You are on page 1of 15

TUGAS REKAYASA SUNGAI

HIDROMETRI SUNGAI

DISUSUN OLEH:
RICKY ANDRIANO
1407123747
KELAS B
HIDROMETRI
Hidrometri merupakan ilmu pengukuran dan pembahasan masalah air termasuk metoda,
kiat dan peralatan yang terpaai dalam hidrologi. Pengertian praktis hidrometri mencakup
pengetahuan tentang pengukuran dan pengolahan data aliran sungai meliputi jenis:

1. Pengukuran geodetik
2. Pengukuran elevasi muka air
3. Pengukuran kedalaman
4. Pengukuran kecepatan
5. Pengukuran debit
6. Pengukuran transport sedimen

1. Pengukuran Geodetik
Pengukuran geodetik sungai terdiri dari pemetaan situasi sungai, pengukuran tampangn
melintang, pengukuran tampang memanjang. Sesuai dengan keperluannya, pengukuran
tersebut dapat mempunyai spesifikasi yang berbeda-beda, antara lain spesifikasi dalam
interval waktu pengukuran, syarat pengikatan, ataupun skala penggambaran yang disyaratkan.
2. Pengukuran elevasi muka air
a. Pengukuran elevasi muka air dengan menggunakan papan duga
 Salah satu cara paling sederhana untuk mendeteksi dan mengukur perubahan elevasi
muka air adalah dengan menempatkan papan duga/bak ukur secara vertikal dan
mantap ditepi sungai
 Apabila range elevasi muka air sangat cukup tinggi maka beberapa papan duga perlu
dipasang, sehingga dimungkinkan untuk mengamati elevasi muka air sungai pada
elevasi rendah ataupun elevasi tinggi.
 Frekuensi pembacaan tergantung pada
 Tujuan perolehan data
 Sumber daya manusia
 Sumber daya peralatan
 Akses ke lokasi titik yang diamati
 Sebaiknya menggunakan referensi titik tetap (BM) terdekat atau membuat terlebih
dahulu
 Perawatan berkala tetap harusdilakukan, misalnya karena posisinya berubah,
pembacaan yang kurang jelas dan sebagainya.
 Ketelitian pembacaan papan duga mungkin rendah, namun terdapat beberapa
keuntungan:
 Murah dalam pembuatan dan instalansi
 Mudah dalam pemasangan
 Mudah dalam penggunaan (penduduk lokal dapat ditugasi tanpa pelatihan berarti)

Gambar 1 Papan Duga di sungai

b. Pengukuran elevasi muka air dengan menggunakan AWLR (Automatic Water Level
Recorder)
 Pengukuran ini dilakukan apabila disuatu tempat diperlukan pengamatan yang terus
menerus serta konstruksi permanent perlu
 Terdiri dari instrument pencatat yang ditempatkan pada suatu bangunan terlindung,
dihubungkan dengan sumur atau pipa pengamat
 Relative lebih teliti dari papan duga karena gangguan olakan dan gelombang
dieliminasi oleh pipa/ sumur
 Rasio antara luas penampang sumur dengan luas tampang pipa tidak boleh terlalu
besar untuk menghindari adanya perbedaan elevasi muka air sungai dengan elevasi
muka air disumur pengamat. Hal ini dapat terjadi terutama pada saat terjadi kecepatan
aliran yang cukup besar disungai.
Gambar 2 AWLR

c. Pengukuran elevasi muka air dengan model telemetri


 Memanfaatkan teknologi instumentasi (elektronik dan komputer), yang dapat
memantau elevasi muka air sungai secara realtime
 Sangat sesuai untuk mendukung kebutuhan dini, untuk menghindari bahaya maka air
tinggi yang mungkin terjadi
 Dapat menggunakan listrik, tenaga surya, ataupun baterai

Gambar 3 Alat untuk telemetri


3. Pengukuran Kedalaman
a. Pengukuran kedalaman dengan model tangkai
 Merupakan model atau teknik yang paling sederhana untuk mengetahui kedalaman
aliran sungai, yaitu dengan memasukkan tangkai kedalam aliran sungai sampai
ujungnya menyentuh dasar
 Tangkai sudah ditandai dengan skala pembacaan, bagian ujung yang menyentuh dasar
biasanya dianggap nol, sehingga yang berada dipermukaan air adalah besaran
kedalaman aliran.
 Sangat sesuai untuk sungai dengan kedalaman aliran kurang dari 1,5 m dan kecepatan
aliran kurang dari 0,8 m/dt
 Untuk kecepatan aliran yang lebih besar maka kemiringan tangkai perlu
diperhitungkan untuk koreksi pembacaan kedalaman aliran
b. Pengukuran kedalaman dengan model Kabel-Pemberat
 Untuk sungai yang relatif dalam, penggunanaan tangkai menjadi kurang praktis,
sebagai gantinya digunakan model kabel pemberat.
 Kabel dab pemberatnya diturunkan kealiran sungai, dari kapal atau jembatan, sampai
pemberat menyentuh dasar sungai.
 Interpretasi pembacaan dilakukan dengan pertimbangan kemiringan kabel dan
kelengkungan kabel.
Kekurang telitian dipengaruhi oleh:
 Kabel sulit untuk mempunyai posisi vertikal pada aliran yang mengalir.
 Posisi pemberat sangat tidak pasti, mungkin terendam ditanah lunak atau
bertumpu pada batuan
 Kabel dapat mengalami kembang/susut pada kondisi basah, sehingga
mempengaruhi pembacaan.
 Kelengkungan kabel tergantung pada jenis kabel yang digunakan, harus dikaji
kalibrasi terlebih dahulu.

Catatan tentang model tangkai dan kabel:

 Berdasarkan pengalaman , ketelitian model kabel pada umumnya lebih rendah


dibandingkan dengan model tangkai.
 Kedua model ini tidak dapat digunakan untuk mengukur kedalaman secara
kontinu sesuai rute kapal, sehingga beberapa kondisi ekstrim dapat terlewatkan.
 Keduanya memiliki sifat praktis pada kedalaman kurang dari 1,5 m

c. Pengukuran kedalaman dengan model echosounding


 Merupakan pengembangan dari pengukuran kedalaman laut, yaitu memanfaatkan sifat
fisik permbatan gelombang suara di air
 Dimungkinkan mengukur profil kedalaman sungai secara kontinu.
 Sangat dianjurkan untuk kebalaman lebih besar dari 1,5 m
 Peralatan harus secara periodik dikalibrasi, dalam praktek dianjurkan sekali setiap hari
selama penggunaan.
 Perlu perhatian apabila diinginkan pengukuran profil kedalaman secara kontinu,
terutama menyangkut pendeskripsian posisinya.

Gambar 4 Echosounding

4. Pengukuran kecepatan
a. Pengukuran kecepatan dengan model pengapung
 model pengapung adalah model yang paling sederhana dalam pengukuran kecepatan
aliran, sekaligus yang paling kurang teliti
 yang diukur adalah interval waktu yang diperlukan oleh pengapung untuk menempuh
suatu jarak yang telah ditentukan. Nilai kecepatan rata-rata merupakan perkalian
antara faktor koreksi (0,6-0,9) dengan kecepatan pengapung.
 Nilai faktor koreksi sangat tidak konsisten, tergantung pada kedalaman aliran, koreksi
angin dipermukaan, dll
 Tingkat ketelitian dapat ditingkatkan dengan membuat kalibrasi pada berbagai
kedalaman aliran.
 Pengapung harus digunakan pada penggal sungai yang lurus dengan jarak sekurang
kurangnya 20 m
 Pada sungai yang relatif lebar, pengukuran kecepatan dengan pengapung harus
dilakukan lebih dari satu lintasan.
 Pada sungai yang relatif lebar, pengukuran kecepatan dengan pengapung harus
dilakukan lebih dari satu lintasan

Gambar 5 Metode Pengapung

b. Pengukuran kedalaman dengan model pengapung hidrodinamik


 Terdiri dari pemberat yang dirangkai dengan kabel baja membentuk pendulum,
sehingga disebut pendulum meter
 Karena pengaruh gaya hidrodinamik pemberat akan membentuk sudut  terhadap
sumbu vertikal
 Kecepatan pada suatu titik berbanding langsung dengan  sesuai persamaan berikut:
2𝑊
𝑉2 = 𝑡𝑎𝑛 ∝
𝐶𝐴𝜌
Dengan:
V = kecepatan titik (m/d)
W = berat terendam (N)
C = koefisien drag dari pemberat
A = luas tampang pemberat (tegak lurus arah aliran)
 = rapat massa air (kg/m3)

Catatan:
 Pemberat yang digunakan berbeda antara kecepatan aliran tinggi dan kecepatan aliran
rendah
 Untuk kecepatan aliran tinggi menggunakan pemberat yang relatif lebih berat serta
luas tampang relatif besar, dan sebaliknya
 Seperti halnya peralatan pengukuran yang lain, kalibrasi harus dilakukan dan
diperhitungkan dalam interpretasi hasil
c. Pengukuran kedalaman dengan model current meter
 Merupakan peralatan ukur kecepatan aliran yang sering digunakan dalam hidrometri
sungai
 Prinsip kerja adalah mengkonversi momentum yang timbul oleh aliran ke suatu nilai
torsi, kemudian dikalibrasi menjadi kecepatan
 Konversi diperoleh dalma bentuk putaran baling-baling yang berputar pada sumbu
aliran
 Kalibrasi dilakukan di laboratorium, yaitu membuat hubungan antara jumlah putaran
bling-baling dengan kecepatan aliran
 Currentmeter tipe horizonral-axis propeller meter, digunakan dengan cara
menggantungkan pada kabel, sedangkan keseimbangan diperoleh dengan adanya sirip.
 Umumnya dilengkapi 2 baling-baling:
 Kecepatan antara 0,04-0,08 m/d
 Kecepatan 0,4-0,35 m/d
 Perhatian yang diperlukan dalam penggunaan currentmeter pada kondisi turbulen
adalah:
 Hadirnya aliran sekunder
 Hadirnya fluktuasi kecepatan aliran
 Diasumsikan bahwa pada setiap penggunaan horizontaly axis propeller, terdapat
kecenderungan bahwa:
 Hasil pembacaan kecepatan agak under estimate
 Hasil pembacaan fluktuasi aliran adalah agak over estimate
 Aturan umum: setiap pengukuran dengan current meter agar dilakukan pada penggal
sungai yang lurus, sejauh-jauhnya dari bagian belokan
5. Pengukuran Debit
Pengukuran debit merupakan bagian terpenting dalam hidrometri sungai, karena terdiri
dari berbagai pengukuran terkait (elevasi muka air, kedalaman aliran, serta kecepatan aliran).
Persyaratan umum dari pengukuran debit, seperti halnya pengukuran hidrometeri sungai
lainnya adalah: secara teknik dapat diterima, ekonomis serta teliti.
Perhitungan besarnya debit merupakan perkalian antara nilai kecepatan rata-rata dengan
nilai luas tampang rerata. Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan kecepatan rerata
vertikal, yaitu:
a. Metode satu titik
 Kecepatan ukur pada kedalaman 0,5-0,7 kedalaman, tergantung pada kondisi lokal,
dan titik ini diasumsikan mewakili vertikal
 Anggapan ini diturunkan dari pertimbangan teoritis bahwa distribusi vertikal
kecepatan mengikuti formula logaritmik
 Metode digunakan dimana estimasi debit diperlukan segera dan pada kedalaman air
yang relatif dangkal
b. Metoda dua titik
 kecepatan diukur pada dua titik pada kedalaman 0,2 d dan 0,8d dan kecepatan rerata
pada vertikal tersebut adalah sebesar rerata aljabarnya
 Metode ini banyakk digunakan dan dinilai memberikan hasil yang cukup bagus,
terutama pada aliran seragam dengan kedalaman diatas 0,7 m.
c. Metode tiga titik
 Kecepatan ukur pada tiga titik pad suatu vertikal, yaitu 0,15d, 0,5d, dan 0,85d dan
kecepatan reratanya didapat dari rerata ketiga data tersebut
 Metoda ini banyak digunakan pada saluran atau sungai yang banyak ditumbuhi
vegetasi
d. Metode lima titik
 Kecepatan diukur pada lima titik pada suatu kedalaman, yaitu: didekat permukaan,
0,2d, 0,6d, 0,8d serta didekat dasar
 Kecepatan rerata pada vertikal dihitung dengan persamaan berikut:
𝑉𝑠 + 3𝑉0,2 + 2𝑉0,6 + 3𝑉0,8 + 𝑉𝑏
𝑉=
10
Semua hasil pengukuran dan perhitungan kecepatan rerata selanjutnya disiapkan untuk
menghitung besarnya debit. Terdapat dua metoda perhitungan debit yang dikenal yaitu
metode aritmatik dan metoda grafis.
a. Perhitungan debit metoda aritmatik
merupakan metoda yang paling sederhana dan aplikasi yang sering digunakan. Terdiri dari
perhitungan kecepatan rerata dan kedalaman pada suatu vertikal
Debit parsial antara dua vertikal yang berdekatan adalah:
(𝑉𝑖 + 𝑉𝑖+1 ) (𝑑𝑖 + 𝑑𝑖+1 )
𝑄𝑖→(𝑖+1) = 𝑏𝑖→(𝑖+1)
2 2
Debit total adalah penjumlahan dari debit parsial, atau:

𝑄 = ∑ 𝑞𝑖
𝑖=1

Yang hampir mirip dengan metoda aritmatik adalah debit parsial qi dihitung berdasarkan
segmen yang diwakili oleh vertikal, atau

𝑏𝑖 𝑏𝑖+1
𝑞𝑖 = 𝑑𝑖 𝑉𝑖 ( + )
2 2

b. Perhitungan debit metoda grafis


 distribusi vertikal kecepatan digambar untuk setiap vertikal, kemudian luasan antara
kurva dan vertikal dihitung dengan planimeter
 kecepatan rerata dihitung dengan salah satu cara yang telah disebutkan, kemudian area
dihitung dengan persamaaan
𝑑

∫ 𝑣 (𝑑𝑦) = 𝑉𝑑
0

 luasan parsial diukur atau dihitung kemudian diskalakan pada tampang melintang,
sehingga diperoleh titik-titik. Suatu garis lengkung ditarik menghubungkan tiitik-titik
yang telah diperoleh tersebut
 apabila skala x untuk jarak S1 skala y untuk luasan distribusi kecepatan adalah S2, dan
a luasan bagian yang terarsir, maka debit adalah:
𝑄 = 𝐴 × 𝑆1 × 𝑆2
c. Metode diagram kontur
 setelah diagram kontur digambar luasan parsial antara dua kontur berdekatan dihitung
dengan planimeter
 selanjutnya dibuat diagram baru hubungan antara kecepatan vs luasan
 luas area yang dibatasi oleh kurva dan sumbu x adalah total debit yang dicari total
debit adalah:
𝑛

𝑄 = ∑ 𝑉𝑖 × 𝐴𝑖
𝑖=1

Dengan:
Vi=kecepatan yang diwakili oleh kontur kecepatan
Ai=luasan parsial untuk kontur yang bersangkutan

6. Pengukuran sedimen
Suatu informasi tentang kapasitas kapasias angkutan sedimen pada suatu sungai adalah
hal yang penting pada sungai, karena informasi ini akan diperlukan untuk menganalisa
perubahan morfologi sungai maupun analisa perubahan morfologi sungai maupun perilaku
sungai. Total transport sedimen biasanya akan berupa angkutan melayang dan angkutan dasar
Suspended load adalah material yang dibawa oleh air diatas lapis dasar, terdiri dari
material-material yang melayang-layang untuk waktu tertentu, dapat berupa material pasir dan
material lain yang lebih halus seperti lempung dan lanau. Sedang bed load adalah material
yang dibawa oleh air melalui lapisan dasarnya, dengan cara meloncat, menggesar, atau
menggelinding.
Beberapa alat ukur untuk sedimen dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. bed material sampler
alat ini dipakai untuk mengambil tanah dasar sungai, untuk kemudian dianalisa
tentang sifat-sifatnya. Pengambilan material dasar dapat dengan dua cara, yaitu dengan
mengeruk sepanjang dasar atau dengan menggali kedasar sungai sampai kedalaman
tertentu

Gambar 6 Bed Material Sampler

2. bed load sampler


pengukuran bed load sampler ini sangat sulit karena alat yang dimasukkan sering
mengganggu aliran pada lapisan dasar, sehingga bed load yang diukur kurang mendekati
keadaan yang sebenarnya. Baisanya hasilnya perlu dikombinasi dengan perhitungan bed
load secara teoritik.
Gambar 7 Bed load Sampler

3. suspended load sampler


biasanya berupa “integrating sampler”, yaitu menangkap langsung sediment melayang
pada berbagai kedalaman.

Gambar 8 suspended load Sampler

You might also like