Professional Documents
Culture Documents
Makalah 1
Makalah 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekosistem menurut Tandjung (2003) adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Jadi, di dalam ekosistem
terjadi proses interaksi antar berbagai komponen yang menyusun ekosistem tersebut, baik
antar sesama komponen hayati (biotik) maupun komponen hayati dengan lingkungan non
hayatinya. Komponen hayati dari suatu ekosistem dapat dibedakan menjadi produsen dan
konsumen. Dalam hal ini tumbuhan berperan sebagai organisme produsen, dan berbagai
jenis binatang berperan sebagai konsumen.
Banyak buku yang ditulis oleh para ahli menjelaskan bahwa interaksi organisme
terjadi dalam banyak cara, ada yang bersifat menguntungkan (mutualisme), merugikan
atau antagonistik (parasitasi, predasi atau pemangsaan, dan kompetisi), dan ada yang
netral. Predasi yang terjadi dalam food web (jaring-jaring makanan) merupakan salah satu
contoh interaksi yang bersifat antagonistik. Kestabilan food web sangat penting bagi
kestabilan suatu ekosistem. Ekosistem yang stabil akan mengatur populasi organisme yang
terlibat dalam food web dalam taraf yang seimbang secara alami.
Interaksi dalam food web terjadi dalam suatu sistem, yang menunjukkan
ketergantungan (interdependency) yang terjadi karena faktor-faktor makanan, ruang,
habitat, serta seleksi. Pada sistem stabil, gangguan kecil (perturbasi) yang dialaminya
dapat diserap oleh sistem itu sendiri, tanpa menyebabkan gejolak atau perubahan dari
keadaan aslinya. Sistem yang keseimbangannya tidak stabil apabila mengalami perturbasi
akan semakin menjauhi keadaan seimbang dan berakibat punahnya salah satu komponen
sistem dan selanjutnya meluruhkan seluruh sistemnya Pertumbuhan populasi organisme di
alam mendekati model pertumbuhan logistik. Pada umumnya populasi organsime yang
diamati memang telah bermukim di habitatnya selama jangka waktu yang lama dan
menunjukkan perkembangan turun naik (fluktuasi), dengan rata-rata yang agak konstan.
Oleh karena itu, suatu makhluk hidup pada umumnya tidak begitu saja punah ataupun
berkembang sedemikian rupa sehingga mendominasi spesies-spesies lain. Kepunahan
spesies dari suatu habitat tertentu sewaktu-waktu mungkin terjadi karena pengaruh
perubahan yang ekstrim dari salah satu atau beberapa faktor lingkungan, tetapi hal ini
tergolong katastrof (bencana). Populasi spesies secara tiba-tiba dapat pula melonjak
sewaktu-waktu (outbreak) yang disebut sebagai ledakan populasi, yaitu peningkatan
fluktuasi populasi dalam keadaan yang jauh menyimpang dari keadaan keseimbangan dan
akan menurun kembali setelah beberapa waktu. Sebagian besar populasi dari suatu
komunitas ekosistem tidak menunjukkan gejala ledakan. Perkembangan populasinya
berjalan naik turun tetapi tidak atau jarang terjadi gejolak.
Pada kasus populasi serangga, menurut Teori Aliran Biotik, faktor utama yang
mengatur atau mengendalikan turun naiknya populasi dan mempertahankan kerapatan
rata-rata populasi untuk jangka waktu yang panjang adalah musuh alami yang berupa
parasitoid, yang disebut sebagai faktor pengendali fluktuatif. Keadaan fisik lingkungan,
misalnya cuaca yang ekstrim hanya merupakan katastrof yang bersifat sangat sementara
dan segera setelah itu populasi akan pulih kembali kepada keadaan seimbang. Burung dan
predator lain, karena populasinya selalu dalam keadan konstan dan memangsa dalam
proporsi yang tetap, sehingga bukan merupakan pengendali yang efektif. Faktor penyakit
hanya kadang-kadang saja berperan, yaitu pada tingkat kerapatan tinggi, sedangkan faktor
kelaparan tidak berarti.
Pengetahuan tentang populasi sebagai bagian dari pengetahuan ekologi telah
berkembang menjadi semakin luas. Dinamika populasi tampaknya telah berkembang
menjadi pengetahuan yang dapat berdiri sendiri. Dalam perkembangannya pengetahuan itu
banyak mengembangkan kaidah-kaidah matematika terutama dalam pembahasan
kepadatan dan pertumbuhan populasi.
Pengembangan kaidah-kaidah matematika itu sangat berguna untuk menentukan dan
memprediksikan pertumbuhan populasi organisme di masa yang akan datang. Penggunaan
kaidah matematika itu tidak hanya memperhatikan pertumbuhan populasi dari satu sisi
yaitu jenis organisme yang di pelajari, tetapi juga memperhatikan adanya pengaruh dari
faktor-faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Pengetahuan tentang dinamika
populasi menyadarkan orang untuk mengendalikan populasi dari pertumbuhan meledak
ataupun punah.
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi ledakan populasi hama ?
2. Bagaimana pengelompokkan hama berdasarkan jenis dan menurut kisaran bahaya yang
ditimbulkannya ?
3. Bagaimana perkembangan /pertumbuhan populasi hama serta table kehidupan
perkembangan hama ?
4. Bagaimana serangga hama mempertahankan kedudukan keseimbangan alami sebagai
umpan balik negaif di ekosistem ?
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi ledakan populasi hama !
2. Untuk mengetahui bagaimana pengelompokkan hama berdasarkan jenis dan menurut
kisaran bahaya yang ditimbulkannya !
3. Untuk mengetahui perkembangan /pertumbuhan populasi hama serta table kehidupan
perkembangan hama !
4. Untuk mengetahui bagaimana serangga hama mempertahankan kedudukan
keseimbangan alami sebagai umpan balik negaif di ekosistem !
1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai dampak ledakan populasi hama
2. Sebagai bahan informasi mengenai dampak ledakan populasi hama, bahaya yang
ditimbulkan serta bagaimana hama mempertahankan kedudukan keseimbangan alami
negative diekosistem.
BAB II
PEMBAHASAN
Tingkat IA, IB, IC dapat terjadi pada masa tanam sampai masa pertumbuhan
tananaman vegetatif muda. Tingkat II (menuju ke garis keseimbangan) dan tingkat
III (fluktuasi dan oskilasi populasi) terjadi pada periode tumbuh tanaman vegetatif
tua dan generatif. Sedangkan tingkat IV (penurunan) dan tingkat V (kepunahan)
terjadi sewaktu tanaman sedang dan sudah dipanen.
Untuk menghitung jumlah pertumbuhan populasi pada suatu periode waktu
dan tempat tertentu dapat digunakan rumus sederhana sebagai berikut:
P2 : P1 + N – M + I – E
P2 : populasi akhir
P1 : populasi permulaan
N : natalitas atau jumlah kelahiran
M : mortalitas atau jumlah kematian
I : jumlah individu yang masuk/melakukan imigrasi
E : jumlah individu yang keluar/melakukan emigrasi
(I-E) : D atau dispersal, merupakan ukuran penyebaran individu
Pertumbuhan populasi positif terjadi apabila jumlah kelahiran dan jumlah
imigrasi lebih besar daripada jumlah kematian dan jumlah emigrasi, serta
sebaliknya pertumbuhan negatif terjadi apabila jumlah kelahiran dan jumlah
imigrasi lebih kecil daripada jumlah kematian di tambah jumlah emigrasi.
Penyusunan tabel kehidupan adalah menunjukan gambaran menyeluruh
tentang faktor-faktor mortalitas yang berpengaruh sepnjang daur hidup suatu
spesies organisme. Dikenal tabel kehidupan khas umur atau tabel kehidupan
horisontal dan tabel kehidupan khas waktu atau tabel kehidupan vertikal. Tabel
kehidupan khas umur penyusunannya dilakukan dengan mengikuti perkembangan
satu kelompok induk (pasangan betina dan jantan) yang disebut kohort dari
permulaan suatu generasi tertentu sampai satu generasi berikutnya.
Beberapa notasi yang sering digunakan dalam suatu tabel kehidupan adalah:
x : interval umur (telur, larva, pupa, imago)
1x : jumlah individu yang hidup pada permulaan interval umur x
dx : jumlah individu yang mati selama interval umur x
dxF : faktor mortalitas yang menyebabkan dx
100qx : persen (%) mortalitas pada umur x
D. Mekanisme Keseimbangan Alami