You are on page 1of 4

SISTEM PERADILAN PIDANA

Dosen Pengampu: Budhi Wisaksono, S.H., M.H.

1. Apa yang dimaksud dengan sistem?


Jawab :
Sistem menurut Plato ialah bahwa sistem itu selalu memiliki tujuan. Tidak hanya satu
kesatuan yang saling bekerjasama saja (Teleologis)
- Prof. Satjipto: Suatu kesatuan yang bersifat kompleks yang terdiri dari bagian-
bagian yang berhubungan satu sama lain
- Schorde dan Voich:
1. Tingkah laku yang mengarah pada tujuan
2. Keseluruhan-lebih dari sekedar jumlah bagian-bagian
3. Transformasi dari bekerjanya sub-sistem menciptakan suatu hal yang berharga
4. Keterhubungan-masing” sub-sistem harus cocok satu sama lain
5. Mekanisme kontrol
- Prof. Muladi: Terdapat 2 konteks dalam sistem, yakni:
1. Physical system, yakni sub-sistem yang bekerjasama secara terpadu untuk
mencapai tujuan
2. Abstract system, yakni gagasan-gagasan yang ada dalam suatu sistem

2. Dimana letak SPP dalam Social Policy (Kebijakan Sosial) ?


Jawab :

Social Welfare
Kesejahteraan
Policy

Social Policy Tujuan Akhir


Penal SPP
Social Defence Social Goal
Policy
Non-Penal

Kebijakan penanggulangan kejahatan pada hakikatnya merupakan bagian integral dari


upaya perlindungan masyarakat dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat. Apabila
hukum pidana dilibatkan dalam usaha mengatasi segi-segi negatif dari modernisasi
masyarakat (penanggulangan kejahatan), maka sarana penal (sistem peradilan pidana) dan
non-penal yang sudah terpadu dapat mencapai tujuan akhir dari kebijakan sosial
(kesejahteraan)
3. Apa itu Peradilan Pidana?
Jawab :
Yakni mekanisme pemeriksaan perkara pidana untuk menghukum atau membebaskan
seseorang daru suatu tuduhan pidana, dimana pada implementasinya dilaksanakan dalam
suatu SPP, yang tujuan akhirnya adalah membantu anggota masyarakat untuk
memperoleh rasa keadilan.
JADI SPP adalah Kesatuan sistem kekuasaan penegakan hukum yang secara
konstitusional disebut “Kekuasaan Kehakiman”

4. Jelaskan pengertian SPP menurut PARA AHLI!


Jawab :
a. Remmington dan Ohlin:
Yakni pemakaian pendekatan sistem terhadap mekanisme administrasi peradilan
pidana. Sebagai suatu sistem, merupakan hasil interaksi antara per-UU, praktek
administrasi dan sikap/tingkah laku sosial.
b. Mardjono Reksodiputro:
Sistem dalam suatu masyarakat ialah untuk menanggulangi kejahatan.
c. John Miller:
SPP itu luas, artinya mulai dari perrencanaan UU Pidana, hingga keluarnya
narapidana dari penjara atau pemasyarakatan.
d. VN Pillai:
Bekerja dalam satu kesatuan dalam perbedaan.
e. Larry J. Siegel:
Suatu alat/wakil pemerintah (Polisi, pengadilan dan lembaga pemsyarakatan) yang
bertanggungjawab untuk menahan, memberi putusan (mengadili) memberi sanksi,
dan membina pelaku kejahatan.

5. Dimensi apa saja yang terkandung dalam SPP?


Jawab :
Menurut Hulsman, SPP meliputi 3 dimensi:
1. Hukum Pidana sebagai suatu kumpulan teks ajaran dan cita-cita hukum
2. Keberadaan dan berfungsinya sejumlah organisasi pemerintah tertentu dalam
hubungan mereka (polisi, pengadilan, lembaga pemasyarakatan, kementrian
kehakiman, parlemen) sejauh mereka meligitimasikan aktifitas yang berkenaan
dengan hukum pidana. Organisasi tersebut dibedakan menjadi:
a. Organisasi yang menghadapi kasus-kasus yang disebut kejahatan.
b. Organisasi yang membuat undang-undang dan melaksanakan adminsitrasi
organisasi yang disebut terdahulu.
3. Yang bersifat sosial psikologis hubungan khusus antara kegiatan SPP yang dilakukan
organisasi yang disebut terdahulu dengan media massa dan hasil- hasil dramatis yang
didasarkan pada hubungan hubungan khusus, termasuk cita-cita masyarakat
berkenaan dengan kejahatan.
6. Dimana letak SPP menurut UUD NRI 1945?
Jawab :
Berdasarkan ketentuan konstitusi pasal 24 ayat (1-3), menyebutkan kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, peradilan TUN, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi serta badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman yang diatur dalam undang-undang.
Dalam peradilan pidana sendiri terlaksana sebuah sistem yang dikenal dengan sistem
peradilan pidana terpadu. Jadi tujuan dari SPP yaitu terselanggaranya sistem peradilan
yang adil sesuai dengan cita-cita yang diamanatkan oleh UUD NRI 1945, seperti
merefleksikan nilai-nilai demokrasi dan mengedapkan asas kepastian hukum.

7. Apa yang dimaksud dengan fragmentasi?


Jawab :
Kondisi dimana masing-masing sub-sistem bekerja sendiri-sendiri untuk mengejar
tujuannya sendiri tanpa memperdulikan tujuannya sendiri tanpa memperdulikan tujuan
sistem yang harus didahulukan dan dicapai secara bersama-sama oleh semua sub-sistem
dalam suatu sistem.
Fragmentasi dan kekurang efektifan SPP secara sederhana dapat diukur dengan tidak
menurunnya tingkat kejahatan dan dengan adanya para pelamggar hukum yang masih
melanjutkan melakukan kejahatan.

8. Jelaskan Peradilan Pidana Sebagai Suatu Sistem!


Jawab :
Dalam peradilan pidana terdiri dari konfigurasi tunggal berupa:
Input  Proses  Output
Input merupakan sebuah perkara/pelanggaran hukum yang harus ditangani oleh sistem
Proses merupakan bagaimana sistem tersebut mengurus Input, yakni bekerjanya kepolisian,
kejaksaaan, hakim (pengadilan), dan lembaga pemasyarakatan dalam mengurus
pelanggaran hukum
Output merupakan hasil yang diharapkan atau dikehendaki, dengan tujuan utama yaitu
menurunnya tingkat kejahatan.
Dengan melihat penggunaaan perbedaan antara input, proses dan output, dapat dilihat SPP
dalam bagian-bagian sistematiknya yang utama (SPP dalam arti luas), akan tetapi suatu
sistem (SPP) tidak selalu mampu merubah input menjadi output yang dikehendaki.
9. Apakah Tujuan Utama dari SPP?
Jawab :
1. Berkurangnya jumlah / angka kejahatan
2. Berkurangnya jumlah / angka recidive dalam masyarakat
Menurut La Patra, 3 sasaran utama SPP yaitu:
1. Pengidentifikasian dan pemrosesan pelaku kejahatan
2. Pengendalian Kejahatan dan Pelanggaran
3. Penyediaan pelayanan dalam keadaan bahaya / darurat

10. Apakah KPK termasuk kedalam SPP?


Jawab :
Komisi Pemberantasan Korupsi termasuk kedalam Sistem Peradilan Pidana, hal ini secara
tegas diatur dalam Pasal 6 huruf C, yakni melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, terkait dengan kewenangan tersebut KPK
sesuai dengan Pasal 11 berwenang terhadap pidana korupsi yang:
1. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada
kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
atau penyelenggara negara;
2. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat dan/atau;
3. Menyangkut kerugian negara paling sedikit RP. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah)

“The beautiful thing about learning is nobody can take it from you”
-B.B. King

You might also like