You are on page 1of 26

LAPORAN KASUS

KISTA OVARII

Oleh

Ivan Kristantya
NIM 122011101064

SMF/LAB. OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSD dr. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
LAPORAN KASUS

KISTA OVARII

disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


SMF/Lab. Obstetri dan Ginekologi RSD dr. Soebandi Jember

Oleh

Ivan Kristantya
NIM 122011101064

SMF/LAB. OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSD dr. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAFTAR ISI

Daftar Isi 2
BAB I Pendahuluan 3
BAB II Tinjauan Pustaka 5
BAB III Laporan Kasus 23
Daftar Pustaka 35
BAB I
PENDAHULUAN
Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan
menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang
banyak menyerang wanita.1
Kista adalah pertumbuhan berupa kantong (pocket, pouch) yang tumbuh
dibagian tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan
atau materi semisolid yang tumbuh dalam ovarium.1
Sebagian besar kista tidak menimbulkan gejala yang nyata, namun
sebagian lagi menimbulkan masalah seperti rasa sakit dan perdarahan. Bahkan
kista ovarium yang malignan tidak menimbulkan gejala pada stadium awal,
sehingga sering ditemukan dalam stadium yang lanjut. Komplikasi yang paling
sering dan paling serius pada kista ovarium yang terjadi dalam kehamilan adalah
peristiwa torsio atau terpeluntir. Ada beberapa kista yang dapat menjadi ganas,
dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita yang mulai
menopause1,9.
Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan
penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Insidensi keganasan
ovarium memiliki variasi yang luas rerata tertinggi terdapat di Negara
Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika, insidensi keganasan
ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988
sampai 19913,4. Sedangkan di RSUD dr. Soebandi Jember jumlah seluruh
penderita kista ovarium menempati peringkat nomer 2 dari 10 kasus tertinggi pada
statistik poli kandungan RSD dr. Soebandi pada bulan Februari hingga Maret
2017.
Penatalaksanaan kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut. Tidak
semua kista ovarium ditatalaksanai melalui pembedahan, apalagi ternyata kista
tersebut dapat resolusi spontan. Namun, sebagian besar memerlukan pembedahan
untuk mengangkat kista tersebut. Penanganannya melibatkan keputusan yang
sukar dan dapat mempengaruhi status hormonal dan fertilitas seorang wanita.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Ovarium


Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri dengan
mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan.
Ovarium berukuran sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira- kira 4
cm, lebar dan tebal kira- kira 1,5 cm.5
Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat
ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk
ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya ke atas dan belakang,
sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung yang dekat dengan
tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat dengan uterus, dan tidak
jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum. Ujung ovarium yang
lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium
tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan yang ada di
ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal dari
gubernakulum.5
Struktur ovarium terdiri atas :
1. Korteks ovarium ; terletak di sebelah luar yang diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta
folikel- folikel primordial
2. Medulla ; terletak di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma
dengan pembuluh- pembuluh darah, serabut – serabut saraf dan sedikit
otot polos.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap
bulan satu folikel akan keluar, kadang- kadang dua folikel yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graff. Folikel – folikel ini merupakan
bagian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak
yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat- tingkat perkembangan dari satu sel
telur dikelilingi oleh satu lapisan sel- sel saja sampai menjadi folikel de Graff
yang matang terisi dengan likour folikulli, mengandung estrogen dan siap untuk
berovulasi.5,6. Folikel de Graff yang matang terdiri atas :
1. Ovum ; yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm yang mempunyai
nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus
pula
2. Stratum granulosum yang terdiri atas sel- sel granulisa, yakni sel- sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum ; pada
perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu rongga terisi likour
folikuli
3. Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan
sel- sel yang lebih kecil daripada sel granulosa
4. Teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak
Pada ovulasi, folikel yang matang dan yang mendekati permukaan
ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel- sel granulosa yang
melekat pada ovum yang membentuk korona radiata bersama- sama ovum ikut
dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam dua tahap
sebagai persiapan untuk dapat dibuahi. 5,6
Setelah ovulasi, sel- sel stratum granulosum di ovarium mulai
berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likour folikuli.
Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh- pembuluh darah kecil yang ada di
situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel diberi
nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di dalam sel-
selnya timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus luteum. Sel-
selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat
diantaranya. 5,6
Di tengah- tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada
pembuahan ovum, sel- sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan
menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum lambat
laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi, korpus luteum tetap ada,
malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2,5 cm pada
kehamilan 4 bulan. 5,6
Gambar 1. Anatomi ovarium

2.2. Definisi Tumor Ovarium


Tumor ovarium adalah sebuah proses penumbuhan jaringan baru yang
berasal dari ovarium baik yang bersifat jinak maupun ganas. Beberapa literatur
menggolongkan kista sebagai tumor namun beberapa literatur lain memisahkan
antara tumor dengan kista. Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong
abnormal yang berisi cairan.Karena secara definisi tumor adalah jaringan, oleh
karena itu beberapa literatur membedakan antara kista dengan tumor ovarium.
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan
tumor ovarium yang paling sering dijumpai ialah kista dermoid, kista coklat atau
kista lutein. Tumor Ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak
janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala kedalam
panggul1.
Gambar 2 : Ilustrasi Tumor Ovarium

2.3. Epidemiologi
Berdasarkan data penilitian di Amerika Serikat, umumnya kista ovarium
ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal maupun
transvaginal dan transrektal.Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang sudah
postmenopause.Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista jinak, dan
10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan.
Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif
jarang pada wanita postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur
yang spesifik mengenai usia terjadinya kista ovarium.5

2.4. Sifat Kista


2.4.1 Kista Fisiologis
Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya
berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran
dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan
dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi,
karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati
apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang bersifat
fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena masih mengalami
menstruasi. Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid.
Beberapa jenis kista fisiologis diantaranya adalah kista korpus luteal, kista
folikular, kista teka-lutein.4
2.4.2 Kista Patologis
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.Kanker
ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi.
Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa
gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga
60-70% pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent
killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.1
Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang
tidak disadari penderita.Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti
penyakit umumnya.Itu sebabnya diagnosa agak sulit dilakukan.Gejala gejala
seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak
enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah
demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses
laparoskopi.1,2
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium.Jenis ini ada yang bersifat
jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak
menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas.Tetapi sampai saat
ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut. Kista ganas
yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal dan tidak
teratur.Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal
memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas.1,2,3

2.5 Klasifikasi Kista


Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik
dan neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis
sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus
dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya .
Kista ovarium neoplastik jinak diantaranya:

a. Kistoma Ovarii Simpleks


Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat
besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif
sehingga timbul perleketan kista denganomentum, usus-usus, dan peritoneum
parietale. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perleketan dan produksi musin yang
terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan dengan
pengangkatan kista in tito tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau tanpa salpingo-
ooforektomi tergantung besarnya kista.

c. Kistadenoma Ovarii Serosum


Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, tapi
jika multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar,
tetapi tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga
dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma ovarii
musinosum.

d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm.
Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan
tapi juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding
kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian
lagi padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga
berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah
nyeri mendadak di perut bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid.
Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar di rongga
peritoneum.Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dermoid bersama seluruh
ovarium.

Kista nonneoplastik terdiri dari:


a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah
tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim,
melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan
besarnya biasanya dengan diameter 1 – 1,5 cm. Kista folikel ini bisa menjadi
sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang terdiri atas
beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, maka
terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kistaberwarna jernih dan sering
kali mengandung estrogen.Oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat
menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat laun dapat mengecil dan
menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista pun menghilang.
Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu dahulu
karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang sendiri.

b. Kista Korpus Luteum


Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus
albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum
persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya
kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista
korpus luteum lebih jarang dari pada kista folikel. Dinding kista terdiri atas
lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel
teka.Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea
diikuti oleh perdarahan tidak teratur.Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa
berat di perut bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat
menyebabkan ruptur.Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya
amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan
kehamilan ektopik yang terganggu.Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas
kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus
luteum ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi
atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa
mengorbankan ovarium.

c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan
tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan
bisa menjadi sebesar ukuran tinju.Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan
tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah
akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan
hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.

d. Kista Inklusi Germinal


Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak terdapat pada
wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista
ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium
yang diangkat waktu operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium,
dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya
cairan jernih dan serus.

e. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput
dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang
menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis
karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit
endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini
berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa
karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani
sehingga kuman-kumannya masuk kedalam selaput perut melalui saluran indung
telur. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan selaput perut, sehingga mudah
terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan dengan haid.
Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan tumpah dari rongga rahim ke
liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang
sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal
dengan endometriosis. Karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis
sering disebut kanker jinak.
a
f. Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya
licin.Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom Stein-
Leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.
Umumnya pada penderita terhadap gangguan ovulasi, oleh karena endometrium
hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.

2.6 Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan
pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista
ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.1
Faktor resiko terjadinya kista ovarium.4
a. Riwayat kista ovarium sebelumnya
b. Siklus menstruasi yang tidak teratur
c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
d. Menstruasi dini
e. Tingkat kesuburan
f. Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
g. Terapi tamosifen pada kanker mamma

2.7 Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.1,6
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG.1,2
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, hcg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG.1,2
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal,
dan mesodermal.Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium
ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel
dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.1,2
2.8Tanda dan Gejala
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.4,6
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut:
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.4

2.9 Diagnosis
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
fisik.Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan
fisik.Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kista
ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan adalah :
Ultrasonografi (USG)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau
padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.5,6

Dari gambaran USG dapat terlihat:


a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan
terlihat sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi
belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding
depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler
(bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal
echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam
kista.
Gambar 11 : Gambaran Kista pada USG

Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis
apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas.Berikut pemeriksaan yang umum
dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.
a. Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini digunakan untuk screening
awal apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat

diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga


dapat membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
c. Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan

lain, baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan
diagnosis banding.
d. Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker spesifik pada keganasan
ovarium adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang
spesifik karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan
ovarium.
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor
ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi,
kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop.6
2.10 Penatalaksanaan
1. Observasi dan Manajemen Gejala
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (watchful
aiting) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan
sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga
ganas. Apabila terdapat nyeri, maka dapat diberikan obat-obatan simptomatik
seperti penghilang nyeri NSAID1,2,4
2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni
dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi.
Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengalami penurunan
berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu bersifat jinak
atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi setelah dilakukan
pengangkatan kista itu sendiri melalui operasi. Biasanya untuk laparoskopi
diperbolehkan pulang pada hari ke-3 atau ke-4, sedangkan untuk laparotomi
diperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau ke-9.1,2,4
Indikasi umum operasi pada tumor ovarium melalui screening USG
umumnya dilakukan apabila besar tumor melebihi 5cm baik dengan gejala
maupun tanpa gejala. Hal tersebut diikuti dengan pemeriksaan patologi anatomi
untuk memastikan keganasan sel dari tumor tersebut.1,2,4,6

2.11 Prognosis
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh
di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila sudah dilakukan
operasi, angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu 13%. Kematian
disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat
terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan
sudah dalam stadium akhir.1 Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. TH
Usia : 55 tahun (2 Juni 1962)
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : JAwa
Alamat : Jl. Letjen Suprapto V / 2, Jember
Status Pernikahan : Menikah
MRS : 8 Mei 2017
No Rekam Medik : 161167

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri
hilang timbul dirasakan di 1 titik dan tembus ke punggung. Sebelumnya
pasien sudah memeriksakan diri ke spesialis kandungan di Jakarta dan pada
pemeriksaan dikatakan terdapat kista multiple. Keluhan sesak disangkal. Mual
dan muntah tidak dirasakan. Gangguan makan juga di sangkal pasien. Pasien
juga menyangkal riwayat demam maupun penurunan berat badan. Gangguan
BAK dan BAB tidak dirasakan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, ataupun
asma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat anggota memiliki keluhan serupa disangkal. Riwayat anggota
keluarga memiliki penyakit keganasan disangkal.
Riwayat pengobatan
Pasien pernah memeriksakan dirinya ke Sp.OG 6 bulan yang lalu dan
dinyatakan terdapat kista multiple. Pasien mendapat obat analgesik dan
direkomendasikan untuk operasi
Riwayat menstruasi :
- Menarche : 13 tahun
- Siklus menstruasi : sudah menopause sekitar 5 tahun yang lalu
Riwayat Kontrasepsi :
- Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
Riwayat Perkawinan
- Pasien menikah usia 16 tahun, dan ini merupakan pernikahan pertamanya.
Riwayat Obstetri :
- Pasien mengaku tidak pernah hamil.
STATUS GENERALIS
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran/GCS : Compos Mentis/E4V5M6
c. Tanda vital
- Tekanan darah : 120/90 mmHg
- Frekuensi nadi : 72 x/menit
- Frekuensi napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,7oC
d. Kepala/leher : konjungtiva anemis -/-; ikterik -/-
e. Thorax
- Inspeksi: retraksi (-)
- Palpasi: pergerakan dinding dada simetris
- Perkusi: sonor +/+, batas jantung dbn
- Auskultasi: C S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-); P
vesikuler +/+ wheezing -/-, rhonki -/-.
f. Abdomen:
Inspeksi Flat
Auskultasi BU (+)
Perkusi Terdapat area redup
Palpasi massa (+) regio suprapubik, konsistensi padat
kenyal, batas tegas, immobile, nyeri tekan massa (+),
g. Ekstremitas: hangat (+/+)/(+/+) ; edema (-/-)/(-/-)
III. STATUS GINEKOLOGI
1. Abdomen :
- Inspeksi : tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-)
terlihat massa menonjol di regio kiri bawah.
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Perkusi: terdapat area redup sesuai batas massa
- Palpasi : defans muskular (-), undulasi tes (-), shifting dullnes (-).
Teraba massa 12x8 cm di regio suprapubik hingga iliaka sinistra,
konsistensi padat kenyal, batas tegas, immobile, nyeri tekan massa (+),
2. Genital Eksterna :
Inspeksi : perdarahan pervaginam (-), tanda peradangan (-)
Pemeriksaan Dalam (VT) :
Dinding vagina normal, massa (-). Portio licin, Ø (-), nyeri goyang (-).
Adneksa Parametrium kiri teraba massa, padat, tidak dapat digerakkan,
nyeri (-). Adneksa Parametrium kiri Cavum Douglas dbn. Corpus Uteri
antefleksi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
1. Hb :11,2 g/dL
2. HCT : 32,1 %
3. Leukosit :12,1 x 109/L
4. Tombosit : 199 x 109/L
Pemeriksaan USG 28/03/2017
Hasil : - Uterus AF ukuran 6,4 x 3
- Massa kistik adnexa dextra 13 x 10 x 6 cm

DIAGNOSIS KERJA
Pre Operasi : Kista Ovarium
Post Operasi : Kista Ovarium

PENATALAKSANAAN
 Observasi KU, Vital Sign dan Perdarahan
 Cek laboratorium sebelum operasi
 Konsultasi ke bagian Jantung dan Anaestesi sebelum operasi.
 Laparotomi (TAH-BSO)
 Pemeriksaan Patologi Anatomi

LAPORAN OPERASI
Telah dilakukan laparotomi TAH-BSO-Omentektomi oleh dr.Yonas, Sp.OG pada
9 Mei 2017. Eksplorasi didapatkan:
1. Uterus Atropi
2. Adnexa dextra, ovarium tampak massa kistik dengan bagian padat ukuran
20 x 10 x 10 cm
3. Adnexa sinistra, ovarium tampak massa kistik dengan bagian padat ukuran
15 x 10 x 8 cm
 Penatalaksanaan post op
- IVFD RL 20 tpm
- Cefotaxim 3 x 1 gr
- Antrain 3 x 1 gr
- Pertahankan DC 24 jam
- Observasi pasien 2 jam post op

FOLLOW UP
9 Mei 2017
S/ Nyeri luka operasi
O/
KU : cukup TD : 110/90 RR : 20
Kes : CM N : 88 Tax : 36,5
Status Generalis
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thorax :
 Cor : Ictus cordis tidak tampak, teraba di ICS V MCL Sinistra. Batas
jantung tidak melebar. S1 S2 tunggal, e/g/m -/-/-
 Pulmo : Gerakan dada simetris, tidak didapatkan retraksi. Perkusi sonor di
kedua sisi. Suara vesikuler +, Rhonki -, Wheezing -.
Abdomen : flat, bising usus +, timpani, supel. Luka operasi dressing (+),
rembesan (-)
A/ Post TAH – BSO – Omentektomi a.i kistoma ovarii bilatera curiga ganas H0
P/ IVFD RL 20 tpm
Cefotaxim 3 x 1 gr
Antrain 3 x 1 gr
Pertahankan DC 24 jam
Observasi pasien 2 jam post op

10 Mei 2017
S/ Nyeri luka operasi berkurang. Flatus (+)
O/
KU : cukup TD : 110/80 RR : 20
Kes : CM N : 78 Tax : 36,2
Status Generalis
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thorax :
 Cor : Ictus cordis tidak tampak, teraba di ICS V MCL Sinistra. Batas
jantung tidak melebar. S1 S2 tunggal, e/g/m -/-/-
 Pulmo : Gerakan dada simetris, tidak didapatkan retraksi. Perkusi sonor di
kedua sisi. Suara vesikuler +, Rhonki -, Wheezing -.
Abdomen : flat, bising usus +, timpani, supel. Luka operasi dressing (+),
Rembesan (-)
A/ Post TAH – BSO – Omentektomi a.i kistoma ovarii bilatera curiga ganas H0
P/ IVFD RL 20 tpm
Cefotaxim 3 x 1 gr
Antrain 3 x 1 gr

11 Mei 2017
S/ Nyeri luka operasi minimal
O/
KU : cukup TD : 110/80 RR : 20
Kes : CM N : 72 Tax : 36,3
Status Generalis
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Thorax :
 Cor : Ictus cordis tidak tampak, teraba di ICS V MCL Sinistra. Batas
jantung tidak melebar. S1 S2 tunggal, e/g/m -/-/-
 Pulmo : Gerakan dada simetris, tidak didapatkan retraksi. Perkusi sonor di
kedua sisi. Suara vesikuler +, Rhonki -, Wheezing -.
Abdomen : flat, bising usus +, timpani, supel. Luka operasi baik. Darah (-),
Pus (-)
A/ Post TAH – BSO – Omentektomi a.i kistoma ovarii bilatera curiga ganas H0
P/ Aff infus dan DC
Cefadroxil 3 x 1 tab
Asam mefenamat 3 x 1 tab
Pro KRS
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin


A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.1999: 13-
14
2. Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, l 1027; Jakarta,
1998
3. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius. 2000.
4. Schnatz, R. H., & Miranda, A. M. (2012). Ovary anatomy.
http://emedicine. medscape. com/art icle/1949171-overview http://www.
medscape. com. cessed date: March, 3.
5. Medscape Reference, Ovarian Cys
thttp://emedicine.medscape.com/article/255865-overview#a0101, Last
Update August 19, 2013.
6. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic
Oncology Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills..2008
7. Jim Baum. Ovarian Pathology. Illustrated Review of obgyn sonography.
Tersedia dalam http://prosono.ieasysite.com/2.2_gyn_pathology_ovary.pdf
8. Giede, K. C. (2007). Ovarian Cysts In Post-Menopausal Women: When to
Worry. CANADIAN JOURNAL OF CME, 19(12), 21.
9. Sasaki, K. J., & Miller, C. E. (2014). Adnexal torsion: review of the
literature. Journal of minimally invasive gynecology, 21(2), 196-202.
10. Lalwani, N., Patel, S., Ha, K. Y., Shanbhogue, A. K., Nagar, A. M.,
Chintapalli, K. N., & Prasad, S. R. (2014). Miscellaneous tumour-like
lesions of the ovary: cross-sectional imaging review. The British journal of
radiology.
11. Grimes, D. A., Jones, L. B., Lopez, L. M., & Schulz, K. F. (2014). Oral
contraceptives for functional ovarian cysts. The Cochrane Library.
12. Park, H. K., Schildkraut, J. M., & Cote, M. L. (2017). Ovarian Cancer
Risk Associated With Benign Gynecologic Conditions in African
American Women [13J]. Obstetrics & Gynecology, 129, 106S.
13. Park, H. K., Schildkraut, J. M., & Cote, M. L. (2017). Ovarian Cancer
Risk Associated With Benign Gynecologic Conditions in African
American Women [13J]. Obstetrics & Gynecology, 129, 106S.

You might also like