You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pemahaman merupakan salah satu faktor penting dalam belajar. Menurut Nakhleh
(1992:191) kesulitan-kesulitan dalam memahami konsep-konsep dasar dengan tepat akan
menghambat siswa dan mahasiswa dalam mengkaitkan konsep-konsep dasar tersebut
dengan konsep-konsep lain yang berhubungan. Dengan penggunaan metode atau strategi
belajar yang tepat diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari
konsep sains.

Dalam pembelajaran sains, sering menjadi masalah tersendiri bagi para guru untuk
meningkatkan pemahaman siswa karena terdapat banyak faktor, baik internal maupun
eksternal yang dapat mempengaruhi siswa dalam memahami konsep-konsep sains yang
dipelajari. Penerapan metode maupun pendekatan yang tepat dalam pembelajaran
diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari
konsep sains. Penerapan strategi dan pendekatan dalam pembelajaran akan berpengaruh
terhadap hasil yang akan dicapai oleh siswa.

Proses pembelajaran sains yang selama ini sering dilakukan hanya sekedar
memberikan ceramah atau masih merupakan transfer ilmu pengetahuan. Model
pembelajaran seperti ini kurang sesuai dengan kebutuhuan ataupun kurikulum siswa.
Pembelajaran yang masih berpusat pada guru hanya melatih siswa dalam menyelesaikan
permasalahan soal-soal dalam buku, dengan kata lain siswa hanya pasif menerima
informasi dan menunggu perintah guru.

Pembelajaran sains memerlukan partisipasi aktif baik secara fisik maupun mental
(Astuti, 2008). Seorang guru perlu memperkenalkan lingkungan (masyarakat di
sekitarnya) dan peristiwa yang sering dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari
termasuk dalam kehidupan beragama sehingga dapat meningkatkan daya tarik siswa dalam
belajar sains. Selain itu guru harus bisa membuat pertanyaan serta membuat hubungan
ilmu pengetahuan dengan kehidupan beragama dan diharapkan selain memahami konsep
yang dipelajari siswa juga memiliki mentalitas agama yang semakin kuat. Tetapi dalam
prakteknya, keterbatasan pengetahuan guru baik secara materi bahan ajar, metode atau
strategi pembelajaran maupun pengetahuan agama membuat pembelajaran menjadi
monoton (membosankan) yang berakibat siswa tidak aktif dan kurang motivasi dalam
proses belajar mengajar.

Proses pembelajaran sains yang tepat diharapkan dapat membentuk keterampilan


maupun kemampuan berpikir dalam menemukan pemecahan secara kritis dan rasional
berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari untuk
meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari. Hal tersebut menuntut pendidik (guru)
untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan, menguasai dan memiliki
konsep sendiri dengan tepat berdasarkan permasalahan yang dialami siswa dalam
kehidupan yang dialaminya. Dengan menemukan sendiri, diharapkan siswa dapat
memahami konsep secara mendalam. Dalam teori konstruktivisme, siswa dapat
mengonstruksi ( membangun ) pengetahuannya sendiri. Untuk itu guru sebagai fasilitator
harus sedia meyiapkan pembelajaran yang cocok, seperti model inkuiri.

Model pembelajaran inkuiri dimaksudkan untuk membantu pelajar secara ilmiah,


terampil mengumpulkan fakta, menyusun konsep, menyusun generalisasi secara mandiri.
Menurut Sund, pembelajaran dengan pendekatan penemuan akan membantu pelajar
menggunakan proses mental dengan mendalam, membuat penggolongan, membuat
dugaan, mengukur, menjelaskan dan menarik kesimpulan.

Pembelajaran dengan model inkuiri mempunyai proses mental yang lebih kompleks.
Sebagai contoh, merancang eksperimen, menganalis data, menghasilkan kesimpulan
dan sebagainya. Dalam pelaksanaan inkuiri dibutuhkan sikap-sikap objektif, jujur, terbuka,
penuh dorongan ingin tahu dan tangguh dalam pendirian.Membuat kesimpulan di atas
bahwa pendekatan penemuan dalam proses pengajaran dan pembelajaran mengutamakan
aktiviti pembelajaran dengan menggunakan proses mental. Tujuan berikutnya ialah
pembelajar atau penuntut akan menemukan konsep dan prinsip sendiri. Konsep dan prinsip
itu ditentukan sebagai hasil atau akibat adanya pengalaman belajar yang telah diatur secara
adil oleh pengajar.

Dalam hal ini, kami membahas jurnal oleh Carl J. Wenning Ed.D yaitu The Levels of
Inquiry Model of Science Teaching.
2. Tujuan
Adapun tujuan membahas jurnal artikel ini adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan secara detail sintaks dari tingkatan model inkuiri terbaru
2) Membantu para calon pendidik maupun pendidik menerapkan model inkuiri
dalam pembelajaran sains
BAB II

SARI JURNAL

1. Latar Belakang

Dasar dari model pembelajaran menyediakan pelaksanaan proses pembelajaran yang


terpadu. Model pembelajaran membantu pelaksana memahami pentingnya hubungan antara
aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga menyediakan kerangka interaksi antara
guru dan siswa. Sebagai contoh, model pembelajaran yamg memusat pada guru mefokuskan
tranmisi atau transfer informasi (pengetahuan) dari guru ke siswa. Sedangkan model
pembelajaran yang memusat pada siswa, pengetahuan dikontruksi atau dibangun siswa
sendiri. Tujuan model pembelajaran adalah membantu siswa belajar. Apapun model
pembelajaran harus didukung dengan teori pembelajaran. Lebih dari 20 model pembelajaran
dideskripsikan oleh Joyce dan Weil (1986), jika diruncingkan yang cocok untuk
pembelajaran sains diantaranya model konstruktivis, sosial budaya, inkuiri, dan model
langsung/interaktif.

Berdasarkan teori sebelumnya tentang penelitian pendidikan sains, banyak guru sains
dan pendidik guru sains yang setuju munculnya teori untuk menggabungkan semua model
pembelajaran sains. Hassard dan Dias (2005) mengidentifikasikannya menjadi 5 teori.
Menurut Hassard dan Dias, pembelajaran sains harus aktif, bersifat proyek percobaan
(eksperimen), bersifat membangun (konstruktif), pengetahuan yang berdasarkan teori,dan
memasukkan nilai kerjasama dan kolaborasi kerja. Rangkaian pembelajaran menjadi dasar
munculnya tingkatan model inkuiri dalam pembelajaran sains ( the levels of Inquiry model of
science teaching).

2. Tujuan

Pada tahun 2005, Wenning menerbitkan teori tingkatan model pembelajaran inkuiri
dengan 6 tingkatan yaitu pembelajaran penemuan (discovery learning), interaktif demontrrasi
(interactive demonstration),belajar inkiuri (inquiry lesson),laboratorium inkuiri (inquiry
laboratory),aplikasi dalam kehidupan nyata (real-word applications), dan hipotesis inkuiri
(hypotical inquiry). Namun pada tahun 2011 oleh Wenning diperbaharui kembali dengan
menggabungkan tingkatan model inkuiri dengan siklus pembelajaran menjadi 5 fase siklus
pembelajaran. Dengan mengintegrasikan tingkatan model inkuiri sebelumnya, penulis ingin
menghasilkan model yang lebih halus untuk pembelajaran sains sehingga secara sistematis
akan membantu siswa dalam mengembangkan intelektual dan keterampilan proses ilmiah
secara luas.

3. Teori
Karya sebelumnya, penulis menerangkan tingkatan pembelajaran model inkuiri terdiri 6
tingkatan yaitu pembelajaran penemuan (discovery learning), interaktif demontrasi
(interactive demonstration),belajar inkiuri (inquiry lesson),laboratorium inkuiri (inquiry
laboratory),aplikasi dalam kehidupan nyata (real-word applications), dan hipotesis inkuiri
(hypotical inquiry)atau disebut dengan spektrum inkuiri.Sekarang spektrum inkuiri ini
diaplikasikan dalam kehidupan nyata dengan 2 variasi yaitu pemecahan masalah diakhir
materi pada buku teks dan pemecahan masalah asli.
Untuk lebih memahami apa spektrum inkuiri yang dilakukan guru dan siswa,
dilakukanlah pengujian tujuan primer pedagodik dari masing-masing spektrum inkuiri yang
diuraikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Tujuan primer pedagogik spektrum inkuiri

Tingkatan inkuiri Tujuan primer pedagogik


pembelajaran penemuan Siswa mengembangkan konsep dasar dari pengalaman
(discovery learning) langsung ( fokus pada teori yang berlaku untuk
membangun pengetahuan )
interaktif demontrasi Siswa dilibatkan dalam penjelasan dan perumusan prediksi
(interactive demonstration) dengan dibimbing guru untuk memperoleh,
mengidentifikasi, menghadapi, memecahkan konsepsi
alternatif (pengetahuan berdasarkan teori)
belajar inkiuri (inquiry lesson) Siswa mengidentifikasi prinsip ilmiah dan/atau
hubungannya ( kerjasama digunakan untuk membangun
pengetahuan lebih rinci )
laboratorium inkuiri (inquiry Siswa menentukan hukum empiris berdasarkan pengukuran
laboratory) dari variabel ( kerjasama digunakan untuk membangun
pengetahuan lebih rinci )
aplikasi dalam kehidupan nyata Siswa menyelesaikan masalah yang dihubungkan ke situasi
(real-word applications) nyata secara induvidu atau kerjasama dan kolaborasi
kelompok menggunakan masalah dasar dan pendekatan
berbasis percobaan.
hipotesis inkuiri (hypotical Siswa menghasilkan penjelasan untuk mengamati suatu
inquiry) gejala ( percobaan lebih realistis dari pengetahuan sains)
Tingkatan model inkuiri dalam pembelajaran sains didasari oleh penelitian John
Dewey pada abad ke-20 tentang pembelajaran berbasis pengalaman. Dalam teori Dewey
belajar sain adalah suatu rangkaian belajar yang bersifat elementer dimana siswa menerima
suatu inpuls , melakukan pengamatan , memperoleh kesimpulan dari pengamatan itu dan
membuat suatu keputusan. Rangkaian belajar ini dikenal dengan siklus pembelajaran.
Dimana siswa akan membangun pengetahuan atas dasar pengalaman.

Namun ide Dewey tidak diadopsi secara luas. Dari pandangan modern, model Dewey
hanya cocok untuk masalah horizontal. Sementara itu pembelajaran berbasis pengalaman
belum sepenuhnya dapat mengembangkan keterampilan proses intelektual yang sangat
dibutuhkan pada saat sekarang. Tingkatan model inkuiri dalam pembelajaran sains
mengambil faktor-faktor ini dan menggunakan bentuk yang lebih canggih dari siklus belajar
yang lebih dekat mencerminkan karya ilmuan yang profesional. 5 fase siklus belajar yang
terbaru ini dan hubungannya dengan spektrum inkuiri ditunjukkan oleh gambar berikut.

Siklus pembelajaran adalah unsur pokok dari pembelajaran sains karena siklus
pembelajaran membantu para guru menyusun aktivitas pembelajaran. Para guru/siklus
pembelajaran dapat menyediakan susunan untuk rancangan pembelajaran dan pengantar.
Dengan menggunakan siklus pembelajaran sebagai panduan, para guru dapat dengan lebih
mudah merancang pembelajaran yang menirukan cara yang ilmuan berkarya/bekerja.
Dengan menggabungkan sebuah siklus pembelajaran kedalam unsur yang lain dari spektrum
inkuiri, para siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih luas dari intelektual dan
kemampuan proses secara ilmiah yang tidak dapat dipisahkan pada masing-masing tingkatan
inkuiri. Tingkatan model inkuiri pada pembelajaran sains adalah sebuah rangkaian siklus
pembelajaran beroperasi dalam konteks siklus yang lebih besar yang meliputi perbedaan
tingkatan inkuiri. Cincin busurdiatas merupakan tingkatan siklus pembelajaran inkuiri
dimulai tiap kali masalah baru diperkenalkan.

Bermacam-macam tingkatan pembelajaran diskovery dan inkuiri, demonstrasi


interaktif, pembelajaran inkuiri, inkuiri lab, dan hipotetis inkuiri lebih banyak dijelaskan
secara lengkap dengan menggunakan sebuah siklus pembelajaran. 5 tingkatan siklus
pembelajaran yang baru diperkenalkan dengan artikel ini memberikan tambahan susunan ke
setiap tingkatan spektrum inkuiri. Dengan menyambungkan bermacam tingkatan sebuah
siklus pembelajaran dan tingkatan-tingakatan spektrum inkuiri, seorang murid secara penuh
memahami sains sebagai proses dan hasil, dan memperoleh sebuah kepahaman yang lebuh
dalam dari keberanian secara ilmiah.

Berikut ini tingkatan siklus pembelajaran menurut beberapa pakar pendidikan yang
merupakan dasar sintaks untuk tiap tingkatan didalam tingkatan model inkuiri
dalampembelajaran sains.

Tabel 2.Siklus Belajar yang diterapkan dalam pembelajaran sains; dimodifikasi dari
Gallagher (2006)

5
4 tingkatan seni
3 tingkatan 4 tingkatan 5 tingkatan 7 tingkatan tingkatan
pembelajaran
Karplus Dykstra Bybee Eisenkraft level
sains
inkuiri
Eksplorasi Invitasi/ajakan Memunculk Melibatkan Memunculk Pengamat
an an an
Penemuan/cipt ekplorasi Perbanding menyelidiki Melibatkan Manipulas
aan/rekacipta an i
penemuan penjelasan pemecahan menjelaskan Menyelidiki Generalis
asi
Mengambil Aplikasi/pen Menguraikan Menjelaska Verifikasi
tindakan/bertind erapan n
ak
Mengevaluasi Menguraik Aplikasi
an
Mengevalu
asi
Memperlua
s

4. Pembahasan

5 Tahap tingkatan siklus pembelajaran inkuiri

5 Tahap tingkatan siklus pembelajaran inkuiri dikembangkan 15 tahun yang lalu


berdasarkan pengalaman mengajar di Universitas Illinois State program studi Pendidikan
Fisika.Meskipun tidak secara substansial perbedaan siklus belajar diidentifikasi dalam tabel
2, 5 sikuls belajar menempatkan penekanan yang konsisten dan kuat ke siswa daripada ke
guru dan menurut penulis mungkin lebih sederhana dan lebih erat mengacu pada dasar proses
keseluruhan dari ilmu fisika. Adapun kelima tahap tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Pengamatan
Siswa mengamati suatu fenomena yang dapat menimbulkan daya tarik dan
memunculkan respon siswa.Siswa mendeskripsikan secara detail apa yang mereka
amati. Mereka membicarakan tentang analogi/persamaan dan contoh lainnya dari
fenomena tersebut.Kemudian pertanyaan dirumuskan untuk diselidiki.
2) Manipulasi
Siswa mengajukan dan mendiskusikan pendapat yang mungkin diselidiki dan
mengembangkan pendekatan yang mungkin bisa digunakan untuk mempelajari
fenomena tersebut. Mereka menyusun rencana untuk mengumpulkan data kualitatif dan
kuantitatif dan kemudian melaksanakan rencana itu.
3) Generalisasi
Siswa membangun prinsip atau hukum baru yang diperlukan untuk fenomena. Siswa
memberikan penjelasan yang logis dari fenomena tersebut.
4) Verifikasi
Siswa membuat prediksi dan pengujian menggunakan hukum yang telah dirumuskan
tadi.
5) Aplikasi
Siswa menetapkan dan menyepakati kesimpulan secara independen. Kesimpulan ini
kemudian diterapkan .

Sepanjang proses 5 tahap ini, siswa terus-menerus mengkomunikasikan ide-ide,


pendekatan, proses, data, dan hasil termasuk juga kesulitan yang dialami. Mereka bekerja
baik sebagai kelompok kecil atau kelompok besar untuk mengembangkan, mengkonfirmasi,
dan menerapkan hasil temuan yang mereka peroleh pada setiap tahap inkuiri.

Sintaks umum dari tiap tahap inkuiri

Proses pendidikan adalah proses kompleks dan banyak cara pembelajaran karena ada
guru. Meskipun demikian, tingkatan model inkuiri dalam pembelajaran sains menunjukkan
praktek-praktek umum dan pendekatan tertentu yang dideskripsikan sebagai sintaks.
Bagaimana materi ditransfer kepada siswa tergantung pada sifat materi pelajaran. Ada
beberapa materi fisika yang searah dengan siklus belajar inkuiri. Misalnya pada materi gerak
sangat berbeda dengan belajar pada materi relativitas. Meskipun demikian, masih mungkin
untuk memberikan generalisasi yang bermanfaat. Berikut ini sintaks dari tahap inkuiri.

Pembelajaran Discovery
Pembelajaran Discoverymemerlukan pengembangan pemahaman konseptual atas
dasar pengalaman. Deskripsi darifenomena (jawaban atas pertanyaan "apa" dan "bagaimana")
yang diberikan. Penjelasan dari fenomena tersebut (jawaban untuk pertanyaan "mengapa)
tidak diberikan. Namun, penjelasan yang tidak diinginkan dapat saja terjadi, sehingga
penjelasan-penjelasan tersebut harus disisihkan untuk penyelidikan ke depannya. Langkah-
langkah umum berikut dapat digunakan untuk mengembangkan konsep dari spektrum inkuiri
pada tingkatan ini:
1. Guru memperkenalkan kepada siswa satu atau lebih contoh fisik yang menarik dari
fenomena yang akan dipelajari. Siswa tertarik dan penasaran dengan tampilan dari
fenomena tersebut.
2. Guru meminta siswa untuk mendeskripsikan (tidak menjelaskan) apa yang mereka lihat,
dan menghubungkan hal-hal yang sama dari berbagai contoh yang mereka melihat
tersebut.
3. Guru mendorong siswa untuk mengidentifikasi, dan menjelaskan situasi fisik lain yang
analog, dimana, fenomena tersebut juga mungkin diamati.
4. Guru mendorong siswa, bekerja dalam kelompok kecil, untuk berinteraksi dengan
berbagai contoh dari fenomena tersebut, mendorong mereka untuk mengubah variabel dan
melihat apa efeknya pada fenomena tersebut.
5. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan ide-ide, mengidentifikasi hubungan, menarik
kesimpulan, dan mengembangkan wawasan mengenai apa yang terjadi - apa yang menjadi
penjelasan dari fenomena yang diamati.
6. Jika sesuai, guru memberikan nama untuk konsep yang begitu berkembang.

Demonstrasi Interaktif
Sokoloff & Thornton (2004) memberikan 8-langkah pendekatan untuk melakukan
demonstrasi kuliah interaktif, tujuh langkah pertama yang umumnya konsisten dengan
komponen demonstrasi interaktif dari spektrum inkuiri serta 5-tahap siklus model belajar.
Kutipan mereka yang pertama terdiri dari tujuh langkah dan kemudian menggantinya menjadi
delapan, yang disediakan dalam sintaks umum berikut untuk demonstrasi interaktif dari
spektrum inkuiri:
1. Guru memberikan sebuah demonstrasi yang menggambarkan proses mekanis yang akan
diikuti untuk menunjukkan fenomena yang diinginkan. Hal ini dilakukan sama sekali
tanpa penjelasan atau pernyataan hasil.
2. Guru meminta siswa untuk berpikir tentang apa yang akan terjadi dan mengapa hal itu
akan terjadi ketika demonstrasi berlangsung, dan untuk menyatakan prediksi masing-
masing dan penjelasannya secara tertulis.
3. Para siswa terlibat dalam diskusi kelompok kecil dengan satu atau dua teman sebelah
terdekat mereka, yang tujuannya adalah untuk berbagi prediksi dan penjelasan dengan
harapan bahwa mereka akan memperbaiki diri dalam prediksi alternatif dan penjelasan
yang lebih menarik.
4. Guru memperoleh prediksi umum dari siswa dan penjelasan menggunakan proses untuk
membangun mufakat.
5. Catatan siswa, masing-masing pada lembar catatan mereka sendiri, prediksi akhir
kelompok dan penjelasan.
6. Guru melakukan demonstrasi dengan cara yang jelas dengan hasil yang jelas terlihat.
Demonstrasi ini diulangi sesuai dengan yang diperlukan sampai hasilnya jelas.
7. Guru meminta siswa untuk membandingkan hasil demonstrasi dengan kedua set prediksi.
Guru mengidentifikasi setiap konsepsi alternatif yang telah diberikan.
8. Jika konsepsi alternatif otentik diidentifikasi (bukan hanya untuk kesulitan belajar siswa),
guru menghadapi dan menyelesaikan konsepsi alternatif, dan memperkuat pembelajaran
baru dengan menggunakan pendekatan Elicit-Confront-Identify-Resolve-Reinforce
(ECIRR) (=memperoleh-menghadapi-mengidentifikasi/mengenali-menyelesaikan-
memperkuat (ECIRR) untuk menangani lebih efektif dengan konsepsi alternatif (Wenning,
2008).

Pembelajaran inquiri

Pembelajaran yang berfokus pada siswa dan guru sebagai motivator. Siswa bertindak
sebagai ilmuwan dengan bereksperimen resmi, upaya ini dilakukan untuk menentukan suatu
sistem kontrol dan memanipulasi satu variabel bebas serta untuk melihat pengaruhnya pada
variabel tunggal terikat.

Prosedur umum Pembelajaran inquiri :


1) Guru mengidetifikasi fenomena yang akan dipelajari, termasuk tujuan riset. Guru
menjelaskan pertanyaan – pertanyaan riset
2) Guru mendorong siswa untuk mengidentifikasi sistem yang akan di pelajari , termasuk
semua variabel yang bersangkutan. Siswa diminta untuk membedakan antara variabel
yang bersangkutan dan asing
3) Guru mendorong siswa untuk mengidentifikasi variabel bebas yang mungkin memmiliki
pengaruh pada variabel terikat
4) Guru meminta siswa untuk menyusun dan menjelaskan serangkaian percobaan terkontrol
untuk menentukan secara kualitatif pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Guru memberikan intsruksi berfikir untuk menjelaskan apa yang terjadi pada eksperimen
dan mengapa dilakukan dengan cara yang ditentukan.
5) Para siswa dibawah pengawasan guru melakukan serangkaian percobaan terkontrol untuk
menentukan secara kualitatif jika salah satu variabel bebas memiliki pengaruh terhadap
variabel terikat dalam kondisi yang terkendali.
6) Para siswa dengan bantuan guru menggambarkan prinsip sederhana semua hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat yang diamati.
7) Para guru dengan bantuan para siswa mengidentifikasi variabel – variabel bebas yang
perlu dipelajari lebih lanjut dalam kaitanya dengan variabel terikat di labolaturium untuk
tindak lanjut yang akan digunakan mengidentifikasi hubungan antara variabel yang lebih
tepat.

Labolaturium inquiri, aplikasi di dunia nyata dan hipotesis


Siswa menjadi lebih banyak mengetahui tentang proses ilmu pengetahuan karena
meraka berulang kali melakukan rangkaian riset menggunakan siklus 5 tahap pembelajaran
terkait, mereka menjadi lebih mandiri baik dalam pikiran dan tindakan intelektual mereka
meningkat di tiap tingkatan seiring dengan pengalaman mengerjakan tugas yang sulit.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berfokus pada siswa
dengan 6 fase berikut; pembelajaran penemuan (discovery learning), interaktif demontrasi
(interactive demonstration),belajar inkiuri (inquiry lesson),laboratorium inkuiri (inquiry
laboratory),aplikasi dalam kehidupan nyata (real-word applications), dan hipotesis inkuiri
(hypotical inquiry) dan tiap fase diikuti dengan siklus belajar yaitu observasi, manipulasi,
generalisai, verifikasi, dan aplikasi. Serangkaian proses pembelajaran tersebut bertujuan agar
siswa dapat terbiasa berkomunikasi baik terhadap sesama siswa maupun guru guna
mengembangkan pengetahuan yang di selidiki maupun yang mereka temukan. Dengan
demikian diharapkan siswa mampu mengembangkan intelektual dan keterampilan proses
yang mereka miliki.

You might also like