Professional Documents
Culture Documents
Pasien
mengaku dahak sulit keluar, batuk semakin lama semakin sering dan keluhan
disertai dengan flu dan kongesti nasal. Pasien tidak mengeluhkan adanya demam,
sesak napas ataupun kebiruan. Pasien mengkonsumsi susu formula 10-12x/hari
sebanyak ± 60 ml. Orang tua pasien mengaku tidak terdapat keluhan BAK maupun
BAB. Sebelumnya, pasien berobat ke dokter umum dan mendapatkan obat puyer
(berisi obat batuk, obat pilek dan antibiotik) namun keluhan belum berkurang.
Batuk pasien selama 12 minggu masih termasuk dalam rentang waktu batuk
akut (<8 minggu). Diagnosis banding untuk batuk akut meliputi pneumonia, infeksi
saluran pernapasan atas serta bronkhitis akut. Pada pasien ditemukan dahak sulit
keluar, di mana hal ini dicurigai dahak berasal dari sumber saluran pernapasan
bawah. Beberapa tanda-tanda yang ditemukan pada pasien, batuk berdahak,
penurunan nafsu makan dan tanda-tanda sesak (takipneu, retraksi, hipoksemia,
napas pendek-pendek) mendukung diagnosis pneumonia. Keluhan-keluhan ini juga
disertai penyumbatan saluran pernapasan (pilek), demam, iritabilitas dan penurunan
nafsu makan. Adapun, meskipun pneumonia dapat terjadi pada seluruh usia, kondisi
ini paling umum terjadi pada anak-anak di mana ia mencakup 13% dari keseluruhan
penyakit infeksius pada bayi kurang dari 2 tahun.
Pada pasien, perawatan di klinik rawat jalan berupa pemberian obat puyer
berisi obat batuk, obat pilek dan antibiotik (yang tidak diketahui). Manajemen awal
pada pasien pediatrik dengan pneumonia memprioritaskan pada identifikasi dan
penatalaksanaan distres pernapasan, hipoksemia dan hiperkarbia. Tanda-tanda
mendengkur, flaring, takipneu berat dan retraksi harus segera ditangani dengan
dukungan respiratoris. Anak dengan distres pernapasan berat perlu menerima
intubasi trakeal jika tak dapat mempertahankan oksigenasi atau mengalami
penurunan tingkat kesadaran. Selain itu, mayoritas anak yang didiagnosis dengan
pneumonia pada klinik rawat jalan diobati dengan antibiotik. Amoksisilin dosis-
tinggi dapat digunakan sebagai agen lini-pertama untuk anak dengan pneumonia
komunitas. Sefalosporin generasi kedua atau ketiga dan antibiotik makrolid seperti
azithromisin juga merupakan alternatif yang dapat diterima. Terapi kombinasi
(ampisilin dengan gentamisin atau cefotaxim) umumnya digunakan sebagai
pengobatan awal pada neonatus dan bayi berusia muda.
Lima hari SMRS pasien masih batuk, berdahak, dahak sulit keluar, batuk
semakin sering disertai pilek dan hidung tersumbat. Orang tua pasien mengaku
pasien tampak sesak yang tidak dipengaruhi cuaca dan aktivitas, selain itu kesan
sesak dirasakan terus-menerus. Orang tua pasien tidak melaporkan adanya demam
ataupun kebiruan, namun pasien ditemukan muntah setiap setelah batuk, di mana
muntah berisi susu dan lendir. Pasien tampak mulai berkurang konsumsi susu
formula ± 6x/hari dengan volume sekitar 30-60 ml. Orang tua pasien tidak
melaporkan adanya keluhan BAK ataupun BAB. Setelah itu, pasien dibawa berobat
ke poliklinik Anak RST Solo dan disarankan mondok.
Pasien yang dirawat di rumah sakit umumnya juga dapat ditangani dengan
penisilin spektrum-sempit seperti ampisilin. Pilihan agen terapi dan dosis dapat
bervariasi berdasarkan tingkat resistensi lokal. Pada area di mana resistensi sangat
tinggi (>25% dari turunan bakteri kebal), sefalosporin generasi ketiga dapat
diindikasikan. Pada anak-anak yang lebih tua, makrolid dapat diberikan untuk
menangani infeksi atipikal.
Dua hari SMRS selama perawatan di RST, orang tua pasien melaporkan
bahwa pasien demam tidak tinggi dan demam terus-menerus, tidak terpengaruh
waktu pagi ataupun malam. Pasien masih batuk berdahak, pilek dan hidung
tersumbat, namun dilaporkan sesak napas pasien berkurang. Pasien diberikan infus,
injeksi cefotaxim 250 mg/8 jam, injeksi gentamisin 25mg/24 jam, nebulisasi
ventolin ½ respules + NaCl 0.9% 2 ml setiap 12 jam, serta puyer obat batuk dan
obat pilek. Pasien dilakukan rontgen dengan hasil bronkopneumonia serta
dilakukan pemeriksaan lab darah dua kali. Ditemukan hasil pemeriksaan lab darah
berupa leukosit semakin meningkat, lalu pasien dirujuk ke RSDM.
Saat di IGD pasien sadar dan dapat tersenyum. Ditemukan pasien batuk
tidak berdahak, sudah tidak pilek, tidak demam, muntah dan sesak napas disangkal.
Pasien mengkonsumsi susu masih ± 6x/hari, dengan volume sekitar 30-60 ml.
Pasien BAK terakhir dua jam sebelum ke IGD dan BAB terakhir pagi hari sebanyak
empat kali, lunak, ampas berwarna kuning.