Professional Documents
Culture Documents
H15 Sna
H15 Sna
SARAH NABILAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko dan
Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah
pada Sektor Pertanian (Studi Kasus BMT As Salam, Kramat, Demak) adalah
benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Sarah Nabilah
NIM H54110020
ABSTRAK
SARAH NABILAH. Analisis Risiko dan Faktor-faktor yang Memengaruhi
Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah pada Sektor Pertanian: Studi Kasus
BMT As Salam, Kramat, Demak. Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI dan
JAENAL EFFENDI.
ABSTRACT
SARAH NABILAH. Risk analysis and factors affecting the rate of return of
Islamic financing on agriculture: case study BMT As Salam, Kramat, Demak.
Supervised by RINA OKTAVIANI and JAENAL EFFENDI.
SARAH NABILAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
Sarah Nabilah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PRAKATA viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Pembiayaan Syariah 4
Pembiayaan Syariah dalam Pertanian 5
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) 6
Risiko dalam Islam 8
Manajemen Risiko 8
Jenis-jenis Risiko 8
Penelitian Terdahulu 11
Kerangka Pemikiran 12
METODE 16
Lokasi dan Waktu Penelitian 16
Jenis dan Sumber Data 16
Metode Pengumpulan Data 16
Metode Pengolahan dan Analisis Data 16
Analisis Risiko Pembiayaan Syariah pada Sektor Pertanian 16
Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan
Syariah 20
GAMBARAN UMUM BMT AS SALAM 21
Sejarah Singkat BMT As Salam 21
Kelembagaan dan Susunan Organisasi 22
Produk-Produk BMT As Salam 22
HASIL DAN PEMBAHASAN 23
Karakteristik Individu Responden 24
Karakteristik Usaha Responden 26
Karakteristik Pembiayaan Responden 27
Analisis Risiko Pembiayaan 28
Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan
39
SIMPULAN DAN SARAN 42
Simpulan 42
Saran 42
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN 45
RIWAYAT HIDUP 50
DAFTAR TABEL
1. Kontribusi sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja,
penggunaan luas lahan dan PDB Indonesia 1
2. Model pembiayaan pertanian berdasarkan skala usaha 33
3. Probabilitas risiko 17
4. Dampak risiko 18
5. Pemetaan risiko 18
6. Tingkat penerimaan risiko 19
7. Perkembangan kas dan aset BMT As Salam 21
8. Identifikasi risiko 30
9. Indikator kemungkinan terjadinya risiko 32
10. Indikator dampak terjadinya risiko 32
11. Klasifikasi risiko 33
12. Respon risiko yang dapat diambil oleh BMT As Salam 37
13. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan 39
DAFTAR GAMBAR
1. Cara perputaran dana BMT 7
2. Kerangka pemikiran 15
3. Karakteristik responden berdasarkan status pembiayaan 23
4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 24
5. Karakteristik responden berdasarkan usia 24
6. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan 25
7. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga 25
8. Karakteristik responden berdasarkan jarak tempat tinggal dengan
BMT 25
9. Karakteristik responden berdasarkan aset 26
10. Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha 26
11. Karakteristik responden berdasarkan lama usaha 26
12. Karakteristik responden berdasarkan laba usaha 27
13. Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembiayaan 27
14. Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembiayaan 27
15. Pemetaan risiko 34
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner Penelitian Responden 45
2. Pedoman Wawancara 47
3. Hasil Olahan Data Logistik 48
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pembiayaan Syariah
lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Selanjutnya, menurut UU No 21
tahun 2008, Pembiayaan syariah merupakan penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa-menyewa,
transaksi jual beli, atau transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang
berdasarkan kesepakatan antara pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari
dua istilah, yaitu baitulmaal dan baitul tamwil. Baitulmaal mengarah pada usaha-
usaha pengumpulan dan penyaluran dana non profit, seperti zakat, infaq dan
sedekah. Adapun baitul tamwil merupakan usaha pengumpulan dan penyaluran
dana komersial (Huda dan Heykal 2010). Menurut Ridwan (2006), BMT
merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sebagai sosial. Sebagai lembaga
sosial, BMT memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) atau Badan Amil Zakat milik pemerintah. Fungsi tersebut paling tidak
meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber dana-
dana sosial yang lain. Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih memfokuskan usahanya
pada sektor keuangan, yakni simpan-pinjam dengan pola syariah. BMT
merupakan suatu respon atas kemiskinan dan pengangguran serta kurangnya
permodalan dan pendampingan para pengusaha miko dan kecil. Kedudukan BMT
dalam struktur keuangan mikro di Indonesia adalah lembaga keuangan mikro non
bank non formal. BMT yang sebagian besar berbadan hukum koperasi mampu
mengatasi kendala-kendala yang dimiliki lembaga keuangan formal seperti bank
(Hafidhuddin dan Syukur 2008). Dari pengertian diatas, kemudahan akses BMT
7
menjadikan lembaga tersebut tepat bagi para pelaku usaha pertanian terutama
pertanian skala kecil.
Fungsi BMT
Menurut Huda dan Heykal (2010), Baitul Maal Wat Tamwil memiliki
beberapa fungsi:
1. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang
tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak
yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana).
2. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang
sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban
suatu lembaga/perorangan.
3. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi
pendapatan kepada para pegawainya.
4. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai risiko
keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.
5. Sebagai satu lembaga keuangan mikro Islam yang dapat memberikan
pembiayaan bagi usaha mikro, kecil, menengah dan juga koperasi dengan
kelebihan tidak meminta jaminan yang memberatkan bagi UMKM tersebut.
Di dalam Islam, risiko merupakan hal yang harus dihadapi oleh setiap
manusia. Hal ini sesuai dengan amanat yang terdapat dalam Al-Quran Surah
Lukman : 34
”Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari kiamat; dan Dia yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya
besok.”
Dalam ayat tersebut secara tegas Allah SWT menyatakan bahwa, tiada
seorangpun di alam semesta ini yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang
akan terjadi besok atau yang akan diperolehnya. Oleh karena itu, manusia
diperintahkan untuk berusaha mengatasi kejadian yang tidak diharapkan dengan
sebaik mungkin, atau dengan kata lain mengelola risiko yang ada. Pengelolaan
risiko dilakukan dalam rangka menjaga amanah baik dari sesama manusia terlebih
amanah yang Allah SWT berikan. Semakin baik manajemen risiko, maka semakin
baik seorang manusia di mata sesama manusia dan di mata Allah SWT.
Manajemen Risiko
Jenis-jenis Risiko
Karim (2009) memaparkan bahwa secara umum, risiko-risiko yang ada pada
aktivitas fungsional bank syariah dapat diklasifikasikan ke dalam 3 jenis risiko,
yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar, dan risiko operasional. Dalam hal ini, risiko
pasar tidak akan terlalu dibahas secara mendalam dan hanya berfokus pada risiko
pembiayaan dan risiko operasional.
9
1. Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya
kegagalan counterparty (pihak ketiga) dalam memenuhi kewajibannya. Pada
bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko
yang timbul dari lemahnya analisis bank.
a. Risiko Terkait Produk
Risiko pembiayaan terkait produk dapat ditinjau dengan menganalisis
dampak dari seluruh risiko nasabah sehingga keputusan pembiayaan
yang diambil sudah memperhitungkan risiko yang ada dari pembiayaan
berbasis kontrak tersebut. Risiko ini dibagi berdasarkan sifat produknya,
yaitu risiko pembiayaan berbasis natural certainty contracts (seperti
murabahah, ijarah, IMBT, salam, dan istishna) serta risiko pembiayaan
berbasis natural uncertainty contracts (seperti musyarakah dan
mudharabah). Risiko terkait pembiayaan berbasis natural certainty
contracts mencakup 2 aspek, yaitu default risk (risiko kebangkrutan) dan
recovery risk (risiko jaminan). Default risk terjadi karena adanya risiko
industri, kondisi internal kegiatan usaha nasabah, dan faktor negatif
lainnya yang mempengaruhi kegiatan usaha nasabah. Recovery risk
dipengaruhi oleh kesempurnaan pengikatan jaminan, nilai jual kembali
jaminan, tuntutan hukum pihak lain atas jaminan, dan kredibilitas
penjamin. Produk pembiayaan yang masuk ke dalam kategori risiko ini,
yaitu:
(a) Risiko Pembiayaan Murabahah
Risiko yang mungkin timbul dalam pembiayaan ini adalah risiko tidak
bersaingnya bagi hasil kepada dana pihak ketiga dalam jangka
panjang. Risiko ini muncul karena kenaikan market rate dari bank
pesaing.
(b)Risiko Pembiayaan Ijarah
Pada pembiayaan ijarah, risiko yang mungkin timbul adalah risiko
tidak produktifnya aset ijarah, risiko rusaknya barang yang disewakan
karena pemakaian di luar normal, dan risiko lainnya.
(c) Risiko Pembiayaan IMBT (Ijarah Muntahia Bit Tamwil)
Contoh risiko yang dapat terjadi dalam pembiayaan ini adalah risiko
ketidakmampuan nasabah untuk membayar harga beli barang.
(d)Risiko Pembiayaan Salam dan Istishna
Risiko yang dapat terjadi dalam pembiayaan ini adalah risiko
gagalnya penyerahan barang (non deliverable risk) dan risiko jatuhnya
harga barang (price-drop risk).
Risiko lainnya yaitu terkait pembiayaan berbasis natural uncertainty
contracts. Penilaian terhadap risiko ini mencakup 3 aspek, yaitu business
risk, shrinking risk (risiko berkurangnya nilai pembiayaan
mudharabah/musyarakah), dan character risk (risiko karakter buruk
mudharib). Business risk dipengaruhi oleh risiko industri dan faktor
negatif lain pada nasabah. Shrinking risk dipengaruhi oleh risiko bisnis
yang tidak biasa, jenis bagi hasil yang dilakukan, dan kejadian force
majeure sedangkan character risk dipengaruhi oleh kelalaian nasabah,
pelanggaran kesepakatan, dan ketidakprofesionalan nasabah dalam
pengelolaan yang disepakati.
10
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
yaitu pola pengembalian pembiayaan lancar dan yang tidak lancar. Sebagian besar
bank menggunakan prinsip 5C sebagai pertimbangan untuk menyeleksi calon
nasabah. Prinsip 5C terdiri dari Character (Watak), Capacity (Kemampuan),
Capital (Kapital), Collateral (Jaminan), Condition of Economy (Kondisi
Ekonomi). Berdasarkan 5 prinsip tersebut, dapat ditentukan beberapa faktor
mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan. Faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu faktor-faktor berdasarkan karakteristik individu (usia, lama pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal dengan BMT dan aset),
karakteristik usaha (jenis usaha, lama usaha, dan laba bersih), dan karakteristik
pembiayaan (jumlah pembiayaan dan frekuensi pembiayaan).
Secara terinci mengenai pengaruh yang diduga berasal dari ketiga
karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Karakteristik personal
Jenis kelamin wanita umumnya lebih serius, bertanggung jawab, dan
terencana untuk memperbaiki kondisi kehidupan bila dibandingkan pria. Diduga
wanita memiliki loyalitas yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan
yang diberikan bank dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit dibandingkan
pria. Oleh sebab itu, diduga wanita memiliki peluang pengembalian kredit dengan
kelancaran lebih besar daripada pria.
Usia memengaruhi keberanian nasabah dalam pengambilan keputusan.
Semakin tinggi usia nasabah maka kematangan berpikir dan kebijaksanaan dalam
bertindak semakin baik, sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan
rasional. Semakin bertambahnya usia nasabah dianggap memiliki tingkat
pengembalian pembiayaan yang lebih lancar dibandingkan nasabah dengan usia
yang lebih muda. Dengan demikian peningkatan usia diduga berpengaruh positif
terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Lama pendidikan nasabah dapat menjadi landasan atau dasar dalam
mengambil pembiayaan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin luas
wawasannya sehingga semakin besar kemampuannya dalam berbisnis dan
mengelola usaha. Dengan demikian lama pendidikan diduga berpengaruh positif
terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Jumlah tanggungan dalam suatu keluarga akan memengaruhi pengeluaran
keluarga, hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan
anggota keluarga. Asumsinya, semakin banyak tanggungan dalam keluarga maka
akan semakin besar biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari sehingga menghabiskan sejumlah besar a nasabah.
Dengan demikian semakin banyak jumlah tanggungan dalam suatu keluarga
diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT berkaitan dengan biaya dan
waktu yang dibutuhkan oleh nasabah saat akan mengembalikan pembiayaan.
Semakin jauh jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT menyebabkan nasabah
harus menyediakan biaya transportasi yang lebih besar dan waktu yang lebih
lama. Dengan demikian jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT diduga
berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Nasabah yang yang memiliki aset tinggi akan memiliki kemampuan
membayar dan penalangan yang lebih besar dibandingkan dengan nasabah yang
14
memiliki aset lebih sedikit. Dengan demikian aset yang dimiliki nasabah diduga
berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
2. Karakteristik usaha
Jenis usaha berkaitan dengan risiko yang akan dihadapi. Usaha dibidang on
farm seperti jenis usaha pertanian diduga memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi
dibandingkan dengan usaha dibidang off farm seperti jenis usaha perdagangan dan
lainnya. Sehingga jenis usaha dianggap memengaruhi kelancaran pengembalian
pembiayaan. Dengan demikian nasabah yang bergerak dibidang pertanian diduga
memiliki peluang pengembalian pembiayaan dengan lancar lebih kecil
dibandingkan dengan nasabah yang bergerak dibidang perdagangan dan lainnya.
Lama usaha berkaitan dengan pengalaman usaha. Pengalaman usaha
memengaruhi pemahaman, kemampuan dan keterampilan nasabah dalam
mengambil keputusan terbaik dari berbagai alternatif yang ada. Berdasarkan
pengalaman usahanya, nasabah dapat mengurangi risiko yang dapat menyebabkan
kerugian dalam usahanya. Dengan demikian lama usaha diduga berbengaruh
positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Perolehan laba dalam sebuah usaha dapat menjadi sumber pembiayaan
hidup dan memberikan nasabah peluang kemampuan pengembalian pembiayaan.
Asumsinya, semakin tinggi perolehan laba usaha nasabah maka akan semakin
tinggi pula peluang nasabah tersebut mengembalikan pembiayaan sesuai jadwal
yang ditetapkan BMT. Dengan demikian laba diduga berpengaruh positif terhadap
tingkat pengembalian pembiayaan.
3. Karakteristik pembiayaan
Semakin besar jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT maka semakin
besar beban jumlah angsuran pokok dan bagi hasil yang harus ditanggung nasabah
dalam pelunasan pembiayaan. Sehingga pemberian jumlah pembiayaan yang
besar dianggap dapat memperbesar timbulnya risiko terhambatnya pengembalian
kredit oleh nasabah. Dengan demikian jumlah pembiayaan diduga berpengaruh
negatif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Frekuensi pembiayaan menunjukan pengalaman pembiayaan seorang
nasabah. Semakin sering nasabah memperoleh pembiayaan sebelumnya,
menunjukan kredibilitas nasabah tersebut tidak diragukan lagi dalam memenuhi
kewajiban pengembalian pembiayaan. Dengan demikian frekuensi pembiayaan
diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Keseluruhan analisis risiko pembiayaan dan faktor-faktor yang memengaruhi
tingkat pengembalian yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat
menjadi informasi, bahan evaluasi dan pertimbangan bagi BMT As Salam dalam
menjalankan pembiayaan syariah, khususnya untuk sektor pertanian. Selain itu,
pihak BMT juga dapat menerapkan tindakan mitigasi risiko pada perusahaan
sehingga dapat mengoptimalkan perannya sebagai lembaga intermediasi di tengah
masyarakat. Untuk penjelasan selengkapnya, kerangka pemikiran operasional
dapat dilihat pada Gambar 2.
15
Pembiayaan syariah
Pembiayaan :
- Murabahah
- Mudharabah
Karakteristik Individu,
ERM
Karakteristik Usaha, dan
Karakteristik Pembiayaan
Identifikasi Risiko
Analisis Deskriptif
Analisis Regresi Logistik
Analisis Pengukuran dan Pemetaan
Risiko
Pola Pengembalian Pembiayaan :
- Lancar
Tindakan Mitigasi Risiko - Tidak Lancar
Komunikasi Informasi,
Kebijakan Pembiayaan,
Pengawasan dan Pembinaan
METODE
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan
sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
melalui observasi lapang, metode wawancara dengan alat bantu kuisioner kepada
pihak pengurus BMT As Salam dan 60 nasabah BMT. Data sekunder digunakan
untuk melengkapi dan mendukung data primer dalam penelitian ini. Sumber data
sekunder diperoleh dari berbagai arsip BMT As Salam, BPS, jurnal, buku, serta
sumber literatur lain yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini.
Data dalam penelitian ini diambil dengan metode studi kasus melalui
observasi dan wawancara kepada pihak pengurus BMT As Salam dan nasabah
pembiayaan dengan menggunakan kuisioner. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik pengambilan purposive sampling. Karakteristik yang diambil
dalam penelitian ini adalah pengurus BMT yang dirasa memiliki pengetahuan,
keahlian, dan kompetensi dalam bidang yang dikaji meliputi direktur, manager,
audit internal, kepala bidang marketing dan bagian-bagian di bawahnya. Pada
pihak nasabah, karakteristik sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
nasabah BMT As Salam yang mendapat pembiayaan, yakni sebanyak 30
responden nasabah BMT pembiayaan lancar dengan kolektibilitas lancar dan 30
responden nasabah BMT tidak lancar dengan kolektibilitas kurang lancar,
diragukan dan macet.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
pendekatan, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Pendekatan analisis
kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data-data dan fakta dari hasil
observasi, wawancara dan kuisioner yang didapat dari pengurus dan nasabah
BMT As Salam, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menampilkan
data dalam bentuk tabel.
Identifikasi Risiko
ERM 3: Event Identification
Mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi dalam proses pembiayaan yang
dilakukan oleh BMT As Salam. Identifikasi dilakukan dengan mendata seluruh
risiko yang mungkin terjadi, baik risiko yang berasal dari kejadian internal
maupun eksternal. Penetapan risiko dilakukan dengan observasi secara langsung
dan wawancara dengan pihak BMT As Salam.
Tabel 3 menunjukkan skala probabilitas dari risiko yang ada. Dimana angka
menunjukan nilai skala dan keterangan menunjukkan penjelasan kualitatif
mengenai probabilitas risiko. Selanjutnya, Tabel 4 menunjukan penilaian
mengenai dampak apabila kejadian yang mengandung risiko terjadi
18
R = P x I.................................................................................................................(1)
Keterangan:
R = Tingkat risiko
P = Kemungkinan risiko terjadi
I = Dampak bila risiko terjadi
Selanjutnya, hasil dari pengukuran risiko dapat dikelompokkan ke dalam
pemetaan. Pemetaan ini dapat menunjukkan nilai pada masing-masing risiko
sesuai dengan tingkatan risikonya yang dijelaskan dalam Tabel 5.
Probable 4 20 16 12 8 4
Occasional 3 15 12 9 6 3
Remote 2 10 8 6 4 2
Improbable 1 5 4 3 2 1
Sumber: Godfrey (1996)
Tabel 6 menunjukkan bahwa pemetaan risiko dapat dilihat dari perkalian
nilai kemungkinan terjadinya risiko (probability) dan dampak jika risiko terjadi
(impact). Tingkat penerimaan risiko berdasarkan kecenderungan peluang
terjadinya risiko dan dampaknya kemudian dibagi menjadi 4 tingkat yaitu
19
[ ]
Dimana,
Pi = Probabilitas nasabah lancar
1-Pi = Probabilitas nasabah tidak lancar
X1 = Jenis kelamin (0 = laki-laki, 1= perempuan)
X2 = Usia (tahun)
X3 = Lama pendidikan (tahun)
X4 = Tanggungan keluarga (orang)
X5 = Jenis usaha, sebagai variabel dummy (0 = pertanian,
1 = perdagangan dan 2 = lainnya)
X6 = Lama usaha (tahun)
21
Aset (Rupiah) 1 420 721 950 3 834 648 450 5 892 061 287 6 468 929 321
Sumber: BMT As Salam (2014)
22
Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan berupa pinjaman bulanan dan musiman.
Pinjaman ini diberikan untuk berbagai macam kebutuhan diantara :
1. Pembiayaan Murabahah
Murabahah merupakan pembiayaan yang memposisikan nasabah sebagai
pembeli dan koperasi sebagai penjual, dan operasional murabahah ini murni
menggunakan rukun dan syarat jual beli, dimana terdapat beberapa hal yang
23
harus ada dalam transaksi jual beli tersebut. Harus ada penjual, pembeli,
objek yang diperjual belikan, ada ijab dan qabul serta ada akad yang
menyertai perjanjian jual beli ini.
2. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah dinamakan juga dengan Qiradh, yaitu bentuk kerja sama antara
pemilik modal (shohibul mal/rabbul mal) dengan pengelola (mudharib)
untuk melakukan usaha dimana keuntungan dari usaha tersebut dibagi
diantara kedua pihak tersebut, dengan rukun dan syarat tertentu.
3. Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah (syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi) adalah bentuk
umum dari usaha bagi hasil di mana dua orang atau lebih menyumbangkan
pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak.
Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan
dibagikan menurut proporsi modal. Transaksi Musyarakah dilandasi adanya
keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset
yang mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh
sumber daya.
4. Pembiayaan Qordul Hasan
Secara umum, arti qardh serupa dengan arti jual beli, karena qardh adalah
pengalihan hak milik harta atas harta. Qardh secara bahasa, berarti al qot`u
yang berarti pemotongan. Harta yang disodorkan kepada orang yang
berhutang disebut qardh, karena merupakan “potongan” dari harta orang
yang memberikan utang. Ini termasuk penggunaan ism masdar (gerund =
noun verbal ) untuk menggantikan isim maf`’ul. Secara syar`i menurut
hanafiyah, adalah harta yang memiliki kesepadanan yang anda berikan
untuk anda tagih kembali dengan kata lain suatu transaksi yang
dimaksudkan untuk memberikan harta yang memiliki kesepadanan kepada
orang lain untuk dikembalikan yang sepadan dengan itu.
Status Pembiayaan
50% 50% Lancar
Tidak Lancar
Jenis Kelamin.
Sebanyak 43 orang atau 71.7 persen responden memiliki jenis kelamin laki-
laki dan sebanyak 17 orang atau 28.3 persen responden berjenis kelamin
perempuan. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 4.
28%
Jenis Kelamin
Perempuan
72% Laki-Laki
8%
35% Usia
21-35 tahun
36-50 tahun
57%
51-65 tahun
Pendidikan
Sebagian besar responden, yaitu sebanyak 31 orang atau 51.7 persen dari
total responden hanya menempuh pendidikan formal hingga SD. Berdasarkan
25
13%
Tingkat Pendidikan
52% SD
35%
SMP
SMA
35%
Tanggungan Keluarga
1-3 orang
65%
4-6 orang
43% <1 km
54% 1-5 km
>5 km
Aset
Aset 35 orang atau 58.3 persen responden berkisar antara 100-500 juta
rupiah. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat
dilihat pada Gambar 9.
15%
27% Aset
<100 juta
100-500 juta
58% >500 juta
Jenis Usaha
Jenis usaha responden di BMT AS Salam didominasi oleh jenis usaha
pertanian, yakni sebesar 55 persen atau sebanyak 55 orang bekerja sebagai petani,
sedangkan jenis usaha yang paling sedikit dijalankan oleh nasabah BMT adalah
jenis usaha lainnya yang didominasi usaha pada sektor jasa. Karakteristik
responden berdasarkan jumlah jenis usaha dapat dilihat pada Gambar 10.
10%
Jenis Usaha
Pertanian
35% 55% Perdagangan
Lainnya
Laba Usaha
Laba usaha sebagian besar responden, yaitu 29 orang atau 48.4 persen,
mencapai sekitar Rp 2.1-5 juta rupiah per bulan. Karakteristik responden
berdasarkan jumlah jenis usaha dapat dilihat pada Gambar 12.
3%
10% Laba Usaha
<1 juta
38%
1-2 juta
2.1-5 juta
49%
>5 juta
Jumlah Pembiayaan
Sebagian besar responden, yaitu 32 dari 60 orang atau 53.3 persen
responden menerima pembiayaan pada kisaran Rp 1-4 juta. Sebanyak 12 orang
atau 20 persen responden menerima pembiayaan pada kisaran Rp 5-9 juta.
Sisanya menerima pembiayaan dengan kisaran Rp 10-55 juta. Karakteristik
responden berdasarkan jumlah pembiayaan dapat dilihat pada Gambar 13.
13%
33% Frekuensi Pembiayaan
1 kali
27% 2-3 kali
4-5 kali
>5 kali
27%
Selain visi dan misi tersebut, BMT As Salam juga memiliki sasaran tujuan
yang melatarbelakangi pendirian BMT As Salam. Tujuan tersebut yaitu memberi
manfaat kepada orang lain melalui pemberdayaan ekonomi ummat guna
membantu sesama.
Identifikasi Risiko
ERM 3: Event Identification
Identifikasi risiko yang ada di BMT As Salam dilakukan melalui
pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pihak internal BMT. Risiko yang
akan diteliti dalam penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu risiko internal dan risiko eksternal. Risiko internal mencakup risiko yang ada
pada proses pembiayaan dan operasional BMT, sedangkan risiko eksternal
mencakup risiko umum yang dipengaruhi oleh pihak di luar BMT.
Risiko pembiayaan dapat muncul akibat kegagalan pihak ketiga dalam
memenuhi kewajibannya. Risiko utama dalam pembiayaan adalah timbulnya
pembiayaan bermasalah atau macet. Pembiayaan bermasalah dapat menimbulkan
kerugian bagi pihak BMT, seperti turun atau hilangnya perolehan pendapatan,
hilangnya bagi hasil dan saldo pokok pembiayaan, menimbulkan reputasi negatif
bagi BMT dan lain sebagainya. Potensi-potensi risiko pada tahapan proses
pembiayaan di BMT As Salam dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengajuan Pembiayaan
Pada tahap pengajuan pembiayaan oleh nasabah, terdapat tiga risiko yang
mungkin terjadi. Pertama, terjadi pemalsuan data diri dan ketidakjujuran
informasi yang diberikan oleh nasabah. Kedua, kurangnya pengetahuan
nasabah tentang akad yang akan digunakan.
2. Analisis Pembiayaan
Pada tahap ini risiko yang mungkin terjadi adalah pihak BMT melakukan
kesalahan dalam menganalisis karakter, kapasitas, kapital, kondisi dan
jaminan yang dimiliki nasabah, adanya pemalsuan jaminan oleh nasabah,
dan rendahnya nilai jual jaminan.
3. Penilaian Dokumen
Pada tahap ini tidak ditemukan risiko yang mungkin terjadi. Dikarenakan
penilaian dokumen dilakukan oleh AO yang telah melakukan survei ke
lapangan secara objektif.
4. Persetujuan dan Pengikatan
Pada tahap ini risiko yang mungkin terjadi adalah adanya kekeliruan antara
nasabah dan pihak BMT dalam penetapan akad.
5. Pencairan
Terdapat dua risiko yang mungkin terjadi pada tahap ini. Risiko tersebut
adalah terjadi kesalahan prosedur dalam proses pembiayaan serta lambatnya
pihak BMT dalam memproses permohonan pembiayaan.
6. Pengawasan
Risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kurangnya pengawasan
terhadap usaha nasabah, kurangnya follow-up oleh pihak BMT serta
keterlambatan pihak BMT dalam menangani pembiayaan bermasalah.
7. Pelunasan
Pada tahap pelunasan ini terdapat risiko terlambatnya nasabah
mengembalikan pembiayaan. Selain keterlambatan, terdapat juga risiko
30
gagal bayar. Gagal bayar oleh nasabah dapat dikarenakan itikad nasabah
yang buruk, usaha nasabah mengalami kerugian atau usaha nasabah
mengalami gagal panen/bencana alam.
Risiko-risiko yang telah dijelakan dapat digolongkan ke dalam risiko
pembiayaan untuk pertanian, mengingat tidak ada perbedaan proses pembiayaan
antara sektor pertanian dan sektor lain serta sebagian besar nasabah BMT As
Salam melakukan pembiayaan untuk mengembangkan usaha pertaniannya.
Kedua, risiko operasional. Risiko operasional dapat berasal dari sumber
daya manusia, kegagalan sistem, dan kegagalan sarana dan infrastruktur BMT.
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Risiko SDM yang terdapat di BMT As Salam meliputi penyebaran
informasi yang tidak merata di kalangan staf, terdapat pandangan negatif
oleh masyarakat sekitar mengenai BMT, serta kurangnya jumlah SDM yang
dimiliki BMT. Risiko SDM juga dapat terjadi karena adanya human error
seperti kurangnya pengetahuan SDM mengenai akad-akad dalam
pembiayaan syariah, kurangny pengetahuan SDM mengenai teknologi
informasi, terjadi kesalahan pencatatan transaksi, hilangnya berkas dan arsip,
kurangnya komunikasi antar staf serta adanya tindakan moral hazard seperti
KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme).
2. Sistem
Risiko yang berpotensi terjadi adalah sistem teknologi informasi dan
jaringan BMT mengalami offline atau error.
3. Sarana
Risiko yang mungkin terjadi adalah rusak atau matinya sarana kantor seperti
sarana komunikasi, listri dan air. Hal ini dapat terjadi di luar perkiraan BMT dan
dapat menghambat jalannya kegiatan di BMT As Salam.
Ketiga, risiko yang mungkin terjadi adalah risiko eksternal. Terdapat dua
risiko yang berpotensi untuk terjadi. Pertama, terjadinya bencana alam seperti
gempa bumi, banjir atau serangan hama. Kedua, adanya kebijakan mengikat yang
dapat merugikan BMT. Identifikasi risiko yang telah diuraikan beserta
kemungkinan kejadian dan besar dampaknya terjadinya dapat dilihat pada Tabel 8.
Hasil identifikasi risiko pada sektor petanian yang diteliti di BMT As Salam
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Tsabita (2013). Hal ini menjelaskan
risiko pembiayaan syariah pada sektor pertanian di daerah yang berbeda memiliki
risiko-risiko yang serupa. Meskipun serupa, terdapat perbedaan pada probabilitas
dan dampak pada tiap risikonya.
5 5
2
4 4
Probability
19; 20 12
3 3
23; 25 26 1; 18 3; 13; 14
2 1
1 2 3 4 5
Impact
Negligible Acceptable Undesirable Unacceptable
matinya sarana kantor (komunikasi, listrik dan air) dan terjadinya bencana
alam seperti gempa bumi, tsunami dan banjir. Risiko-risiko pada tingkat ini
mengakibatkan kegiatan operasional BMT menjadi agak terhambat, namun
masih dapat berjalan seperti biasa walaupun tidak sesuai dengan target yang
telah ditetapkan.
3. Tingkat Undesirable
Risiko-risiko yang termasuk ke dalam tingkatan ini adalah pemalsuan data
diri dan ketidakjujuran informasi dari nasabah, kurangnya pengetahuan
nasabah mengenai akad yang akan digunakan, kesalahan pihak BMT dalam
menganalisis nasabah (karakter, kapasitas, kapital, kondisi dan jaminan),
nasabah gagal bayar karena itikad yang buruk, nasabah terlambat
mengembalikan pembiayaan, nasabah gagal bayar karena usahanya
mengalami kerugian dan kurangnya SDM BMT. Risiko-risiko pada tingkat
ini merupakan risiko yang perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan
kerugian yang signifikan bagi BMT yang nantinya akan mengganggu
stabilitas BMT.
4. Tingkat Unacceptable
Pada proses pembiayaan dan operasional BMT As Salam tidak ditemukan
risiko yang termasuk ke dalam tingkatan unacceptable. Hal ini dikarenakan
BMT As Salam jarang mengalami risiko dengan dampak yang besar.
Risiko yang perlu diwaspadai karena sering terjadi dan memiliki dampak
yang cukup tinggi adalah risiko kurangnya pengetahuan nasabah mengenai akad
yang akan digunakan serta nasabah terlambat mengembalikan pembiayaan.
Kurangnya pengetahuan nasabah mengenai akad-akad syariah menandakan masih
minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan syariah.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah karena kurangnya SDM
syariah itu sendiri, sehinga penyebaran informasi mengenai akad-akad syariah
kepada masyarakat masih terbatas, terutama masyarakat pedesaan seperti
mayarakat di Desa Kramat.
Risiko nasabah terlambat mengembalikan pembiayaan harus diwaspadai
karena berpengaruh kepada Non Performing Financing (NPF) BMT As Salam.
Semakin tinggi NPF BMT As Salam menunjukan semakin buruk kualitas
pembiayaan yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar,
sehingga mengganggu kinerja BMT As Salam. Keterlambatan nasabah dalam
mengembalikan pembiayaan dapat terjadi karena beberapa faktor. Di BMT As
Salam sendiri faktor keterlambatan karena moral hazard nasabah sangat jarang
terjadi. Sebagian besar nasabah terlambat mengembalikan pembiayaan karena
faktor keterlambatan masa panen. Risiko keterlambatan harus diminimalisir oleh
BMT As Salam sehingga pembiayaan yang kurang lancar tidak berlanjut menjadi
pembiayaan diragukan atau pembiayaan macet.
Respon
No Risiko Tindakan mitigasi
risiko
11 Keterlambatan pihak BMT dalam Menghindari Penetapan SOP yang jelas
menangani pembiayaan bermasalah
12 Nasabah terlambat mengembalikan Mengurangi Pendekatan kepada nasabah
pembiayaan melalui sistem jemput bola
13 Nasabah gagal bayar karena itikad yang Mengurangi Pengenalan nasabah dengan
buruk sebaik-baiknya
14 Nasabah gagal bayar karena usahanya Menerima Pengawasan dan pendampingan
mengalami gagal panen/kerugian intensif, rescheduling
15 Nasabah gagal bayar karena mengalami Menerima Penggunaan PPAP dan
bencana alam restrukturisasi
16 Penyebaran informasi yang tidak merata Menghindari Pertemuan rutin seluruh karyawan
dikalangan staf dan pemasangan papan informasi
17 Pandangan negatif masyarakat sekitar Menerima Pendekatan kepada masyarakat
mengenai BMT melalui promosi melalui event
tertentu dan pendekatan personal
18 Kurangnya SDM Mengurangi Perekrutan SDM yang handal
19 Kurangnya pengetahuan SDM Mengurangi Mengadakan pelatihan rutin setiap
mengenai akad-akad pembiayaan bulannya dan merekrut SDM
syariah handal
20 Kurangnya pengetahuan SDM Mengurangi Mengadakan pelatihan rutin setiap
mengenai teknologi informasi bulannya dan merekrut SDM
handal
21 Kesalahan pencatatan transaksi Menghindari Pengecekan ulang setiap hari oleh
manager kantor
22 Hilangnya berkas dan arsip Menghindari Penyimpanan salinan dokumen di
kantor pusat dan kantor cabang
23 Kurangnya komunikasi antar staf Mengurangi Pertemuan rutin seluruh karyawan
24 Adanya tindakan KKN Mengurangi SOP yang jelas dan tegas meliputi
perekrutan SDM, tugas dan sanksi
25 Sistem teknologi informasi dan jaringan Mengurangi Perekrutan SDM ahli IT dan
mengalami offline atau error pemeliharaan rutin
26 Matinya sarana kantor (komunikasi, Menghindari Pengadaan genset dan
listrik dan air) pemeliharaan rutin
27 Terjadinya bencana alam seperti gempa Transfer Menjadi peserta Lembaga
bumi, tsunami dan banjir Penjamin Simpanan (LPS)
28 Adanya kebijakan yang memberatkan Menerima Menyesuaikan dengan kebijakan
BMT yang berlaku
Sumber: Data primer (2015)
ERM 8: Monitoring
Kegiatan monitoring termasuk ke dalam bagian dari tindakan mitigasi risiko.
Kegiatan tersebut dilakukan seiring dengan berjalannya kegiatan operasional
BMT. Monitoring harus diikuti dengan evaluasi secara rutin. Hal ini dilakukan
secara rutin guna memastikan seluruh proses operasional dan kinerja BMT
berjalan dengan lancar dan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan sehingga
pencapaian tujuan BMT dapat terlaksana. Pihak yang berperan dalam monitoring
BMT As Salam adalah dewan pengawas syariah (DPS), pengawas internal dan
manajer kantor baik pusat ataupun cabang. DPS bertugas melakukan pengawasan
terhadap keseluruhan aspek organisasi sehingga benar-benar sesuai dengan prinsip
syariah. Pengawas internal bertugas memonitor seluruh kegiatan transaksi
operasional dan pembiayaan, memastikan tidak terjadinya penyimpangan SOP
serta membuat laporan hasil kinerja pengawasan internal yang kemudian
diserahkan kepada manajer. Manajer bertugas mengelola dan mengawasi kegiatan
operasional kantor, pengeluaran dan pemasukan biaya-biaya harian dan
pencapaian target yang telah ditetapkan. Selain mengawasi, manajer juga harus
dapat mengevaluasi dan memberikan masukan. Tujuan dari monitoring yang
dilakukan BMT As Salam adalah menghindari risiko yang dapat menghambat
39
pencapaian tujuan BMT. Secara umum, BMT As Salam telah melakukan kegiatan
monitoring dengan baik.
Odds
Std. Wald
Variable B Df Sig. Ratio
Error. Statistic
Exp(B)
Constant 28.909 18.596 2.417 1 0.120 3.588E12
Jenis Kelamin 1.368 1.204 1.292 1 0.256 3.929
Usia 0.139 0.098 2.001 1 0.157 1.149
Lama Pendidikan 0.053 0.236 0.051 1 0.821 1.055
Tanggungan Keluarga -1.898 0.760 6.241 1 0.012* 0.150
Jenis Usaha 6.517 2 0.038
Jenis Usaha (1) -4.078 1.676 5.921 1 0.015* 0.017
Jenis Usaha (2) -3.475 1.860 3.492 1 0.062** 0.031
Lama Usaha 0.003 0.086 0.001 1 0.976 1.003
Jarak tempat tinggal -0.002 0.001 6.245 1 0.012* 0.998
Aset -1.435 0.870 2.720 1 0.099** 0.238
Laba 1.063 0.854 1.550 1 0.213 2.896
Jumlah Pembiayaan -0.840 0.639 1.727 1 0.189 0.432
Frekuensi 0.128 0.257 0.248 1 0.618 1.137
Pembiayaan
*
Ket: Signifikan pada taraf 5%
**
Signifikan pada taraf 10%
nasabah dengan BMT. Sedangkan variabel yang signifikan pada taraf 10% yaitu
jenis usaha (2) aset.
Variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pengembalian pembiayaan pada taraf nyata 5%, dengan odds ratio sebesar
0.150. Artinya, peluang nasabah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga satu
orang lebih banyak dalam mengembalikan pembiayaan dengan lancar adalah
0.150 kalinya dibandingkan dengan nasabah yang memiliki jumlah tanggungan
keluarga satu orang lebih sedikit, ceteris paribus. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Sari (2011) dimana jumlah tanggungan keluarga berpengaruh
negatif pada tingkat pengembalian pembiayaan. Semakin banyak tanggungan
dalam keluarga maka akan semakin besar biaya yang harus dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, sehingga menghabiskan sejumlah
besar proporsi laba usaha nasabah. Pada umumnya, nasabah BMT As Salam tidak
memiliki pendapatan rumah tangga dari pekerjaan lainnya, sehingga jika jumlah
tanggungan keluarga semakin banyak maka peluang tunggakan semakin besar
dikarenakan hasil usaha digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya
terlebih dahulu dibandingkan dengan membayar cicilan pembiayaan. Dapat
disimpulkan pada nasabah BMT As Salam jumlah tanggungan keluarga menjadi
dasar yang harus diperhatikan dalam memberikan pembiayaan.
Variabel jenis usaha (1) atau perdagangan berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pengembalian pembiayaan pada taraf nyata 5%, dengan odds ratio jenis
usaha (1) atau perdagangan sebesar 0.017 yang artinya, peluang responden yang
memiliki jenis usaha perdagangan dalam mengembalikan pembiayaan dengan
lancar adalah 0.017 kalinya dibandingkan dengan nasabah yang memiliki jenis
usaha pertanian, ceteris paribus. Jenis usaha (2) atau jenis usaha lainnya
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian pembiayaan pada taraf
nyata 10%, dengan odds ratio jenis usaha (2) atau perdagangan sebesar 0.031
yang artinya, peluang responden yang memiliki jenis usaha lainnya dalam
mengembalikan pembiayaan dengan lancar adalah 0.031 kalinya dibandingkan
dengan nasabah yang memiliki jenis usaha pertanian, ceteris paribus. Hasil ini
menunjukan nasabah dengan jenis usaha pertanian cenderung lebih lancar
dibandingkan perdagangan dan usaha lainnya yang didominasi sektor jasa. Hal ini
tidak sesuai dengan pendugaan awal dimana sektor pertanian memiliki risiko yang
sangat tinggi, yang dapat mengakibatkan ketidak lancaran pengembalian
pembiayaan.
Dalam hal ini jenis usaha (1) dan jenis usaha (2) berpengaruh negatif pada
tingkat pengembalian pembiayaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Yulita (2011) dimana jenis usaha pertanian atau usaha on farm memiliki
kelancaran pengembalian pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
jenis usaha perdagangan dan jenis usaha lainnya yang didominasi oleh jasa atau
usaha off farm. Hal ini disebabkan adanya perbedaan karakteristik petani dengan
pedagang dan usaha lainnya. Bedasarkan pengalaman pihak BMT As Salam,
nasabah pertanian di BMT As Salam merupakan nasabah yang telah beberapa kali
menerima pembiayaan dan sudah dipercaya oleh pihak BMT, sedangkan nasabah
dengan jenis usaha perdagangan dan lainnya cenderung memiliki karakteristik
yang kurang baik jika dibandingkan dengan nasabah pertanian. Dikarenakan BMT
As Salam tidak memberikan denda apabila nasabah terlambat membayar, para
pedagang dan lainnya yang memiliki usaha dengan perputaran uang yang cepat
41
lebih memilih untuk memutarkan pembiayaan secara terus menerus untuk modal
usaha selanjutnya dibandingkan mengembalikan pembiayaannya.
Dari kesamaan hasil penelitian ini dengan penelitian Yulita (2011), dapat
ditarik kesimpulan bahwa anggapan sektor pertanian sebagai sektor yang memiliki
risiko yang sangat tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya tidak tepat, selain
itu pembiayaan pertanian dengan sistem syariah merupakan solusi yang tepat.
Oleh karena itu, lembaga keuangan terutama lembaga keuangan syariah yang
selama ini memilih menyalurkan pembiayaan pada sektor dengan perputaran uang
yang cepat seperti sektor perdagangan dan jasa, harus meningkatkan alokasi
pembiayaannya pada sektor pertanian yang selama ini masih sangat minim.
Peningkatan alokasi pembiayaan untuk sektor pertanian diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan para petani dan meningkatkan kontribusi sektor
pertanian terhadap PDB Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari pentingnya peran
sektor pertanian, padahal sudah jelas dalam Islam dijelaskan bahwa pertanian
merupakan pekerjaan yang hukumnya adalah fardhu kifayah, yang artinya usaha
pertanian wajib untuk dilakukan, namun bila sudah dilakukan oleh muslim yang
lain maka kewajiban tersebut gugur. Banyaknya ayat Al-Quran yang
menyebutkan hasil tanaman dan buah-buahan menunjukan betapa pentingnya
bidang pertanian dalam Islam, salah satunya terdapat pada Al-Quran Surah Al-
An’am : 99
”Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai
tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan
pula), zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak, Sungguh, pada yang demikian
itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah)bagi orang-orang yang beriman.”
Variabel jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengembalian pembiayaan pada taraf nyata 5%, dengan odds
ratio sebesar 0.998. Artinya, peluang nasabah yang memiliki rumah dengan jarak
lebih jauh satu kilometer dalam mengembalikan pembiayaan dengan lancar adalah
0.998 kalinya dibandingkan dengan nasabah yang memiliki rumah dengan jarak
lebih dekat satu kilometer, ceteris paribus. Hasil penelitian ini bertentangan
dengan penelitian Yulita (2011) dimana jarak tempat tinggal memiliki koefisien
positif. Perbedaan hasil penelitian dipengaruhi oleh akses dan sarana transportasi
umum yang berbeda. Baik akses dan sarana transportasi umum di Desa Kramat
tempat BMT As Salam beroperasi masih sangat minim, sehingga semakin jauh
jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT menyebabkan nasabah harus
menyediakan biaya transportasi yang lebih besar dan waktu yang lebih lama untuk
melakukan pengembalian pembiayaan. Dalam penelitian ini, jarak tempat tinggal
nasabah berpengaruh negatif pada tingkat pengembalian pembiayaan.
Variabel aset berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian
pembiayaan pada taraf nyata 10%, dengan odds ratio sebesar 0.238. Artinya,
peluang nasabah yang aset lebih banyak 1% dalam mengembalikan pembiayaan
dengan lancar adalah 0.238 kalinya dibandingkan dengan nasabah yang memiliki
aset lebih sedikit 1%, ceteris paribus. Hal ini tidak sesuai penelitian sebelumnya
oleh Haloho (2010), dimana aset tidak berpengaruh pada tingkat pengembalian
42
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Antonio S. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek. Jakarta (ID): Gema Insani
Press
Ashari, Saptana. 2005. Prospek pembiayaan syariah untuk sektor pertanian.
Forum Penelitian Agro Ekonomi [Internet]. [Diunduh 2015 Feb 27]. Tersedia
pada: http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/FAE23-2e.pdf.
Yulita A. 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit
usaha rakyat mikro (studi kasus: BRI unit Lalabata Rilau, Soppeng) [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BI] Bank Indonesia. 2014. Statistik Perbankan Desember 2014. Jakarta (ID).
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Laporan Tahunan. Jakarta (ID).
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang
Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama pada Tahun 2004-2014. Jakarta
(ID).
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha pada Tahun 2000-2014. Jakarta (ID).
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung (ID): Syaamil
Al-Qur’an.
Goedfrey PS. 1996. Control of Risk: A Guide to Systematic Management of Risk
from Construction. London (GB): Construction Industry Research and
Information Assoc.
Hafidhuddin D. 2007. Peran Pembiayaan Syariah dalam Pembangunan
Pertanian di Indonesia. Bogor (ID): Unit Pelaksana Mata Kuliah Dasar Umum
Institut Pertanian Bogor.
Hafidhuddin D, Syukur M. 2008. Pembiayaan Syariah dalam Pembangunan
Pertanian. Jakarta (ID): Pusat Pembiayaan Sekretariat Jenderal Departemen
Pertanian.
Haloho F. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian
kredit mikro PT BPD Jabar Banten KCP Dramaga [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Huda N, Heykal M. 2010. Lembaga Keuangan Islam. Jakarta (ID): Prenada
Kencana.
Hudoro P. 2014. Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan pinjaman dengan
sistem rente di desa studi kasus: Desa Panulisan Timur Kecamatan
Dayeuhluhur Kabuoaten Cilacap (periode: tahun 2013-2014) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
44
Karakteristik Usaha
1. Jenis Usaha
Pertanian
Perdagangan
Jasa
Lainnya
2. Lama usaha ...... tahun
3. Status usaha
Utama
Sampingan
4. Jarak tempat usaha dengan BMT ...... km
5. Jumlah karyawan ...... orang
6. Untuk usaha pertanian
Luas lahan usahatani M2/ha*
Omzet usahatani per musim
Pendapatan usahatani per musim
Chi-square df Sig.
Model Summary
1 2.521 8 .961
a
Classification Table
Predicted
Y
Percentage
Observed 0 1 Correct
Step 1 Y 0 26 4 86.7
1 3 27 90.0
JU 6.517 2 .038
a. Variable(s) entered on step 1: JK, U, LP, TK, JT, AS, JU, LU, LB, JP, FP.
50
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 27 Mei 1993 dari Bapak Suswono dan
Ibu Mieke Wahyuni. Penulis adalah putri keempat dari empat bersaudara. Penulis
lulus dari SMA Negeri 1 Bogor pada tahun 2011 dan pada tahun tersebut penulis
melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dengan jalur masuk Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan di Departemen
Ilmu Ekonomi, Program Studi Ekonomi Syariah.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi. Pada periode
2012/2013, penulis aktif di lembaga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Futsal IPB
sebagai bendahara I. Selanjutnya pada periode 2013/2014, penulis aktif di
Lembaga Struktural yaitu Sharia Economics Student Club (SES-C) pada divisi
Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dan sebagai anggota divisi public relation pada
organiasi yang bergerak di bidang sosial Forum For Indonesia (FFI) chapter
Bogor.