You are on page 1of 4

KELOMPOK X

Vien Fadhilah Ilham A31115509


Muhammad Takbir T. G. A31115513
Yultianti Pakau A31115517

AUDITING INTERNAL, OPERASIONAL DAN PEMERINTAHAN

A. AUDITING INTERNAL
Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) auditing internal adalah aktivitas pemberian keyakinan serta
konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancangkan untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi
organisasi. Auditing internal membantu organisasi mencapapai tujuannya dengan memperkenalkan
pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan efektivitas proses
manajemen resiko, pengenddalian dan pengelolahan. Bagian-bagian Penting Dalam Defenisi Audit
 internal, menunjukkan bahwa aktivitas auditing dilaksanakan dalam organisasi.
 Independen dan objektif, menjelaskan bahwa pertimbangan auditor akan bernilai bebas dari bias atau
penyimpangan.
 Pendekatan yang sistematis dan berdisiplin menyiratkan bahwa auditor internal mengikuti standar
profesional yang mengatur pekerjaan audit internal.
 Membantu organisasi mencapai tujuannya menunjukkan bahwa auditing internal dilakukan untuk
membantu atau memberikan manfaat bagi keseluruhan organisasi dan diarahkan oleh sasaran serta
tujuan organisasi tersebut.

1. EVOLUSI AUDITING INTERNAL


Auditing internal dimulai dari
a) Fungsi klerikal
b) Penilaian efisiensi dan efektivitas.
c) Pengakuan profesional auditor internal.
d) Kode etik profesional yang baru dan kerangka kerja praktik profesional yang baru, dimana
kerangka kerja ini mengharuskan dikembangkannya tiga perangkat standar yang baru: yaitu
,standar atribut, standar kinerja dan standar implementasi

2. STANDAR ATRIBUT
 Independensi dan objektivitas
 Keahlian dan kemahiran dalam menggunakan keahlian profesional
 Keyakinan kualitas dan ketaatan.

B. AUDITING OPERASIONAL
Auditing operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektifitas. Efisiensi, dan
kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada
orang-orang yang tepat hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan.

1. TAHAP-TAHAP AUDIT OPERASIONAL


a. Memilih auditee. Pemilihan auditee pada intinya meski dilakukan suatu studi pendahuluan yang
berupa proses penyaringan yang akan menghasilkan peringkat calon auditee.
b. Merencanakan audit. Dasar utama dari perencanaan audit adalah pengembangan program audit yang
harus dibuat sesuai dengan keadaan auditee yang ditemui pada studi pendahuluan audit.
c. Melaksanakan audit. Tahap ini sering disebut sebagai melakukan auditing mendalam (in-depth audit).
Dalam melaksanakan audit auditor sangant mengandalkan pada pertanyaan dan pengamatan yang
dituangkan dalam pengembangan kuisioner sebagai dasar melakukan wawancara.
d. Melaporkan temuan. Laporan temuan harus memuat Suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang
lingkup audit, uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit, ikhtisar temuan-temuan,
rekomendasi perbaikan, komentar auditee, temuan auditor pada dasarnya menghasilkan kritis yang
konstruktif sehingga auditor harus sensitive terhadap reaksi penerima.
e. Melakukan tindak lanjut. Ini merupakan tahap akhir dari audit operasional. Pada tahap ini auditor
menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit.

2. KETERLIBATAN DAN STANDAR AKUNTAN PUBLIK INDEPENDEN


AICPA dalam laporannya terkait keterlibatan akuntan independen dalam auditing operasional menyatakan
bahwa suatu penugasan audit operasional merupakan bentuk lain dari jasa konsultasi manajemen. Komite ini
juga melakukan pengamatan dalam hal :
a) Akuntan independen akan semakin banyak diperlukan untuk memberikan jasa ini baik pada sektor
swasta maupun klien pemerintah.
b) Jenis jasa ini memberikan evaluasi dan nasihat yang independen kepada dewan komisaris, manajemen
senior, serta pejabat tertentu yang telah memenuhi standar tanggung jawab dan kepengurusan yang
tinggi.
c) Pengalaman yang diperoleh di bidang akuntansi public dalam aspek diagnose dan penemuan fakta dari
jasa auditing keuangan serta konsultasi manajemen memberikan latar belakang yang sangat baik untuk
melakukan audit operasional.

C. AUDIT PEMERINTAHAN
Auditing Pemerintahan (governmental auditing) mengcakup semua audit yang dilakukan oleh badan
audit pemerintahan serta semua audit atas orginisasi pemenrintahan. Badan audit pemerintahan meliputi U.S.
General accounting office, Defense contract audit agency, serta badan-badan audit negara bagian. Audit atas
organisasi pemenrintahan mencakup audit atas unit pemerintahan negara bagian dan lokal yang dilakukan oleh
para auditor pemerintah faderal serta akuntan publik independen.

1. JENIS-JENIS AUDIT PEMERINTAHAN


a. Audit Keuangan (finalcial audit) mencakup audit atas laporan keuangan dan audit terkait yang bersifat
keuangan.
 Audit atas laporan keuangan.
 Audit terkait yang bersifat keuangan.
b. Audit Kinerja (performance audits) meliputi audit atas kehematan dan efisiensi serta program
 Audit kehematan dan efisiensi.
 Audit program.

2. STANDAR AUDITING PEMERINTAHAN YANG BERLAKU UMUM (GAGAS)


Standar audit GAO dikenal sebagai Standar Auditing Pemerintahan Yang berlaku umum (generally
accepted goverment auditing standards = GAGAS). Standar GAO ini biasaynya disebut sebagai yellow book
standar sesuai dengan warna pamflet standar itu diterbitkan. GAGAS mencakup lapangan dan pelaporan.
Setiap kali dikeluarkan, standar auditing dan atestasi AICPA baru yang relevan akan diadobsi serta
dimasukkan kedalam GAGAS, kecuali GAO mengecualikan melalui pengumuman GAGAS dalam melakukan
Audit pemenerintahan atau akan melanggar kode perilaku profesional AICPA.

3. STANDAR UMUM
Kategori umum dari GAGAS terutama Berkaitan dengan kualifikasi auditor dan organisasi auditor.
Standar ini berlaku untuk kedua jenis audit pemerintahan. Ada 4 standar dalam kategori ini:
a. Kualifikasi.
b. Independensi.
c. Kemahiran Profesional.
d. Pengendalian Mutu.

4. STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN UNTUK AUDIT KEUANGAN


Standar pekerjaan lapangan GAGAS memasukkan standar ketiga standar pekerjaan lapangan AICPA
tanpa modifikasi. Melalui referensi, juga dimasukka semua SAS terkait yang dikeluarkan oleh AICPA yang
dianggap sebagai standar pekerjaan lapangan. Untuk melengkapi standar-standar ini, GAGAS memesukkan
lima standar pekerjaan lapangan tambahan sebagai berikut :
a. Komunikasi auditor
b. Tindak lanjut audit
c. Ketidaktaatan yang bukan tindakan ilegal
d. pendukementasian penilaian resiko pengendalian untuk asersi-asersi yang secara signifikan
tergantung pada sisten informasi yang terkomputerisasi
e. kertas kerja

5. STANDAR PELAPORAN UNTUK AUDIT KEUANGAN


Untuk melengkapi keepat standar pelaporan yang berlaku umum yang dikeluarkan AICPA serta SAS
terkait yang semuanya dimasukkan ke dalam GAGAS melalui referensi, yellow book mencamtumkan lima
standar pelaporan tambahan berukut:
a. ketaatan pada GAGAS
b. ketaatan pada Hukum dan Peraturan pengendalian internal
c. informasi istimewa dan rahasia
d. pembagian laporan

6. PELAPORAN MENGENAI KETAATAN PADA HUKUM DAN PERATURAN


Standar pelaporan tambahan yang dua mensyaratkan bahwa laporan auditor mengenailaporan keuangan,
atau laporan terpisah yang diacu dalam laporan auditor itu, harus mencakup informasi yang sama mengenai
pemyimpanan dan tindakan ilegal yang dilaporkan kepada komite audit menurut standar AICPA. Standar ini
juga mengharuskan auditor untuk melaporkan penyimpangan atau tindakan ilegal secar langsung kepada
pihak-pihak eksternal dalam dua kondisi jika auditee tidak melakukan sesegera mungkin setelah auditor
mengkomunikasikan hal itu kepada badan pengaturan audit.

7. PELAPORAN MENGENAI PENGENDALIAN INTERNAL


GAGAS mengharuskan auditor untuk melaporkan kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal
yang meraka anggap sebagai kondisi yang dalam dilaporakn. Comtoh kondisi yang dapat dilaporkan
mengcakup:
a. Tidak adanya pemisahan tugas yang baik dan konsisten dengan tujuan pengendalian yang sesuai
b. Bukti gagalnya mengaja aktiva dari kehilngan, kerusakan,atau penyalagunaan
c. Tidak cukupnya tingkat kesadaran pengendalian organisasi
d. Kegagalan untuk menindaklanjuti dan mengoreksi kekurangan yang sebelumnya terudentifikasi dalam
pengendalian internal.

D. SINGLE AUDIT ACT


1. TUJUAN SINGLE AUDIT ACT
a. Memperbaiki pengelolaan keuangan pemerintah Negara bagian dan local serta organisasi nirlaba
berkenaan dengan program bantuankeuangan federal
b. Menetapkan persyaratan yang seragam untuk audit atas bantuan keuangan federal yang diberikan
kepada pemerintah Negara bagian dan local
c. Mendorong penggunaan sumberdaya audit secara efisien dan efektif
d. Memastikan bahwa departemen dan badan federal, hingga ke tingkat maksimum yang memungkinkan,
mengandalkan dan memanfaatkan pekerjaan audit yang dilakukan mengikuti persyaratan Single Audit
Act

2. RUANG LINGKUP AUDIT MENURUT SINGLE ACT


Ruang lingkup audit yang dilaksanakan dijelaskan dalam Undang-Undang dan OMB Circular A-133,
memiliki lima komponen utama, yaitu: umum laporan keuangan pengendalian internal, ketaatan, tindak lanjut
audit

3. PERSYARATAN PELAPORAN
Laporan auditor bisa ditulis dalam format laporan gabungan atau laporan terpisah. Selain pedoman yang
diberikan dalam OMB Circular A-133, auditor juga harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. AU 801, Pertimbangan Auditing Ketaatan dalam Audit atas Entitas Pemerintahan dan Penerima
Bantuan Keuangan Pemerintah (SAS No. 74 dan 75)
b. AT 100, Standar Atestasi (SSAE No. 1, 4, 5, 7, dan 9)
c. At 400, Atestasi Ketaatan (SSAE No. 3, 4, dan 9 serta SAS No. 74)
d. Isi laporan auditor terdiri atas :
e. Pendapat mengenai laporan keuangan
f. Laporan mengenai pengendalian internal
g. Laporan mengenai ketaatan
h. Skedul temuan dan biaya yang diragukan

You might also like