedur-prosedur, catatan-catatan dan kebijakan lainnya yang

telah digariskan perusahaan.

Audit Internal mempunyai tanggung jawab atas penyediaan informasi

mengenai efektivitas suatu sistem pengendalian intern, dan mutu pekerjaan

organisasi perusahaan, sedang kebutuhan penyediaan informasinya tergantung

pada kebutuhan dan permintaan manajemen.

2.1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal

Tujuan pelaksanaan audit internal menurut Tugiman (2006:99) adalah

sebagai berikut:

“Membantu anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung


jawabnya secara efektif. Untuk tujuan tersebut, audit internal memberikan
berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan informasi
sehubungan dengan kegiatan yang diperiksa.”
Ruang lingkup pemeriksaan internal menilai keefektifan sistem

pengendalian internal serta pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektivan

sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan

tanggung jawab yang diberikan. Pemeriksaan internal menurut Tugiman

(2006:100) harus:

a. Mereview keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi finansial dan

operasional serta cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi,

mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut.


11

b. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan

kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, hukum,

dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi,

serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian

dengan hal-hal tersebut.

c. Mereview berbagai cara dipergunakan untuk melindungi harta dan, bila

dipandang perlu, memverifikasi keberadaan harta-harta tersebut.

d. Menilai keekonomisan dan keefisienan pengguna berbagai sumber daya.

e. Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya

akan konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan

apakah kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang

direncanakan.

2.1.3 Fungsi Audit Internal

Secara umum fungsi bagian audit internal di dalam perusahaan adalah

untuk mengawasi atau menjamin pelaksanaan kegiatan usaha agar sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Penerapan fungsi

bagian audit internal di berbagai perusahaan tidak sama, perbedaan ini dapat

dilihat dari posisi yang diberikan untuk bagian audit internal sehingga terdapat

perbedaan wewenang dan tanggung jawab dari bagian audit internal. Fungsi

Internal Audit menurut Mulyadi (2002:211) adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Internal Audit adalah menyelidiki dan menilai pengendalian intern

dan efisiensi pelaksanaan berbagai unit organisasi. Dengan demikian

fungsi internal audit merupakan bentuk pengendalian yang fungsinya


12

adalah untuk mengukur dan menilai efektivitas unsur-unsur pengendalian

intern yang lain.

b. Fungsi internal audit merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang

terdapat dalam orgaisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa

akuntansi, keuangan dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi

manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. Dengan cara

menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar-komentar

penting terhadap kegiatan manajemen, internal auditor menyediakan jasa

tersebut. Internal auditor berhubungan dengan semua tahap kegiatan

perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan

akuntansi.

2.1.4 Wewenang dan Tanggung Jawab Auditor Internal

Mengenai wewenang dan tanggung jawab audit internal, Konsorsium

Organisasi Profesi Audit Intern (2004:8) menyatakan bahwa:

“Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harus


dinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal, konsisten dengan
Standar Profesi Audit Internal (SPAI) dan mendapat persetujuan dari
Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi”.
Adapun tanggung jawab audit internal dalam Komite Ikatan Akuntan

Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001:322) adalah sebagai

berikut :

“Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan


evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain
kepada manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain yang
setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung
jawabnya tersebut, auditor intern mempertahankan objektivitasnya yang
berkaitan dengan aktivitas dengan yang diauditnya. Tanggung jawab
13

penting fungsi audit internal adalah memantau kinerja pengendalian


entitas”.
2.1.5 Profesionalisme Audit Internal

Dalam melaksanakan audit internal, seorang internal auditor harus

mematuhi standar profesional dalam melaksanakan pemeriksaan. Standar profesi

yang dikutip dari buku Standar Profesional Audit Internal karangan Tugiman

(2006:16-19) meliputi:

1. Independensi: audit internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang

diperiksanya.

a. Status Organisasi: status organisasi dari unit audit internal (bagian

pemeriksaan internal) haruslah memberi keleluasaan untuk memenuhi

dan menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan

kepadanya. Audit internal haruslah memperoleh dukungan dari

manajemen senior dan dewan, sehingga mereka akan mendapatkan

kerja sama dari pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan

pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain.

b. Objektivitas: para pemeriksa internal (internal auditor) haruslah

melaksanakan tugasnya secara objektif. Objektif adalah sikap mental

bebas yang harus dimiliki oleh pemeriksa internal dalam melaksanakan

pemeriksaan. Sikap objektif akan memungkinkan para auditor internal

melaksanakan pemeriksaan dengan suatu cara, sehingga mereka

sungguh-sungguh yakin atas hasil pekerjaannya dan tidak akan

membuat penilaian yang kualitasnya merupakan hasil kesepakatan atau

diragukan.
14

2. Kemampuan profesional: audit internal harus mencerminkan keahlian dan

ketelitian profesional.

a. Personalia: unit audit internal haruslah memberikan jaminan keahlian

teknis dan latar belakang pendidikan para pemeriksa yang akan

ditugaskan.

b. Pengetahuan dan kecakapan: unit audit internal haruslah memiliki atau

mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang

dibutuhkan untuk menjalankan tanggung jawab pemeriksaan yang

diberikan.

c. Pengawasan: unit audit internal haruslah memberikan kepastian bahwa

pelaksanaan pemeriksaan internal akan diawasi sebagaimana mestinya.

3. Lingkup pekerjaan: lingkup pekerjaan pemeriksa internal harus meliputi

pengujian dan evaluasi terhadap kecakupan serta efektivitas sistem

pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan

tanggung jawab yang diberikan. Audit internal harus menguji dan

mengevaluasi berbagai proses perencanaan, penyusunan, dan pengaturan

untuk menentukan apakah terdapat kepastian bahwa berbagai tujuan dan

sasaran dapat dicapai.

a. Keandalan informasi: pemeriksa internal haruslah memeriksa keandalan

(reliabilitas dan integritas) informasi keuangan dan pelaksanaan

pekerjaan dan cara-cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi,

mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan suatu informasi tersebut.


15

b. Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan

perundang-undangan: pemeriksa internal haruslah memeriksa sistem

yang telah ditetapkan untuk meyakinkan apakah sistem tersebut telah

sesuai dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, hukum, dan peraturan

yang memiliki akibat penting terhadap pekerjaan-pekerjaan atau

operasi-operasi, laporan-laporan serta harus menentukan apakah

organisasi telah memenuhi hal-hal tersebut.

c. Perlindungan terhadap harta: pemeriksa internal haruslah memeriksa

alat atau cara yang dipergunakan untuk melindungi harta atau aktiva,

dan bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan berbagai harta

organisasi.

d. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien: pemeriksa

internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber

daya yang ada.

e. Pencapaian tujuan: pemeriksa internal haruslah menilai pekerjaan,

operasi, atau program untuk menentukan apakah hasil-hasil yang

dicapai sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan

apakah suatu pekerjaan, operasi, atau program telah dijalankan secara

tepat dan sesuai dengan rencana.

4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan: kegiatan pemeriksa harus meliputi

perencanaan pemeriksaan, pengujian, serta pengevaluasian informasi,

pemberitahuan hasil dan menindaklanjuti (follow up).


16

a. Perencanaan pemeriksaan: pemeriksa internal haruslah merencanakan

setiap pemeriksaan. Pemerilsa internal (internal auditor) bertanggung

jawab untuk merencanakan dan melaksanakan tugas pemeriksaan yang

harus disetujui dan ditinjau atau direview oleh pengawas. Perencanaan

pemeriksaan internal harus didokumentasikan dan meliputi (1)

penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan, (2) memperoleh

informasi dasar (background information) tentang kegiatan yang

diperiksa, (3) penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk

melaksanakan pemeriksaan, (4) pemberitahuan kepada para pihak yang

dipandang perlu, (5) melaksanakan survei secara tepat untuk mengenali

kegiatan yang diperlukan, risiko-risiko, pengawasan-pengawasan, untuk

mengindentifikasi area yang ditekankan dalam pemeriksaan, serta untuk

memperoleh berbagai usulan dan sasaran dari pihak yang akan

diperiksa, (6) penulisan program pemeriksaan, (7) menentukan

bagaimana, kapan, kepada siapa hasil-hasil penemuan akan

disampaikan, dan (8) memperoleh persetujuan bagi rencana kerja

pemeriksaan.

b. Pengujian dan pengevaluasian informasi: pemeriksa internal harus

mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan membuktikan

kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan.

c. Penyampaian hasil pemeriksaan: pemeriksaan internal harus

melaporkan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan

pemeriksaannya. Pemeriksa internal harus terlebih dahulu


17

mendiskusikan berbagai kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan

manajemen yang tepat sebelum mengeluarkan laporan akhir. Laporan-

laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi bagi berbagai

perkembangan yang mungkin dicapai, pengakuan terhadap kegiatan

yang dilaksanakan secara meluas dan tindakan korektif.

d. Tindak lanjut hasil pemeriksaan: pemeriksa internal harus terus

meninjau atau melakukan follow up untuk memastikan bahwa terhadap

temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindak

lanjut yang tepat. Pemeriksa harus memastikan bahwa yang dilakukan

terhadap temuan pemeriksaan memperbaiki berbagai kondisi yang

mendasari dilakukannya tindakan tersebut.

5. Manajemen bagian audit internal: pimpinan audit internal harus mengelola

bagian audit internal secara cepat.

a. Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab: pimpinan audit internal

harus memiliki pernyataan tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab

bagi bagian audit internal.

b. Perencanaan: pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi

pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal. Proses perencanaan

ini meliputi penetapan sasaran, jadwal pelaksanaan pemeriksaan,

rencana susunan kepegawaian dan anggaran keuangan, serta laporan

kegiatan.

c. Kebijaksanaan dan prosedur: pimpinan audit internal harus membuat

berbagai kebijaksanaan dan prosedur secara tertulis yang akan


18

dipergunakan sebagai pedoman oleh staf pemeriksa. Bentuk dan isi

kebijakan serta prosedur tertulis harus sesuai dengan besar dan struktur

bagian audit internal serta tingkat kesulitan pekerjaan yang

dilaksanakan.

d. Manajemen personel: pimpinan audit internal harus menetapkan

program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia

pada bagian audit internal dengan maksud untuk menetapkan

pembagian tugas bagi tiap-tiap tingkat staf pemeriksa secara tertulis,

menyeleksi individu-individu yang memenuhi syarat-syarat yang

kompeten, melatih dan menyediakan kesempatan untuk memperoleh

pendidikan yang berkelanjutan bagi tiap-tiap pemeriksa, menilai

pelaksanaan pekerjaan tiap-tiap pemeriksa, dan memberikan bimbingan

kepada para pemeriksa internal untuk mengembangkan pelaksanaan

pekerjaan serta kemampuan profesional.

e. Auditor eksternal: pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan

usaha-usaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal.

Pekerjaan auditor internal dann auditor eksternal harus dikoordinasikan

untuk memastikan kecukupan dari lingkup pemeriksaan yang dilakukan

dan mengurangi pelaksanaan pemeriksaan yang rangkap.

f. Pengendalian mutu: pimpinan audit internal harus menentapkan dan

mengembangkan pengendalian mutu atau jaminan kualitas untuk

mengevaluasi berbagai kegiatan bagian audit internal. Tujuan

pemeriksaan program ini untuk memberikan jaminan yang layak bahwa


19

pelaksanaan audit internal dilaksanakan secara sesuai dengan standar,

anggaran organisasi, dan bagian audit internal, serta berbagai standar

lain yang dapat diterapkan.

2.2 Penilaian Prestasi Karyawan

2.2.1 Pengertian Penilaian Prestasi Karyawan

Penilaian prestasi kerja merupakan usaha yang dilakukan pimpinan untuk

menilai hasil kerja bawahannya Hasibuan (2010:87) menjelaskan bahwa:

“Penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio kerja nyata dengan standar
kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Menetapkan
kebijaksanaan berarti apakah karyawan akan dipromosikan, didemosikan,
dan atau balas jasanya dinaikkan”.
Dale Yoder dalam buku Hasibuan (2010:88) menjelaskan bahwa:

“Personal appraisals refers to the formal procedures used in working


organizations to evaluatebthe personalities and contributions and
potentials of group members”. (Penilaian prestasi kerja merupakan
prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi
pegawai dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai).
Selanjutnya lain lagi dengan yang dikatakan oleh Andrew E. Sikula dalam buku

Prabu Mangkunegara (2009 : 69) menjelaskan bahwa:

“Employee appraising is the systematic evaluation of a worker’s job


performance and potensial for development. Appraising is the process of
estimating or judging the value, excellence, qualities, or status of some
object, person or thing”. (Penilaian pegawai merupakan evaluasi yang
sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian

prestasi kerja karyawan adalah suatu prosedur formal untuk mengevaluasi hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dilakukan oleh individu atau kelompok

dalam melaksanakan tugas dan perannya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya secara efektif.


20

2.2.2 Tujuan dan Kegunaan Penilaian Prestasi Karyawan

Penilaian prestasi karyawan menurut Hasibuan (2010:89) berguna untuk

perusahaan serta harus bermanfaat bagi karyawan. Tujuan dan kegunaan penilaian

prestasi karyawan sebagai berikut:

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk

promosi, demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa.

2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa

mengukur sukses dalam perjalanannya.

3. Sebagai dasar untuk mengevalusai efektivitas seluruh kegiatan di dalam

perusahaan.

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal

kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja,

dan peralatan kerja.

5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi

karyawan yang berada di dalam organisasi.

6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga

dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.

7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor,

managers, administrator) untuk mengobservasi perilaku bawahan

(subordinate) supaya diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan

bawahannya.

8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan

masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.


21

9. Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.

10. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personel dan

dengan demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar bisa

diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan.

11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan

karyawan.

12. Sebagai alat untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan

(job description).

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja

Mangkunegara menerangkan faktor yang memperngaruhi pencapaian

kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal

ini sesuai dengan pendapat Keith Davis (dalam Mangkunegara, 2009:67) yang

merumuskan bahwa:

Human performance : Ability + Motivation


Motivation : Attitude + Situation
Ability : Knowladge + Skill

a. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pegawai

yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan

memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan

sehari-hari, maka pegawai akan lebih mudah mencapai kinerja yang

diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan


22

yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right

man in the right job).

b. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seseorang pegawai dalam

menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi

(tujuan kerja).

Sikap mental seorang pegawai harus siap mental yang siap secara

psikosifik (siap secara mental, fisik, tujuan, dan situasi) artinya, seorang

pegawai harus siap mental, siap secara fisik, memahami tujuan utama dan

target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan, dan menciptakan

situasi kerja.

2.2.4 Dasar Penilaian dan Unsur-Unsur yang Dinilai

Menurut Hasibuan (2010:93) dasar penilaian adalah uraian pekerjaan dari

setiap individu karyawan karena dalam uraian pekerjaan inilah ditetapkan tugas

dan tanggung jawab yang akan dilakukan oleh setiap karyawan.

Dalam buku Hasibuan (2010:93) standar dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Tangible standard yaitu sasaran yang dapat ditetapkan alat ukurnya atau

standarnya. Standar ini dibagi atas:

2. Intangible standard adalah sasaran yang tidak dapat ditetapkan alat ukur

atau standarnya.

Unsur-unsur yang dinilai menurut Hasibuan (2010:95), yaitu:

1. Kesetiaan
23

Penilaian mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya,

jabatannya, dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan

karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar

pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab.

2. Prestasi kerja

Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat

dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.

3. Kejujuran

Penilaian kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi

perjanjian baik bagi dirinya sendiri mupun terhadap orang lain seperti

kepada para bawahannya.

4. Kedisiplinan

Penilai menilai kedisiplinan karyawan dalam mematuhi peraturan-

peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi

yang diberikan kepadanya.

5. Kreativitas

Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan

kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih

berdaya guna dan berhasil guna.

6. Kerja sama

Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama

dengan karyawan lainnya secara vertikal atau horizontal di dalam maupun

di luar pekerjaan akan semakin baik.


24

7. Kepemimpinan

Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai

pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain

atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.

8. Kepribadian

Penilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai,

memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta

berpenampilan simpatik dan wajar.

9. Prakarsa

Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif

sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan,

mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah

yang dihadapinya.

10. Kecakapan

Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan

menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam

penyusunan kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.

11. Tanggung jawab

Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan

kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana

yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya.


25

2.3 Kerangka Pemikiran

Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan

negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan

apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah

dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi,

menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi

(Mulyadi, 2002:29).

Dari definisi tersebut dapat dilihat beberapa lingkup tugas auditor internal

dalam perusahaan yang bertujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan

usaha dan juga pengendalian internal yang telah dijalankan.

Bank BUMN memiliki kedudukan yang penting dalam perekonomian,

maka fungsi audit internal menjadi semakin penting. Secara umum dapat

dikatakan bahwa fungsi audit intern bagi manajemen perusahaan adalah untuk

menjamin pelaksanaan operasional yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

berlaku.

Penilaian kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

perusahaan dalam menentukan seberapa baik aktivitas-aktivitas bisnis telah

dilaksanakan untuk mencapai tujuan strategis perusahaan. Penilaian kinerja yang

dikemukakan oleh Mulyadi (2002:353) adalah penentuan secara periodik

efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya

berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Penilaian prestasi kerja suatu pedoman dalam bidang personalia yang diharapkan

dapat menunjukkan prestasi kerja pada pegawai secara rutin dan teratur yang
26

sangat bermanfaat bagi pengembangan karir pegawai yang dinilai maupun

instansi secara keseluruhan. Penilaian prestasi kerja penting bagi setiap pegawai

dan berguna bagi pihak perusahaan untuk menetapkan tindakan kebijakan

selanjutnya.

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Peningkatan pengendalian

intern dan hasil kerja

Audit Internal Penilaian Prestasi Karyawan

1. Independensi 1. Kesetiaan
2. Kemampuan profesional 2. Prestasi kerja
3. Lingkup pekerjaan audit 3. Kejujuran
internal 4. Kedisiplinan
4. Pelaksanaan kegiatan 5. Kreativitas
pemeriksaan 6. Kerjasama
5. Manajemen bagian audit 7. Kepemimpinan
internal 8. Kepribadian
9. Prakarsa
10. Kecakapan
11. Tanggung jawab

(Tugiman, 2006:16) (Hasibuan, 2003:95)

Hipotesis:
Audit internal berpengaruh terhadap penilaian prestasi karyawan
27

Teori penghubung dalam penelitian ini menurut Hasibuan (2010:259) adalah

“Audit penting dan mutlak harus dilakukan untuk mengetahui apakah para

karyawan bekerja dengan baik dan berprilaku sesuai rencana.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal mampu

berperan dalam penilaian prestasi karyawan dimana kemungkinan terdapat adanya

masalah yang mampu menimbulkan ketidakefektifan dari kerja pegawai, dengan

adanya audit internal diharapkan mampu memberi langkah-langkah korektif atas

permasalahan-permasalahan yang terjadi di masa mendatang.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2010:51) adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada faktor-faktor yang empiris yang diperoleh dengan

pengumpulan data.

Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis yang digambarkan maka dapat

diajukan hipotesis “audit internal berpengaruh terhadap penilaian prestasi

karyawan”.

You might also like